Anda di halaman 1dari 9

PRETEST PRAKTIKUM

TEKNOLOGI EKSTRAKSI BAHAN ALAM

EKSTRAKSI CABE JAWA

 Klasifikasi cabe jawa

Divisio : Spermatophyta
Class : Angiospermae
Subclass : Dicotyledonae
Order : Piperales
Family : Piperaceae
Genus : Piper
Species : Piper retrofractum Vahl. (Depkes, 2001)
 Deskripsi
Buah majemuk berupa bulir, warna kelabu sampai coklat kelabu atau berwarna
hitam kelabu sampai hitam, bentuk bulat panjang sampai silindris, bagian ujung agak
mengecil, panjang 2-7 cm, garis tengah 4-8 mm, bergagang panjang atau tanpa gagang,
permukaan luar tidak rata, bertonjolan teratur. Pada irisan melintang bulir tampak buah-
buah batu, masing-masing dengan daun pelindung yang tersusun dalam spiral pada poros
bulir, kadang-kadang bagian tengah bulir berongga. Kulit buah berwarna coklat tua
sampai hitam, kadang- kadang berwarna lebih muda. Kulit biji warna coklat, hampir
seluruh inti biji terdiri dari perisperm berwarna putih. Buah batu berbentuk bulat telur,
berukuran lebih kurang 2 mm, daun pelindung berbentuk perisai (Depkes, 1977).
 Kandungan
Minyak atsiri 0,9%, piperin 4-6%, damar, piperidin (Depkes, 1977). Menurut
Aneja et al., (2010) P. retrofractum mengandung alkaloida piperin, metil piperin,
pipernonalin, piperetin, asarinin, pellitorin, piperundekalidin, piperlongumin,
piperlonguminin, retrofraktamid A, pergumidien, brakistamid- B, dimer
desmetoksipiplartin, N -isobutil-dekadienamid, brakiamid- A, brackhstin, pipersid,
piperderidin, longamid.

 Senyawa piperin

Senyawa piperin adalah senyawa kimia golongan alkaloid, sedikit larut


dalam air. Bila dikecap mula-mula tidak berasa, lama-lama terasa tajam mengigit,
apabila piperin terhidrolisis akan terurai menjadi piperidin dan asam piperat.
Mempunyai berat molekul 285,3377, titik lebur 1280C-1320C, titik didih
498,5240C, kelarutan air 40 mg/L (180C) (cas.ChemNet.com). Kelarutan piperin
yaitu larut dalam pelarut organik pada pelarut etanol, petroleum eter, kloroform,
metanol. Piperin tidak larut dalam air (Kolhe et al., 2011).
Piperin mempunyai aktivitas dapat menurunkan demam dengan daya
antipiretiknya, mengurangi rasa sakit, antioksidan dan mengurangi peradangan.
Senyawa ini mempunyai aktivitas farmakologi yang telah teruji secara invivo
(pada tikus) yaitu mempunyai aktivitas penyakit tukak lambung, antitumor, dan
berfungsi sebagai imunomodulator (Joy et al., 2010; Manoj et al., 2004).
 Pengertian ekstraksi
Menurut Departemen Kesehatan RI (2006), ekstraksi adalah proses penarikan
kandungan kimia yang dapat larut dari suatu serbuk simplisia, sehingga terpisah dari bahan
yang tidak dapat larut.

 Macam-macam ekstraksi
1. Maserasi
Maserasi adalah proses ekstraksi simplisia menggunakan pelarut dengan beberapa
kali pengadukan pada suhu ruangan. Prosedurnya dilakukan dengan merendam
simplisia dalam pelarut yang sesuai dalam wadah tertutup. Pengadukan dilakukan
dapat meningkatkan kecepatan ekstraksi. Kelemahan dari maserasi adalah prosesnya
membutuhkan waktu yang cukup lama. Ekstraksi secara menyeluruh juga dapat
menghabiskan sejumlah besar volume pelarut yang dapat berpotensi hilangnya
metabolit. Beberapa senyawa juga tidak terekstraksi secara efisien jika kurang terlarut
pada suhu kamar (27oC). Ekstraksi secara maserasi dilakukan pada suhu kamar (27oC),
sehingga tidak menyebabkan degradasi metabolit yang tidak tahan panas (Departemen
Kesehatan RI, 2006). Keuntungan dari metode ini adalah peralatannya sederhana.
Sedang kerugiannya antara lain waktu yang diperlukan untuk mengekstraksi sampel
cukup lama, cairan penyari yang digunakan lebih banyak, tidak dapat digunakan untuk
bahan-bahan yang mempunyai tekstur keras seperti benzoin, tiraks dan lilin.

2. Perkolasi
Perkolasi merupakan proses mengekstraksi senyawa terlarut dari jaringan selular
simplisia dengan pelarut yang selalu baru sampai sempurna yang umumnya dilakukan
pada suhu ruangan. Perkolasi cukup sesuai, baik untuk ekstraksi pendahuluan maupun
dalam jumlah besar (Departemen Kesehatan RI, 2006).
Keuntungan metode ini adalah tidak memerlukan langkah
tambahan yaitu sampel padat (marc) telah terpisah dari ekstrak.
Kerugiannya adalah kontak antara sampel padat tidak
merata atau terbatas dibandingkan dengan metode refluks, dan
pelarut menjadi dingin selama proses perkolasi sehingga tidak melarutkan komponen
secara efisien

3. Soxhlet
Metode ekstraksi soxhlet adalah metode ekstraksi dengan prinsip pemanasan dan
perendaman sampel. Hal itu menyebabkan terjadinya pemecahan dinding dan membran
sel akibat perbedaan tekanan antara di dalam dan di luar sel. Dengan demikian,
metabolit sekunder yang ada di dalam sitoplasma akan terlarut ke dalam pelarut
organik. Larutan itu kemudian menguap ke atas dan melewati pendingin udara yang
akan mengembunkan uap tersebut menjadi tetesan yang akan terkumpul kembali. Bila
larutan melewati batas lubang pipa samping soxhlet maka akan terjadi sirkulasi.
Sirkulasi yang berulang itulah yang menghasilkan ekstrak yang baik (Departemen
Kesehatan RI, 2006).
Keuntungan metode ini adalah :
- Dapat digunakan untuk sampel dengan tekstur yang lunak dan tidak tahan terhadap
pemanasan secara langsung.
- Digunakan pelarut yang lebih sedikit
- Pemanasannya dapat diatur (Sudjadi, 1988).
Kerugian dari metode ini :
- Karena pelarut didaur ulang, ekstrak yang terkumpul pada wadah di sebelah bawah
terus-menerus dipanaskan sehingga dapat menyebabkan reaksi peruraian oleh panas.
- Jumlah total senyawa-senyawa yang diekstraksi akan melampaui kelarutannya dalam
pelarut tertentu sehingga dapat mengendap dalam wadah dan membutuhkan volume
pelarut yang lebih banyak untuk melarutkannya.
- Bila dilakukan dalam skala besar, mungkin tidak cocok untuk menggunakan pelarut
dengan titik didih yang terlalu tinggi, seperti metanol atau air, karena seluruh alat
yang berada di bawah komdensor perlu berada pada temperatur ini untuk pergerakan
uap pelarut yang efektif (Sudjadi, 1988).

4. Refluks
Ekstraksi dengan cara ini pada dasarnya adalah ekstraksi berkesinambungan. Bahan
yang akan diekstraksi direndam dengan cairan penyari dalam labu alas bulat yang
dilengkapi dengan alat pendingin tegak, lalu dipanaskan sampai mendidih. Cairan
penyari akan menguap, uap tersebut akan diembunkan dengan pendingin tegak dan
akan kembali menyari zat aktif dalam simplisia tersebut. Ekstraksi ini biasanya
dilakukan 3 kali dan setiap kali diekstraksi selama 4 jam (Departemen Kesehatan RI,
2006). Keuntungan dari refluks adalah dapat digunakan untuk mengekstraksi sampel-
sampel yang memiliki tekstur kasar dan tahan pemanasan langsung. Kerugiannya
adalah membutuhkan volume total pelarut yang besar dan sejumlah manipulasi dari
operator.
5. Digesti
Digesti adalah maserasi kinetik (dengan pengadukan kontinu) pada suhu yang lebih
tinggi dari suhu ruangan, yaitu secara umum dilakukan pada suhu 40-50oC
(Departemen Kesehatan RI, 2006). Keuntungan dari pemanasan :
- Kekentalan pelarut brkurang, sehingga dapat mengakibatkan berkurangnya
lapisan batas
- Daya melarutkan cairan penyari akan meningkat
- Koefisien difusi berbanding lurus dengan suhu absolut dan berbanding terbalik
dengan kekentalan.
6. Infusa
Infusa adalah ekstraksi dengan pelarut air pada suhu penangas air (bejana infus
tercelup dalam penangas air mendidih), suhu terukur (96-98oC) selama waktu tertentu
(15-20 menit) (Departemen Kesehatan RI, 2006).

7. Dekok
Dekok adalah infus pada waktu yang lebih lama dan suhu sampai titik didih air,
yaitu pada suhu 90-100oC selama 30 menit (Departemen Kesehatan RI, 2006)

 Definisi dan macam-macam ekstrak


Ekstrak adalah sediaan kering, kental atau cair yang dibuat dengan menyari
simplisia nabati atau hewani menurut cara yang paling cocok, di luar pengaruh cahaya
matahari langsung (Departemen Kesehatan RI, 1979).
Ekstrak berdasarkan sifatnya dapat dibagi menjadi:
1. Ekstrak encer, sediaan yang masih dapat dituang
2. Ekstrak kental, sediaan yang tidak dapat dituang dan memiliki kadar air sampai 30%
3. Ekstrak kering, sediaan yang berbentuk serbuk, dibuat dari ekstrak tumbuhan yang
diperoleh dari penguapan bahan pelarut
4. Ekstrak cair, mengandung simplisia nabati yang mengandung etanol sebagai bahan
pengawet.

 Cairan penyari atau penyalut


Farmakope Indonesia menetapkan bahwa sebagai cairan penyari yang aman
digunakan adalah air, etanol, etanol-air atau eter (Kementrian Kesehatan RI, 1986).
Pemilihan cairan penyari harus mempertimbangkan banyak faktor. Cairan penyari yang
baik harus memenuhi kriteria berikut :
1. Selektivitas
2. Kemudahan bekerja dan proses dengan cairan tersebut
3. Ekonomis
4. Ramah lingkungan
5. Keamanan (Kementrian Kesehatan RI, 2000).

Dalam pemilihan pelarut, terdapat beberapa faktor yang perlu diperhatikan yaitu:

1. Harga kostanta distribusi tinggi untuk gugus yang bersangkutan dan konstanta
distribusi rendah untuk gugus pengotor lainnya.
2. Kelarutan pelarut organic rendah dalam air
3. Viskositas kecil dan tidak membentuk emulsi dengan air
4. Tidak mudah terbakar dan tidak bersifat racun
5. Mudah melepas kembali gugus yang terlarut didalamnya untuk keperluan analisa
lanjut.

Etanol merupakan golongan alkohol dengan jumlah atom karbon dua dan
mempunyai nilai kepolaran 0,68 (Ashurst, 1995). Keuntungan penggunaan etanol sebagai
pelarut adalah mempunyai titik didih yang rendah sehingga lebih mudah menguap, oleh
karena itu, jumlah etanol yang tertinggal di dalam ekstrak sangat sedikit. Etanol
dipertimbangkan sebagai penyari karena lebih selektif, mikrobia sulit tumbuh dalam etanol
20% ke atas, tidak beracun, netral, absorpsinya baik, etanol dapat bercampur dengan air
pada segala perbandingan, panas yang diperlukan untuk pemekatan lebih sedikit. Etanol
dapat melarutkan alkaloid basa, minyak menguap, glikosida, kurkumin kumarin,
antrakinon, flavonoid, steroid, damar dan klorofil dengan demikian zat pengganggu yang
terlarut hanya sedikit (Kementrian Kesehatan RI, 1986). Etanol tidak menyebabkan
pembengkakan membran sel dan memperbaiki stabilitas bahan obat terlarut. Keuntungan
lain dari etanol mampu mengendapkan albumin dan menghambat kerja enzim. Etanol
(70%) sangat efektif dalam menghasilkan jumlah bahan aktif yang optimal, dimana bahan
pengganggu hanya skala kecil yang turun kedalam cairan pengekstraksi (Kementrian
Kesehatan RI, 1986).

Faktor-faktor yang mempengaruhi proses ekstraksi yaitu


1. Ukuran Bahan
Pengecilan ukuran bertujuan untuk memperluas permukaan bahan sehingga
mempercepat penetrasi pelarut ke dalam bahan yang akan diekstrak danmempercepat
waktu ekstraksi. Sebenarnya semakin kecil ukuran bahan semakin luas pula
permukaan bahan sehingga semakin banyak oleoresinyang dapat diekstrak. Tetapi
ukuran bahan yang terlalu kecil juga menyebabkan banyak minyak volatile yang
menguap selama penghancuran.
2. Suhu Ekstraksi
Ekstraksi akan lebih cepat dilakukan pada suhu tinggi, tetapi padaekstraksi oleoresin
hal ini dapat meningkatkan beberapa komponen yang terdapatdalam rempah akan
mengalami kerusakan
3. Pelarut
Jenis pelarut yang digunakan merupakan faktor penting dalam ekstraksioleoresin.
Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah : daya melarutkan oleoresin, titik didih,
toksisitas (daya atau sifat racun), mudah tidaknya terbakar dan sifat korosif.

Anda mungkin juga menyukai