OKSIDASI-REDUKSI
I.1 Redoks
Dalam kimia, reaksi oksidasi terjadi ketika elektron dilepaskan, sementara
reaksi reduksi terjadi ketika elektron diterima. Reaksi oksidasi dan reduksi selalu
terjadi bersamaan, sehingga jumlah elektron yang dilepaskan dalam reaksi
oksidasi sama dengan jumlah elektron yang diterima dalam reaksi reduksi. Ini
disebut reaksi redoks.
4. Jumlah bilangan oksidasi yang positif dan negatif dalam suatu molekul atau
senyawa, hasilnya harus nol.
5. Jumlah bilangan oksidasi untuk setiap atom dalam seluruh ion, hasilnya
harus sama dengan muatan ion itu sendiri.
4) Jika ada unsur lain, tambahkan unsur tersebut pada ruas yang lain.
5) Menyamakan jumlah muatan dengan menambahkan elektron pada ruas
yang jumlah muatannya lebih besar.
1. Permanganometri
Titrasi permanganometri merupakan titrasi redukdi-oksidasi yang
menggunakan KMnO4 sebagai reagen. Titrasi ini digunakan untuk
mengidentikasi asam oksalat (C2O42-) dan asam askorbat (C6H8O6) atau biasa
disebut vitamin C.
16H+ + 2MnO- + C2O42-→ 2Mn2+ + 10CO2 + 8 H2O (reaksi dengan ion oksalat)
6H+ + 5C6H8O6 + 2MnO- → 2Mn2+ + 5C6H8O6 + 8 H2O (reaksi dengan asam
aksorbat)
Hal lain yang terjadi pada titrasi permanganometri antara lain:
a. Reaksi akan cepat berjalan apabila pH cukup asam. pH yang kurang
asam / tinggi akan cenderung membentuk MnO 2 bukan Mn2+. Biasanya
digunakan H2SO4 sebagai katalis.
b. Pada awal titrasi, reaksi cenderung lambat. Oleh karena itu, adanya
pembentukan Mn2+ membuat reaksi berjalan dengan cepat karena Mn 2+
mengkatalisasi reaksi ini. [4]
2. Iodimetri
Titrasi iodimetri merupakan titrasi reduksi-oksidasi yang menggunakan iodin
(I3-) sebagai reagen kunci. Indikator yang digunakan dalam titrasi ini adalah
amilum. Metode yang digunakan dalam titrasi ini adalah titrasi balik.
Dikarenakan menggunakan titrasi yang berbeda, maka langkahnya pun
berbeda. Langkah-langkahnya, yaitu:
a. Pembentukan Iodin
Caranya dengan mereaksikan ion iodidat (IO 3-) dengan ion iodide yang
dibuat berlebih dengan ion IO3- sebagai reaksi pembatas.
b. Penambahan Iodin ke analit
Ion I3- yang telah terbentuk direaksikan dengan analit. Contoh analit yang
dapat digunakan dalam titrasi ini adalah asam askorbat.
c. Titrasi Iodin dengan ion tiosulfat (S2O33-)
Pada saat iodin bereaksi dengan analit akan menghasilkan ion I 3- yang
berlebih, maka akan dititrasi dengan ion triosulfat.
d. Perhitungan titrasi Iodometri[5]
Senyawa yang dapat ditetapkan kadarnya dengan titrasi iodimetri adalah
asam askorbat (vitamin C). Bahan uji dititrasi dengan larutan iodin standar
hingga muncul warna biru[6]
3. Iodometri
Iodometri merupakan satu di antara titrasi reduksi-oksidasi yang prosesnya
melibatkan iodium bebas dalam larutan. Titrasi ini digunakan untuk
menentukan zat reduktor kuat seperti SnCl 2. Titrasi iodometri termasuk
reaksi titrasi kembali karena pada prosesnya titrasi ini digunakan untuk zat
oksidator seperti Fe(III) dan KMnO4. Lalu, zat-zat ini akan mengoksidasi
iodida dan membentuk iodin. Iodin yang terbentuk tersebut akan ditentukan
menggunakan larutan baku tiosulfat. Tentunya, zat oksidator yang
digunakan sebagai analit dalam titrasi ini adalah mampu bereaksi dengan
iodida serta nantinya akan menghasilkan I 2. Secara kuantitatif, I2 tersebut
dititrasi dengan larutan Na2S2O3 (tiosulfat). Titrasi iodometri juga termasuk
titrasi tidak langsung. Semua oksidator yang ingin ditetapkan kadarnya
direaksikan dengan ion iodida berlebih (I -) dahulu sehingga I2 dapat
dibebaskan. Lalu, I2 dititrasi dengan larutan baku sekunder Na2S2O3
menggunakan amilum sebagai indikator. Titrasi iodometri bermanfaat
menetapkan kadar dari larutan iodin dan natrium triosulfat. [7]
4. Bromometri
Titrasi bromometri merupakan titrasi redoks yang diperuntukkan untuk fenol
dan asam hidroksi benzoat. Satu di antara senyawa yang dapat ditetapkan
kadarnya dengan bromometri adalah asam salisilat. Brom terlebih dahulu
dibebaskan dengan ditambahkan asam pekat, reaksinya:
KI → K +¿+I ¿
2−¿¿
Na2S203→ 2 Na+¿+S 2 O 3 ¿
−¿ ¿
2−¿+2 e ¿
¿
Oksidasi=2 S 2O 32−¿→ S 4 O 6
¿ ¿
Reduksi=I2+2 e →2 I
−¿ ¿
2−¿+ 2 I ¿
¿
Redoks = 2 S 2O 32−¿+ I 2→ S 4 O 6
1. Partana CF, Wiyarsi A. Mari Belajar Kimia untuk SMA-MA Kelas XII IPA.
Jakarta:Penerbit SIC; 2009
2. Anonim. Reaksi Redoks dan Elektrokimia. (2011). Surabaya: Pusat
Pengembangan Pendidikan dan Aktivitas Instruksional Institut Teknologi
Sepuluh Nopember.
3. Rohmah J., Rini C. S. (2020). Kimia Analisis. Sidoarjo; UMSIDA Press
5. Erwanto, D., Utomo, Y.B., Fiolana, F.A., Yahya, M. Pengolahan Citra Digital
untuk Menentukan Kadar Asam Askorbat pada Buah dengan Metode Titrasi
Iodimetri. Jurnal Ilmiah Multilek Indonesia. 2018 ; 12(2) : 73-74
6. Indayatmi. Analisis Titrimetri dan Gravimetri. Yogyakarta : Alif Gemilang
Publisher ; 2020
7. Sudjadi dan Abdul Rohman. Analisis Kuantitatif Obat. Yogyakarta : UGM
Press ; 2018
8. Manitto, P. (1981). Biosintesis produk alami. Terjemahan: Koensoemardiyah.
Semarang: IKIP Semarang Press.
9. Jacob, R. A. (2005). Vitamin C in modern nutrition in health and disease 1.
Edition. A. Philadelphia: Waverly Company
10. Andarwulan., & Sutrisno. (1992). Kimia vitamin. Jakarta: Rajawali Pers.