Anda di halaman 1dari 5

meningkatkan morbiditas dan

OSCE FARTER SARAF mortalitas pasien luka bakar.

MIGRAIN  ALB
A. SUBJEKTIF  3,8 – 5,4 g/dl
 Kondisi umum  Luka bakar menyebabkan
 Kondisi lemah karena panas akibat kehilangan banyak darah yg
luka bakar menyentuh permukaan membuat kadar albumin rendah.
kulit yg mengakibatkan kerusakan
pembuluh darah kapiler kulit dan  Na dan Cl
peningkatan permeabilitas.  Na = 136 – 144 mEq/L
 Cl = 97 – 103 mEq/L
 Mual  Peningkatan Na dan Cl terjadi
 Akibat trauma luka bakar sehingga karena kehilangan cairan tubuh
asam lambung naik. akibat luka bakar yg disebut
hiperklorinemia.
 Nyeri
 Cedera yg terjadi menyebabkan C. ASSESSMENT
jaringan tubuh menjadi rusak karena 1. Infus RL
luka bakar. Indikasi: Pengganti cairan tubuh
 Nyeri pada luka bakar terjadi METO: Rasa lemas berkurang
umumnya karena ujung saraf MESO: edema, ertikaria, takikardi
sensoris teriritasi. Monitoring:
 Pantau kadar Na dan Cl dalam
B. OBJEKTIF tubuh,
 PO2
2. Albumin 20%
 80 – 107 mmHg
Indikasi: Mengembalikan osmotic
 Peningkatan karena hiperventilasi
koloid plasma
METO: Nilai albumin kembali normal
 WBC
MESO: Demam, mual, urtikaria
 4.500 – 10.500 /µl
Monitoring:
 Peningkatan karena terjadi infeksi  Monitoring kadar albumin hingga
kembali dalam rentang
 Plt  Segera hentikan apabila kadar
 150.000 – 450.000 /µl albumin sudah kembali
 Untuk menjaga homeostatis
membentuk agregasi platelet 3. Injeksi novalgin
Indikasi: Mengatasi nyeri
 GDA, GDP, GD2JP METO: Nyeri dan rasa sakit berkurang
 GDA = < 200 mg/dl MESO: Mual
 GDP (LDL) = < 100 mg/dl Monitoring:
 GD2JP (HDL) = < 140 mg/dl  Intensitas nyeri pasien
 Adanya respon stress. Tingkat
stress tinggi dapat menaikkan kadar 4. Injeksi Ranitidin
gula darah Indikasi: Menurunkan produksi asam
lambung
 AST, ALT METO: Rasa mual berkurang atau
 AST = 5 – 23 IU/L menghilang
 ALT = 5 – 34 IU/L MESO: Rasa tidak nyaman pada perut,
 Pembentukan edema hati, rasa gatal ditempat iv, sembelit, sakit
menyebabkan kerusakan sel dengan kepala, mual muntah
enzim hati, yg dimana dapat Monitoring:
 Segera hentikan penggunaan 5. Relaksasi
apabila rasa mual pasien sudah
hilang
DEPRESI
A. SUBJEKTIF
5. Savlon Topikal
Indikasi: Desinfeksi kulit pada luka  Faktor biologi (wanita)
ringan  Wanita 2x lebih mungkin didiagnosis
METO: Kondisi luka bakar pasien depresi disbanding pria
membaik dan tidak mengalami
perluasan luka  Faktor genetic (riwayat keluarga
MESO: Reaksi hipersensivitas berupa mengalami depresi dan bunuh diri)
iritasi  Faktor genetic memiliki resiko 8-18x
Monitoring: lebih banyak daripada yg normal
 Pantau perkembangan luka bakar
pasien  Gaya hidup (konsumsi kopi
3-4x/sehari)
D. PLAN  Konsumsi kafein berlebihan dapat
Terapi Farmakologi menyebabkan insomnia yg dimana
1. Luka bakar derajat pertama menimbulkan kesulitan dalam
 Krim pelembap atau salep berfikir dan bekerja sehingga mudah
(mengurangi peradangan dan rasa marah, gelisah, dan depresi
sakit)
 Riwayat penyakit (meningitis)
2. Luka bakar derajat kedua  Meningitis pada saat anak-anak
 Krim mengandung antibiotic dikaitkan dengan risiko gangguan
- Silver sulfadiazine mental yang dapat mempengaruhi
- Mupirocin tingkah laku, emosi, dan komunikasi
- Nitrofurazone atau skizofrenia pada saat dewasa.
 Seseorang yang telah didiagnosa
3. Tahap akut meningitis dapat mengalami status
 Obat analgesic dan dosis intravena mental yang berubah.
pada terapi luka bakar  Masalah psikologis dan perilaku
- Tramadol (untuk >12 tahun) pada masa kanan-kanak tersebut
Dosis: 1 mg/kg berhubungan dengan peningkatan
Durasi: 4-6 jam risiko depresi yang dapat terjadi
- Ketamine kehidupan dewasa.
Dosis: 0,2 – 0,5 mg/kg selama
15-25 menit  Faktor psikososial
- Morphine atau diamorphine  Faktor psikososial ini berhubungan
Dosis: 0,03 – 0,1 mg/kg terhadap korelasi negatif yang tinggi
Dosis anak: 0,1 mg/kg dan bermakna dimana dapat
Durasi: 4-6 jam membebani kehidupan seseorang
- Fentanyl yang dapat mempengaruhi
Dosis: 1 – 1,5 µgr/kg gangguan fisik, sosial, dan
Durasi: 45-60 menit mentalnya.
- Meperidine
Dosis: 0,5 – 1 mg/kg B. OBJEKTIF
Durasi: 2-4 jam
C. ASSESSMENT
Terapi Non-Farmakologi 1. Mirtazapine 30 mg
1. Pemenuhan kebutuhan nutrisi  Dikonsumsi sebelum tidur
2. Perawatan luka  Dosis awal: 15 mg
3. Pengaturan posisi  Tidak ada perbaikan pada semangat
4. Terapi latihan hidup dan BB pasien bertambah
 Efek samping: BB bertambah Dosis tunggal: 10 mg/hari
 Diganti Citalopram (merupakan Dosis lazim: 10 – 20 mg/hari
antidepresan lini pertama) Efek samping: Sinusitis, edema

D. PLAN  Fluoxetine
Terapi Farmakologi Indikasi: Penyakit depresi
Penggunaan obat antidepresan: Dosis awal: 5 / 10 mg/hari
1. Antidepresan Trisiklik (TSA) Dosis tunggal: 20 mg/hari
 Amitriptilin Dosis lazim: 20 – 6 mg/hari
Indikasi: Untuk pengobatan depresi Dosis maks: 80 mg/hari
Dosis awal: harian 50 – 75 mg oral Efek samping: Kejang
dalam dosis terbagi
Dosis tambahan: menjadi 150  Fluvoxamine
mg/hari diberikan pada sore/malam Indikasi: Depresi, obsesif-kompulsif
Dosis depresi berat: 200 – 300 mg Dosis tunggal: 50 mg/hari, harian
Efek samping: Mulut kering, >100 mg/hari dibagi 2
konstipasi, retensi urin, pengelihatan Dosis lazim: 50 – 300 mg/hari
kabur, gangguan akomodasi, Dosis maks: 300 mg/hari
peningkatan intraocular, Efek samping: Kantuk, kejang
peningkatan TD, hipertermia
 Paroxetine
 Impramin Indikasi: Depresi berat, kecemasan
Indikasi: Antidepresan social, kecemasan umum, PTSD
Dosis harian: hingga 75 mg dosis Dosis tunggal: 20 mg/hari
terbagi Dosis lazim: 20 – 60 mg/hari
Dosis depresi berat: 300 mg/hari Dosis maks: 50 mg/hari
Efek samping: Mulut kering, Efek samping: Efek antokoligernik,
sembelit, retensi urin, pengelihatan kantuk, kejang
kabur, peningkatan TD, hipertermia,
porphyria  Sertraline
Indikasi: Depresi berat, kecemasan
 Klonipramin social, kecemasan umum, panik
Indikasi: Antidepresan yg memiliki Dosis tunggal: 50 mg/hari
sifat antimuskarinik dan inhibitor Dosis lazim: 50 – 200 mg/hari
reuptake serotonin Dosis maks: 20
Dosis harian: 10 mg/hari oral, 0 mg/hari
ditingkatkan secara bertahap 30 – Efek samping: Efek antokoligernik,
150 mg/hari kantuk, kejang
Dosis depresi berat: 250 mg/hari
Efek samping: Konstipasi, mulut 3. Antidepresan MAOI
kering, takikardia, retensi urin,  Phenelzine
pusing, pengelihatan kabur Indikasi: Depresi
Dosis tunggal: 15 mg/hari
2. Antidepresan SSRIs Dosis lazim: 30 – 90 mg/hari
 Citalopram (lini pertama) Dosis maks: 90 mg/hari
Indikasi: Penyakit depresi (maintenance)
Dosis tunggal: 20 mg/hari Perhatian: Tidak boleh diberikan
Dosis lazim: 20 – 40 mg/hari pada pasien gagal jantung
Efek samping: Kantuk, Kejang, Efek samping: hipotensi ortostatik,
menginduksi abnormalitas sakit kepala, mulut kering,
konstipasi, gangguan pencernaan,
 Escitalopram edema
Indikasi: Penyakit depresi,
kecemasan, obsesif  Selegiline
Indikasi: Terapi Parkinson, depresi  Disfungsi ereksi yang terjadi dapat
Dosis tunggal: 6 mg/hari menunjukkan terjadinya deteksi dini
Dosis lazim: 6 – 12 mg/hari penyakit jantung koroner karena
Dosis maks: 12 mg/24 jam ukuran pembuluh darah penis lebih
Efek samping: gerakan berulang kecil dari pembuluh darah koroner
tidak terkendali pada lidah, bibir, dan proses aterosklerosis terjadi
wajah, lengan, kaki secara sistemik.

 Tranylcypromine  Usia
Indikasi: Pengobatan Depresi  Peningkatan DE seiring dengan
Dosis tunggal: 10 mg/hari bertambahnya usia. DE mengenai
Dosis lazim: 20 – 60 mg/hari hampir 40% laki-laki yang berusia di
Dosis maks: 60 mg/hari dosis atas 40 tahun dengan berbagai
terbagi tingkat keparahan.
Efek samping: Insomnia
B. OBJEKTIF
Terapi Non-Farmakologi  TD
1. Pemberian aromaterapi  < 130/90 mmHg
2. Latihan relaksasi otot progresif  Hipertensi yang tidak terkontrol
3. Terapi music dapat merusak pembuluh darah di
4. Penggambaran imajinasi dalam tubuh, sehingga akan
5. Gaya hidup sehat kehilangan elastisitas dan kurang
6. Psikoterapi mampu untuk mengalirkan darah
7. ECT dengan volume yg sama dengan
cepat
DISFUNGSI EREKSI
A. SUBJEKTIF  LDL HDL
 Nyeri dada hingga lengan dan leher  LDL: < 100 mg/dl
 Salah satu gejala khas penyakit  HDL: < 40 mg/dl
jantung coroner  Kadar LDL yang tinggi dan HDL
yang rendah menandakan bahwa
 Nyeri dada dengan dyspnea dan mual pasien mengalami Hiperlipidemia.
 Efek samping dari sildenafil untuk  Hiperlipidemia menjadi salah satu
mengatasi DE faktor terjadinya arteriosklerosis
pada arteri dorsal penis yang dapat
 Konsumsi alcohol menyebabkan terjadinya disfungsi
ereksi pada pria.
 Alcohol menurunkan produksi
hormone testosterone sehingga
C. ASSESSMENT
terjadi peningkatan relative maupun
1. Sildenafil 30 mg
absolut hormone estrogen dan
peningkatan persentase  Terjadi kontraindikasi antara
testosterone penggunaan sildenafil dan riwayat
keluarga arteri coroner
 Merokok  Dapat menimbulkan infark miokard
pada pasien dengan faktor resiko
 Merokok dapat merusak pembuluh
kardiovaskuler.
darah, nikotin menyebabkan
penyempitan pembuluh darah arteri
D. PLAN
yang menuju penis sehingga
Terapi Farmakologi
mengurangi aliran darah dan
Terapi lini pertama
tekanan darah menuju penis.
1. PDE5i
 Sildenafil
 Riwayat keluarga penyakit arteri
coroner
Indikasi: mengatasi gangguan vaskulorgenik, psikogenik, atau
fungsi ereksi dan terapi hipertensi etiologi campuran
Dosis: 25 – 100 mg/hari, diminum Dosis: dosis lazim: 125 – 1000 µg,
30-60 menit sebelum berhubungan diberikan 5-10 menit sebelum
seksual. berhubungan seksual
Efek samping: Menurunkan TD 1-4 Efek samping: Sakit kepala, nyeri,
jam setelah pemberian. sakit punggung

 Tadalafil Terapi Non-Farmakologi


Indikasi: mengatasi impotensi atau 1. Perubahan gaya hidup
DE 2. Psikoterapi
Dosis: 5 – 20 mg/hari, diminum 2 3. Vacuum Erection Device (VED)
jam sebelum berhubungan seksual.
Efek samping: Peningkatan resiko
terkait aktivitas seksual pada pasien
dengan penyakit kardiovaskular

 Vardenafil
Indikasi: mengatasi impotensi atau
DE
Dosis: 5 – 20 mg/hari, diminum 30-
60 menit sebelum berhubungan
seksual.
Efek samping: Menurunkan TD 1-4
jam setelah pemberian

2. Vacum Erection Device (VED)


 Penggunaan Vacuum Erection
Devices (VED) menunjukkan tingkat
kepuasan pasien yang tinggi.
 Alat ini efektif pada pasien DE
umum dan terbukti aman pada pria
dengan diabetes, cedera tulang
belakang, pasca-prostatektomi, dan
kondisi lainnya.

Terapi lini kedua


1. Injeksi intrakavernosum
 Prostaglandin E1 (Alprostadil)
intracavernosal injection
Indikasi: mengobati DE yg
disebabkan oleh neurogenic,
vaskulorgenik, psikogenik, atau
etiologi campuran
Dosis: sebagai monoterapi 5 – 40
µg, diberikan 5-15 menit sebelum
berhubungan seksual
Efek samping: cavernosal plaque
atau fibrosis pada daerah injeksi

2. Injeksi intauretral
 Alprostadil intrauretral (Muse)
Indikasi: mengobati DE yg
disebabkan oleh neurogenic,

Anda mungkin juga menyukai