Anda di halaman 1dari 25

TUGAS RESUME JURNAL MENGGUNAKAN

METODE PICO MATA KULIAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH 2

Di Susun Oleh:

SITI AISYAH
190101068

PROGAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS AISYAH PRINGSEWU
TAHUN 2022/2023
Jurnal 1

SISTEM PENCERNAAN MANUSIA

https://www.academia.edu/resource/work/34700637

PROBLEM:

Problem yang diangkat dari karya tulis ini ialah memaparkan sistem pencernaan pada manusia.
Proses pencernaan makanan pada manusia melibatkan alat-alat pencernaan makanan. Alat-alat
pencernaan makanan pada manusia adalah organorgan tubuh yang berfungsi mencerna makanan yang
kita makan

INTERVENTION:

Proses pencernaan pada manusia dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu:

1. Pencernaan mekanik, adalah proses pengubahan makanan dari bentuk kasar menjadi bentuk
kecil atau halus. Proses ini dilakukan dengan menggunakan gigi di dalam mulut.

2. Pencernaan kimiawi, adalah proses perubahan makanan dari zat yang kompleks menjadi zat-zat
yang lebih sederhana dengan enzim, yang terjadi mulai dari mulut, lambung, dan usus. Enzim adalah zat
kimia yang dihasilkan oleh tubuh yang berfungsi mempercepat reaksi-reaksi kimia dalam tubuh.

COMPARATION:

Jurnal : SISTEM PENCERNAAN MANUSIA

Hasil :Hasil dari kurnal ini dapat di simpulkan bahwa organ-organ pencernaan manusia terdiri dari

 Mulut
Pada rongga mulut terdapat beberapa bagian yang berperan dalam proses pencernaan yakni gigi,
lidah, dan kelenjar ludah
 Kerongkongan
Setelah makanan dikunyah dalam mulut, makanan akan masuk menuju kerongkongan. Sebelum
ke kerongkongan, pada pangkal tenggorokan (laring) terdapat bagian yang memiliki katup
dinamakan epiglotis. Epiglotis berfungsi mengatur masuknya makanan dan udara ke dalam tubuh
 Lambung
Lambung terdiri atas tiga bagian berikut.

a. Kardiaks, merupakan bagian atas sebagai pintu masuk makanan dari kerongkongan.

b. Fundus, adalah bagian tengah lambung, tempat makanan ditampung dan mengalami perlakuan
kimiawi.

c. Pilorus, merupakan bagian bawah lambung sebagai pintu keluar makanan dan berhubungan
langsung dengan usus dua belas jari. Pilorus ini bekerja atas pengaruh pH makanan

 Hati
Hati adalah alat yang besar, terletak di bawah sekat rongga badan dan mengisi sebagian
besar bagian atas rongga perut sebelah kanan. Hati membuat empedu yang terkumpul dalam
kantung empedu. Empedu tersebut menjadi kental karena airnya diserap kembali oleh dinding
kantung empedu. Pada waktu tertentu, empedu dipompakan ke dalam usus dua belas jari melalui
pipa empedu.
 Usus halus

Usus halus terbagi atas 3 bagian, yaitu:

a. Duodenum (usus 12 jari) karena panjangnya sekitar 12 jari orang dewasa yang disejajarkan.

b. Jejenum (usus kosong) karena pada orang yang telah meninggal bagian usus tersebut kosong.

c. Ileum (usus penyerapan) karena pada bagian inilah zat-zat makanan diserap oleh tubuh.

 Kelenjar pankreas
Prakreas berada dalam lipatan duodenum, berbentuk huruf U yang rebah. Pada pankreas
terdapat dua macam kelenjar, yaitu kelenjar endokrin menghasilkan hormon insulin, sedangkan
kelenjar eksokrin menghasilkan getah pankreas (duktus pankreatikus) 1,5 liter per hari melalui
dua saluran, yaitu duktus pankreatikus utama dan tambahan. Kedua saluran ini bermuara ke
duodenum
 Usus besar
Usus besar pada umumnya terdiri atas usus besar ascending (menaik), transvers
(melintang), descending (menurun), dan berakhir pada rektum, yaitu bagian berotot yang
mengeluarkan kotoran melalui anus
 Anus
Feses yang terkumpul dalam rektum dikeluarkan melalui saluran pengeluaran yang
dinamakan anus. Proses pengeluaran feses lewat anus ini disebut proses defi kasi.

OUTCOME:

Hasil akhir proses pencernaan adalah terbentuknya molekul-molekul atau partikel-partikel


makanan yakni: glukosa, asam lemak, dan asam amino yang siap diserap (absorpsi) oleh mukosa saluran
pencernaan.

HASIL ANALISA

Penelitian ini adalah menerangkan sistem pencernaan manusia berikut dengan organ-organ yang
terkait dengan sistem pencernaan manusia beserta dengan cara kerja masing-masing pada organnya.

ABSTRAK

Proses pencernaan makanan pada manusia melibatkan alat-alat pencernaan makanan. Alat-alat
pencernaan makanan pada manusia adalah organorgan tubuh yang berfungsi mencerna makanan yang
kita makan. Alat pencernaan makanan dibedakan atas saluran pencernaan dan kelenjar pencernaan.
PENDAHULUAN

Organ-organ pencernaan manusia yang berfungsi untuk mencerna makanan,antara lain mulut
berfungsi sebagai alat pencernaan mekanis, kerongkongan berfungsi sebagai jalan gumpalan makanan
dari mulut menuju ke lambung, di dalam lambung terjadi pencernaan secara mekanis dan kimiawi, usus
halus atau usus dua belas jari bermuara dua saluran yaitu dari pankreas dan kantong empedu, usus besar
terdapat sisa makanan hasil pencernaan usus halus masuk ke usus besar, dan anus merupakan sistem
pencernaan manusia yang terakhir

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. 2007. Buku Saku diagnosis Keperawatan Edisi 10 Alih bahasa Yasmin
Asih, Editor Monica Ester. Jakarta: EGC

Depkes RI . 2008. Kasus Appendiksitis . diakses dari :


http://www.artikelkedokteran.com/arsip/kasus-appendiksitis-di-indonesia-pada-tahun-2008.hmtl

Dermawan deden & Tutik Rahayuningsih.2010. Keperawatan Medikal Bedah Sistem Pencernaan.
Yogyakarta : Gosyen publising

Diyono, Sri Mulyanti. 2013. Keperawatan Medikal Bedah : Sistem Pencernaan. Jakarta :
KENCANA

Doenges, M.E.2009.Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan


Pendokumentasian, Edisi 3. Jakarta: EGC

Grace, P.A, Borley, N.R. 2007. At A Glance Ilmu Bedah, Edisi 3. Jakarta: Erlangga Hidayat, A.
Aziz Alimul. 2008. Pengantar Kebutuhan Manusia: Aplikasi Konsep dan Proses keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika

Kowalak, Wels, Mayer, 2011. Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta: EGC Mansjoer, Arif. 2007.
Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3. Jakarta: Media Aesculapius

Muttaqin Arif, Kumala Sari. 2009. Asuhan Keperawatan Perioperatif Konsep, Proses, dan
Aplikasi. Jakarta : Salemba Medika
Jurnal 2
Faktor-faktor yang berhubungan dengan kanker pencernaan
https://www.academia.edu/resource/work/10200017

PROBLEM:

Tumor/kanker saluran cerna menempati urutan ke-6 terbanyak dari seluruh jenis
tumor/kanker yang ada. Perempuan mempunyai risiko 2,2 kali lebih besar dibandingkan laki-laki. Risiko
tumor/kanker saluran cerna akan bertambah seiring dengan bertambahnya umur dan semakin tinggi
tingkat pendidikan. Berat badan obes mempunyai risiko 1,7 kali dibandingkan dengan responden yang
mempunyai berat badan kurus. Kebiasaan merokok berhubungan bermakna dengan tumor/kanker saluran
cerna. Kebiasaan minum alkohol, konsumsi buah sayur, maupun konsumsi makanan berlemak tidak
berhubungan bermakna dengan tumor/kanker saluran cerna.

Adapun faktor-faktor yang berkaitan dengan kanker perncernaan namum Sampai saat ini faktor
risiko kejadian tumor/kanker saluran cerna serta berapa besar insidens terjadinya tumor/ kanker saluran
cerna pada kelompok masyarakat belum diketahui secara pasti, namun angka kejadian di pusat-pusat
onkologi tumor/kanker saluran cerna terus meningkat.

INTERVENTION:

Berdasarkan temuan ini, deteksi dini kanker dapat dilakukan pada kelompok populasi umum
berusia di atas 40 tahun. Diperlukan pemberian informasi yang lebih intensif dan edukasi bagi
masyarakat untuk mengenali gejala awal tumor/kanker saluran cerna. Kampanye perilaku hidup sehat
harus lebih digiatkan. Untuk Riskesdas selanjutnya perlu pembedaan antara responden yang terkena
tumor dengan yang terkena kanker, karena secara klinis penyakit tumor dan kanker sangat berbeda.
Selain itu, perlu dibedakan tumor/ kanker usus dan tumor/kanker hati karena faktor risiko kedua
tumor/kanker tersebut juga berbeda.

COMPARATION:

JURNAL: Faktor-faktor yang berhubungan dengan kanker pencernaan


Hasil: hasil dari penilitian ini adalah bahwa Data Riskesdas 2007 menunjukkan bahwa 768.635
responden berumur >10 tahun. Dalam kuesioner Riskesdas 2007 terdapat 13 jenis tumor/kanker yang
ditanyakan. Responden yang menderita tumor/kanker adalah sebanyak 4.017 orang, sedang yang tidak
menderita kanker adalah 763.811 orang dan yang tidak menjawab sebanyak 807 orang. Ada 248 orang
kasus penderita tumor/kanker saluran cerna pada responden yang berumur >10 tahun.

OUTCOME:

Resiko terkena tumor/kanker dipengaruhi antara lain life style (gaya hidup), lingkungan, infeksi yang
berkaitan dengan kanker serta riwayat keluarga.Adapun Dari beberapa faktor resiko terjadinya kanker,
upaya yang dapat dilakukan untuk meminimalisir resiko terkena kanker :

1. Tidak mengkonsumsi tembakau

2. Mengkonsumsi beragam makanan sehat


3. Tetap aktif dan jaga berat badan

4. Lindungi diri dari sinar matahari langsung

5. Imunisasi

HASIL ANALISA

Desain analisis ini adalah kasus kontrol; kasus adalah responden yang memiliki riwayat
kasus tumor/kanker saluran cerna, sedangkan kontrol adalah responden yang tidak memiliki riwayat
tumor/kanker saluran cerna berdasarkan data Riskesdas 2007. Kontrol diambil secara acak sebanyak 4
kali jumlah kasus dan di-matched berdasarkan kabupaten. Dalam penelitian ini jumlah kasus sebanyak
248 orang dan jumlah kontrol 992 orang. Hasil analisis menunjukkan ada 5 variabel yang mempunyai
hubungan yang bermakna dengan tumor/kanker saluran cerna, yaitu jenis kelamin perempuan (OR 2,15;
95%CI 1,40- 3,30), umur 60 tahun ke atas (OR 11,63; 95%CI 6,81-19,90), pendidikan tinggi (OR 1,88;
95%CI 1,07-3,32), obesitas (OR 1,73; 95%CI 10,97-3,09), dan pernah merokok (OR 1,99; 95%CI 1,05-
3,80). Tidak didapatkan berhubungan bermakna antara perilaku minum alkohol, konsumsi buah sayur,
konsumsi makanan berlemak dan tumor/kanker saluran cerna.

ABSTRAK

Kanker adalah salah satu penyebab utama kematian di negara berkembang. Penelitian
analisis lanjut Riskesdas 2007 ini bertujuan untuk menilai hubungan antara berbagai karakteristik (jenis
kelamin, umur, pendidikan, indeks massa tubuh) dan perilaku merokok, minum alkohol, konsumsi buah
sayur serta konsumsi makanan berlemak dengan risiko tumor/ kanker saluran cerna. Desain analisis ini
adalah kasus kontrol; kasus adalah responden yang memiliki riwayat kasus tumor/kanker saluran cerna,
sedangkan kontrol adalah responden yang tidak memiliki riwayat tumor/kanker saluran cerna berdasarkan
data Riskesdas 2007. Kontrol diambil secara acak sebanyak 4 kali jumlah kasus dan di-matched
berdasarkan kabupaten. Dalam penelitian ini jumlah kasus sebanyak 248 orang dan jumlah kontrol 992
orang. Hasil analisis menunjukkan ada 5 variabel yang mempunyai hubungan yang bermakna dengan
tumor/kanker saluran cerna, yaitu jenis kelamin perempuan (OR 2,15; 95%CI 1,40- 3,30), umur 60 tahun
ke atas (OR 11,63; 95%CI 6,81-19,90), pendidikan tinggi (OR 1,88; 95%CI 1,07-3,32), obesitas (OR
1,73; 95%CI 10,97-3,09), dan pernah merokok (OR 1,99; 95%CI 1,05-3,80). Tidak didapatkan
berhubungan bermakna antara perilaku minum alkohol, konsumsi buah sayur, konsumsi makanan
berlemak dan tumor/kanker saluran cerna.
Kata kunci: Indonesia, kasus kontrol, kanker hati, kanker usus, Riskesdas

PENDAHULUAN

Kanker merupakan pertumbuhan sel yang tidak terkontrol, mempunyai kemampuan untuk
menginvasi dan bermetastasis. Dari tahun ke tahun peringkat penyakit kanker sebagai penyebab kematian
di banyak negara semakin mengkhawatirkan. WHO memperkirakan kematian akibat kanker lebih tinggi
dibandingkan dengan kematian akibat AIDS, TB maupun malaria. Pada tahun 2008 ada 12 juta kasus
baru di dunia dengan kematian 7,6 juta orang akibat kanker (WHO). Di Indonesia menurut Survey
Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) kematian akibat kanker tahun 1992 ada 4,8%, tahun 1995 meningkat
menjadi 5,0% dan tahun 2001 meningkat lagi menjadi 6,0%. Penyakit kanker menempati urutan kelima
sebagai penyebab kematian di Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
1. Murray RK, Granner DK, Mayes PA, Rodwell VW. Biokimia Harper (terj). Ed 24. Jakarta: EGC;
1997.
2. WHO. Cancer key fact (Global Burden of Cancer). Geneva: WHO; 2008
3. Survei Kesehatan Rumah Tangga. pola penyakit penyebab kematian di Indonesia. Jakarta: Badan
Litbang Departemen Kesehatan; 2002.
4. Memperbaiki pola makan mencegah kanker. 2008. [Diunduh tanggal 22-10-2008] dari
www.cahya.sayanginanda.com/kanker/garam-penyebab-kanker-lambung
5. Deteksi dini kanker usus besar. 2008. [Diunduh tanggal 23-10-2008] dari http://www.republika.co.id/
6. Mira Suprayatmi. Kanker yang menakutkan: dari makanan. Majalah Hörzu Jerman, 13 Agustus 1993;
33:19-24.
7. Sutadi SM. Pola keganasan cerna bagian atas dan bawah secara endoskopi di H Adam Malik-Medan.
Bagian Ilmu Penyakit Dalam, FK USU Medan. USU digital library, 2003
8. Nashimoto IN, Hamada GS, Kowalski LP, Rodrigues JG, Iriya K, Sasazuki S, et al. Risk factors for
stomach cancer in Brazil (I): acase-control study among non-Japanese Brazilians in São Paulo. Japanese J
Clin Oncol. 2002;32:277-283
9. Breslow NE, Day NE. Statistical methods in cancer research, the analysis of case control studies vol 1.
Lyon: WHO, International Agency for Reseach on Cancer; 1980.
10. Santi R. Determinan indeks massa tubuh remaja putri di kota Bukit Tinggi tahun 2006. KESMAS,
Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia,2006;
1(3):134-138
11. Jung KL, Byung JP, Keun YY,Yoon OH. Dietary factors and stomach cancer: a case control study in
Korea. Int J Epidemiol.1995;24(1):33-41.
12. Ahn YO, Park BJ, Yoo KY. Incidence estimation of stomach cancer among Koreans. J Kor Med Sci.
1991. Volume 6(1):7-14.
JURNAL 3

Penerapan Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Sistem


Pencernaan“Gastritis”
https://akper-sandikarsa.e-journal.id/JIKSH/article/view/211

PROBLEM:

Gastritis merupakan penyakit yang sering kita jumpai dalam masyarakat. Kurang tahunya
cara penangan yang tepat merupakan salah satu penyebabnya. Gastritis adalah proses inflamasi pada
lapisan mukosa dan sub mukosa pada lambung. Pada orang awam sering menyebutnya dengan penyakit
maag. Masyarakat sering menganggap remeh penyakit gastritis, padahal jika inflamasi semakin besar dan
parah maka lapisan mukosa akan tampak sembab, merah dan mudah berdara. Diagnosa yang muncul
pada gastritis yaitu gangguan rasa nyaman, nyeri berhubungan dengan peradangan pada Epigastrium;
gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari pemenuhan tubuh berhubugan dengan nafsu makan menurun,
mual dan muntah; resiko tinggi kurang volume cairan berhubungan dengan out put yang berlebihan;
kurang pengetahuan tentang penyakitnya berhubungan dengan ketidaktahuan dan kurang informasi.

Proses asuhan keperawatan dilakukan pada pasien dengan gejala gastritis yang sedang menjalani
perawatan di bangsa Melati RSUD Sragen. Masalah yang paling menonjol dari asuhan keperawatan
gastritis yaitu nyeri karena adanya peradangan pada epigastrium

INTERVENTION:

Menurut data dari ABN Impact 2016 bahwa penyebab timbulnya penyakit gastritis yang dialami
oleh masyarakat Indonesia adalah salah satunya karena mengkonsumsi makanan pedas, berminyak dan
juga konsumsi kopi berlebihan. Sedangkan data yang ditemukan pada kasus penyebab gastritis adalah
pola makan tidak teratur mengkonsusi alcohol dan mengkonsumsi makan yang tidak sehat, pertambahan
usia dan stress. Dari data tersebut penulis dapat menyimpulkan bahwa penyebab gastritis menurut teori
dijelaskan secara detail dan terperinci sedangkan pada kasus hanya berfokus pada gejala umum

COMPARATION:

JURNAL: Penerapan Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Sistem Pencernaan“Gastritis”

Hasil: hasil dari Dari teori dan kasus penulis menyimpulkan bahwa dimana teori menjelaskan ada
empat masalah keperawatan yang dapat muncul sedangkan pada kasus hanya ditemukan 3 masalah. Pada
teori menjelaskan masala yang dapat muncul yaitu “ketidakseimbangan nutrisi” sedangkan pada kasus tidak
ditemukan data yang dapat menunjang terjadinya ketidakseimbangan nutrisi.

OUTCOME:

Diagnosa keperawatan yang utama ditegakkan adalah nyeri berhubungan dengan iritasi mukosa
lambung, Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake tidak adekuat dan
resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual muntah. Dalam perencanaan penulis
melibatkan keluarga dalam menentukan prioritas masalah memilih tindakan yang tepat dalam proses
keperawatan gastritis. Pada tahap ini intervensi yang dilaksanakan disesuaikan dengan intervensi yang
terdapat dalam teori. Tahap pelaksanaan asuhan keperawatan Ny. S didasarkan pada perencanaan yang
telah disusun penulis bersama klien dan keluarga. Dalam mengevaluasi proses keperawatan pada klien
dengan gastritis selalu mengacu pada tujuan pemenuhan kebutuhan klien. Hasil evaluasi yang dilakukan
selama tiga hari menunjukkan semua masalah dapat teratasi.
Kepada masyarakat yang sering mangalami atau mempunyai anggota keluarga yang memiliki
gejala penyakit gastritis atau nyeri lambung agar segera memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan
terdekat agar dapat dilakukan penanganan secara dini.

HASIL ANALISA

Evaluasi masala keperawatan dilakukan dengan melihat perkembangan kondisi atau respon dari
pasien dari tanggal 17-25 Januari 2018, dari tiga diagnosa keperawatan yang ditemukan dalam kasus
semuanya dapat teratasi. Sistem pencernaan merupakan suatu saluran jalan makanan/nutrisi dari jalan
masuk atau input sampai dengan keluaran (ekskresi/eliminasi). Secara anatomis sistem pencernaan atau
sering disebut sistem digestivus atau gastrointestinal terdiri atas berbagai macam organ dari rongga
mulut sampai anus. Keluhan pada pasien gastrointestinal dapat berkaitan dengan gangguan
lokal/intralumen saluran cerna misalnya adanya ulkus duodeni, gastritis dan sebagainya. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh terapi dzikir terhadap intensitas nyeri pada pasien
gastritis. Penelitian tersebut mengunakan desain quasi experiment dengan pendekatan Pre and Post Test
Group design. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni sampai dengan Agustus 2018. Pengumpulan
data di Ruang Bedah Rumah Sakit Nene Mallomo Kabupaten Sidrap dilaksanakan setiap pagi mulai
tanggal 2 Juni 2018 sampai dengan 25 Agustus 2018 dengan jumlah sampel sebanyak 45 responden.
Hasil penelitian ini diperoleh nilai p=0,000 dengan tingkat kemaknaan p<α (0,05) yang dimana nilai
p<α maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh terapi dzikir terhadap intensitas nyeri pada pasien
gastritis di rumah sakit Nene Mallomo Kabupaten Sidrap.

ABSTRAK

Tujuan menerapkan asuhan keperawatan dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan


dengan prioritas masalah pemenuhan kebutuhan dasar nyeri. Metode penelitian yang digunakan dengan
pendekatan studi kasus didesain secara deskriptif, dimana dalam studi kasus ini akan menjelaskan
tentang kasus yang dialami oleh pasien dengan Gastritis. Hasil penelitian dari hasil studi kasus bahwa
penderita gastritis akan menjadi lebih buruk jika dirinya mengalami stres. Selain stress, masuknya
udara lewat mulut ketika mengkonsumsi makanan juga bisa menyebabkan perut semakin kembung
dan frekuensi sendaw meningkat. Kesimpulan didapatkan keluhan utama pasien
mengatakan uluhati seperti ditusuk-tusuk dan dirasakan pada waktu makan atau terlambat makan
dengan sifat keluhan hilang timbul. Data obyektifnya berupa keadaan umum pasien lemah, pasien
nampak meringis. Diagnosa keperawatan yang utama ditegakkan adalah nyeri berhubungan dengan
iritasi mukosa lambung, Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
tidak adekuat dan resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual muntah. Dalam
perencanaan penulis melibatkan keluarga dalam menentukan prioritas masalah memilih tindakan yang
tepat dalam proses keperawatan gastritis. Intervensi yang dilaksanakan disesuaikan dengan intervensi
yang terdapat dalam teori. Tahap pelaksanaan didasarkan pada perencanaan yang telah disusun penulis
bersama klien dan keluarga. Dalam mengevaluasi proses keperawatan pada klien dengan gastritis selalu
mengacu pada tujuan pemenuhan kebutuhan klien. Hasil evaluasi yang dilakukan selama tiga hari
menunjukkan semua masalah dapat teratasi
Keywords: Gastritis; Pencernaan; Nyeri;
PENDAHULUAN

Kesehatan merupakan keadaan normal dan sejahtera anggota tubuh sosial dan jiwa pada
seseorang untuk dapat melakukan aktifitas tanpa gangguan yang berarti dimana ada kesinambungan
antara kesehatan fisik, mental dan social seseorang termasuk dalam melakukan interaksi dengan
lingkungan. Masalah keperawatan merupakan masalah yang sangat kompleks yang saling berkaitan
dengan masalah kesehatan masyarakat tidak hanya dilihat dari segi kesehatannya sendiri tapi harus dari
seluruh segi yang ada pengaruhnya terhadap kesehatan., Sehat adalah keadaan sejahtera dari tubuh
(jasmani), jiwa (rohani), dan social yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan
ekonomis(Depkes, 1992).

DAFTAR PUSTAKA

Astuti, A. (2010). Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Keluarga Tn. H Khususnya Tn. H
Dengan Gangguan Pencernaan: Gastritis Di Wilayah Puskesmas Grogol I.
Depkes, R. (1992). Undang Undang No. 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan. Jakarta: Depkes RI.
Ekowati, P. (2008). Asuhan Keperawatan Pada Tn. S Dengan Gastritis Di Bangsal Melati Rsud
Sragen.
Fadli, F., Resky, R., & Sastria, A. (2019). Pengaruh Terapi Dzikir terhadap Intensitas Nyeri pada
Pasien Gastritis. Jurnal Kesehatan, 10(2), 169–174.
Hartati, S., & Cahyaningsih, E. (2016). Hubungan Perilaku Makan dengan Kejadian Gastritis pada
Mahasiswa Akper Manggala Husada Jakarta Tahun 2013. Jurnal Keperawatan, 6(1).
Sari, A. D. (n.d.). Evaluasi Proses Keperawatan Pada Pasien Gastritis. 2018.
https://osf.io/preprints/inarxiv/wnzdy/download
Siswandana, D. (2018). Asuhan Keperawatan Pada Bp. D Dengan Gastritis Erosif Di Rst Dr.
Soedjono Magelang Jawa Tengah.
Suprapto. (2017). Pedoman Penulisan Karya Tulis Ilmiah (2nd ed.). LP2M Akper Sandi Karsa.
https://isbn.perpusnas.go.id/Account/SearchBuku?searchCat=ISBN&searchTxt=978-602-
50820-2-3
Suprapto, S. (2017). Studi Kasus pada Klien Nn. N dengan Trauma Capitis Ringan Dirawat Unit Gawat
Darurat Rumah Sakit Islam Faisal Makassar. Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi Husada, 5(1), 25–29
Suratun, L. (2010). Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Gastrointestinal. Jakarta:
Trans Info Media.
Taamu, H. (2018). Asuhan Keperawatan Pada Ny. S Dengan Gangguan Sistem Pencernaan Gastritis Di
Puskesmas Wangi-Wangi Selatan Kabupaten Wakatobi.
Wulansari, P., & Apriyani, H. (2017). Diagnosis keperawatan pada pasien dengan gangguan
pencernaan. Jurnal Ilmiah Keperawatan Sai Betik, 12(1), 40–45
JURNAL 4

Sistem Pakar Untuk Mendiagnosa Gangguan Pencernaan Pada Anak Dengan Metode
Forward Chaining

https://ejournal.upnvj.ac.id/index.php/informatik/article/view/408

PROBLEM:
Kurangnya pengetahuan dari pihak terdekat anak, khususnya orang tua dalam masalah
kesehatan pencernaan anak membuat anak-anak memakan makanan yang tidak sesuai dengan
kebutuhan sistem pencernaannya. Serta kurangnya mengetahui tentang informasi yang berkaitan
dengan pencernaan anak, sehingga anak-anak sering mengalami gangguan pada pencernaannya.

INTERVENTION:

Secara umum, sistem pakar (expert system) adalah sistem yang berusaha mengadopsi
pengetahuan manusia ke komputer, agar komputer dapat menyelesaikan masalah seprti yang
biasa dilakukan oleh para ahli. Dengan sistem pakar ini, orang awampun dapat menyelesaikan
masalah yang cukup rumit yang sebenarnya hanya dapat diselesaikan dengan bantuan para ahli..

COMPARATION:
JURNAL: Sistem Pakar Untuk Mendiagnosa Gangguan Pencernaan Pada Anak Dengan
Metode Forward Chaining

Hasil: Berdasarkan hasil pembahasan sistem pakar untuk mendiagnosa gangguan pencernaan
pada anak, maka kesimpulan yang dapat diambil adalah sebagai berikut:
1. Pembuatan sistem menggunakan Borland Delphi 7 dan database menggunakan MySQL.
Sistem yang dibangun menggunakan metode forward chaining yang menentukan gejala-
gejala penyakit gangguan pencernaan pada anak sampai menemukan hasil jenis penyakit,
sehingga sistem pakar mampu menginformasikan detail penyakit pencernaan anak pada
pihak pasien.
2. Menerapkan sistem pakar dengan metode forward chaining dengan menentukan dari data
gejala-gejala sampai menemukan hasil yaitu jenis penyakit yang sesuai dengan gejala
yang telah di tentukan. Hasil yang telah didapat dan diterapkan berdasarkan aturan rule
dalam mendiagnosa gangguan pencernaan pada anak untuk menghasilkan hasil diagnosa
yang benar dan akurat sehingga dapat membantu dokter dalam penanganan pasien.
OUTCOME:

Berdasarkan hasil pembahasan sistem pakar untuk mendiagnosa gangguan pencernaan pada
anak, maka kesimpulan yang dapat diambil adalah sebagai berikut:
1. Pembuatan sistem menggunakan Borland Delphi 7 dan database menggunakan MySQL.
Sistem yang dibangun menggunakan metode forward chaining yang menentukan gejala-
gejala penyakit gangguan pencernaan pada anak sampai menemukan hasil jenis penyakit,
sehingga sistem pakar mampu menginformasikan detail penyakit pencernaan anak pada
pihak pasien.
2. Menerapkan sistem pakar dengan metode forward chaining dengan menentukan dari data
gejala-gejala sampai menemukan hasil yaitu jenis penyakit yang sesuai dengan gejala
yang telah di tentukan. Hasil yang telah didapat dan diterapkan berdasarkan aturan rule
dalam mendiagnosa gangguan pencernaan pada anak untuk menghasilkan hasil diagnosa
yang benar dan akurat sehingga dapat membantu dokter dalam penanganan pasien.
Dasar teori yang digunakan pada penelitian ini ialah di mulai dari

 Sistem pakar
 Sistem pencernaan
 Gangguan sistem pencernaan
 Forward chaining
 Borland Delphi 7
 MySQL

HASIL ANALISA

Hasil dan pembahasan uji coba terhadap sistem yang dibangun dan dirancang yang akan
dikembangkan pada Klinik Prima Husada yaitu dengan menggunakan bahasa pemrograman
Borland Delphi 7 dan database menggunakan MySQL.

ABSTRAK
Sistem pakar adalah sistem yang berusaha mengadopsi pengetahuan manusia ke komputer.
Sistem pakar mengandung pengetahuan tertentu sehingga setiap orang dapat menggunakannnya
untuk memecahkan masalah yang bersifat spesifik. Sistem pakar dengan memanfaatkan metode
forward chaining dimulai dari pemilihan gejala awal sampai menemukan informasi sesuai
dengan aturan rule. Penelitian ini bertujuan membangun aplikasi sistem pakar untuk
mendiagnosa gangguan pencernaan pada anak menggunakan metode forward chaining. Apliklasi
ini dirancang menggunakan UML dan dibangun dengan menggunakan bahasa pemrograman
Borland Delphi 7, serta MySQL sebagai database, dan hasil penelitian ini diimplementasikan
pada Klinik Prima Husada.
Kata Kunci : Sistem Pakar, Forward Chaining, Sistem Pencernaan, Gangguan Pencernaan Pada
Anak
PENDAHULUAN

Makanan merupakan kebutuhan pokok untuk setiap manusia. Banyak janis varian makanan
yang disediakan untuk dikonsumsi. Akan tetapi kebanyakan tidak menyadari komposisi makanan
yang diamakannya, sehingga dapat berakibat buruk pada organ dan sistem pencernaannya
terutama bagi anak-anak yang terkadang sering mamemakan makanan sembarangan.
Kurangnya pengetahuan dari pihak terdekat anak, khususnya orang tua dalam masalah
kesehatan pencernaan anak membuat anak-anak memakan makanan yang tidak sesuai dengan
kebutuhan sistem pencernaannya. Serta kurangnya mengetahui tentang informasi yang berkaitan
dengan pencernaan anak, sehingga anak-anak sering mengalami gangguan pada pencernaannya.

DAFTAR PUSTKA

1. Alam, M. Agus J. 2005. Pemrograman Database Borland Delphi dalam SQL Server 7.0
& 2005. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.
2. Carsinah. 2012. Gejala Adanya Gangguan Sistem Pencernaan pada Balita.
http://artikelkesehatananak.com/gejala-adanya- gangguan-sistem-perncernaan-pada-
balita.html.19 Maret 2015 (15.20).
3. Fatta, Al Hanif. 2007. Analisis dan Perancangan Sistem Informasi untuk Keunggulan
Bersaing Perusahaan dan Organisasi Modern. Yogyakarta: Andi.
4. Eviyanti, Ade. Aplikasi Sistem Pakar untuk Mendiagnosa Gangguan Pencernaan pada
Orang Dewasa. TEKNOLOJIA. Vol 5.
5. Istiqomah, Yasida Nur., Abdul Fadlil. Sistem Pakar Untuk Mendiagnosa Penyakit
Saluran Pencernaan Menggunakan Metode Dempster Shafer. 2013. Jurnal Sarjana
Teknik Informatika. Vol 1.
6. Kristi, Yanti. 2014. Pengertian Anak dan Tahap Pengembangan
Anak.http://www.anneahira.com/pengertian-anak.htm. 02 Juni 2014 (15.20).
7. Kusumadewi, Sri. 2003. Artificial Intelligence (Teknik dan Aplikasinya).Yogyakarta:
Graha Ilmu.
8. Kuwati. Sistem Pakar Pendeteksi Penyakit Saluran Pencernaan Pada Manusia
Menggunakan Metode Forward Chaining dan Visual Basic 2010. Jurnal TransITI. Vol 1.
9. Oktaviani, Ratna. 2012. Aplikasi Sistem Pakar Untuk Deteksi Penyakit Pencernaan pada
Manusia dengan Metode Forward Chaining. Skripsi. UPN “VETERAN”. Surabaya.
10. Saputra, Gita Adi. 2014. Pengertian Sistem Pencernaan.
http://www.satwa.net/1000/pengertian-sistem- pencernaan.html. 19 Maret 2015 (14.30).
11. Uly, C’Otang. Metode Forward Chaining.
http://www.scribd.com/doc/59277934/Forward- Chaining#scribd. 14 Juni 2014. (20.15).
12. Wahana, Komputer. 2010. Panduan Belajar Database MySQL Server. Jakarta: Media
Kita.
13. Wardhani, Y,I. Dan Onny, Marlen. 2014. Pembuatan Situs Sistem Pakar Untuk
Mendiagnosa Gangguan Sistem Pencernaan Pada Manusia. Prosiding Seminar Ilmiah
Nasional KOMMIT. Universitas Gunadarma. Depok.
JURNAL 5

DIAGNOSIS KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN PENCERNAAN

https://ejurnal.poltekkes-tjk.ac.id/index.php/JKEP/article/view/341/314

PROBLEM:

Penyakit gastrointestinal adalah suatu penyakit pada jalan makanan atau pencernaan.
Penyakit gastrointestinal yaitu kelainan penyakit kerongkongan (eshofagus), lambung (gaster),
usus halus (intestinum), usus besar (kolon), hati (liver), saluran empedu (traktus bililaris) dan
pancreas (Sujono Hadi, 2002) .Hasil presurvei diperoleh data bahwa penyakit dengan gangguan
pencernaan yang terdapat di ruang penyakit dalam pada tahun 2012 -2014 adalah penyakit
Thypoid berjumlah 83 orang, Gastritis 660 orang, GE 238 orang, Hepatitis sebanyak 177 orang.

INTERVENTION:

Berdasarkan wawancara yang dilakukan peneliti pada pasien yang dirawat dengan
gangguan pencernaan yaitu gastritis, klien memiliki keluhan nyeri ulu hati, mual, muntah, dan
tidak nafsu makan, sehingga peneliti menegakkan diagnosis keperawatan nausea, resiko
kekurangan volume cairan dll.

COMPARATION:

JURNAL: DIAGNOSIS KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN PENCERNAAN


Hasil: Desain penelitian ini adalah penelitian deskriftif. Penelitian dilakukan di Ruang Penyakit
Dalam RSD HM Ryacudu Kotabumi Lampung Utara. Waktu penelitian dilaksanakan selama 2
minggu (Juni – Juli 2015).Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik
accidental sampling dengan kriteria sampel yaitu sedang dirawat di Ruang Penyakit Dalam dan
bersedia menjadi responden.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kuesioner yang disusun berdasarkan
pengkajian NANDA -ISDA. Kuesioner diberikan kepada pasien lalu disimpulkan oleh peneliti
diagnosis keperawatan yang dapat ditegakkan berdasarkan NANDA. Analisis univariat
digunakan untuk mengetahui distribusi frekuensi atau prosentase masing-masing dari setiap
diagnosis keperawatan yang muncul pada berbagai gangguan pencernaan

OUTCOME:
Tahap-tahap dalam proses keperawatan adalah pengkajian, diagnosis keperawatan,
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Diagnosis keperawatan adalah suatu bagian integral dari
proses keperawatan. Diagnosis keperawatan ditetapkan berdasarkan analisis dan interprestasi
data yang diperoleh dari pengkajian keperawatan klien. Diagnosis keperawatan memberikan
gambaran tentang masalah atau status kesehatan klien yang nyata (aktual) dan kemungkinanakan
terjadi, dimana pemecahnya dapat dilakukan dalam batas wewenang perawat
(Nurjannah,2010).Sejauh ini belum ada standar asuhan keperawatan yang disepakati terkait
perawatan pasien dengan gangguan pencernaan. Sedangkan proses mengkaji dan mendiagnosis
merupakan kegiatan yang sangat penting karena menentukan keberhasilan keperawatan. Dalam
merumuskan diagnosis keperawatan menurut Wilkinson (2007) terdapat beberapa kegiatan yang
dilakukan dalam mendiagnosis keperawatan adalah interpretasi dari data yang ada, kemudian
melakukan verifikasi dengan pasien.

HASIL PENELITIAN
Dalam merumuskan diagnosis keperawatan menurut Wilkinson (2007) terdapat beberapa
kegiatan yang dilakukan dalam mendiagnosis keperawatan adalah interpretasi dari data yang ada,
kemudian melakukan verifikasi dengan pasien, menentukan label diagnosis keperawatan dan
menuliskan diagnosis keperawatan.Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk meneliti
tentang Identifikasi diagnosis keperawatan pada pasien dengan gangguan pencernaan di ruang
penyakit dalam RSUD H.M Ryacudu Kotabumi Lampung Utara Tahun 2015.Tujuan penelitian
ini adalah untuk mengetahui diagnosis keperawatan aktual, risiko, promosi kesehatan dan
potensial komplikasi pada pasien dengan gangguan pencernaan di ruang penyakit dalam RSUD
HM Ryacudu Kotabumi lampung Utara pada tahun 2015.
Desain penelitian ini adalah penelitian deskriftif. Penelitian dilakukan di Ruang Penyakit
Dalam RSD HM Ryacudu Kotabumi Lampung Utara. Waktu penelitian dilaksanakan selama 2
minggu (Juni – Juli 2015).Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik
accidental sampling dengan kriteria sampel yaitu sedang dirawat di Ruang Penyakit Dalam dan
bersedia menjadi responden.

ABSTRAK
Penyakit gastrointestinal adalah suatu penyakit pada jalan makanan atau pencernaan.
Hasil presurvey menunjukkan bahwa penyakit dengan gangguan pencernaan yang terdapat di
ruang penyakit dalam pada tahun 2012 - 2014 adalah Thypoid berjumlah 83 orang, Gastritis 660
orang, GE 238 orang, Hepatitis sebanyak 177 orang. Berdasarkan wawancara yang dilakukan
peneliti pada pasien yang dirawat dengan gangguan pencernaan yaitu gastritis, klien memiliki
keluhan nyeri ulu hati, mual, muntah, dan tidak nafsu makan.Peneliti juga menemukan bahwa
diagnosis keperawatan yang ditegakkan oleh perawat tidak sesuai dengan keluhan pasien.
Perawat yang bertugas di ruang penyakit dalam diantaranya mengatakan bahwa sering sekali
mereka mengalami kesulitan dalam penegakan diagnosis keperawatan yang sesuai dengan proses
keperawatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi diagnosis keperawatan yang
muncul pada pasien dengan gangguan pencernaanl yang dirawat di Ruang Penyakit Dalam RSD
HM Ryacudu Kotabumi Lampung Utara tahun 2015, selama bulan Juni – Juli. Desain penelitian
adalah deskriptif, yang melibatkan 25 responden melalui teknik accidental sampling. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa diagnosis keperawatan aktual yang dialami pasien adalah :
Nausea (100% responden), nyeri akut (91,7% responden), gangguan pola tidur (58,33%
responden, dan gangguan menelan (58,33% responden, dan gangguan mukosa oral
(50%responden). Saran bagi pihak RS adalah menjadikan diagnosis keperawatan temuan sebagai
dasar pembuatan standar asuhan keperawatan bagi pasien dengan keluhan gastrointestinal yang
dirawat di RSD HM Ryacudu Kotabumi Lampung Utara. Sedangkan rekomendasi bagi peneliti
selanjutnya adalah melanjutkan penerapan standar asuhan keperawatan pada pasien dengan
gangguan pencernaan.
Kata kunci : diagnosis keperawatan, pasien gangguan pencernaan

PENDAHULUAN
Penyakit gastrointestinal adalah suatu penyakit pada jalan makanan atau
pencernaan. Penyakit gastrointestinal yaitu kelainan penyakit kerongkongan (eshofagus),
lambung (gaster), usus halus (intestinum), usus besar (kolon), hati (liver), saluran empedu
(traktus bililaris) dan pancreas (Sujono Hadi, 2002) .Hasil presurvei diperoleh data bahwa
penyakit dengan gangguan pencernaan yang terdapat di ruang penyakit dalam pada tahun 2012 -
2014 adalah penyakit Thypoid berjumlah 83 orang, Gastritis 660 orang, GE 238 orang, Hepatitis
sebanyak 177 orang.

Berdasarkan wawancara yang dilakukan peneliti pada pasien yang dirawat dengan
gangguan pencernaan yaitu gastritis, klien memiliki keluhan nyeri ulu hati, mual, muntah, dan
tidak nafsu makan, sehingga peneliti menegakkan diagnosis keperawatan nausea, resiko
kekurangan volume cairan dll.

DAFTAR PUSTAKA

Black & Hawk.2005. Medical Surgical Nursing : Clinical Management for Positive
Outcomes. St Louis :
Elsevier-Saunders.NANDA-I. 2012. Diagnosis Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi
2012 – 2014. EGC, Jakarta.
Nurjannah, I, 2012, ISDA (Intan’s Screening Diagnosis Assesment. , Moco Media,
Yogyakarta
Nurjannah, I. 2012. Diagnostic reasoning dalam proses keperawatan.
https://intansarinurjannah.wordpress.com/2012/05/24/diagnostic-reasoning-dalam-proses-
keperawatan/. Diakses pada 18 Maret 2015.
Tarwoto & Wartonah. 2003. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan.
Salemba Medika, Jakarta.
Wilkinson. 2007. Diagnosis Keperawatan.EGC, Jakarta.
JURNAL 6
LAJU PENGOSONGAN LAMBUNG IKAN MAS (Cyprinus carpio) DAN IKAN
NILA (Oreochoromis niloticus)
http://jurnal.unpad.ac.id/jpk/article/download/20531/9387
 Problem
Dilakukan penelitian terhadap beberapa benih Ikan Nila (Oreochoromis niloticus)
dan Ikan Mas (Cyprinus carpio) untuk diamati lama waktu yang dibutuhkan
dalam pengosongan lambung pada benih Ikan Mas dan Ikan Nila serta sebagai
dasar manajemen pemberian pakan pada benih Ikan Mas dan Ikan Nila.
 Intervention
Prosedur penelitian laju pengosongan lambung dilaksanakan melalui beberapa
tahapan diantaranya adalah persiapan alat dan bahan, penimbangan ikan,
pembedahan ikan, pomotongan usus pada bagian depan dekat opercullum dan
bagian belakang dekat anus, dan pengukuran pH dengan cara menyimpan cairan
usus pada kertas lakmus. Selanjutnya pengukuran bobot dan panjang usus,
pengukuran panjang dan bobot lambung, serta penimbangan bobot isi usus dan isi
lambung.
Uji analisis deskriptif dengan perlakuan perbedaan jam pengamatan 3, 6, 9, 12,
15, 18, 21, dan 24. Parameter penelitian meliputi pengukuran bobot tubuh ikan,
bobot usus yang berupa makanan, bobot usus tanpa isi, bobot isi usus, panjang
usus, pH lambung dan usus, serta suhu media pemeliharaan.
 Comparation
Tidak ada pembanding
 Outcome

Berdasarkan hasil pengamatan laju pengosongan lambung benih ikan nila dan
ikan mas menunjukkan bahwa semakin lama waktu pengukuran setelah diberi
pakan maka bobot lambung akan semakin kecil
JURNAL 7

Potensi Lactobacillus acidophilus dan Lactobacillus fermentum dari Saluran


Pencernaan Ayam Buras Asal Lahan Gambut sebagai Sumber Probioti

Potensi Lactobacillus acidophilus dan Lactobacillus fermentum dari Saluran Pencernaan


Ayam Buras Asal Lahan Gambut sebagai Sumber Probiotik | Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu
Peternakan (unja.ac.id)

 Problem
Dilakukan penelitian terhadap beberapa ekor ayam buras yang dipelihara di lahan
gambut dengan pH tanah 3.2 – 5.4. Pada umumnya, ayam buras ini hidup dengan
pakan seadanya yang diperoleh dari lingkungan sekitarnya. Dengan kondisi pakan
marginal diduga akan mempengaruhi jenis dan populasi mikroba di dalam setiap
segmen saluran pencernaannya.
 Intervention
Lactobacillus casei dan Lactobacillus acidhophylus dilaporkan dapat berperan
sebagai probiotik yang dapat meningkatkan bobot badan pada ayam ternak.
Penelitian ini dilakukan melalui Teknik isolasi , identifikasi, seleksi, dan
pengujian sifat probiotik yang meliputi ketahanan terhadap asam, ketahanan
terhadap garam empedu dan uji koagregasi antara mikroba.
 Comparation
Bacillus circulans dan Bacillus sp yang di isolasi dari saluran itik lokal Kerinci
dapat digunakan sebagai sumber probiotik pada ayam dan itik serta efektif
digunakan sebagai pengganti antibiotic.
 Outcome
Hasil identifikasi bakteri saluran pencernaan ayam yang dipelihara di lahan
gambut diperoleh Lactobacillus acidophilus dan Lactobacillus fermentum. Hasil
pengujian terhadap sifat probiotik diperoleh kedua jenis bakteri tersebut tahan
terhadap pH mulai dari pH 2.0 sampai pH 4 selama kurun waktu 14 jam inkubasi,
tahan terhadap garam empedu sampai 14 jam inkubasi, dan mempunyai sifat
koagregasi yang positif.
Berdasarkan penelitian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa produksi probiotik
diharapkan mampu diaplikasikan pada ternak ungags, khususnya ayam
JURNAL 8
POPULASI BAKTERI NORMAL DAN BAKTERI KITINOLITIK PADA SALURAN
PENCERNAAN LOBSTER PASIR (Panulirus homarus L.) YANG DIBERI KITOSAN

View of POPULASI BAKTERI NORMAL DAN BAKTERI KITINOLITIK PADA


SALURAN PENCERNAAN LOBSTER PASIR (Panulirus homarus L.) YANG DIBERI
KITOSAN (unram.ac.id)
 Problem
Pertumbuhan lobster pasir (Panulirus homarus) sangat bergantung pada
bakteri-bakteri yang terdapat pada saluran pencernaan.
 Intervention
Penambahan kitosan yang akan berpengaruh terhadap bakteri-bakteri
kitinolitik saluran pencernaan lobster. Penambahan kitosan pada pakan
diharapkan mampu meningkatkan jumlah bakteri kitinolitik untuk
membantu bakteri normal pada saluran pencernaan lobster pasir
(Panulirus homarus) menekan pertumbuhan bakteri patogen dan menunjang
kelangsungan hidup lobster. Penelitian dilakukan selama 3 bulan di Balai
Perikanan Budidaya Laut Lombok, Sekotong. Lobster diaklimatisasi
selama10 hari sebelum digunakan untuk penelitian. Selama proses ini, lobster
diberi pakan yang tidak ditambahkan kitosan. Penelitian ini menggunakan
rancangan acak lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 3 ulangan dengan
variasi berat kitosan per-kg pakan (0 g, 1 g, 2 g dan 4 g). Sampel yang diambil
dari saluran pencernaan lobster yaitu bagian usus dan lambung. Seri
pengenceran 10-6cfu/ml, 10-7cfu/ml dan 10-8cfu/ml diisolasi pada media
Plate Count Agar(PCA) dan dimurnikan pada media agar kitin. Perhitungan total
bakteri menggunakan analisis Total Plate Count(TPC).
 Comparation
Pada penelitian Agustina & Kurniasih (2013) urutan isolasi kitin dari
demineralisasi-deproteinasi diperoleh %rendemenkitin sebesar 36,76%. Isolasi
dengan urutan demineralisasi-deproteinasi menghasilkan rendemen lebih
banyak dibandingkan dengan tahap isolasi deproteinasi-demineralisasi. Hal
ini disebabkan karna mineral membentuk shield (pelindung) yang keras pada
kulit udang, sehingga dengan menghilangkan mineral terlebih dahulu akan
mempermudah proses penghilangan protein sehingga % rendemen kitin lebih
besar.
 Outcome
Ekstrak kitin diperoleh dari limbah cangkang rajungan kering dalam bentuk
serbuk. Data hasil rendaman isolasi kitin dari cangkang rajungan diperoleh
sebesar 14 %. Hasil kitin yang diperoleh sedikit, hal ini dipengaruhi tahapan
isolasi kitin, pada penelitian iniurutan isolasi kitin dimulai darideproteinasi-
demineralisasi. Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa
perlakuan variasi berat kitosan per-kg pakan tidak memberikan pengaruh
berbeda nyata (p>0.05) terhadappopulasi bakteri kitinolitik pada salauran
pencernaan lobster pasir (Panulirus homarusL.).
JURNAL 9
AKTIVITAS ENZIM PENCERNAAN UDANG VANAME(Penaeus vannamei)YANG
DIBERIKANPAKAN BERBAHAN BAKU TEPUNGSkeletonema costatum

View of ACTIVITIES OF DIGESTIVE ENZYME OF VANNAMEI SHRIMP (Penaeus


vannamei) FEEDING WITH Sceletonema costatum MEAL-BASED DIET (unram.ac.id)

 Problem
Pertumbuhan Udang Vaname dapat ditingkatkan dengan pemberian tepung
Skeletonema Costatum yang di formulasikan dalam pakan udang. Penelitian ini
menggunakan udang vaname (Litopenaeus vannamei) dengan berat 6.41 ±
0.55, berasal dari Balai Budidaya Air Payau Situbondo. Udang
Vanname (Litopenaeus vannamei) dipelihara dalam media air laut kisaran
salinitas 33-34 ppt dalam akuarium berukuran 45 x 45 x 45 cm dengan
kepadatan 12 ekor per akuarium dan diaerasi.
 Intervention
 Uji aktivitas protease menggunakan bahan antara lain sampel uji
larutan enzim,larutan kasein 2%, buffer universal pH 11,0,tirosin 5 μ
mol, akuades, TCA 0,14 M, Na2CO30,4 M, dan pereaksi folin
ciocalteau 2:1. Peralatan yang dibutuhkan antara lain tabung(tube),
sentrifuse, eppendorf, inkubator,waterbath, labu ukur, dan
spectrophotometerUV-Vis. Bahan yang digunakan dalam uji aktivitas
amilase adalah sampel uji,buffer asetat pH6,0,larutan enzim, aquades,
dan larutan I20,008N.

 Pengambilan ekstrak enzim (hepatopancreas) dilakukan terlebih dahulu


dengan memisahkan hepatopankreas dengan tubuh udang.

 Uji aktivitas enzim protease diukur dengan menggunakan pereaksi


kasein-TCA dengan metode spektrofotometri.
 Uji aktivitas enzim amilase diukur menggunakan pereaksi Nelson-Somogi
dengan menggunakan metode spektrofotometri.
 Comparation
Tidak ada pembanding.
 Outcome
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan aktivitas enzim
protease dan amilase sebelum dan sesudah diberikan formulasi pakan
percobaan. Dosis terbaik subtitusi protein tepung skeletonema terhadap protein
tepung ikan pada pakan udang berdasarkan peningkatan aktivitas enzim
protease adalah sebesar 4.07% dan amilase sebesar 4.02%.
JURNAL 10
JUMLAH TOTAL BAKTERI DALAM SALURAN PENCERNAAN IKAN GURAMI
(Osphronemus gouramy) DENGAN PEMBERIAN BEBERAPA PAKAN KOMERSIAL YANG
BERBEDA

https://www.researchgate.net/publication/330780453_Jumlah_Total_Bakteri_Dalam_Saluran_Pe
ncernaan_Ikan_Gurami_Osphronemus_Gouramy_Dengan_Pemberian_Beberapa_Pakan_Komer
sial_Yang_Berbeda_Total_Of_Bacteria_In_Digestive_Organ_Of_Gurami_Fish_Osphronemus_
Gou/fulltext/5c54de4d92851c22a3a25f08/Jumlah-Total-Bakteri-Dalam-Saluran-Pencernaan-
Ikan-Gurami-Osphronemus-Gouramy-Dengan-Pemberian-Beberapa-Pakan-Komersial-Yang-
Berbeda-Total-Of-Bacteria-In-Digestive-Organ-Of-Gurami-Fish-Osphronemus-Gou.pdf

 Problem
Gurami adalah ikan dengan pertumbuhan yang lambat karena efisiensi
pemanfaatan nutrisi dan
energi yang terkandung dalam pakan terlalu lambat, sehingga tidak cukup energi
yang tersedia untuk pertumbuhan
 Intervention
Pengambilan sampel gurami (Oshpronemus gouramy) dari pemeliharaan di
Fakultas Perikanan dan Kelautan di Universitas Airlangga Surabaya kemudian
dilakukan penghitungan bakteri di Laboratorium Bakteri dan Mikrobiologi
Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya.
Sumber inokulan didapatkan dari saluran pencernaan gurami yaitu lambung, usus
halus, dan usus besar. Saluran pencernaan ditimbang kemudian digerus. Setiap 1g
saluran pencernaan diencerkan dengan 9 ml larutan fisiologis (NaCl 0,85%) pada
pH yang sesuai dengan pH dalam saluran pencernaan gurami 7, dengan tujuan
hanya bakteri yang membantu pencernaan yang dapat tumbuh dan berkembang
pada pH tersebut. Sampel hasil pengenceran kemudian ditumbuhkan pada media
agar NA. Selanjutnya isolat diinkubasi selama 24 jam dalam inkubator pada suhu
35 oC.
 Comparation
Tidak ada pembanding.
 Outcome
Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah total bakteri tertinggi pada lambung
pada tiap jenis pakan. Namun jika diambil nilai rata-rata dan dibandingkan antar
pakan yaitu P1, P2 dan P3 didapatkan rata-rata jumlah total bakteri tertinggi pada
pakan P1, yang juga memiliki kandungan nutrient serat kasar tertinggi dalam
bentuk prosentase pada uji proksimat yaitu 8.03%.

Jumlah Total Bakteri tertinggi didapatkan pada lambung, baik pada pakan P1, P2,
dan P3 yaitu : 109 x 108 sel/gram ; 230 x 107 sel/gram; 50 x 108 sel/gram Jumlah
Total Bakteri rata-rata pakan didapatkan tertinggi pada pakan P1 yaitu 71,8 x 107
sel/gram data terendah pakan P3 yaitu 2,9 x 107 sel/gram.

Anda mungkin juga menyukai