Anda di halaman 1dari 43

DAFTAR ISI

BAB I....................................................................................................................................................2
PENDAHULUAN................................................................................................................................2
A. Latar Belakang........................................................................................................................2
B. Rumusan Masalah...................................................................................................................3
C. Tujuan......................................................................................................................................3
D. Manfaat....................................................................................................................................3
BAB II...................................................................................................................................................4
KAJIAN PUSTAKA.............................................................................................................................4
BAB III................................................................................................................................................12
METODE PENELITIAN....................................................................................................................12
A. Waktu dan Tempat...................................................................................................................12
B. Alat dan Bahan........................................................................................................................12
BAB IV...............................................................................................................................................14
ANALISIS DAN PEMBAHASAN.....................................................................................................14
A. ANALISIS...............................................................................................................................14
B. PEMBAHASAN......................................................................................................................27
C. DISKUSI.................................................................................................................................37
BAB V.................................................................................................................................................39
PENUTUP...........................................................................................................................................39
A. Kesimpulan..............................................................................................................................39
B. Saran........................................................................................................................................40
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................41
LAMPIRAN.......................................................................................................................................42

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam kehidupan sehari-hari kita melakukan aktifitas, baik yang telah


merupakan kebiasaan misalnya berdiri, berjalan, mandi, makan dan sebagainya atau
yang hanya kadang-kadang saja kita lakukan. Untuk melakukan aktifitas itu kita
memerlukan enrgi. Energi yang diperlukan ini kita peroleh dari bahan makanan yang
kita makan. Pada umumnya  bahan makanan itu mengandung tiga kelompok utama
senyawa kimia, yaitu karbohidrat, protein dan lemak atau lipid. 

Energi yang terkandung dalam karbohidrat itu pada dasarnya berasal dari
energi matahari. Karbohidrat, dalam hal ini glukosa, dibentuk dari karbon dioksida
dan air dengan bantuan sinar matahari dan klorofil dalam daun. Selanjutnya glukosa
yang terjadi diubah menjadi amilum dan disimpan pada bagian lain, misalnya pada
buah atau umbi. Proses pembentukan glukosa dari karbon dioksida dan air disebut
proses fotosintesis. 

Secara biokimia, karbohidrat adalah polihidroksil-aldehida atau polihidroksil-


keton, atau senyawa yang menghasilkan senyawa-senyawa ini bila dihidrolisis.
Karbohidrat mengandung gugus fungsi karbonil (sebagai aldehida atau keton) dan
banyak gugus hidroksil. Pada awalnya, istilah karbohidrat digunakan untuk golongan
senyawa yang mempunyai rumus(CH2O)n ,yaitu senyawa-senyawa yang  n atom
karbonnya tampak terhidrasi oleh n molekul air. Namun demikian, terdapat pula
karbohidrat yang tidak memiliki rumus demikian dan ada pula yang mengandung
nitrogen, fosforus, atau sulfur. Karbohidrat menyediakan kebutuhan dasar yang
diperlukan tubuh makhluk hidup. Monosakarida, khususnya glukosa, merupakan
nutrient utama sel. Misalnya, pada vertebrata, glukosa mengalir dalam aliran darah
sehingga tersedia bagi seluruh sel tubuh. Sel-sel tubuh tersebut menyerap glukosa dan
mengambil tenaga yang tersimpan di dalam molekul tersebut pada proses respirasi
selular untuk menjalankan sel-sel tubuh. Selain itu, kerangka karbon monoksakarida
juga berfungsi sebagai bahan baku untuk sintesis jenis molekul organic kecil
lainnya,termasuk asam amino dan asam lemak. Sebagai nutrisi untuk manusia, 1 gram
karbohidrat memiliki nilai energi 4 Kalori. Dalam menu makanan orang Asia
Tenggara termasuk Indonesia, umumnya kandungan karbohidrat cukup tinggi, yaitu
antara 70%-80%. Bahan makanan sumber karbohidrat ini misalnya padi-padian atau
serealia (gandum dan  beras), umbi-umbian (kentang, singkong, ubi jalar), dan gula. 

Laporan tentang karbohidrat ini disusun untuk memenuhi tugas Biokimia,


serta untuk mengembangkan materi mengenai karbohidrat yang dapat mendorong
berkembangnya kompetensi pembaca tentang karbohidrat. Pembaca juga dapat
menggunakan laporan ini sebagai rujukan pelajaran mengenai karbohidrat.

2
B. Rumusan Masalah
1. Apakah terdapat karbohidrat (monosakarida, disakarida, polisakarida) pada uji
Molish?
2. Bagaimana cara menetukanadanya zat yang mereduksi dalam suasana alkalis
dan membedakan sakarida (gula) yang tidak mereduksi dan sakarida yang
tidak dapat mereduksi pada uji Benedict?
3. Bagaimana cara menunjukkan adanya Fruktosa pada uji Seliwanoff?
4. Bagaimana cara menunjukkan adanya Polisakarida (terutama Amilum) dan
membedakan Amilum dengan Laktosa pada uji Iodine?
5. Bagaimana cara menemukan adanya Karbohidrat pada bahan yang belum
dikenal secara umum komposisinya pada uji Karbohidrat buah?
C. Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengidentifikasi adanya karbohidrat (monosakarida,
disakarida, polisakarida) pada uji.
2. Mahasiswa dapat menunjukkan adanya zat-zat yang mereduksi dalam satuan
alkalis, dan dapat membedakan sakarida (gula) yang dapat mereduksi dan
sakarida yang tidak dapat mereduksi.
3. Mahasiswa dapat menunjukkan adanya fruktosa.
4. Mahasiswa dapat menunjukkan adanya polisakarida (terutama amilum),
mahasiswa dapat membedakan amilum dan glikogen.
5. Mahasiswa dapat menunjukkan adanya karbohidrat pada bahan yang belum
dikenal secara umum komposisinya.
D. Manfaat
1. Menentukan dan mengidentifikasi adanya karbohidrat (Monosakarida,
Disakarida, Polisakarda) pada uji Molish.
2. Menunjukkan adanya zat-zat yang mereduksi dalam suasana alkalis dan
membedakan sakarida (gula) yang dapat mereduksi dan sakarida yang tidak
dapat mereduksi melalui uji Benedict.
3. Menunjukkan adanya Fruktosa pada uji Seliwanoff.
4. Menunjukkan adanya Polisakarida (terutama Amilum) dan membedakan
Amilum dan Laktosa pada uji Iodine.
5. Menunjukkan adanya Karbohidrat pada bahan yang belum dikenal secara
umum komposisinya pada uji Karbohidrat buah.

3
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

Secara biokimia, karbohidrat adalah polihidroksil-aldehida atau polihidroksil-keton, atau


senyawa yang menghasilkan senyawa-senyawa ini bila dihidrolisis. Karbohidrat mengandung
gugus fungsi karbonil (sebagai aldehida atau keton) dan banyak gugus hidroksil. Pada awalnya,
istilah karbohidrat digunakan untuk golongan senyawa yang mempunyai rumus (CH 2O)n, yaitu
senyawa-senyawa yang n atom karbonnya tampak terhidrasi oleh n molekul air. Namun, terdapat
pula karbohidrat yang tidak memiliki rumus demikian dan ada pula yang mengandung nitrogen,
fosforus, atau sulfur. (https://id.wikipedia.org/)

Dalam kondisi rendah karbohidrat, tidak seperti orang-orang kelaparan, konsentrasi


glukosa tetap dipertahankan meskipun kurangnya asupan karbohidrat. Pemeliharaan dari
konsentrasi glukosa dan kurangnya pemecahan protein endogen merupakan perbedaan
penting antara kelaparan dan asupan karbohidrat sangat rendah. (Westman et al., 2007:277)

Jenis Jenis Karbohidrat

Gula sederhana (monosakarida)

Monosakarida yaitu senyawa yang mengandung enam atau lima atom karbon.
Monosakarida tidak terhidroilisis menjadi lebih sederhana lagi, tetapi hasil dari hidrolisis dari
tiga golongan yang lain. Monosakarida merupakan senyawa yang tidak berwarna,
mempunyai rasa manis dan berbentuk kristal dan larut dalam air. Salah satu jenis
monosakarida yang penting adalah glukosa atau gula yang memiliki enam atom karbon,
dengan rumus kimia yaitu C Glukosa merupakan monosakarida yang paling umum dan
senyawa organik yang paling banyak terdapat di alam.

Oligosakarida

Oligosakarida yaitu senyawa yang berisi dua atau lebih gula sederhana yang dihubungkan
oleh pembentukan asetal antara gugus aldehid atau keton dengan gugus hidroksil. Jika dua
gula sederhana digabung akan menjadi disakarida, tiga gula sederhana digabung menjadi
trisakarida. Ikatan penghubung bersama - sama gula ini disebut glikosida. Senyawa ini juga
larut dalam air, sedikit larut dalam alkohol dan tidak larut dalam eter. Ikatan glikosida dapat
terhidrolisis oleh asam encer menghasilkan komponen monosakarida. Disakarida yang
banyak terdapat di alam adalah sukrosa, laktosa dan maltosa.

4
Polisakarida

Polisakarida yaitu senyawa yang terdirir atas banyak ikatan gula sederhana yang
dihubungkan dalam ikatan glikosida. Polisakarida meliputi : pati, selulosa dan dekstrin,
merupakan substansi yang amorph yang sebagian tidak larut dalam air dan tidak berasa
(Hamidjojo, 2005)

Contoh Karbohidrat

Sukrosa

Sukrosa mengandung glukosa dan fruktosa. Sukrosa ditemukan dalam tebu. Sukrosa
adalah non gula pereduksi. Formula sukrosa C12H22O11. Sukrosa dihidrolisis oleh sukrase
menjadi fruktosa dan glukosa. Tanaman membentuk sukrosa dan hewan lainnya tidak bisa
membuat sukrosa. Hal ini secara alami ditemukan pada tanaman. Nenas dan aprikot
merupakan sumber utama dari sukrosa. Sukrosa dihidrolisis menjadi glukosa dan fruktosa.
Lebih dari konsumsi sukrosa memiliki efek yang merugikan kesehatan seperti karies gigi.
Karies gigi, bakteri mulut mengubah gula menjadi asam yang menyerang enamel gigi. Lebih
dari konsumsi sukrosa juga berhubungan dengan sindrom metabolik seperti diabetes mellitus.
Sebuah studi yang dilakukan pada tikus di mana tikus diberi makan diet yang mengandung
dua pertiga dari sukrosa, di tingkat trigliserida mulai meningkat dan kemudian pada resistensi
insulin dikembangkan. Pada tikus penelitian lain diberi makan diet kaya sukrosa yang
dikembangkan hipertrigliseridemia, hiperglikemia dan resistensi insulin.

Maltosa

Maltosa juga disebut gula malt. Ini berisi dua molekul glukosa yang bergabung
dengan α (1 → 4) linkage. Maltosa dihidrolisis oleh maltase dalam usus. Maltosa adalah gula
pereduksi dan membentuk osazon kristal. Maltosa terjadi dalam tubuh sebagai produk
setengah pati pencernaan. Ketika maltosa dihidrolisis, ia menghasilkan dua molekul glukosa.

Laktosa

Ini juga disebut gula susu. Laktosa adalah disakarida yang ditemukan dalam susu.
Laktosa adalah molekul gula besar yang terdiri dari dua molekul gula yang lebih kecil,
glukosa dan galaktosa. Laktosa dihidrolisis oleh laktase di usus. Intoleransi laktosa adalah
ketika seseorang memiliki kesulitan atau tidak dapat mencerna susu karena kurangnya
laktase. Anak-anak yang diduga intoleransi laktosa dapat dinilai secara klinis oleh eliminasi
laktosa diet atau dengan tes termasuk non-invasif pengujian napas hidrogen atau invasif
penentuan biopsi usus laktase (dan disaccharidase lainnya) konsentrasi. Manajemen
mencakup penggunaan produk laktase-diperlakukan susu atau suplemen laktase lisan,
pembatasan makanan yang mengandung laktosa, eliminasi orordairy. (Asif, 2011:002)

5
Heksosa

Heksosa, baik sebagai monomer (misalnya, glukosa) atau polimer (misalnya selulosa
dan amilosa), adalah karbohidrat yang paling umum dikonsumsi oleh ruminansia karena serat
dan pati dalam diet ruminansia. Selulosa adalah polisakarida paling melimpah di dinding sel
tumbuhan dan menganugerahkan kekuatan struktural untuk tanaman. Amilosa dan
amilopektin membentuk dua polisakarida penyimpanan yang paling melimpah di jaringan
tanaman.

Hemiselulosa

Hemiselulosa biasanya sebuah heteropolimer terdiri dari arabinose dan xylose dengan
jumlah yang lebih kecil dari glukosa, galaktosa dan rhamnose. (Pinder, 2012:715)

Pati

Dalam pati terdapat dua bagian, yaitu bagian yang larut dalam air disebut amilosa
(10-20%), dan bagian yang tak larut dalam air disebut amilopektin (80-90%). Amilosa dan
amilopektin mempunyai rumus empiris (C6H10O5), dan bila dihidrolisis menunjukkan adanya
sifat-sifat karbonil, dan pati tersusun atas satuan-satuan maltosa. Bila pati yang terdapat
dalam sel dihidrolisis oleh enzim maka pati akan pecah menjadi bagian yang lebih kecil
disebut dekstrin, sehingga diperoleh maltosa. Salah satu polisakarida yang terdapat dalam
tanaman disebut inulin yang bila dihidrolisis akan memberikan warna kuning akan
menghasilkan fruktosa dan sejumlah kecil dari glukosa (Sastrohamidjojo, 2005). Pati tidak
larut dalam air dan dalam analisis pati, memberikan warna biru dengan iodium. Hasil
hidrolisis pati/amilum adalah glukosa (Manatar dkk., 2012:89). Dalam proses hidrolisis rantai

polisakarida tersebut dipecah menjadi monosakarida-monosakarida. Hidrolisis adalah


pemecahan suatu senyawa menggunakan air. Hidrolisis dengan larutan asam biasanya

menggunakan larutan asam encer, dimana kecepatan reaksinya sebanding dengan konsentrasi
asam (Mastuti & Dwi, 2010:23).

Kadar glukosa dan ethanol pada hasil fermentasi onggok yang dihidrolisa dengan
asam klorida, asam sulfat, dan asam oksalat dengan konsentrasi asam, jumlah ragi, dan waktu
fermentasi hasil optimasi. Kadar glukosa untuk onggok yang dihidrolisis dengan asam sulfat
adalah 23,88%, asam klorida 23,73%, sedangkan asam oksalat 20,43%, karena pada proses
hidrolisis (pemanasan), asam oksalat akan terurai menjadi H2O dan CO2 (Yusrin & Ana,
2010:24).

6
Karbohidrat Polimer Tinggi

Karbohidrat polimer yang sangat tinggi

Karbohidrat polimer yang sangat tinggi seperti selulosa, mannan, atau xylan, yang
menghasilkan kompleks yang tidak larut dalam alkali dengan solusi tembaga basa. Sebuah
kompleks jenis ini terdiri dari polisakarida yang bersangkutan, tembaga (II) atau besi (III),
logam alkali, dan hidroksi organik. Kompleks ini membentuk serpihan coklat dengan larutan
Fehling. Jika produk Maillard dihancurkan dengan klorin dioksida, kompleks tembaga biru
muda endapan. Jika ini diperlakukan dengan asam metanol-asetat, polisakarida berwarna atau
campuran polisakarida yang diperoleh. Campuran ini dapat secara kuantitatif ditentukan.
Jumlah polisakarida yang dapat diendapkan dengan cara ini tergantung pada tingkat
memanggang kopi. Kandungan endapan polisakarida meningkat sesuai dengan peningkatan
memanggang.

Karbohidrat polimer tinggi

karbohidrat polimer tinggi, polisakarida diendapkan dengan larutan tembaga alkali


terdiri dari mannan dan galactan. Biasanya glucan sedikit juga hadir. Dalam kasus biasanya
panggang kopi arabika polisakarida con tains sekitar 94% mannan dan 6% galactan
sementara ro busta kopi mengandung 88% mannan dan 10-12% galaktan. Biasanya kurang
dari 0,5% glukan. Angka-angka ini hanya berlaku untuk isi polisakarida endapan. (Arya &
Jagan 2007:63)

Uji karbohidrat

Uji Benedict

Uji benedict pertama kali ditemukan oleh seorang ahli kimia Amerika bernama
Stanley Rossiter Benedict. Semua jenis monosakarida akan menunjukkan hasil positif dengan
uji benedict, disakarida pereduksi seperti maltosa dan laktosa juga menunjukkan hasil positif.
Disakarida non pereduksi seperti sukrosa dan jenis-jenis polisakarida tidak bereaksi positif
dengan uji ini.

Uji benedict adalah uji kimia untuk mengetahui kandungan gula (karbohidrat)
pereduksi. Gula pereduksi meliputi semua jenis monosakarida dan beberapa disakarida
seperti laktosa dan maltosa. Pada uji Benedict, pereaksi ini akan bereaksi dengan gugus
aldehid, kecuali aldehid dalam gugus aromatik, dan alpha hidroksi keton. Oleh karena itu,
meskipun fruktosa bukanlah gula pereduksi, namun karena memiliki gugus alpha hidroksi
keton, maka fruktosa akan berubah menjadi glukosa dan mannosa dalam suasana basa dan
memberikan hasil positif dengan pereaksi benedict.

7
Uji Benedict bertujuan untuk mengetahui adanya gula pereduksi dalam larutan
sampel. Prinsip dari uji ini adalah gugus aldehid atau keton bebas pada gula reduksi yang
2+
terkandung dalam sampel mereduksi ion Cu dari CuSO4.5H2O dalam suasana alkalis
+
menjadi Cu yang mengendap menjadi Cu2O. Suasana alkalis diperoleh dari Na2CO3 dan Na
sitrat yang terdapat pada reagen Benedict. Pada uji ini menghasilkan endapan merah bata
yang menandakan adanya gula pereduksi pada sampel. Endapan yang terbentuk dapat
berwarna hijau, kuning atau merah bata tergantung pada konsentrasi gula reduksinya.
semakin berwarna merah bata maka gula reduksinya semakin banyak (Kusbandari, 2015).

Uji Molisch

Uji Molisch ini adalah tes kimia sensitif untuk kehadiran karbohidrat, berdasarkan

dehidrasi karbohidrat oleh asam sulfat atau asam klorida untuk menghasilkan aldehida, yang
mengembun dengan dua molekul fenol (biasanya α- naftol, meskipun fenol lainnya (misalnya
resorsinol, timol) juga memberikan produk berwarna), menghasilkan senyawa merah- atau

ungu berwarna. Gula reduksi dioksidasi oleh ion tembaga dalam larutan untuk membentuk

asam karboksilat dan endapan kemerahan tembaga (I) oksida dalam waktu tiga menit.

Mengurangi disakarida menjalani reaksi yang sama, tetapi melakukannya pada tingkat lebih

lambat. (Anonymmous, 2014)

Uji iodine

Polisakarida yang merupakankarbohidrat kompleks mempunyai sifat larut dalam air


dingin. Polisakaridamerupakan polimer monosakarida, mangandung banyak satuan monosakarida
yang dihubungkan oleh ikatan glikosida. Hidrolisis lengkap dari polisakarida akan
menghasilkan monosakarida. Glikogen dan amilum merupakan polimer glukosa. Amilum
atau pati terbentuk lebih dari500 molekul monosakarida. Pati terdapat dalam umbi-umbian
sebagai cadangan makanan pada tumbuhan. Jika dilarutkan dalam air panas, pati dapat
dipisahkanmenjadi dua fraksi utama, yaitu amilosa danamilopektin. Perbedaan terletak pada
bentuk rantai dan jumlah monomernya. Amilosa terdiri atas 250-300 unit D-glukosayang terikat
dengan ikatan α-1,4-glikosidik sehingga molekul amilosa berupa rantaiterbuka. Sementara
amilopektin memiliki1000 unit glukosa yang membuat molekulamilopektin lebih besar
daripada molekulamilosa. Amilopektin memiliki ikatan α-1,4-glikosidik namun sebagian
memiliki ikatan1,6-glikosidik. Karena adanya ikatan 1,6-glikosidik tersebut molekul
amilopektin berbentuk rantai terbuka dan bercabang. Penambahan iodium pada suatu
polosakarida akan menyebabkan terbentuknya kompleks adsorpsi bewarna spesifik.

8
Amilum atau pati dengan iodium menghasilkan warna biru atau ungu. Timbulnya warna biru
menandakan bahwa bagian dari amilosa lah yang membentuk senyawa. Sementara warna ungu atau merah
lembayung menandakan reaksi yangterjadi adalah antara amilopektin dengan iodium.Pati dalam
suasana asam bila dipanaskan akan terhidrolisis menjadi senyawa-senyawa yang lebih sederhana.
Pengujian laju hidrolisis dapat dilakukan dengan penambahan iodium. Hasil hidrolisis ini akan
dibentuk amilodekstrin yang memberi warna biru dengan iodium, entrodekstrin yang memberi
warna merah dengan iodium, serta berturut-turut akan dibentuk akroodekstrin, maltosa, dan glukosa
yang tidak memberi warna dengan iodium. Tahap pada saat larutan hasil hidrolisis sudah tidak
menimbulkan warna biru dengan iodium disebut titik akromatik.

Karbohidrat pada buah

Karbohidrat memiliki rumus umum Cn(H2O)n atau (CH2O)n dan masih dibagilagi ke
dalam empat kelompok yaitu monosakarida, disakarida,oligosakarida dan polisakarida.
Monosakarida berasa manis, larut dalam air, dapat dikristalkan dan disebut dengan gula
reduksi. Monosakarida yang banyak terdapat di dalam tumbuhan ialah glukosa dan fruktosa
yang keduanya isomer satu dengan yang lain, sedang disakarida yang banyak terdapat di
dalam tumbuhan ialah sukrosa, maltosa dan selobiosa (Dwidjoseputro 1992). Sukrosa yang
terdiri dari glukosa dan fruktosa bukan termasuk gula reduksi.

Jenis karbohidrat lain yaitu oligosakarida dan polisakarida disusun oleh unit-unit
monosakarida dan memiliki rumus umum yang berbeda. Amilum adalah polisakarida yang
merupakan bentuk simpanan pada sel-sel tumbuhan termasuk buah, sedang selulosa atau serat
kasar merupakan komponen struktural yang menyusun dinding sel tumbuhan. Anggota
polisakarida lain yaitu pektin mempunyai peranan dalam proses pelunakan buah yang sudah
matang.

9
Buah merupakan hasil perkembangan bakal buah (ovari) yang di dalamnya terdapat
biji (Abidin 1991). Perkembangan bakal biji menjadi biji diikuti dengan perkembangan
ovarium menjadi buah yang membungkus dan melindungi biji tersebut.

Secara umum buah mentah dikenal dengan karakteristik berwarna hijau, tekstur keras,
rasa masam dan tidak berasa sama sekali seperti tepung yang tawar, aromanya sedikit atau
tanpa aroma. Selama pematangan buah terjadi perubahan dalam berbagai segi antara lain
perubahan struktur, tekstur, warna, rasa dan proses biokimia yang terjadi di dalamnya
(Abidin 1991). Pelunakan karena adanya hidrolisis poliskarida pada dinding sel, termasuk
juga terhidrolisisnya protopektin menjadi pektin yang larut sehingga daya rekat antar sel
berkurang dan buah menjadi lunak (Eskin et al. 1971). Hidrolisis zat pati atau lemak pada
buah menyebabkan buah menjadi lunak. Laju degradasi senyawa pektin secara langsung
berhubungan dengan laju pelunakan buah.

Perubahan karbohidrat terjadi selama pemasakan buah. Pada buah muda,karbohidrat


masih banyak dalam bentuk pati sehingga rasa buah tidak manis. Selama proses pematangan
buah, melalui reaksi enzimatis, pati akan dipecah menjadi gula sederhana seperti glukosa,
fruktosa dan sukrosa sehingga buah menjadi manis.Buah akan menjadi lebih manis setelah
asam organik atau molekul pati diubah menjadi gula yang bisa mencapai konsentrasi 20%
pada buah matang (Campbell et al. 1999).

Cuaca adalah keadaan atau kelakuan atmosfer pada waktu tertentu yang sifatnya
berubah-ubah dari waktu ke waktu, sedangkan iklim adalah rata-rata keadaan cuaca dalam
jangka waktu yang cukup lama, minimal 30 tahun yang sifatnya tetap (Kartosapoetra 2004).
Keragaman iklim antar wilayah di dunia dikendalikan oleh beberapa faktor alam, salah
satunya adalah ketinggian tempat dari permukaan laut yang kemudian berpengaruh terhadap
suhu. Pengaruh iklim terhadap tanaman diawali oleh pengaruh langsung cuaca terutama
radiasi dan suhu terhadap fotosintesis dan proses metabolisme lain di dalam sel organ
tanaman. Fotosintesis dan respirasi merupakan awal proses hidup. Kedua proses tersebut
berlangsung serentak, hanya saja fotosintesis berlangsung pada periode cahaya matahari
siang hari atau perlakuan dengan lampu, sedang respirasi berlangsung terus-menerus.

10
Fotosintesis dan respirasi dipengaruhi langsung oleh cuaca/iklim, yaitu radiasi surya dan suhu
sebagai faktor utama (main factors) dan unsur-unsur lainnya sebagai pendukung (cofactors)
(Lambers et al. 2008).

untuk mengetahui kandungan karbohidrat pada berbagai tingkat kematangan buah


dapat di uji melalui uji molish, uji benedict, uji seliwanoff, dan uji iodine.

11
Uji Selliwanof

Uji Seliwanoff digunakan untuk ketohesksosa. Reagen Ini terdiri dari resorsinol
(C6H4(OH)) dalam 6M HCl. Konsentrasi asam klorida memungkinkan ketosa mengalami
dehidrasi dibandingkan aldoses dan lebih lanjut membentuk produk merah ceri. Ketose
mengandung senyawa dapat menghasilkan hasil yang positif, Fruktose dan sukrosa adalah
ketosa sementara laktosa, glukosa, xilosa, dan galaktosa adalah aldosa.

Tabel 2.1 Hasil uji Selliawanof (Caragay et al., 2013).

Gula Hasil pengamatan

Fruktosa Produk merah ceri


Laktosa Larutan kuning
Glukosa Larutan kuning
Xilosa Larutan kuning
Sukrosa Produk merah ceri
Pati Larutan kuning

Gambar 2.9 Reaksi uji Selliwanof

(http://www.harpercollege.edu/tm-
ps/chm/100/dgodambe/thedisk/carbo/seli/seli.htm)

12
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat


Hari dan tanggal : Senin, 16 Februari 2019
Waktu : Pukul 08:40 – 12.00 WIB
Tempat : Laboratorium Biologi Dasar FMIPA Universitas Negeri
Surabaya

B. Alat dan Bahan


Alat

No. Alat jumlah


1. Tabung reaksi 12 buah
2. Pipet tetes 12 buah
3. Rak tabung reaksi 4 buah
4. Penjepit tabung reaksi 1 buah
5. Gelas ukur 3 buah
No. Bahan
6. Pembakar spiritus 4jumlah
buah
1. Glukosa 2 ml
2. Fruktosa 2 ml
Bahan
3. Laktosa 2 ml
4. Sukrosa 2 ml
5. Maltosa 2 ml
6. Amilum 2 ml
7. Selulosa 2 ml
8. Larutan H2SO4 pekat 1 ml
9. Pereaksi molish 1 ml
10. Pereaksi benedict 3 ml
11. Pereaksi seliwanoff 2 ml
12. Larutan iodin 1 M 1 ml
13. Larutan HCl 1 ml
14. Larutan NaOH 1 ml
15. Ekstrak buah 1 ml
13
16. Aquades 1 ml
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. ANALISIS

No Jenis uji Larutan Hasil pengamatan


karbohidrat sebelum sesudah
1. Molish 2mL Glukosa 1% Glukosa : tidak Glukosa + pereaksi
(2-3 tetes) berwarna molish
merah muda keruh
Pereaksi molish : merah
pekat Glukosa + pereaksi
molish + H2SO4
H2SO4 : tidak berwarna Cincin ungu (++)

2mL Sukrosa 1% Sukrosa : tidak Sukrosa + pereaksi


berwarna molish
merah muda keruh
Pereaksi molish : merah
pekat Sukrosa + pereaksi
molish + H2SO4
H2SO4 : tidak berwarna Cincin ungu (+++)

Fruktosa : tidak Fruktosa + pereaksi


berwarna molish
merah muda keruh
Pereaksi molish : merah
pekat Fruktosa + pereaksi
molish + H2SO4
H2SO4 : tidak berwarna Cincin ungu (+++)

Laktosa : tidak Laktosa + pereaksi


berwarna molish
merah muda keruh
Pereaksi molish : merah
pekat Laktosa + pereaksi
molish + H2SO4
H2SO4 : tidak berwarna Cincin ungu (++)

Glikogen : tidak Glikogen + pereaksi


berwarna molish
merah muda keruh
Pereaksi molish : merah
pekat Glikogen + pereaksi
molish + H2SO4
H2SO4 : tidak berwarna Cincin ungu (+)

Maltosa : tidak Maltosa + pereaksi


berwarna molish
merah muda keruh
Pereaksi molish : merah
pekat Maltosa + pereaksi
molish + H2SO4
H2SO4 : tidak berwarna Cincin ungu (+)

Selulosa : tidak Selulosa + pereaksi


berwarna molish

14
merah muda keruh
Pereaksi molish : merah
pekat Selulosa + pereaksi
molish + H2SO4
H2SO4 : tidak berwarna Cincin ungu (+++
+)
2. Benedict 5 tetes Glukosa Pereaksi benedict : biru Pereaksi benedict +
(2mL) 1% Glukosa tidak
Glukosa : tidak berwarna
berwarna
Endapan : merah bata
(++)
5 tetes Sukrosa Pereaksi benedict : biru Pereaksi benedict +
1% Sukrosa biru (+++)
Sukrosa : tidak
berwarna Endapan : tidak ada
5 tetes Fruktosa Pereaksi benedict : biru Pereaksi benedict +
1% Fruktosa coklat
Fruktosa: tidak
berwarna Endapan : merah bata
(+++)
5 tetes Laktosa Pereaksi benedict : biru Pereaksi benedict +
1% Laktosa coklat
Laktosa : tidak
berwarna Endapan : merah bata
(++)
5 tetes Glikogen Pereaksi benedict : biru Pereaksi benedict +
1% Glikogen biru (++
Glikogen: tidak +)
berwarna
Endapan : tidak ada
5 tetes Maltosa Pereaksi benedict : biru Pereaksi benedict +
1% Maltosa biru muda
Maltosa: tidak berwarna
Endapan : coklat (++)
5 tetes Selulosa Pereaksi benedict : biru Pereaksi benedict +
1% Selulosa coklat
Selulosa: tidak
berwarna Endapan : merah bata
(++)
3. Seliwanoff 5 tetes Glukosa Pereaksi seliwannof : Campuran : jingga (++)
1% kuning pudar (+)
Waktu :
Glukosa: tidak 00:40:51
berwarna

Campuran : tidak
berwarna
5 tetes Sukrosa Pereaksi seliwanoff: Campuran : jingga (++
1% Kuning pudar (+) +)

Sukrosa: tidak berwarna Waktu :


00:30:24
Campuran : tidak
berwarna
5 tetes Fruktosa Pereaksi seliwanoff: Campuran : jingga (++
1% kuning pudar (+) +)

15
Fruktosa: tidak Waktu :
berwarna 00:37:15

Campuran : tidak
berwarna
5 tetes Laktosa Pereaksi seliwanoff: Campuran : jingga (++)
1% kuning pudar (+)
Waktu :
Laktosa: tidak berwarna 00:49:29

Campuran : tidak
berwarna
5 tetes Glikogen Pereaksi seliwanoff: Campuran : jingga (++)
1% kuning pudar (+)
Waktu :
Glikogen: tidak 00:54:12
berwarna

Campuran : tidak
berwarna
5 tetes Maltosa Pereaksi seliwanoff: Campuran : jingga (++)
1% kuning pudar (+)
Waktu :
Maltosa: tidak berwarna 00:44:56

Campuran : tidak
berwarna
5 tetes Selulosa Pereaksi seliwanoff: Campuran : jingga (++)
1% kuning pudar (+)
Waktu :
Selulosa: tidak 00:30:24
berwarna

Campuran : tidak
berwarna
4 iodine 3mL Amilum 1% Amilum : tidak Campuran : keruh (++)
+ 2 tetes H2O berwarna

H2O : tidak berwarna

Campuran : keruh (+++)


3mL Amilum 1% Campuran : biru gelap
+ 2 tetes HCL atau pekat
3mL Amilum 1% Amilum : tidak Campuran : keruh (+)
+ 2 tetes NaOH berwarna

NaOH : tidak berwarna

Campuran : keruh (++)


3mL Selulosa1% Amilum : tidak Campuran : tidak
+ 2 tetes H2O berwarna berwarna

H2O: tidak berwarna

Campuran : tidak
berwarna
3mL Selulosa1% Amilum : tidak Campuran : kuning (++
+ 2 tetes HCL berwarna +)
16
HCL: tidak berwarna

Campuran : tidak
berwarna
3mL Selulosa1% Amilum : tidak Campuran : merah bata
+ 2 tetes NaOH berwarna (+++)

NaOH : tidak berwarna

Campuran : tidak
berwarna
3mL Laktosa1% Amilum : tidak Campuran : kuning (+)
+ 2 tetes H2O berwarna

H2O : tidak berwarna

Campuran : tidak
berwarna
3mL Laktosa1% Amilum : tidak Campuran : tidak
+ 2 tetes NaOH berwarna berwarna

HCL : tidak berwarna

Campuran : tidak
berwarna
3mL Laktosa1% Amilum : tidak Campuran : merah bata
+ 2 tetes NaOH berwarna (++)

NaOH : tidak berwarna

Campuran : tidak
berwarna

Tabel pengamatan pada buah

kel Jenis Uji Buah Hasil Pengamatan


Sebelum Sesudah
1. Molish Sawo
a. Masak Ekstrak sawo Sawo : keruh
masak : coklat coklat (+)
kehijauan (++)
Endapan : hijau (-)
Pereaksi Molish :
merah pekat Cincin : ungu (+)

H2SO4 : tidak Endapan : hijau (-)


berwarna
b. Ranum Ekstrak sawo Sawo : keruh
masak : coklat coklat (+)
kehijauan (+)
Endapan : hijau (+)
Pereaksi Molish :
17
merah pekat Cincin : ungu (++)

H2SO4 : tidak Endapan : hijau (-)


berwarna
c. Mentah Ekstrak sawo Sawo : coklat (++
masak : coklat +)
kehijauan (-)
Cincin : ungu (++
Pereaksi Molish : +)
merah pekat
Endapan : (-)
H2SO4 : tidak
berwarna
Benedict Sawo
a. Masak Ekstrak sawo Ekstrak sawo
masak : coklat masak + pereaksi
kehijauan (++) Benedict
orange (+++)
Pereaksi Benedict
: biru Endapan : (-)
b. Ranum Ekstrak sawo Ekstrak sawo
masak : coklat ranum + pereaksi
kehijauan (+) Benedict
orange (++)
Pereaksi Benedict
: biru Endapan : merah
bata (+)
c. mentah Ekstrak sawo Ekstrak sawo
masak : coklat mentah + pereaksi
keruh (-) Benedict
merah bata (+)
PereaksiBenedict:
biru Endapan : merah
bata (++)
Seliwanoff Sawo
a. Masak Ekstrak sawo Ekstrak sawo
masak : coklat masak+ pereaksi
kehijauan (++) Seliwanoff
Merah (++)
Pereaksi
Seliwanoff: Endapan : (-)
kuning pudar
b. Ranum Ekstrak sawo Ekstrak sawo
ranum: coklat ranum+ pereaksi
kehijauan (-) Seliwanoff
Merah (+)
Pereaksi
Seliwanoff: Endapan : (-)
kuning pudar
c. Mentah Ekstrak sawo Ekstrak sawo
mentah: coklat mentah + pereaksi
keruh (-) Seliwanoff
Merah maroon (++
18
Pereaksi +)
Seliwanoff:
kuning pudar Endapan : (-)
Iodine Sawo
a. Masak Ekstrak sawo Ekstrak sawo
masak : coklat masak+ pereaksi
kehijauan (++) Iodine
Merah (++)
Pereaksi Iodine :
merah pekat Endapan : (-)
b. Ranum Ekstrak sawo Ekstrak sawo
ranum: coklat ranum+ pereaksi
kehijauan (-) Seliwanoff
Merah (+)
Pereaksi Iodine:
merah pekat Endapan : (-)
c. Mentah Ekstrak sawo Ekstrak sawo
mentah: coklat mentah + pereaksi
keruh (-) Iodine
Coklat kuning (+)
Pereaksi Iodine:
merah pekat Endapan : (-)
2. Molish Pepaya
a. Masak Ekstrak pepaya Berwarna oranye
masak : coklat (+++)
kehijauan (-)
Terbentuk cincn
Pereaksi Molish : ungu (+)
merah pekat

H2SO4 : tidak
berwarna
b. Ranum Ekstrak pepaya Berwarna oranye
ranum: orange (++)
pucat
Terbentuk cincn
Pereaksi Molish : ungu (++)
merah pekat

H2SO4 : tidak
berwarna
c. Mentah Ekstrak pepaya Ekstrak mentah +
mentah : hijau pereaksi
muda Seliwanoff
Merah maroon (++
Pereaksi Molish : +)
merah pekat
Endapan : (-)
H2SO4 : tidak
berwarna
Benedict Pepaya
a. Masak Ekstrak pepaya Berwarna biru (++)
masak : oranye
19
Pereaksi
benedict : biru
b. ranum Ekstrak pepaya Berwarna
ranum : kuning kehijauan (++)
keoranyean

Pereaksi
benedict : biru
c. mentah Ekstrak pepaya Berwarna kuning
mentah : hijau pekat (++)

Pereaksi
benedict : biru
Seliwanoff Pepaya
a. Masak Ekstrak pepaya Berwarna oranye
masak : oranye (+++)

Pereaksi Terdapat endapan


seliwanoff : tidak (+)
berwarna
b. Ranum Ekstrak pepaya Berwarna kuning
ranum : kuning (++)
keoranyean
Terdapat endapan
Pereaksi (+)
seliwanoff : tidak
berwarna
c. Mentah Ekstrak pepaya Berwarna kuning
mentah : hijau (+)

Pereaksi Terdapat endapan


seliwanoff : tidak (+)
berwarna
Iodine Pepaya
a. Masak Ekstrak pepaya Berwarna coklat
masak : oranye kehijauan (++)

Pereaksi iodine :
merah bata
b. Ranum Ekstrak pepaya Berwarna kuning
ranum : kuning kecoklatan (++)
keoranyean

Pereaksi iodine :
merah bata
c. Mentah Ekstrak pepaya Berwarna oranye
mentah : hijau kekuningan (++)

Pereaksi iodine :
merah bata
3 Molish Pisang

20
a. Masak Ekstrak pisang Cincin berwarna
masak berwarna ungu (+++)
putih keruh (+++)

Pereaksi molish
berwarna merah
bata

Larutan H2SO4
tidak berwarna
b. Ranum Ekstrak pisang Cincin berwarna
ranum berwarna ungu (++)
putih keruh (+++
)
Pereaksi molish
berwarna merah
bata

Larutan H2SO4
tidak berwarna
c. Mentah Ekstrak pisang Cincin berwarna
mentah berwarna ungu (++)
putih keruh (++)

Pereaksi molish
berwarna merah
bata

Larutan H2SO4
tidak berwarna
Benedict Pisang
a. Masak Ekstrak pisang Berwarna kuning
masak berwarna kunyit
putih keruh (+++)

Pereaksi benedict
berwarna biru
b. Ranum Ekstrak pisang Berwarna merah
ranum berwarna bata (+++)
putih keruh (+)

Pereaksi benedict
berwarna biru

c. Mentah Ekstrak pisang Terbentuk endapan


mentah berwarna berwarna merah
putih keruh (+++) bata (+++)

Pereaksi benedict
berwarna biru
Seliwanoff Ptsang
a. Masak Ekstrak pisang Berwarna oranye

21
masak berwarna (++)
putih keruh (+++)
Waktu 17.92 detik
Pereaksi
seliwanoff tidak
berwarna
b. Ranum Ekstrak pisang Berwarna oranye
ranum berwarna (+)
putih keruh (+) Waktu 40.17 detik

Pereaksi
seliwanoff tidak
berwarna
c. Mentah Ekstrak pisang -Berwarna oranye
mentah berwarna (+)
putih keruh (++ -
) Waktu 30.80 detik
Pereaksi
seliwanoff tidak
berwarna
Iodine Pisang
a. Masak Ekstrak pisang Berwarna oranye
masak berwarna dan terdapat
putih keruh (+++) endapan (+)

Pereaksi iodine
berwarna merah
bata
b. Ranum Ekstrak pisang Berwarna oranye
ranum berwarna dan terdapat
putih keruh (+) endapan (++)
Pereaksi iodine
berwarna merah
bata
c. Mentah Ekstrak pisang Berwarna oranye
mentah berwarna dan terdapat
putih keruh (++) endapan (+++)
Pereaksi iodine
berwarna merah
bata
4 Molish Alpukat
a. Masak Ekstrak alpukat Cincin berwarna
masak berwarna ungu (+++)
kuning

Pereaksi molish
berwarna merah
bata

Larutan H2SO4
tidak berwarna
b. Ranum Ekstrak alpukat Cincin berwarna
ranum berwarna ungu (++)
22
kuning kehijauan

Pereaksi molish
berwarna merah
bata

Larutan H2SO4
tidak berwarna
c. Mentah Ekstrak alpukat Cincin berwarna
mentah berwarna ungu (+)
hijau

Pereaksi molish
berwarna merah
bata

Larutan H2SO4
tidak berwarna
Benedict Alpukat
a. Masak Ekstrak alpukat Berwarna jingga
masak berwarna (+)
kuning

Pereaksi benedict
berwarna biru
b. Ranum Ekstrak alpukat Berwarna jingga (+
ranum berwarna +)
kuning kehijauan

Pereaksi benedict
berwarna biru
c. Mentah Ekstrak alpukat Berwarna jingga (+
mentah berwarna ++)
hijau

Pereaksi benedict
berwarna biru
Seliwanoff Alpukat
a. Masak Ekstrak alpukat Kuning keruh (++
masak berwarna +)
kuning Waktu 36 detik

Pereaksi
seliwanoff tidak
berwarna
b. Ranum Ekstrak alpukat Kuning keruh (++)
ranum berwarna Waktu 40 detik
kuning kehijauan

Pereaksi
seliwanoff tidak
berwarna
c. Mentah Ekstrak alpukat Kuning keruh (+)
23
mentah berwarna Waktu 47 detik
hijau

Pereaksi
seliwanoff tidak
berwarna
Iodine Alpukat
a. Masak Ekstrak alpukat Berwarna coklat (+
masak berwarna ++)
kuning

Pereaksi iodine
berwarna merah
bata
b. Ranum Ekstrak alpukat Berwarna coklat (+
ranum berwarna +)
kuning kehijauan

Pereaksi iodine
berwarna merah
bata
c. Mentah Ekstrak alpukat Berwarna coklat
mentah berwarna (+)
hijau

Pereaksi iodine
berwarna merah
bata
Keterangan: (+) : cerah

(++) : pekat

(+++) : sangat pekat

Pada tabel data 1 yaitu tabel hasil pengamatan uji molish, terdapat larutan yang
memiliki cincin berwarna ungu paling kuat atau menonjol dengan presentase (+++) yaitu
larutan fruktosa dan sukrosa sedangkan yang memiliki cincin berwarna ungu paling
lemah dengan presentase (+) yaitu larutan selulosa.
Pada tabel data 2 yaitu tabel hasil pengamatan uji benedict, terdapat larutan yang
memiliki perubahan warna menjadi merah bata yaitu larutan glukosa, laktosa, dan
selulosa. Selain itu juga terdapat larutan yang tidak mengalami perubahan atau tetap
berwarna biru yaitu larutan glikogen.
Pada tabel data 3 yaitu tabel hasil pengamatan uji seliwanoff, terdapat larutan yang
memiliki waktu perubahan warna paling cepat dengan durasi 53 detik yaitu larutan
fruktosa. Selain itu, larutan yang memerlukan waktu untuk merubah warna paling lama
yaitu larutan laktosa.
Pada tabel data 4 yaitu tabel hasil pengamatan uji iodine, terdapat larutan amilum
yang sebelum dipanaskan berwarna biru pekat dan setelah dipanaskan berubah menjadi
tidak berwarna sedangkan larutan yang lainnya tidak mengalami perubahan.

24
Pada tabel data 5 yaitu tabel hasil pengamatan uji karbohidrat pada buah yang terdiri
atas tiga jenis buah yaitu buah mentah, ranum dan masak. Ketiga jenis buah ini dilakukan
uji molish, benedict, seliwanoff dan iodine untuk membuktikan adanya karbohidrat pada
buah.

a. Uji Molish
Praktikum uji molish ini bertujuan untuk mengetahui adanya karbohidrat yaitu
ditandai dengan adanya cincin berwarna ungu. Adanya cincin berwarna ungu
disebabkan karena pereaksi molish yang terdiri atas α-naftol dalam alkohol akan
bereaksi dengan fulfural mebentuk senyawa kompleks berwarna ungu. Selain itu
ditambahkannya larutan H2SO4 pekat yaitu untuk menghidrolisis karbohidrat.
Pada praktikum ini, hasil uji menunjukkan bahwa semua bahan yang diuji adalah
karbohidrat. Namun, larutan yang paling terlihat jelas cincin berwarna ungu adalah
larutan fruktosa dan sukrosa. Uji molish ini sangat spesifik untuk menunjukkan
adanya golongan monosakarida, disakarida dan polisakarida pada larutan karbohidrat.

b. Uji Benedict
Praktikum uji benedict bertujuan untuk membedakan sakarida yang dapat
mereduksi dan sakarida yang tidak mereduksi, dimana ditandai dengan adanya
perubahan warna menjadi merah bata. Pada praktikum ini, hasil uji menunjukkan
larutan yang positif berubah warna menjadi merah bata yaitu larutan glukosa, laktosa,
dan selulosa. Sedangkan larutan yang lainnya menunjukkan hasil yang negatif
sehingga tidak termasuk gula pereduksi.
Perubahan wana yang dialami larutan glukosa, laktosa dan selulosa menunjukkan
bahwa larutan tersebut merupakan gula pereduksi. Dalam hal ini glukosa mampu
mereduksi senyawa pengoksidasi, dimana ujung pereduksinya adalah ujung yang
mengandung aldehide.

c. Uji Seliwanoff
Praktikum uji seliwanoff ini bertujuan untuk mengetahui adanya fruktosa yaitu
dengan ditandai dengan adanya perubahan warna menjadi jingga dan dalam kurun
waktu yang cepat. Pada praktikum ini, larutan fruktosa adalah yang paling cepat
mengalami perubahan warna menjadi jingga yaitu selama 53 detik. Sedangkan untuk
larutan uji yang lain memerlukan waktu lebih dari satu menit untuk mengalami
perubahan warna. Hal ini menunjukkan bahwa larutan fruktosa termasuk kedalam
gula ketosa yang mengandung gugus keton.

d. Uji Iodine
Praktikum uji iodine ini bertujuan untuk menunjukkan adanya amilum yaitu
ditandai dengan adanya perubahan warna dari biru pekat menjadi tidak berwarna.
Pada praktikum ini menggunakan larutan amilum, selulosa dan laktosa yang masing-
masing diuji dengan air, HCl dan NaOH.

25
Larutan amilum menunjukkan hasil yang positif saat direaksikan dengan air
(H2O) yaitu terjadi perubahan warna yang awalnya biru pekat menjadi tidak berwarna
setelah dipanaskan. Terjadinya perubahan warna menjadi biru pekat karena fruktosa
bereaksi dengan pereaksi iodine, sehingga terbentuk kompleks biru kehitaman.

e. Uji Karbohidrat pada buah


Praktikum uji karbohidrat pada buah ini bertujuan untuk mengetahui jenis
karbohidrat apa yang ada pada beberapa jenis buah seperti buah mentah, ranum dan
masak. Pada praktikum ini menggunakan empat buah yaitu buah alpukat, sawo,
pisang dan pepaya. Setiap buah mengalami keempat uji karbohidrat yaitu uji molish,
benedict, seliwanoff dan iodine.

Pada uji molish buah yang memiliki cincin berwarna ungu paling pekat yaitu alpukat masak
dengan presentasi (+++), pisang masak dengan

B. PEMBAHASAN
1. Uji molish
Pada percobaan pertama, larutan glukosa 1% ditambah dengan pereaksi
molisch dan setelah di tambahkan larutan H2SO4 pekat menghasilkan warna putih,
serta membentuk cincin ungu (++) tebal.
Pada percobaan kedua, larutan sukrosa 1% ditambah dengan pereaksi molisch
dan setelah di tambahkan larutan H2SO4 pekat membentuk cincin ungu (+++) tipis dan
di dasar cincin berwarna putih.
Pada percobaan ketiga, larutan selulosa 1% ditambah dengan pereaksi Molish,
dan ditambahkan larutan H2SO4 pekat menghasilkan dan membentuk cincin ungu (+)
dan di dasar cincin berwarna peach (merah muda agak kekuningan).

Pada saat dilakukan uji molish dengan menggunakan beberapa larutan seperti
glukosa (monosakarida), sukrosa (disakarida), dan selulosa (polisakarida) didapat data
pengamatan dengan hasil seluruh larutan uji ketika direaksikan dengan pereaksi
Molisch dan dialirkan dengan larutan asam sulfat pekat dengan cara memiringkan

26
tabung reaksi, sehingga pada akhir reaksi dapat membentuk cincin berwarna ungu,
maka seluruh larutan menunjukan hasil yang positif untuk uji karbohidrat.
Terbentuknya kompleks berwarna ungu ini karena  pengaruh hasil dehidrasi
monosakarida (furfural) dengan α-naftol dari pereaksi Molisch. Didalam literatur,
Pada monosakarida, cincin ungu pada glukosa lebih banyak daripada sukrosa karena
termasuk disakarida yang memiliki cincin lebih tipis. Hsl tersebut dikarenakan
terbentuk dari kondensasi 2 molekul. Monosakarida Menghasilkan warna ungu
dengan cepat di bandingkan polisakarida yang bereaksi lebih lambat.

2. Uji benedict
Pada percobaan pertama, 2 mL pereaksi benedict ditambah 5 tetes glukosa 1%
menghasilkan warna biru (++) pada lapisan bawah dan terdapat cincin / lapisan atas
berwarna kuning (+).
Pada percobaan kedua 2 mL pereaksi benedict ditambah 5 tetes fruktosa 1%
menghasilkan warna biru (+) pada lapisan atas dan terdapat endapan warna kuning (+
++).
Pada percobaan ketiga 2 mL pereaksi benedict ditambah 5 tetes laktosa 1%
menghasilkan warna biru (++++) dan tidak ada endapan.
Pada percobaan keempat 2 mL pereaksi benedict ditambah 5 tetes sukrosa 1%
menghasilkan warna biru (+++) pada lapisan bawah dan terdapat cincin warna kuning
(+) pada lapisan atas.
Pada percobaan kelima 2 mL pereaksi benedict ditambah 5 tetes maltosa 1%
menghasilkan warna biru (++) pada lapisan bawah dan terdapat cincin berwarna
kuning (++) pada lapisan atas.

Setelah dilakukannya percobaan uji Benedict terhadap lima jenis karbohidrat


yaitu: glukosa, fruktosa, laktosa, sukrosa, dan maltosa. Pada fruktosa terdapat
endapan berwarna kuning (+++) sehingga fruktosa mengandung gula pereduksi. Hal
ini disebabkan karena gula-gula tersebut dapat mereduksi ion Cu2+ dari cupri sulfat

27
menjadi ion Cu+ yang kemudian mengendap sebagai Cu2O. Zat-zat inilah yang dapt
mereduksi dalam suasana alkalis.

Sedangkan pada glukosa, laktosa, dan maltosa seharusnya terdapat endapan


merah bata atau hijau karena pada literatur gula pereduksi meliputi semua jenis
monosakarida dan beberapa disakarida seperti laktosa dan maltosa. Dalam suasana
alkalis, sakarida akan membentuk enidid yang mudah teroksidasi. Semua
monosakarida dan disakarida. Hal itu mungkin dikarenakan gagal mereduksi ion Cu 2+
sehingga tidak terbentuk endapan merah bata ataupun hijau pada dasar tabung atau
bisa saja pada lapisan berwarna kuning di atas larutan sebenarnya adalah endapan
tetapi butuh waktu lama untuk mengendap.
Pada larutan sukrosa yang terdiri dari glukosa dan fruktosa memang bukan
termasuk gula reduksi karena tidak ada endapan hijau maupun merah bata. Hal
tersebut karena tidak adanya struktur rantai terbuka pada larutan sukrosa, sehingga
tidak rentan terhadap proses oksidasi reduksi. Tetapi pada praktikum ada lapisan
berwarna di atas larutan, seharusnya hanya ada 1 lapisan saja yaitu warna biru.

3. Uji Seliwanoff 
Pada percobaan pertama, 1 mL pereaksi seliwanoff ditambah 2 tetes glukosa
1% kemudian dipanaskan menghasilkan warna kuning.
Pada percobaan kedua, 1 mL pereaksi seliwanoff ditambah 2 tetes fruktosa 1%
kemudian dipanaskan menghasilkan warna merah.
Pada percobaan ketiga, 1 mL pereaksi seliwanoff ditambah 2 tetes sukrosa 1%
kemudian dipanaskan menghasilkan warna kuning (+).
Pada percobaan keempat, 1 mL pereaksi seliwanoff ditambah 2 tetes selulosa
1% kemudian dipanaskan menghasilkan warna putih kekuningan.
Pada percobaan kelima, 1 mL pereaksi seliwanoff ditambah 2 tetes amilum
1% kemudian dipanaskan menghasilkan warna jingga (++).
Pada percobaan keenam, 1 mL pereaksi seliwanoff ditambah 2 tetes laktosa
1% kemudian dipanaskan menghasilkan warna kuning (+++).

Pada uji ini diperoleh data bahwa hanya fruktosa yang menghasilkan warna
larutan yang spesifik yakni warna merah yang mengidentifikasikan adanya kandungan
ketosa dalam karbohidrat jenis monosakarida itu. HCl yang terkandung dalam
pereaksi Seliwanoff ini mendehidrasi fruktosa menghasilkan hidroksifurfural
28
sehingga furfural mengalami kondensasi setelah penambahan resorsinol membentuk
larutan yang berwarna merah orange. Hal ini tidak dialami oleh zat uji yang lain di
mana sukrosa, laktosa, glukosa, amilum dan selulosa menunjukkan hasil negatif
terhadap adanya ketosa. Akan tetapi kemungkinan sukrosa apabila dipanaskan terlalu
lama dapat menunjukkan hasil yang positif terhadap pereaksi Seliwanoff. Hal ini
terjadi karena adanya pemanasan berlebih menyebabkan sukrosa terhidrolisis
menghasilkan fruktosa dan glukosa sehingga fruktosa inilah yang nantinya akan
bereaksi dengan pereaksi Seliwanoff menghasilkan larutan berwarna merah.

4. Uji iodine

Pada percobaan pertama, 3 mL larutan amilum 1 % di dalam tabung reaksi 1


ditambahkan 2 tetes aquades menghasilkan warna putih keruh setelah dipanaskan, 3
mL larutan amilum 1% di dalam tabung 2 ditambahkan 2 tetes HCl menghasilkan
tidak berwarna (jernih ) setelah dipanaskan, Sedangkan, 3 mL larutan amilum 1% di
dalam tabung 3 ditambahkan 2 tetes NaOH menghasilkan tidak berwarna setelah
dipanaskan. Pada praktikum kali ini membuktikan bahwa penambahan suasana asam
dan aquades tanpa adanya larutan iodin tidak akan mengalami perubahan warna. Hal
itu menunjukkan tidak terbentuk ikatan koordinasi antara ion iodida pada heliks.

Pada percobaan kedua, 3 mL larutan selulosa 1% di dalam tabung reaksi 1


ditambahkan 2 tetes aquades menghasilkan tidak berwarna setelah dipanaskan, 3 mL
larutan selulosa 1 % di dalam tabung 2 ditambahkan 2 tetes HCl menghasilkan tidak
berwarna setelah dipanaskan, Sedangkan, 3 mL larutan selulosa 1% di dalam tabung
3 ditambahkan 2 tetes NaOH menghasilkan tidak berwarna setelah dipanaskan. Pada
praktikum kali ini membuktikan bahwa selulosa tidak mengandung amilum karena
tidak tejadi perubahan warna di karenakan tidak di tambahkan larutan iodin

Pada percobaan ketiga, 3 mL larutan laktosa 1% di dalam tabung reaksi 1


ditambahkan 2 tetes aquades menghasilkan tidak berwarna setelah dipanaskan, 3 mL
larutan laktosa 1% di dalam tabung 2 ditambahkan 2 tetes HCl menghasilkan tidak
berwarna setelah dipanaskan, Sedangkan, 3 mL larutan laktosa 1% di dalam tabung 3
ditambahkan 2 tetes NaOH menghasilkan warna hijau setelah dipanaskan. Pada
29
praktikum kali ini membuktikan bahwa tidak ada kandungan amilum, warna hijau
bukan warna yang sesuai dengan ketentuan.

Seharusnya, menurut teori uji iodin pada amilum dengan NaOH, fungsi
penambahan NaOH adalah untuk memberikan suasana basa pada uji iodin. NaOH
menghalangi terjadinya reaksi antara amilum dengan iod. Hal ini disebabkan karena
iod bereaksi dengan basa sehingga tidak mengalami reaksi dengan amilum. Keadaan
ini terjadi sebab NaOH yang sudah ada dalam larutan lebih dulu bereaksi dengan iod
membentuk senyawa NaI dan NaOI‚ sehingga pada uji dengan penambahan NaOH
tidak terjadi perubahan pada larutan amilum. Pada percobaan setelah dipanaskan,
campuran larutan yang awalnya keruh menjadi jernih. Berarti hasil uji tersebut negatif
yang ditandai dengan munculnya hasil berwarna bening.

Penambahan air pada uji iodin yaitu sebagai larutan netral. Pati jika diberi
larutan iodin warna yang dihasilkan adalah coklat bening. Larutan amilum ditambahkan
dengan air akan menghasilkan uji positif(+) yang ditandai dengan munculnya warna
cokelat bening. Terbentuknya larutan berwarna cokelat bening pada penambahan air
disebabkan karena amilum dapat bereaksi dengan iodine dalam suasana larutan netral.
Dan terbentuknya warna cokelat bening disebabkan oleh terbentuknya kompleks
berwarna cokelat bening dengan iodine. Terbentuknya warna cokelat bening ketika
ditambahkan dengan air karena dalam suasana larutan netral amilum dapat terhidrolisis
sehingga memudahkan untuk bereaksi dengan iodine membentuk kompleks berwarna
cokelat bening.
Penambahan HCl pada pengujian karbohidrat untuk menghidrolisis
polisakarida menjadi monosakarida penyusunnya. larutan amilum ditambahkan HCL
akan menghasilkan uji yang positif(+) yang ditandai dengan munculnya warna coklat
keruh.

Terbentuknya larutan berwarna cokelat keruh pada penambahan HCL disebabkan


karena amilum dapat bereaksi dengan iodine dalam suasana asam. Dan terbentuknya
warna cokelat keruh disebabkan oleh terbentuknya kompleks berwarna cokelat keruh
dengan iodine. Iodine membentuk kompleks polisakarida yang besar dengan amilosa
menghasilkan warna cokelat keruh ketika ditambahkan HCL, karena dalam suasana

30
asam amilum dapat terhidrolisis sehingga memudahkannya untuk bereaksi dengan
iodine membentuk kompleks berwarna cokelat keruh.

5. Uji karbohidrat pada buah


a. Uji molish
Pada percobaan pertama kelompok kami menggunakan buah pisang
mentah, ranum dan matang. 2 mL ekstrak pisang mentah ditambah pereaksi
Molish dan H2SO4 pekat hasilnya adalah menghasilkan warna kuning pucat dan
terbentuk cincin (++). Kemudian, 2 mL ekstrak pisang ranum ditambah pereaksi
Molish dan H2SO4 pekat hasilnya adalah menghasilkan warna kuning pucat dan
terbentuk cincin (+++). Lalu, 2 mL ekstrak pisang matang ditambah pereaksi
Molish dan H2SO4 pekat hasilnya adalah menghasilkan warna kuning pucat dan
terbentuk cincin (++++).
Pada uji Molish buah pisang matang, setengah matang dan mentah setelah
ditetesi pereaksi Molish dan H2SO4 pekat menunjukkan hasil yang sama hampir
sama, yaitu berwarna kuning pucat dan memiliki cincin ungu. Jadi buah pisang
ranum dan matang membuktikan bahwa terdapat glukosa dan sukrosa. Pada buah
pisang mentah terdapat sedikit glukosa dan selulosa karena memiliki reaksi sama
pada glukosa dan selulosa saat uji molish. Berdasarkan penjelasan sebelumnya
terbentuknya cincin ini disebabkan oleh Pereaksi molisch yang terdiri dari α-naftol
dalam alkohol akan bereaksi dengan furfural tersebut membentuk senyawa
kompleks berwarna ungu yang disebabkan oleh daya dehidrasi asam sulfat pekat
terhadap karbohidrat. Tebal tipisnya cincin tergantung dari konsentrasi pada

pekatnya.
Pada percobaan kedua, ekstrak nanas mentah menunjukkan adanya
kandungan glukosa. Kemudian, ekstrak nanas ranum dan matang menunjukan
adanya kandungan selulosa.

Pada percobaan ketiga, jambu mentah menunjukkan adanya selulosa.


Kemudian, ekstrak jambu ranum dan matang menunjukkan adanya glukosa dan
sukrosa.
Pada percobaan keempat, ekstrak alpukat mentah dan ranum menunjukkan
adanya sukrosa Lalu, ekstrak alpukat matang menunjukkan adanya glukosa.

31
Pada percobaan kelima, ekstrak apel mentah dan ranummenunjukkan
adanya glukosa dan sukrosa. Lalu, ekstrak apel matang menunjukkan adanya
selulosa.
Pada percobaan keenam, 2 mL ekstrak pepaya mentah dan matang
menunjukkan adanya kandungan selulosa sedikit glukosa. Kemudian, ekstrak
pepaya ranum meunjukkan adanya kandungan glukosa dan sukrosa
Pada percobaan ketuju, ekstrak belimbing mentah, ranum, dan matang
menunjukkan adanya selulosa
Pada percobaan kedelapan, ekstrak srikaya mentah menunjukkan adanya
kandungan sedikit glukosa dan sukrosa. Kemudian, 2 mL ekstrak srikaya ranum
dan matang menunjukkan adanya kandungan glukosa dan sukrosa.

b. Uji benedict
Pada uji buah dengan pereaksi benedict, kelompok kami menggunakan pisang
mentah, ranum dan matang. Pada percobaan pertama pereaksi benedict ditambah
ekstrak pisang mentah menghasilkan warna biru (+), lapisan atas berwarna kuning
(+++), dan terdapat endapan orange kecoklatan. Lalu, pereaksi benedict ditambah
ekstrak pisang ranum menghasilkan warna biru (+++), lapisan atas kuning (+++),
dan terdapat endapan orange (+++). Kemudian, pereaksi benedict ditambah ekstrak
pisang matang menghasilkan warna biru (+++), lapisan atas berwarna kuning(++
+), dan terdapat endapan orange kemerahan. Pada pisang mentah, ranum dan
matang merupakan gula pereduksi, perubahan warna yaitu biru kekuningan hal ini
menunjukkan bahwa di dalam terdapat gugus keton. Banyaknya endapan menandai
adanya gula pereduksi.

Pada percobaan kedua, ekstrak belimbing mentah, ranum, dan matang


menghasilkan warna dan endapan yang sama, dengan demikian mengandung
fruktosa menunjukkan adanya gula pereduksi.

Pada percobaan ketiga, ekstrak pepaya mentah, ranum, dan matang


menghasilkan warna dan endapan yang sama, dengan demikian mengandung
fruktosa menunjukkan adanya gula pereduksi.

32
Pada percobaan keempat, ekstrak srikaya mentah dan ranum bukan gula
pereduksi karena tidak ada endapan jingga maupun merah bata. Kemudian, ekstrak
srikaya matang mengandung fruktosa menunjukkan adanya gula pereduksi.
Pada percobaan kelima, ekstrak apel mentah, ranum, dan matang
menghasilkan warna dan endapan yang sama, dengan demikian mengandung
fruktosa menunjukkan adanya gula pereduksi.

Pada percobaan keenam, ekstrak nanas mentah, ranum, dan matang


menghasilkan warna dan endapan yang sama, dengan demikian mengandung
fruktosa menunjukkan adanya gula pereduksi
Pada percobaan ketujuh, ekstrak jambu mentah, ranum, dan matang
menghasilkan warna dan endapan yang sama, dengan demikian mengandung
fruktosa menunjukkan adanya gula pereduksi.
Pada percobaan kedelapan, ekstrak alpukat mentah mengandung fruktosa
menunjukkan adanya gula pereduksi. Ekstrak alpukat ranum dan matang tidak ada
endapan dengan demikian mengandung laktosa.

c. Uji seliwanoff
kelompok kami menggunakan buah pisang mentah, ranum, dan matang.
Pada percobaan pertama, 1 mL pereaksi Seliwanoff ditambah 2 tetes ekstrak
pisang mentah kemudian dipanaskan menghasilkan warna orange cerah.
Kemudian, 1 mL pereaksi Seliwanoff ditambah 2 tetes ekstrak pisang ranum
kemudian dipanaskan menghasilkan warna jingga (+). Lalu, 1 mL pereaksi
Seliwanoff ditambah 2 tetes ekstrak pisang matang kemudian dipanaskan
menghasilkan warna merah.

Pada buah pisang matang dan ranum menunjukkan hasil perubahan warna
yang sama yaitu orange-merah Namun yang membedakan adalah ketebalan warna
dari ketiga tingkat kematangan buah pisang. Buah pisang mentah menunjukkan
adanya kandungan amilum. dan pada buah pisang matang dan ranum
menunjukkan bahwa mengandung gugus keton sehingga bisa dibuktikan bahwa
pisang ranum dan matang memiliki gugus fruktosa. Hal ini terjadi karena adanya
33
pemanasan berlebih menyebabkan sukrosa terhidrolisis menghasilkan fruktosa dan
glukosa sehingga fruktosa inilah yang nantinya akan bereaksi dengan pereaksi
Seliwanoff menghasilkan larutan berwarna merah orange.
Pada percobaan kedua, Buah nanas mentah menunjukkan adanya
kandungan amilum. dan pada buah nanas matang dan ranum menunjukkan bahwa
mengandung fruktosa.
Pada percobaan ketiga, Buah apel mentah menunjukkan adanya kandungan
amilum. dan pada buah apel matang dan ranum menunjukkan bahwa mengandung
fruktosa.

Pada percobaan kempat, Buah srikaya mentah dan ranum menunjukkan


adanya kandungan selulosa. dan pada buah srikaya matang menunjukkan bahwa
mengandung amilum.
Pada percobaan kelima, Buah jambu biji mentah, ranum, dan matang
menunjukkan adanya kandungan amilum.
Pada percobaan keenam, Buah pepaya mentah, ranum, dan matang
menunjukkan adanya kandungan amilum.
Pada percobaan ketujuh, buah belimbing mentah menunjukkan adanya
kandunangan amilum. Pada buah belimbing ranum dan matang menunjukkan
adanya kandungan fruktosa.
Pada percobaan kedelapan, Buah alpukat mentah, ranum, dan matang
menunjukkan adanya kandungan amilum

d. Uji iodine

pada percobaan pertama adalah ekstrak pisang mentah 1 tetes ditambah


dengan 1 tetes iodin menghasilkan warna kuning kehitaman. Kemudian, ekstrak
pisang ranum 1 tetes ditambah dengan 1 tetes iodin menghasilkan warna coklat
kehitaman. Lalu ekstrak pisang mentah 1 tetes ditambah dengan 1 tetes iodin
menghasilkan warna ungu kehitaman.

34
Hasil menujukkan pada pisang mentah, ranum dan matang menghasilkan
warna yang hampir sama. Hal ini dikarenakan banyak mengandung amilum. Pada
buah-buahan yang mengandung amilum bukan berwarna biru. hal tersebut
dikarenakan adanya selulosa yang apabila diberi pereaksi iodin, akan mengubah
warna ekstrak menjadi merah sampai kuning.

Pada percobaan kedua, ekstrak pepaya mentah, ranum dan matang


mengandung amilum.

Pada percobaan ketiga, ekstrak alpukat mentah, ranum, dan matang


mengandung amilum.

Pada percobaan keempat, ekstrak belimbing mentah dan ranum tidak


mengandung amilum, sedangkan belimbing matang mengandung amilum.

Pada percobaan kelima, ekstrak nanas tidak mengandung amilum.

Pada percobaan keenam, ekstrak apel mentah, ranum dan matang


mengandung amilum.

Pada percobaan ketujuh, ekstrak jambu biji mentah, ranum, dan matang
mengandung amilum.

Pada percobaan kedelapan, ekstrak srikaya mentah, ranum, dan matang


mengandung amilum

C. DISKUSI
1) Uji molish
1. Mengapa terbentuk cincin berwarna merah ungu pada bahan yang mengandung
karbohidrat?
Jawab :

35
Karena adanya reaksi antara glukosa, pereaksi molish dan H2SO4. Asam kuat
H2SO4 menghidrolisis sakarida yang menghasilkan sakarida untuk menghasilkan
furfural, furfural bereaksi dengan molish yang membentuk cincin merah ungu.
2. Samakah intensitas warna cincin berwarna merah ungu pada bahan uji yang Anda
gunakan dalam praktikum ini ? Jelaskan !
Jawab :
Berbeda, Praktikum yang dilakukan tidak semuanya menunjukkan adanya cincin
berwarna ungu, karena semua tergantung pada jenis bahan uji.

2) Uji benedict
1. Apa warna dari endapan yang terbentuk ? Mengapa demikian ?
Jawab :
Warna endapan yang terbentuk adalah merah karena mengandung glukosa yang
tinggi dan mereduksi ion Cu2+ dari cupri sulfat menjadi ion Cu+ yang kemudian
mengendap sebagai Cu2O.
2. Pada uji Benedict mengapa sukrosa bukan termasuk gula reduksi ?
Jawab :
Karena warna tetap berwarna biru yang menandakan bahwa sukrosa tidak dapat
mereduksi ion Cu2+ dari CuSO4 menjadi ion Cu+.

3) Uji iodine
1. Apa warna dari endapan yang terbentuk ? Mengapa demikian ?
Jawab :
Warna endapan yang terbentuk adalah merah karena mengandung glukosa yang
tinggi dan mereduksi ion Cu2+ dari cupri sulfat menjadi ion Cu+ yang kemudian
mengendap sebagai Cu2O.

2. Pada uji Benedict mengapa sukrosa bukan termasuk gula reduksi ?


Jawab :
Karena warna tetap berwarna biru yang menandakan bahwa sukrosa tidak dapat
mereduksi ion Cu2+ dari CuSO4 menjadi ion Cu+.

36
4) Uji seliwanoff
1. Gugus apa dari karbohidrat yang memberikan reaksi positif terhadap uji seliwanoff?
Mengapa?
Jawab :
Fruktosa, karena Pada uji ini diperoleh data bahwa hanya fruktosa yang
menghasilkan warna larutan yang spesifik yakni warna merah orange yang
mengidentifikasikan adanya kandungan ketosa dalam karbohidrat jenis
monosakarida itu. HCl yang terkandung dalam pereaksi Seliwanoff ini
mendehidrasi fruktosa menghasilkan hidroksi furfural sehingga furfural mengalami
kondensasi setelah penambahan resorsinol membentuk larutan yang berwarna
merah bata. Hal ini tidak dialami oleh zat uji yang lain di mana sukrosa, amilum,
glukosa, dan maltose dan laktosa menunjukkan hasil negatif terhadap adanya
ketosa. Akan tetapi sukrosa apabila dipanaskan terlalu lama dapat menunjukkan
hasil yang positif terhadap pereaksi Seliwanoff. Hal ini terjadi karena adanya
pemanasan berlebih menyebabkan sukrosa terhidrolisis menghasilkan fruktosa dan
glukosa sehingga fruktosa inilah yang nantinya akan bereaksi dengan pereaksi
Seliwanoff menghasilkan larutan berwarna merah orange
2. Dapatkah uji seliwanoff dipakai untuk membedakan sukrosa dari fruktosa?
Jawab:
Bisa, dalam uji ini percobaan pada fruktosa mengalami perubahan warna yang
awalnya orange menjadi merah bata sedangkan pada pecobaan sukrosa mengalami
perubahan warna yang awalnya orange menjadi merah. hal ini di sebabkan karena
adanya pemanasan berlebih menyebabkan sukrosa terhidrolisis menghasilkan
fruktosa dan glukosa sehingga fruktosa inilah yang nantinya akan bereaksi dengan
pereaksi Seliwanoff menghasilkan larutan berwarna merah

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Uji molish
37
berdasarkan hasil yang didapatkan menunjukkan bahwa semua larutan yang
diuji glukosa (monosakarida), sukrosa (disakarida), selulosa (poliasakarida) adalah
karbohidrat. Hal ini terlihat jelas dengan adanya perubahan warna pada ketiga
tabung reaksi dan bereaksi positif memberikan cincin yang berwarna ungu setelah
ditambahkan dengan asam sulfat pekat. Pada monosakarida, cincin ungu pada
glukosa lebih tebal daripada sukrosa karena termasuk disakarida memiliki cincin
lebih tipis.
2. Uji benedict
Berdasarkan hasil yang didapatkan bahwa jenis karbohidrat yaitu fruktosa,
mengalami perubahan warna menjadi biru (+) dan terdapat endapan kuning (+++)
sehingga fruktosa mengandung gula pereduksi, tetapi dari praktikum ini glukosa,
laktosa, maltosa tidak ada endapan hijau maupun merah bata, seharusnya semua
golongan monosakarida dan beberapa disakarida (kecuali sukrosa) merupakan gula
pereduksi.
3. Uji seliwanoff
Berdasarkan hasil yang didapatkan bahwa hanya fruktosa yang
menghasilkan warna larutan yang spesifik yakni warna merah yang
mengidentifikasikan adanya kandungan ketosa dalam karbohidrat jenis
monosakarida. Sedangkan larutan karbohidrat lainnya (glukosa, sukrosa, laktosa,
selulosa, dan amilum) tidak mengandung gugus keton karena tidak menunjukkan
perubahan warna terhadapa pereaksi seliwanoff
4. Uji iodine
Berdasarkan hasilyang didapatkan Amilum merupakan polisakarida yang
ditunjukkan oleh perubahan warna dari penambahan HCl tetap keruh menjadi
bening setelah dipanaskan, membuktikan jelasbahwa amilum mengandung
amilum pada suasana asam. Sedangkan pada selulosa tidak menunjukkanadanya
amilum karena tidak ada perubahan warna. Dan pada laktosa menunjukkan
perubahan warna pada saat penambahan NaOH tetap tidak berwarna dan setlah di
panaskan berubah menjadi hijau kebiruan menunjukkan adanya amilum.

5. Uji karbohidrat pada buah


a. Uji molish
buah pisang ranum dan matang membuktikan bahwa terdapat glukosa
dan sukrosa. Pada buah pisang mentah terdapat sedikit glukosa dan selulosa
karena memiliki reaksi sama pada glukosa dan selulosa saat uji molish.
38
b. Uji benedict
Ekstrak buah pisang mentah, matang dan ranum mengalami perubahan
warna yang sama. Mengalami perubahan warna menjadi orange kemerahan,
itu menunjukkan adanya karbohidrat yang merupakan sakarida yang dapat
mereduksi dan mengandung fruktosa .
c. Uji seliwanoff
Pada ekstrak pisang mentah, matang dan ranum mengandung fruktosa.
d. Uji iodine
Pada pisang mentah, matang dan ranum mengandung amilum karena
terdapat perubahan warna menjadi hitam kekuningan, hitam kecoklatan, dan
hitam keunguan. Pada buah lain semua mengandung amilum kecuali buah
nanas.

B. Saran
1. Untuk membedakan warna yang bereaksi sebaiknya pengamat lebih jeli serta lebih
berhati-hati dalam melakukan prosedur agar tidak terjadi kontaminasi dari luar yang
nantinya bisa mempengaruhi hasil.
2. Untuk perlengkapan praktikum lebih diperhatikan dan dicek kesterilannya dan
kondisinya. Karena Hal tersebut menyebabkan pengukuran larutan dan hasil
praktikum yang kurang akurat.

DAFTAR PUSTAKA

Rahayu, Sri Yuni, dkk. 2018. Petunjuk Praktikum Biokimia. Surabaya:Laboraturium


Biokimia-Jurusan Biologi-FMIPA-UNESA

Hermawanbtl. 2014. Biokimia Karbohidrat, (online),

39
https://hermawanbtl.wordpress.com/2014/03/16/biokimia-karbohidrat/.
Diakses tanggal 26 Februari 2019.

Mudrawan, Final. 2014. Identifikasi senyawa karbohidrat, (online),


https://caridokumen.com/queue/praktikum-biokimia-i-identifikasi-senyawa-
karbohidrat-final-mudrawan-4143331010-kimia-eks-dik-a-2014-
_5a464501b7d7bc7b7afd9940_pdf?queue_id=-1. Diakses tanggal 26 Februari
2019.
Nursanti, L. dan Yazid, E. 2006. Penuntun Praktikum Biokimia untuk Mahasiswa

Analis. Yogyakarta.

Southgate DAT. 1976. Determination of Food Carbohydrates. Applied Science


Publisher Ltd. London

Vaclavik, V. A. dan E. W. Christian. 2008. Essentials of Food Science. 3rd edition.


New York: Springer Science + Business Media, LLC.

40
LAMPIRAN

41
42
43

Anda mungkin juga menyukai