Diazepam
Indikasi : Pemakaian jangka pendek pada ansietas atau insomnia, tambahan pada putus alkohol
akut, status epileptikus, kejang demam, spasme otot.
Dosis terapi : Secara umum, berikut ini adalah dosis diazepam bentuk tablet sesuai tujuan
penggunaannya:
Tujuan: Menangani insomnia yang terkait gangguan kecemasan
Dewasa: 5–15 mg, dikonsumsi menjelang tidur.
Lansia: 2,5–7,5 mg, dikonsumsi menjelang tidur.
Tujuan: Menangani gangguan kecemasan atau kaku otot
Dewasa: 2–10 mg, 2–4 kali sehari.
Lansia: Dosis awal 2–2,5 mg, 1–2 kali sehari. Dokter akan meningkatkan dosis secara bertahap
sesuai kondisi pasien.
Anak-anak usia >6 bulan: Dosis awal 1–2,5 mg, 3–4 kali sehari. Dokter akan meningkatkan
dosis secara bertahap sesuai kondisi pasien.
Tujuan: Menangani gejala putus zat alkohol
Dewasa: 10 mg, 3–4 kali pada hari pertama, dilanjutkan 5 mg 3–4 kali sehari sesuai kebutuhan.
Lansia: Dosia awal 2–2,5 mg, 1–2 kali sehari. Dosis dapat ditingkatkan secara bertahap jika
diperlukan.
Tujuan: Tambahan dalam pengobatan kejang
Dewasa: 2–10 mg, 2–4 kali sehari.
Golongan : Obat golongan benzodiazepine
Mengatasi gangguan kecemasan (antiansietas), meredakan kejang (antikonvulsan), atau sebagai
obat pelemas otot (muscle relaxan).
Mekanisme kerja : Meskipun mekanisme yang tepat dalam efek antiseizure tidak diketahui,
penelitian pada hewan dan in vitro menunjukkan bahwa ia bekerja untuk menekan kejang
melalui interaksi dengan reseptor asam γ-aminobutyric (GABA) tipe-A (GABAA ); GABA,
neurotransmitter penghambat utama dalam sistem saraf pusat (SSP), bertindak pada reseptor ini
untuk membuka saluran membran yang memungkinkan ion klorida mengalir ke neuron;
masuknya ion klorida menyebabkan potensial penghambatan yang mengurangi kemampuan
neuron untuk mendepolarisasi ke potensial ambang yang diperlukan untuk menghasilkan
potensial aksi; depolarisasi neuron yang berlebihan berimplikasi pada pembentukan dan
penyebaran kejang; diyakini bahwa diazepam meningkatkan aksi GABA dengan menyebabkan
GABA berikatan lebih erat dengan reseptor GABAA.
Interaksi obat : Interaksi dengan obat carbamazepin yaitu: karbamazepin akan menurunkan
kadar atau efek diazepam dengan memengaruhi metabolisme enzim CYP3A4 hati/usus. Hindari
atau gunakan obat alternative. Kemudian interaksi dengan obat cimetidin yaitu: simetidin akan
meningkatkan atau efek diazepam dengan mempengaruhi metabolisme enzym
CYP3A4hati/usus.hindari atau gunakan obat alternative
Efek samping : Mengantuk, kelemahan otot, ataksia, reaksi paradoksikal dalam agresi,
gangguan mental, amnesia, ketergantungan, depresi pernapasan, kepala terasa ringan hari
berikutnya, bingung. Kadang-kadang terjadi: nyeri kepala, vertigo, hipotensi, perubahan salivasi,
gangguan saluran cerna, ruam, gangguan penglihatan, perubahan libido, retensi urin, dilaporkan
juga kelainan darah dan sakit kuning, pada injeksi intravena terjadi: nyeri, tromboflebitis dan
jarang apneu atau hipotensi.
17. Dexametason
Indikasi : Supresi inflamasi dan gangguan alergi; Cushing's disease, hiperplasia adrenal
kongenital; udema serebral yang berhubungan dengan kehamilan; batuk yang disertai sesak
napas
Dosis terapi : Oral, umum 0,5 - 10 mg/hari; anak 10 - 100 mcg/kg bb/hari; lihat juga pemberian
dosis di atas. Injeksi intramuskular atau injeksi intravena lambat atau infus (sebagai
deksametason fosfat), awal 0,5 - 24 mg; anak 200 - 400 mcg/kg bb/hari. Udema serebral yang
berhubungan dengan kehamilan (sebagai deksametason fosfat), melalui injeksi intravena, awal
10 mg, kemudian 4 mg melalui injeksi intramuskular tiap 6 jam selama 2-4 hari kemudian secara
bertahap dikurangi dan dihentikan setelah 5-7 hari. Pengobatan pendukung bakteri meningitis,
(dimulai sebelum atau dengan dosis pertama pengobatan antibakteri, sebagai deksametason
fosfat) (tanpa indikasi), dengan injeksi intravena 10 mg tiap 6 jam selama 4 hari; anak 150
mcg/kg bb tiap 6 jam selama 4 hari. Catatan: Deksametason 1 mg sebanding dengan
deksametason fosfat 1,2 mg sebanding dengan deksametason natrium fosfat 1,3 mg.
Golongan : Kortikostreoid
Mekanisme kerja : Mengurangi peradangan dengan menekan migrasi leukosit polimorfonuklear
(PMN) dan mengurangi permeabilitas kapiler; menstabilkan membran sel dan lisosom,
meningkatkan sintesis surfaktan, meningkatkan konsentrasi serum vitamin A, dan menghambat
prostaglandin dan sitokin proinflamasi; menekan proliferasi limfosit melalui sitolisis langsung,
menghambat mitosis, memecah agregat granulosit, dan meningkatkan mikrosirkulasi paru
Interaksi obat : Interaksi Dexamethasone dengan Obat Lain, Berikut ini beberapa interaksi
antarobat yang dapat terjadi apabila dexamethasone digunakan bersamaan dengan obat lain:
Penurunan kadar dexamethasone di dalam darah jika digunakan bersama phenytoin, rifampicin,
barbiturat, carbamazepine, atau ephedrine Peningkatan kadar dexamethasone di dalam darah jika
digunakan bersama erythromycin, ketoconazole, atau ritonavir
Efek samping : Efek Samping dan Bahaya Dexamethasone
Beberapa efek samping dexamethasone yang dapat dialami penggunanya adalah:
Sakit perut, Sakit kepala, Pusing, Nafsu makan meningkat, Sulit tidur, Perubahan siklus
menstruasi, Muncul jerawat.
18. Eritromisin
Indikasi : Sebagai alternatif untuk pasien yang alergi penisilin untuk pengobatan enteritis
kampilobakter, pneumonia, penyakit Legionaire, sifilis, uretritis non gonokokus, prostatitis
kronik, akne vulgaris, dan profilaksis difetri dan pertusis.
Dosis terapi : oral: dewasa dan anak di atas 8 tahun, 250-500 mg tiap 6 jam atau 0,5-1 g tiap 12
jam (lihat keterangan di atas); pada infeksi berat dapat dinaikkan sampai 4 g/hari. anak sampai 2
tahun, 125 mg tiap 6 jam; 2-8 tahun 250 mg tiap 6 jam. Untuk infeksi berat dosis dapat
digandakan.Akne: 250 mg dua kali sehari, kemudian satu kali sehari setelah 1 bulan.Sifilis
stadium awal, 500 mg 4 kali sehari selama 14 hari.Infus intravena: infeksi berat pada dewasa dan
anak, 50 mg/kg bb/hari secara infus kontinu atau dosis terbagi tiap 6 jam; infeksi ringan 25
mg/kg bb/hari bila pemberian per oral tidak memungkinkan.
Golongan : Antibiotik makrolid
Mekanisme kerja : Menghambat sintesis protein pada organisme yang rentan dengan mengikat
secara reversibel ke subunit ribosom 50 S, sehingga menghambat translokasi transfer-RNA
aminoasil dan menghambat sintesis polipeptida.
Interaksi obat : Interaksi Erythromycin dengan Obat Lain, Efek interaksi yang bisa terjadi jika
erythromycin digunakan bersamaan dengan obat-obatan tertentu, antara lain: