Fitrya Russanti
Fitrya Russanti*
Universitas Padjadjaran
ABSTRAK
Penelitian ini dilaksanakan di peternak sapi perah rakyat di Ciater, Kabupaten Subang dari
tanggal 15 Mei sampai dengan 15 Juni 2015. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk
mengetahui pengaruh aplikasi teknologi terhadap penerimaan usaha dan untuk mengetahui
efisiensi teknis dari faktor produksi yang digunakan peternak. Metode yang digunakan yaitu
metode survei dengan jumlah responden sebanyak 32 orang peternak. Data primer
didapatkan dari responden dan data sekunder didapat dari instansi terkait. Fungsi produksi
Cobb Douglass digunakan untuk menghitung pengaruh aplikasi teknologi terhadap
penerimaan. Hasil dari pengolahan didapatkan bahwa aplikasi pakan, kandang, bibit dan
inovasi teknologi berpengaruh nyata dan signifikan terhadap penerimaan usaha (R2= 0,841).
Secara parsial aplikasi pakan dan kandang berpengaruh nyata signifikan terhadap penerimaan,
sedangkan aplikasi bibit dan inovasi teknologi secara parsial tidak berpengaruh nyata. Hasil
dari efisiensi teknis menunjukkan bahwa semua input yang dipakai tidak efisien. Kondisi
skala usaha peternak sapi perah yakni berada pada kondisi increasing return to scale dengan
nilai RTS sebesar 1,884. Hal ini menunjukkan bahwa peternakan sapi perah cocok untuk
dikembangkan.
Kata kunci: Peternak Sapi Perah, Teknologi, Penerimaan Usaha, Increasing Return to Scale,
Efisiensi Teknis
ABSTRACT
This research was conducted at the smallholder dairy farmers Ciater,in Subang District from
15th May to 15th June 2015. The objectives of this research were to know the influence of
technological application toward smallholder dairy business revenue and to know technical
efficiency of production factors that were used in smallholder dairy farmers. The survey
method was used to collect the data from 32 respondents. The primary data was taken from
the respondents and secondary data was from related institutions. Regression function of
Cobb Douglass model was used to determine the production factor which influenced revenue
of business. The result of this study showed that feed application, stable application, breeding
application and technology significantly affected the revenue (R2 = 0.841). Partially, feed
application and stable application had positive effect toward revenue of business, however
breeding application and technology did not affect the business revenue. The result of
technical efficiency showed that all of the input in this study have not achieved efficienly. In
this study, test of return to scale (RTS) is 1.884. This value shows that dairy cattle livestock
is increasing return to scale (IRS) condition. So, this condition shows that dairy cattle
livestock is proper or suitable to be developed.
1. PENDAHULUAN
dalam pemberian pakan. Kegiatan tersebut merupakan upaya dalam peningkatan faktor
genetik dan faktor lingkungan, sehingga dapat meningkatkan produktivitas ternak.
Penggantian bibit, perubahan kandang dan pelaksanaan teknologi pakan merupakan rangkaian
program dari PT. Danone Dairy Indonesia yang diberi nama Dairy Development in Ciater
Programs.
Selain masalah rendahnya inovasi teknologi, rendahnya penerimaan usaha peternak
sapi perah dikarenakan pemakaian faktor-faktor produksi yang tidak efisien. Pengertian usaha
peternakan yaitu merupakan suatu proses produksi dimana penggunaan faktor-faktor produksi
yang efisien dapat meningkatkan penerimaan dan pendapatan peternak (Wisnuadji, dkk.,
1979). Maka, peternak harus mengupayakan penggunaan faktor produksi sekecil mungkin
untuk mendapatkan output yang besar.
Menurut Daniel (2002), efisiensi teknis yaitu efisiensi yang menghubungkan antara
produksi yang sebenarnya dan produksi maksimum. Suatu penggunaan faktor produksi
dikatakan efisien secara teknis (efisiensi teknis) apabila faktor produksi yang dipakai
menghasilkan produksi yang maksimum.
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk mengetahui bagaimana
kondisi penerimaan peternak sapi perah di Kec. Ciater setelah adanya penerapan teknologi.
Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh aplikasi teknologi
terhadap penerimaan peternak usaha peternak sapi perah dan untuk mengetahui efisiensi
teknis dari faktor-faktor produksi.
Objek penelitian yang diamati yaitu pengaruh aplikasi teknologi pakan, kandang dan
bibit terhadap penerimaan usaha, dengan subjek penelitian peternak sapi perah yang berada di
Kecamatan Ciater, Kabupaten Subang.
Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei. Metode
survei adalah suatu penelitian yang mengambil sampel dari suatu populasi dan menggunakan
kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok (Singarimbun dan Effendi, 1989).
Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran 3
Aplikasi Teknologi Pakan, Kandang dan Bibit ..............................................Fitrya Russanti
Y = aX1b1X2b2 … Xibi eu
ln Y = ln a + b1 ln X1+ b2 ln X2 + b3 ln X3 + c1 ln D1 + u
Keterangan :
Y : Penerimaan usaha (Rp)
X1 : Aplikasi pakan (Kg)
X2 : Aplikasi kandang
X3 : Aplikasi bibit (Rp)
D1 : Dummy Inovasi Teknologi
a, b, c : Koefisien yang akan diduga
u : sisa (residual)
Untuk menguji signifikansi model dilakukan uji F pada semua faktor produksi (X)
secara bersama-sama berpengaruh terhadap penerimaan usaha (Y). Untuk menetapkan nyata
tidaknya pengaruh masing-masing faktor produksi yang dimasukkan ke dalam model terhadap
produksi susu dilakukan uji t. Koefisien Determinasi (R2) adalah koefisien yang menyatakan
besarnya pengaruh faktor produksi terhadap produksinya (Gujarati, 2015).
Pengujian efisiensi teknis dilihat melalui nilai elastisitas produksi (Ep) masing-masing
faktor produksi. Nilai Ep adalah persentase perubahan sebagai akibat dari persentase
perubahan input.
Keterangan:
dY = nilai perubahan produk Y y = jumlah output
dX = nilai perubahan input X x = jumlah input (Soekartawi, 2003)
Analisis skala usaha juga dapat dilihat dari penjumlahan dari b1+ b2 + b3+c1.
Peternakan yang ada merupakan peternakan sapi perah menengah (57,5%) dan
peternakan sapi perah rakyat (42,5%). Pada peternakan rakyat menengah, perbandingan antara
sapi produktif dan sapi non produktif masih belum efisien. Sebagian besar jumlah sapi non
produktif lebih besar dibandingkan dengan jumlah sapi produktifnya. Sehingga menyebabkan
penerimaan yang diperoleh masih rendah.
Identitas Responden
Karakteristik responden yang diamati dalam penelitian ini meliputi tingkat umur,
pendidikan formal, pengalaman beternak, dan skala usaha. Umur merupakan salah satu faktor
yang mempengaruhi aktivitas kerja seseorang terutama dalam kegiatan usahaternak dan juga
mempengaruhi seseorang dalam merespon sesuatu yang baru walaupun belum banyak
mempunyai pengalaman. Seluruh responden termasuk ke dalam golongan produktif yaitu
pada kisaran umur antara 15-64 tahun (BPS, 2009). Golongan produktif sangat responsive
terhadap inovasi yang baru. Berdasarkan kecepatan adopsi (Ibrahim et al, 2003), 43,75%
responden merupakan golongan pengetrap awal dimana responden tersebut akan menerima
inovasi jika inovasi tersebut memberikan keuntungan. Golongan pengetrap dini yaitu
sebanyak 31,25% dan golongan pengetrap akhir yaitu sebanyak 25%.
Pengalaman beternak responden termasuk ke dalam kategori sedang (53%) yaitu
antara 5-10 tahun. Responden yang memiliki pengalaman beternak yang lebih lama
cenderung lebih baik dalam menerima sebuah inovasi, karena semakin banyak pula
pengalaman yang diperoleh. Pengalaman yang tinggi merupakan indikator dari tingginya
kematangan peternak dalam mengelola usahaternak sapi perahnya.
Tingkat pendidikan formal responden tergolong masih rendah, karena 59% responden
hanya berpendidikan SD. Tingkat pendidikan akan sangat berpengaruh terhadap adopsi
teknologi, dimana pada tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan lebih memudahkan
seseorang dalam mengadopsi inovasi serta memahami sifat dan fungsi inovasi tersebut
(Rogers, 1983).
Skala kepemilikan ternak produktif responden 68,75% merupakan usaha kecil yang
memiliki ternak produktif 1-3 ekor. Responden yang memiliki ternak produktif 4-6 ekor atau
skala usaha menengah sebanyak 8 orang (25%), sedangkan responden yang memiliki ternak
produktif lebih dari 7 ekor hanya terdapat 2 orang. Kepemilikan ternak produktif yang masih
rendah menyebabkan penerimaan usaha responden rendah
Produksi susu sapi perah dipengaruhi oleh berbagai faktor genetik dan lingkungan
(Hardjosubroto, 1994). Faktor pakan sangat mempengaruhi produksi dari suatu ternak.
Jumlah pemberian hijauan peternak yaitu 30-50 kg, 6 kg konsentrat/ekor. Pemberian pakan
sudah sesuai karena kuantitasnya sudah memenuhi kebutuhan ternak. Sudono et al (2003)
yang mengatakan bahwa pemberian konsentrat pada sapi produksi adalah 50 persen dari susu
yang dihasilkan. Pemberian pakan yang sudah sesuai ditambah dengan adanya penerapan
teknologi dapat meningkatkan produksi susu. teknologi yang dilaksanakan yaitu teknologi
Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran 6
Aplikasi Teknologi Pakan, Kandang dan Bibit ..............................................Fitrya Russanti
pakan, kandang dan bibit. Teknologi pakan yaitu dengan pemberian hijauan, konsentrat,
pakan tambahan dan tambahan pakan silase. Teknologi kandang yaitu perubahan dalam
layout kandang dan fasilitas kandang. Sedangkan teknologi bibit yang dilaksanakan yaitu
pemilihan bibit berkualitas dengan cara penyeleksian terlebih dahulu.
Setelah adanya penerapan teknologi di peternak, rata-rata produksi susu yang
dihasilkan mengalami peningkatan menjadi 12,1 liter/ekor/hari dengan harga susu yang
semakin meningkat. Penerimaan usaha sapi perah dalam penelitian ini diperoleh dari
penjualan susu, susu untuk pedet, penjualan sapi dan pupuk kandang. Penerimaan utama dari
usaha sapi perah yaitu dari produksi susu yang dihasilkan, sehingga semakin tinggi susu yang
dihasilkan maka akan semakin tinggi penerimaan yang diperoleh. Rata-rata peternak setelah
terjadinya peningkatan produksi susu yakni sebesar Rp. 4.226.071,00/bulan.
Fungsi produksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah fungsi produksi Cobb
Douglas dengan empat variabel bebas. Variabel bebas yang diamati yaitu aplikasi pakan (X1),
aplikasi kandang (X2), aplikasi bibit (X3) dan dummy teknologi (D1). Berdasarkan keempat
faktor tersebut akan dilihat berapa besar pengaruhnya terhadap variabel Y.
Hasil analisis regresi faktor-faktor yang berpengaruh pada penerimaan usaha peternak
sapi perah menggunakan model Cobb-Douglas seperti Tabel 10. Berdasarkan Tabel 10, R2
sebesar 0,841 yang berarti bahwa 84,1% penerimaan usaha dijelaskan oleh aplikasi pakan,
kandang, bibit dan teknologi, sedangkan 15,9% dijelaskan oleh variabel lain selain variabel
dalam model penelitian ini.
Untuk menguji pengaruh input atau faktor produksi secara bersama-sama terhadap
penerimaan usaha yang dihasilkan oleh peternak digunakan uji F. Hasil Fhitung menunjukkan
bahwa variabel yang digunakan secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap
penerimaan usaha (F= 35,913).
Untuk menguji nyata atau tidaknya pengaruh masing-masing faktor produksi terhadap
penerimaan, maka digunakan uji t. Dari uji t yang dilakukan, secara parsial aplikasi pakan dan
aplikasi kandang berpengaruh nyata terhadap penerimaan usaha. Setiap penambahan dan
pengurangan aplikasi pakan dan kandang akan berpengaruh nyata terhadap penerimaan usaha.
Aplikasi pakan memiliki koefisien regresi sebesar 0,991, artinya dalam setiap
penambahan faktor produksi sebesar satu persen akan mengakibatkan penambahan output
sebesar 9,91%. Aplikasi teknologi pakan memiliki 0< Ep<1, menunjukkan bahwa faktor
aplikasi teknologi pakan berada pada daerah rasional. Berdasarkan uji t (α= 0,05), teknologi
pakan mempunyai pengaruh nyata terhadap penerimaan, sehingga apabila terjadi penurunan
ataupun peningkatan teknologi pakan maka akan berpengaruh signifikan terhadap penerimaan.
Koefisien regresi untuk aplikasi pakan yang dihasilkan yakni hampir mendekati 1, hal ini
sesuai dengan pendapat Sudono, dkk. (2003), mengatakan bahwa pakan sapi perah menjadi
faktor utama yang dapat mempengaruhi produksi dan kualitas susu.
Aplikasi kandang memiliki koefisien regresi sebesar 0,663. Penambahan satu persen
aplikasi teknologi kandang maka akan meningkatkan penerimaan sebesar 6,63%. Berdasarkan
uji t, teknologi kandang berpengaruh nyata terhadap penerimaan dengan nilai t hitung (2,973)
> 2,048. Sehingga apabila terjadi penurunan ataupun peningkatan teknologi pakan maka akan
berpengaruh signifikan terhadap penerimaan. Penelitian terdahulu oleh Muljadi dan Saleh
(1995) mengenai faktor produksi susu sapi perah, menyebutkan bahwa kandang berpengaruh
nyata terhadap penerimaan usaha.
Aplikasi bibit memiliki koefisien regresi sebesar 0,190. Penambahan satu persen
aplikasi bibit maka akan meningkatkan penerimaan sebesar 1,90%. Persentase genetik
terhadap produksi susu hanya 30%, sehingga dalam penelitian ini pengaruh bibit terhadap
penerimaan tidak terlalu besar.
Teknologi memiliki koefisien regresi sebesar 0,040. Penambahan satu persen
teknologi maka akan meningkatkan penerimaan sebesar 0,40%. Hal ini membuktikan bahwa
dengan adanya penerapan teknologi, produksi ternak mengalami peningkatan sehingga
penerimaan peternak menjadi bertambah. Namun, masih kecilnya pengaruh teknologi
terhadap penerimaan dapat disebabkan oleh belum sepenuhnya responden melaksanakan
teknologi pakan, kandang dan bibit.
Efisiensi Teknis
Tabel 10. Hasil analisis regresi pengaruh aplikasi teknologi terhadap penerimaan usaha sapi
perah rakyat dengan model fungsi produksi Cobb-Douglass (Ln)
Efisiensi teknis dilihat melalui nilai elastisitas produksi (Ep) masing-masing faktor
produksi. Jika nilai efisiensi teknis sama dengan satu maka penggunaan input atau faktor
produksinya sudah efisien dan jika nilai efisiensi teknis kurang dari satu maka penggunaan
input atau faktor produksinya belum efisien. Dalam fungsi produksi Cobb Douglas, koefisien
regresi merupakan nilai Ep masing-masing faktor produksi. Dari Tabel 10, dapat diketahui uji
efisiensi teknis faktor produksi pada faktor produksi yang digunakan belum ada yang efisien.
Elastisitas b1+b2+b3+c1 = 1,884. Ep lebih dari 1, artinya penerimaan sapi perah dalam
penelitian berada pada kondisi increasing return to scale (kenaikan hasil yang semakin
bertambah). Pada daerah ini keuntungan masih dapat ditingkatkan dengan meningkatkan
jumlah input.
4. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil perhitungan dan analisis yang telah diuraikan, maka dapatditarik
kesimpulan bahwa aplikasi pakan, kandang, bibit dan teknologi secara bersama-sama
berpengaruh signifikan terhadap penerimaan usaha dengan R2 = 0,841. Secara parsial aplikasi
pakan dan kandang berpengaruh nyata terhadap penerimaan usaha peternak, namun aplikasi
bibit dan teknologi tidak berpengaruh nyata terhadap penerimaan.
Secara teknis penggunaan faktor produksi belum ada yang mencapai efisien secara
teknis karena Ep masih kurang dari 1. Analisis skala usaha pada penelitian ini berada pada
kondisi increasing return to scale dengan penjumlahan Ep sebesar 1,884.
5. DAFTAR PUSTAKA
BPS. 2009. Statistik Indonesia. Jakarta
Daniel, Moehar. 2002. Metode Penelitian Sosial Ekonomi. Bumi Aksara. Jakarta
Dasuki, M .A . 1983 . “Perspektif Perkembangan Peternakan Sapi Perah Sebagai Landasan
Kesepadanan Mengisi Kebutuhan Susu di Jawa Barat”. Disertasi . Universitas Padjadjaran,
Bandung .
Gujarati, D. 2015. Dasar-dasar Ekonometrika. Salemba Empat. Jakarta Selatan
Ibrahim, J.T., Armand Sudiyono, dan Harpowo. 2003. Komunikasi dan Penyuluhan Pertanian.
Banyumedia Publishing. Malang.
Muljadi, A. dan A. Saleh. 1995. “Faktor Produksi Susu Sapi Perah Rakyat Di Garut Dan
Bogor”. Jutnal Ilmu Ternak dan Vetetiner Vol. I No. I th 1995
Rogers, E.M. 1983. Diffusion of innovation (Third Edition). The Free Press. A. Division of
Macmillan Publishing Co., Inc., New York.
Singarimbun dan Effendi. 1989. Metode Penelitian Survai. LP3ES. Jakarta
Soehadji. 1992. Pengembangan Usaha Peternakan Sapi Perah. Media Komunikasi Civa.
Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Bogor
Soekartawi. 2003. Teori Ekonomi Produksi dengan Pokok Bahasan Analisis Fungsi Cobb-
Douglas. Raja Grafindo Persada. Jakarta
Subandriyo. 2006. Alternatif pengembangan dan pembibitan sapi perah menyongsong
revolusi putih dan ketersediaan daging sapi. Lokakarya Rusnas Sapi. Fakultas Peternakan
Universitas Brawijaya-Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan.
Sudono, et al. 2003. Peternakan Sapi Perah Secara Intensif. Agromedia Pustaka. Jakarta.
Tawaf, R. dan Surianingrat, A. 2011. The Role Of Demo Farm To Develop Small Holder
Dairy Farming. Presented on Malaysian Society on Animal Production UPM, 32nd
Annual conference 6-9 June 2011 Tawau Sabah. Proceedings of The Malaysian Society of
Animal Production 32nd Annual Conference.
Wisnuadji, Harsojono dan Suparmoko. 1979. Pengantar Analisa Ekonomi Pertanian. Mutiara.
Jakarta