Anda di halaman 1dari 57

PATOFISIOLOGI SISTEM SARAF

dr. Novita Titis Harbiyanti, Sp.S


Departement Fisiologi
Fakultas Kedokteran
Universitas Brawijaya
Sistem saraf
• Sistem saraf menghasilkan kendali cepat untuk otot tubuh dan
kelenjar eksokrin.
• Lesi/ kerusakan pada system saraf akan memberikan gejala klinis
yang berbeda → tergantung lokasi nya

Friedman, Avner & Borisyuk, Alla & Ermentrout, Bard & Terman, David. (2005). Introduction to Neurons. 10.1007/978-3-540-31544-5_1.
SUSUNAN SISTEM SARAF Divisi Aferen membawa informasi ke
SSP, memberi tahu tentang lingkungan
eksternal dan aktivitas internal →
menuju otak
Otak dan Contoh : rangsang sensorik (panas)
Medula
Spinalis yang dikenali otak
Divisi eferen : meninggalkan otak
menuju ke efektor
Contoh : rangsang motorik
Divisi Aferen Divisi Eferen

Rangsangan Rangsangan Sistem saraf Sistem saraf


sensorik Visceral Somatik otonom

Neuron Sisten saraf Sisten saraf


motoric simpatik parasimpatik

Otot polos, otot jantung, kelenjar Otot polos, otot jantung, kelenjar
Otot rangka eksokrin, beberapa kelenjar eksokrin, beberapa kelenjar
endokrin endokrin
Sistem Saraf Tersusun Menjadi Sistem Saraf
Pusat dan Sistem Saraf Tepi

Sistem saraf Sistem Saraf


Pusat Perifer
Komponen: meliputi
terdiri dari otak dan
syaraf di luar system
medulla spinalis
saraf pusat

Fungsi:
Fungsi: menerima, Sensorik: bawa
memproses, dan informasi ke SSPu
transfer informasi Motor : bawa
informasi dari SSPu
SERABUT
AFERENT DAN
EFERENT
PENGOLAHAN INFORMASI – FUNGSI
“INTEGRASI” SISTEM SARAF
• Sistem saraf adalah regulatorik utama
tubuh
• Fungsi terpenting → mengolah informasi
yang masuk sehingga timbul respon
motorik dan mental yang sesuai
• Otak dapat melakukan “seleksi” apakah
informasi yang masuk revelan, apakah
perlu mendapat perhatian atau tidak
• Contoh : Respon saat bagian tubuh
bersinggungan dengan pakaian, respon
saat tangan terkena api
• Apabila didapatkan lesi/ kerusakan area
pada system saraf akan ditunjukkan
oleh gejala klinis sesuai lokasi lesi
CEREBRUM
Otak besar (Cerebrum)
• Lapisan : gray dan white matter
• Cerebrum terdiri dari dua hemisfer
dihubungkan oleh corpus callosum
• Proses kesadaran, gagasan, fungsi
intelektual, penyimpanan memori,
perolehan kembali informasi dan pola
komplek motorik dimulai dalam
cerebrum
• Penurunan kesadaran→ dapat terjadi
bila terdapat gangguan (lesi)
struktural atau fungsional pada
struktur di otak yang menyusun
kesadaran, mulai dari ARAS
(ascending reticular activation
system) hingga korteks serebri.
Area-area pada korteks cerebri
1. Lobus Frontalis
➢ Area 4 : (girus presentralis) : korteks motorik
primer (utama)
➢ Area 6 : area premotorik (lintasan motorik
ekstrapiramidal)
➢ Area 8 : berkaitan dengan gerakan mata
konjugat dan perubahan pupil
➢ Area 44,45 : area bahasa motorik (Broca)

2. Lobus Parietalis
➢ Area 3,1 dan 2 (girus postsentralis) : korteks
sensorik primer (utama)
➢ Area 5,7 (kortex asosiasi somatosensorik)
3. Lobus Temporalis
➢ Area 41, 42 : korteks auditorik primer
➢ Area 22 : korteks auditorik asosiasi/ area bahasa perseptif
(Wernicke)
➢ Area 28 : area olfaktorik (pembau)

4. Lobus Oksipitalis
➢ Area 17 (korteks striatum/fisura kalkarina) : korteks visual primer
➢ Area 18,19 : korteks asosiasi visual
Fungsi umum lobus otak
• kontrol sadar dari otot skelet, area yg bertanggung jawab pada
higher cognitive function → fungsi Bahasa
Lobus Frontal
• Lesi pada area ini menyebabkan gangguan motoric tubuh
kontralateral, afasia motoric, kejang motorik
• persepsi sadar dari sensasi sentuhan, tekanan, getar, nyeri,
suhu, posisi dan rasa
Lobus Parietal
• Lesi pada area ini akan menyebabkan gangguan somatosensory
tubuh kontralateral, kejang sensorik
• persepsi sadar dari stimulus visual
Lobus Occipital • Lesi pada area ini akan menyebabkan gangguan hemianopia
homonym kontralateral, agnosia visual
• persepsi sadar dari stimulus pendengaran, berperan dalam
emosi, smelling, memori, fungsi Bahasa
Lobus Temporal
• Lesi pada area ini akan menyebabkan gangguan memori, afasia
sensorik, kejang psikomotor
ILUSTRASI KASUS
• Seorang wanita secara mendadak mengeluhkan tidak dapat
menggerakkan tangan kanan saat belanja di pasar, pasien didapatkan
Riwayat HT, dimanakah letak kerusakan area pada pasien tersebut?
Komponen sentral sistem motorik

1. Area kortek motorik


2. Traktus piramidalis
3. Traktus kortikobulbaris
4. Sistim motorik sentral
lain (tr. ekstrapiramidal )

• Guyton, A.C., dan Hall, J.E. 2019. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 13. Jakarta: EGC 14
AREA KORTEK MOTORIK
Regio kortex utama yang berperan
dalam kontrol Gerakan motorik →
kortex motorik primer (M1)
terletak di girus presentralis lobus
frontalis, meluas ke dalam sulkus
sentralis → berlanjut ke neuron
motorik
TRAKTUS PIRAMIDALIS
Cortex motorik
Corona radiata

LESI
Capsula interna
UMN
Brainstem
Decussatio Pyramidum
Traktus kortikospinalis lateralis
Cornu anterior
LESI Saraf perifer • Jaras yang Panjang
LMN • Dimulai dari korteks motorik
NMJ • Keluhan motorik Paling sering dikeluhkan pasien
• Keluhan motorik Mudah terlihat
Komponen perifer
Sistem Motorik
1. Nuklei nervus cranialis
2. Sel motorik cornu anterior MS
3. Radik anterior
4. Saraf perifer
5. Motor end plate

17
SISTEM SENSORIK
• Reseptor → Organ sensorik khusus yang
merekam perubahan fisik dan kimiawi di
lingkungan eksternal dan internal organisme
dan mengubahnya menjadi impuls listrik yang
akan di proses oleh sistim saraf
• JENIS RESEPTOR :
• Nosiseptor
• Mekanoseptor
• Termoseptor
• Kemoseptor
• Osmoseptor
Korteks somatosensorik
Bagian korteks cerebri di posterior dari fissura sentralis (gyrus post sentralis (area
Broadman 3,1,2)
Sistem Somatosensorik
Komponen Komponen
Perifer Central
Traktus
Reseptor spinothalamicus
ant/lat

Saraf perifer Korteks Cerebri

Ganglion Radiks Traktus sensorik


Dorsalis lainnya

Radiks dorsalis
Impuls somatosensorik dari perifer →Reseptor mendapat stimulasi → aksipotensial
(transduksi)

Saraf aferen (dijalarkan ke serabut aferen saraf perifer → transmisi)

Ganglion radik dorsalis

MS dan batang otak

Thalamus (PERSEPSI)

Kortek girus post centralis

interpretasi dan behaviour


Dermatom

Tiap saraf spinal


menginervasi regio
pada permukaan tubuh
yang, yang disebut
dermatom
TERMINOLOGI BEBERAPA GANGGUAN SISTEM
SARAF : GANGGUAN SENSORIS
• Hipoesthesia : Decreased sensitivity to stimulation, excluding the special
senses.
• Parasthesia : An abnormal sensation, whether spontaneous or evoked.
• Analgesia : Absence of pain in response to stimulation which would
normally be painful.
• Hipoalgesia : Diminished pain in response to a normally painful stimulus.
• Hiperalgesia : Increased pain from a stimulus that normally provokes pain.
• Alodinia : Pain due to a stimulus that does not normally provoke pain.

Terminology | International Association for the Study of Pain (iasp-pain.org)


Sistem Saraf Otonom /ANS
• Sistem saraf otonom adalah bagian dari sistem saraf tepi yang bekerja
secara involunter
• Menginervasi otot jantung, otot polos, sebagian besar kelenjar
eksokrin, beberapa kelenjar endokrin dan jaringan lemak.
• Terdiri dari 2 jenis neuron
• Neuron yang badan selnya di SSP, serabut pregaglionik bersinaps dengan
badan sel neuron yang kedua di ganglion
• Neuron yang badan selnya di ganglion, serabut postganglionik menginervasi
organ efektor
Perbandingan
Sistem Somatik dan Otonomik

Figure 14.2 25
Divisi Saraf Otonom
Sistem saraf simpatis Sistem saraf parasimpatis
Serabutnya berasal dari regio thoracic Serabutnya berasal dari area
dan lumbar medula spinalis cranium & sacrum SSP (susunan
saraf pusat)
Sebagian besar serabut preganglioniknya serabut preganglioniknya panjang
pendek
serabut postganglioniknya panjang serabut postganglioniknya sangat
pendek
serabut preganglionik mengeluarkan serabut preganglionik mengeluarkan
acetylcholine (Ach) acetylcholine (Ach)
Sebagian besar serabut postganglionik serabut postganglionik mengeluarkan
mengeluarkan noradrenaline acetylcholine, disebut Serabut
(norepinephrine/NE), disebut Serabut Cholinergic
Adrenergic, kecuali pada kelenjar keringat
Levels Kontrol ANS
• Hypothalamus sebagai
pusat integrasi utama
aktifitas ANS
• Input bawah sadar
cerebral frontal lobe
melalui koneksi dgn
lobus limbic
mempengaruhi fungsi
hypothalamic
• Contoh : input olfactori
→ limbic system &
frontal lobe →
hypothalamus → ANS
Figure 14.9 27
28
Peranan sistem otonom
• Sistem simpatis mendominasi dalam kondisi emergensi atau stressful
(“fight-or-flight”)
• Memicu respon yang mempersiapkan tubuh untuk aktivitas berat:
• peningkatan denyut dan kontraksi jantung, vasokontrisi vaskuler→peningkatan tekanan
darah, dilatasi pernafasan, pemecahan simpanan glikogen, vasodilatasi vaskuler otot.
• Inhibisi digesti dan urinary
• Sistem parasimpatis mendominasi kondisi tenang, relak (“rest-and-
digest”)
• Mendorong aktivitas pemeliharaan tubuh seperti digesti ketika sudah tidak
ada ancaman
Penyakit yang mengenai sistem ANS
• Diabetes mellitus
- Penyebab neuropati saraf perifer
- Melibatkan disfungsi sensorik dan motorik serta saraf otonom
- Keluhan : hipotensi postural,edema perifer,pupil abnormal,gangguan
keringat akibat dari hiperglikemia kronis

31
PATOFISIOLOGI SISTEM SARAF
Gangguan sistem motorik dan sensorik:

Gangguan Neoplasma
vaskular Infeksi

Trauma Autoimun
Disease
TANDA GANGGUAN UPPER MOTOR NEURON
(UMN)
•Reflek fisiologi meningkat
Tanda Lesi
•Tonus meningkat
UMN
•Reflek patologis (+)
•Reflek fisiologis menurun
Tanda Lesi
•Tonus menurun
LMN
•Reflek patologis (-)
Gangguan pada trak. Piramidalis yg sering oleh gangguan vaskuler,
dikenal sbg Stroke atau CVA Patofisiologi
(Cerebral : Vascular Attack )
Stroke infark ; trombus menyumbat arteri
Stroke/CVA : tanda-tanda klinis yang serebral dan menyebabkan iskemia
berkembang cepat akibat gangguan pembuluh darah di sekitarnya
fungsi otak fokal (atau global) dengan Stroke perdarahan : hipertensi kronik
gejala yang berlangsung selama 24 jam menyebabkan pembuluh darah
atau lebih dan dapat menyebabkan mengalami perubahan patologik →
kematian, tanpa ada penyebab selain kenaikan tekanan mendadak berakibat
vaskuler pecah pembuluh darah

STROKE

Kerusakan pada Kortex Motorik Primer Bila ditambah :


saja berupa : kehilangan pengaturan Kerusakan extrapiramidal (fungsi inhibisi
gerakan volunter→ Hemiplegia hilang) → spasme otot (kekakuan otot)
Kontralateral. Hemiplagi spastic (UMN)
FAKTOR RESIKO STROKE

Faktor Resiko yang tidak bisa dimodifikasi


• Usia
• Jenis Kelamin
• Genetik
• Ras

Faktor Resiko yang bisa dimodifikasi


• HT
• DM
• Dislipidemia
• Kurang olahraga
Stroke menurut patologinya dibagi
menjadi :
1. Stroke infark
a.stroke infark trombotik
b.stroke infark emboli
2. Stroke perdarahan
a.stroke perdarahan intraserebral
b.stroke perdarahan
subarachnoid
Patofisiologi Stroke
• Otak bergantung pada pasokan
darah yang konstan lebih dari
jaringan lainnya.
• Otak tidak dapat menghasilkan ATP
tanpa O2, otak menerima 15%
darah yang dipompa keluar oleh
jantung
• Otak mengalami kerusakan jika
tidak mendapat pasokan O2 dalam
4 menit, atau penyaluran glukosa
terputus dalam waktu 10-15 menit.

CVA Infark
Patofisiologi Stroke Infark
Patofisiologi Stroke Infark

Koh, Seong-Ho & Park, Hyun-Hee. (2017). Neurogenesis in Stroke Recovery. Translational Stroke Research. 8. 10.1007/s12975-016-0460-z.
Gangguan Pembuluh Darah akibat Stroke

Ghozy S, et al 2022, Neuroprotection in Acute Ischemic


Stroke: A Battle Against the Biology of Nature
, Frontiers in Neurology
GEJALA
Sesuai dengan teritori
vaskuler yang terganggu :
- Perot
- Hemiparese
- Hemihipestesia
- Gangguan Visual
- Incontinensia uri
- Gangguan fungsi luhur
- Gangguan nervus cranialis
- Dll
Terapi

Terapi Umum
a. Stabilisasi jalan nafas
b. Stabilisasi hemodinamik
c. Pengendalian peningkatan TIK
d.Pengendalian kejang
e.Nutrisi
f. Penanganan komplikasi
- Analgesik dan antimuntah
- Berikan H2 bloker apabila ada indikasi
- Hati hati dalam penyedotan lendir,
dapat menaikkan TIK
- Bladder : pengosongan kandung
kemih yg penuh
- Mobilisasi bertahap
2. Terapi khusus
a. Stroke iskemik
- Trombolitik: recombinant tissue plasminogen activator (rt-PA )
- Anti agregasi platelet: aspirin,clopidogrel,cilostazole,dipiridamol
- Antikoagulan: LMWH,heparin
- Neuroprotektan : citicholin
- Faktor sistemik : Penanganan tekanan darah pada stroke iskemik
Mekanisme Aksi Anti
Platelet
Terapi Anti Hipertensi Pada CVA Infark
Terapi anti HT pada
fase akut mengikuti
guideline

ACE
Inhibitor

Diuretik

Calcium
channel
blocker

Beta
Blocker

Guang YU et al, 2011


Terapi Trombolitik
• Terapi trombolitik digunakan pada fase akut stroke, dengan kandidat
yang memenuhi beberapa kriteria inklusi dan ekslusi
CVA ICH (intracerebral hemorrhage)
CVA ICH → disebabkan oleh
pecahnya pembuluh darah otak

Varelas, Panayiotis & Mirski, Marek. (2009). Status epilepticus.. Current neurology and
neuroscience reports. 9. 469-76.
b. CVA Perdarahan

1. Intracerebral
Hemorrhage (ICH)
- pengendalian
tekanan darah
- pengendalian
peningkatan TIK

2. Subarachnoid
Hemorrhage (SAH)
- antivasospasme:
nimodipin
- Neuroprotektan
Parkinson disease
• Penyakit neurodegeneratif sistem
ektrapiramidalis (khususnya
substansia nigra) yang banyak
ditemukan
• Bagian dari parkinsonisme yang secara
patologi ditandai adanya degenerasi
ganglia basalis terutama substansia
nigra pars compacta (SNC) yang
disertai adanya inklusi sitoplasmik
eosinofilik (Lewy Bodies)
Patofisiologi

Hilangnya pigmentasi
neuron dopamine pd Lewy bodies
subst. nigra
• Dopamin berfungsi • Lewy bodies
sebagai pengantar tersusun dari alfa
antara 2 wilayah sinuklein
otak yakni • Parkinson ditandai
substansia nigra dan lewy bodies dalam
corpus striatum, substansia nigra.
yang menghasilkan
Gerakan halus dan
motorik
parkinson Causa?? Kerusakan S.Nigra ( pars
kompkata )

Sekresi dopamine sbg


inhibitor terganggu, shg n.
Caudatus sangat aktif

kontraksi
Rangsang sis. Impuls eksitasi terus
Kortikospinal ( menerus
kortek motorik )
kekakuan

Patofisiologi Parkinson

52
Gejala Parkinson
• Kekakuan pada otot-otot
tertentu
• Tremor involunter pada area
tersebut → pada keadaan
istirahat, frekuensi tremor 3-6
kali/detik
• Kesulitan memulai gerakan
disebut juga Akinesia
• Postural instability

53
Terapi
• Terapi farmakologis
dan non Farmakologis

Terapi simtomatis ;
Dopaminergik
- Levodopa
- MAO –inhibitor
- Agonis dopamine
- Antikolinergik
- COMT inhibitor
- Dopa Decarboxilase
inhibitor (benzerazide)
CONTOH KASUS
• Seorang laki-laki, 60 tahun datang ke IGD dengan keluhan lemah ½
badan kanan mendadak, sulit untuk berbicara, sebelumnya dapat
beraktivitas normal, nyeri kepala -, mual -, muntah -. Riwayat HT -,
Riwayat kolesterol dan DM +, Pasien merokok 1 pak/ hari
• Pemeriksaan : TD 180/100, N 80X/m, RR : 20 x/m, gcs 456,
hemiparese kanan
• Bagaimana alur berpikir pada kasus tersebut?
Diagnosis klinis : Hemiparese kiri
sulit untuk berbicara (disartria)
DM, Merokok
Diagnosis topis : hemisfer kanan, lobus Frontal kanan
Diagnosis etiologis : Susp CVA infark dd ICH
SEMOGA BERMANFAAT

Anda mungkin juga menyukai