Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN STUDI KASUS

IMPLEMENTASI ASESMEN DALAM PEMBELAJARAN DI SD

Disusun sebagai pemenuhan Ujian Akhir Semester


Mata Kuliah Asesmen Pembelajaran di SD
Dosen Pengampu: Hotimah, S.Pd.Si., M.Pd.

Disusun Oleh:
Nama Lengkap : Putri Maharani Azzahra
NIM. : 1947042029
Kelas: : M8.4

JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
TAHUN 2022

i
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
A. Pentingnya Asesmen dalam Pembelajaran di SD 1
B. Tujuan dan Manfaat Studi Kasus 5
C. Gambaran Umum Sekolah 5

BAB II HASIL STUDI KASUS


A. Analisis Pelaksanaan Asesmen Pembelajaran
Ranah Kognitif 6
B. Analisis Pelaksanaan Asesmen Pembelajaran
Ranah Psikomotorik 6
C. Analisis Pelaksanaan Asesmen Pembelajaran
Ranah Afektif 7
D. Analisis Pelaporan Hasil Belajar Siswa 7

BAB IV KESIMPULAN
A. Simpulan 8
B. Saran 8

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
A. Instrumen Asesmen Ranah Kognitif 10
B. Data Hasil Asesmen Ranah Kognitif 10
C. Instrumen Asesmen Ranah Psikomotorik 11
D. Data Hasil Asesmen Ranah Psikomotorik 11
E. Instrumen Asesmen Ranah Afektif 12
F. Data Hasil Asesmen Ranah Afektif 13
G. Lembar Pelaporan Hasil Belajar Siswa 13
H. Dokumentasi 15
I. Bukti Wawancara dengan Guru 16

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Pentingnya Asesmen dalam Pembelajaran di SD


Penilaian adalah suatu proses untuk mengambil keputusan dengan
menggunakan informasi yang diperoleh melalui pengukuran hasil belajar yang
menggunakan instrumen tes maupun non-tes. Asmawi Zainul (1994) Jadi,
maksud penilaian adalah memberi nilai tentang kualitas sesuatu. Tidak hanya
sekedar mencarai jawaban terhadap pertanyaan tentang apa, tetapi lebih
diarahkan kepada menjawab pertanyaan bagaimana atau seberapa jauh suatu
proses atau suatu hasil yang diperoleh seseorang atau suatu program. Penilaian
di sini diartikan sebagai padanan kata evaluasi. Berkaitan dengan hal tersebut,
Marzano et al. (1994) menyatakan bahwa dalam mengungkap penguasaan
konsep siswa, asesmen tidak hanya Asesmen dan Evaluasi Pembelajaran di
Sekolah Dasar 4 mengungkap konsep yang telah dicapai, akan tetapi juga
tentang proses perkembangan bagaimana suatu konsep tersebut diperoleh.
Dengan kata lain asesmen tidak hanya dapat menilai hasil dan proses belajar
siswa, akan tetapi juga kemajuan belajar siswa.
Penilaian dalam arti Assessment merupakan suatu proses pengumpulan,
pelaporan, dan penggunaan informasi tentang hasil belajar siswa baik
perorangan maupun kelompok yang diperoleh melalui pengukuran. Tujuannya
untuk menganalisis atau menjelaskan unjuk kerja/prestasi siswa dalam
mengerjakan tugas-tugas yang terkait, dan mengefektifkan penggunaan
informasi untuk mencapai tujuan pendidikan. Hal ini selaras dengan pendapat
Wiggins (1984) yang menyatakan bahwa asesmen merupakan sarana yang
secara kronologis membantu guru dalam memonitor siswa. Oleh karena itu
sudah seharusnya asesmen merupakan bagian dari pembelajara, bukan
merupakan hal yang terpisahkan. (Popham 1: 1995).
Popham (1995: 3) mendefinisikan asesmen dalam konteks pendidikan
sebagai sebuah usaha secara formal untuk menentukan status siswa, berkenaan
dengan berbagai kepentingan pendidikan. Boyer & Ewel mendefinisikan

1
asesmen sebagai proses yang menyediakan informasi tentang individu siswa
tentang kurikulum atau program, atau segala sesuatu yang berkaitan tentang
sistem institusi. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa asesmen
dapat diartikan sebagai kegiatan menafsirkan data hasil pengukuran. Penilaian
dalam arti evaluasi merupakan serangkaian kegiatan penilaian keseluruhan
program mulai dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, sampai
dengan pengawasan. Misalnya, evaluasi dari program yang meliputi
kurikulum, asesmen, pengadaan dan peningkatan guru, manajeman
pendidikan, dan reformasi pendidikan. (Depdiknas, 2002:3)
Asesmen formatif dilaksanakan secara periodik sepanjang satuan
pembelajaran, misalnya setelah setiap satu pokok bahasan selesai diajarkan.
Asesmen formatif merupakan bagian integral dari proses
pembelajarandilakukan dengan maksud memantau sejauh manakah suatu
proses pembelajaran telah berjalan sebagaimana yang direncanakan. Asesmen
ini juga dapat memberikan balikan kepada siswa yang terkait dengan
kemajuan yang telah dicapai dan memberikan balikan kepada guru terkait
dengan perkembangan proses pembelajaran yang dirancangnya. Sedangkan
penilaian sumatif dilakukan pada akhir satuan pembelajaran untuk
menentukan status final siswa dan /atau untuk mengetahui sejauhmana peserta
didik telah dapat berpindah dari satu unit ke unit berikutnya, dengan kata lain
asesmen sumatif untuk menentukan kadar efektivitas program pembelajaran.
Asesmen sumatif ini biasanya berbentuk ujian semester atau ujian akhir satuan
Pendidikan.
Kata asesmen memiliki kaitan yang sangat erat dengan asesmen. Terlebih
saat ini sedang dilakukan asesmen nasional yang sering disebut dengan AKM.
asesmen merupakan sebuah proses untuk mendapatkan informasi dalam
bentuk apapun akan digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan tentang
siswa baik yang menyangkut kurikulumnya, program pembelajarannya, iklim
sekolah maupun kebijakan-kebijakan sekolah. Hasil dari asesmen juga dapat
menjadi panduan bagi Guru Pintar menentukan bagaimana mengelola
pembelajaran di kelas, bagaimana menempatkan siswa pada program-
program pembelajaran yang berbeda, memberikan tingkatan tugas-tugas untuk

2
siswa yang sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan masing-masing,
memberikan bimbingan dan penyuluhan, dan saran untuk studi pada tingkatan
selanjutnya.
Asesmen sebagai dasar keputusan tentang kurikulum dan program sekolah
misalnya pengambilan keputusan tentang efektivitas program yang diadakan
sekolah dan bagaimana langkah-langkah untuk meningkatkan kemampuan
siswa apakah pengajaran remedial dan lain sebagainya. Sedangkan asesmen
yang mempengaruhi keputusan untuk kebijakan pendidikan meliputi;
kebijakan di tingkat sekolah, kabupaten maupun nasional. Ada berbagai teknik
asesmen yang dapat Guru Pintar lakukan di kelas, teknik paper and pencil
test, unjuk kerja siswa dalam menyelesaikan pekerjaan rumah, tugas-tugas di
laboratorium, dan juga keaktifan siswa selama proses pembelajaran. Semua
informasi yang Guru Pintar dapatkan dari asesmen nantinya akan dianalisis
untuk kepentingan laporan kemajuan siswa.
Selama ini kegiatan asesmen selalu diidentikkan dengan tiga istilah yaitu
pengukuran, evaluasi, dan tes. Padahal ketiga hal tersebut memiliki tujuan
yang berbeda-beda dalam proses asesmen. Tes adalah alat atau cara penilaian
yang telah dirancang sedemikian rupa sesuai dengan tujuan yang ditetapkan.
Sedangkan pengukuran adalah proses pemberian angka atau usaha
memperoleh deskripsi numerik dari suatu tingkatan dimana seorang siswa
telah mencapai karakteristik tertentu. Hasil penilaian dapat berupa nilai
kualitatif dan nilai kuantitatif. Dan evaluasi merupakan proses pemberian
makna atau penetapan kualitas hasil pengukuran dengan cara membandingkan
angka hasil pengukuran tersebut dengan kriteria tertentu.
Asesmen pembelajaran adalah untuk memberikan penjelasan secara
lengkap tentang target pembelajaran yang dapat menggambarkan hal-hal
seperti; bagaimana tingkat pengetahuan siswa, informasi yang dibutuhkan
tentang pengetahuan, keterampilan, dan performa siswa. Pengetahuan,
keterampilan dan performa siswa yang dibutuhkan dalam pembelajaran kita
kenal dengan target atau hasil pembelajaran . Target pembelajaran
mempengaruhi pemilihan teknik asesmen. Misalnya untuk dapat melakukan
asesmen kemampuan siswa dalam pemecahan masalah pada pelajaran

3
matematika tentu akan sangat berbeda dengan kemampuan membaca atau
mendengarkan. Pemilihan teknik asesmen untuk setiap target pembelajaran
harus didasarkan pada kebutuhan praktis di lapangan dan efisiensi. Teknik
asesmen yang digunakan harus dapat mengungkapkan kemampuan khusus
serta untuk mengembangkan kemampuan siswa. Sehingga asesmen juga harus
dapat memberikan umpan balik bagi siswa.
Untuk menghindari subjektifitas dalam proses pelaksanaan asesmen
dibutuhkan rubrik penilaian atau kriteria penilaian guru. Penyusunan rubrik
penilaian tentu harus dirancang sesuai dengan target atau tujuan pembelajaran.
Contoh rubrik penilaian yang sering dijumpai Guru Pintar antara lain rubrik
penilaian sikap, rubrik penilaian keterampilan, rubrik penilaian berbicara,
rubrik penilaian writing (menulis), dan masih banyak lagi. Asesmen
pembelajaran dapat dikategorikan menjadi tiga jenis, yaitu:
asesmen terhadap pembelajaran (assessment of learning),
asesmen untuk pembelajaran (assessment for learning), dan
asesmen sebagai pembelajaran (assessment as learning). Asesmen terhadap
proses belajar atau asesmen sumatif memiliki tujuan untuk menentukan
tingkat pencapaian hasil belajar siswa yang dilakukan di akhir materi
pembelajaran.
Sedangkan, asesmen untuk dan sebagai pembelajaran atau sering di kenal
dengan asesmen formatif bertujuan untuk mengumpulkan informasi yang akan
membantu Guru Pintar memberikan umpan balik dan tindak lanjut proses
belajar. Asesmen formatif juga dapat membantu siswa memperbaiki cara
belajar dengan menentukan kembali strategi belajar yang sesuai dengan
kebutuhannya. Miskonsepsi yang sering terjadi dilapangan terhadap asesmen
pendidikan adalah bahwa asesmen adalah hal yang terpisah dengan proses
kegiatan pembelajaran. Guru Pintar sering kali lebih fokus pada kegiatan
pembelajaran dan menentukan asesmen kemudian. maka hal yang mungkin
terjadi adalah tidak ada keterkaitan antara proses pembelajaran dan asesmen
yang dilakukan. Akibatnya hasil asesmen tidak dapat dijadikan patokan
apakah siswa telah mencapai target pembelajaran yang ditetapkan.

4
B. Tujuan dan Manfaat Studi Kasus
1. Untuk menggambarkan situasi individu
2. Untuk mengidentifikasikan masalah – masalah utama dalam kasus.
3. Agar dapat merekomendasikan tindakan untuk kasus yang sedang diteliti.

C. Gambaran Umum Sekolah


Berdasarkan hasil temuan selama pelaksanaan assessment di UPT SPF SD
NEGERI 31 TUMAMPUA V, terdapat banyak kegiatan ataupun aturan sebagai
salah satu kultur sekolah yang diberlakukan oleh pihak sekolah diantaranya
kegiatan 3S (senyum, sapa, salam). Tujuan dari kegiatan 3S ini adalah untuk
membentuk karakter yang baik pada peserta didik dan saling menghormati antara
siswa dan guru. Kegiatan lainnya yakni pengkondisian awal belajar tujuan dari
pengkondisian awal belajar yakni dengan membaca doa dan membaca surah-surah
pendek untuk memperkenalkan agama lebih kepada siswa dan pentingnya
memulai sesuatu dengan berdoa. Kondisi kultur sekolah lainnya seperti Upacara
Bendera merupakan kegiatan untuk membentuk karakter disiplin, dan
meningkatkan sikap Nasionalisme peserta didik.

5
BAB II
HASIL STUDI KASUS
A. Analisis Pelaksanaan Asesmen Pembelajaran Ranah Kognitif
Berdasarkan hasil temuan di lapangan mengenai pelaksanaan assesmen
pembelajaran di ranah kognitif saya mendapatkan format penilaian siswa dari segi
pengetahuan dan keterampilan individu peserta didik, dari lembar penilaian kami
melihat perbedaan kemapuan dan keunikan setiap individu peserta didik
Beberapa peserta didik di UPT SPF SD NEGERI 31 TUMAMPUA V pada
kelas 4 cenderung mendapatkan nilai yang dan dari hasil observasi yang saya
dapati akumulasi nilai keterampilan yang lumayan tinggi namun tidak ada
perbandingan disebabkan pada penilaian pengetahuan, pendidik hanya
memberikan sebuah format kosong (Belum terisi).Pada penilaian keterampilan
peserta didik, mungkin praktik-praktik yang sesuai dengan mata pelajaran sering
dilakukan, namun tidak dapat disimpulkan bawha ]teori yang diberikan oleh
pendidik kurang, karena siswa tidak dapat melakukan sebuah keterampilan tanpa
adanya pengetahuan yang cukup dari para pendidik. Dan hal ini juga dapat
membuat anak lebih kreatif dalam memproyeksikan hasil-hasil pengetahuan yang
mereka dapatkan.

B. Analisis Pelaksanaan Asesmen Pembelajaran Ranah Psikomotorik


Terlihat peserta didik di UPT SPF SD NEGERI 31 TUMAMPUA V sangat
senang dan berantusias saat menjalani proses pembelajaran di kelas mulai dari
tidak adanya keluhan-keluhan peserta didik saat di bagikan lembar kerja peserta
didik dan di saat waktu istirahat terlihat peserta didik sangat menikmati waktu
bermain dengan teman-temannya.
Hal lain yang kami dapati di lapangan beberapa tenaga pendidik yang tegas
dan keras dengan tujuan menertibkan peserta didik cenderung menjadikan peserta
didik takut, dan hal-hal seperti inilah yang kedepannya akan menjadi faktor dari
matinya karakter dari peserta didik itu sendiri, peran guru semestinya menjadi

6
idola dan contoh sekaligus menjadi orang yang sangat menyenangkan bagi peserta
didik.
Dengan menggunakan metode wawancara, yang saya dapati keterangan dari
pendidik di UPT SPF SD NEGERI 31 TUMAMPUA V bahwa peserta didik yang
cenderung memiliki kepribadian aktif biasanya akan di pasangkan dengan peserta
didik yang pasif, dengan harapan terjadinya interaksi yang interaktif antar sesama
peserta didik.

C. Analisis Pelaksanaan Asesmen Pembelajaran Ranah Afektif


Dari hasil analisis yang ditemui pada UPT SPF SD NEGERI 31
TUMAMPUA V kami melakukan metode wawancara dengan guru tentang
instrumen penilaian dalam ranah Afektif tetapi guru hanya memberikan lembaran
penilaian Raport peserta didik karena guru kelas 4 pada UPT SPF SD NEGERI 31
TUMAMPUA V, untuk instrument penilaian keseharian siswa tidak ada yang
diberikan oleh guru dengan alasan, tidak melampirkan nilai kedalam format
umtuk bukti nyata juga sudah terendam banjir, padahal seharusnya guru tersebut
harus selalu menilai perkembangan afektif peserta didik agar guru tersebut bisa
mengetahui sejauh mana perkembangan ranah Afektif siswa setiap harinya. Hal
tersebut dapat menujukkan bahwa peserta didik mampu bersikap lebih baik.

D. Analisis Pelaporan Hasil Belajar Siswa


Dari hasil analisis yang ditemui pada UPT SPF SD NEGERI 31
TUMAMPUA V, saya melakukan metode wawancara dengan seorang pendidik
(Guru) tentang pelaporan hasil belajar siswa selama satu semester. Dan guru
tersebut memberikan saya raport, dimana raport tersebut sudah memuat nilai
pengetahuan, keterampilan, dan sikap siswa, serta saya juga diberikan sebuah
instrument penilaian harian dan soal soal ulangan harian.

7
BAB III
KESIMPULAN

A. Simpulan
1. Penilaian merupakan upaya untuk memeriksa sejauh mana siswa mencapai
tujuan pendidikan, penilaian bersifat kualitatif dan pengukuran bersifat
kuantitatif.
2. Evaluasi merupakan upaya untuk membuat keputusan tentang tingkat
hasil belajar siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran. Evaluasi hasil
belajar berfungsi diagnostik, untuk seleksi, untuk kenaikan kelas, dan
untuk penempatan. Tujuan evaluasi hasil belajar adalah memberikan
informasi yang berkenaan dengan kemajuan siswa, pembinaan kegiatan
belajar, menetapkan kemampuan dan kesulitan, untuk mendorong
motivasi belajar, membantu perkembangan tingkah laku.

B. Saran

1. Apabila terdapat kesalahan dan kekurangan dalam penulisan ini, sangat


diharapkan akan adanya perbaikan.
2. Diharapkan kepada para Guru agar lebih menyelenggarakan pembelajaran
yang optimal terhadap anak didiknya dan memberikan pemahaman yang
lebih luas tentang arti belajar itu sendiri.
3. Diharapkan kepada Guru selaku pendidik untuk tidak hanya memfokuskan
fungsinya selaku pengajar dan fasilitator, tetapi juga perannya selaku
motivator sehingga sukses dalam proses pembelajaran.

8
DAFTAR PUSTAKA

Suyono. (2008). Makalah disajikan dalam Seminar Ragional Implementasi


Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan pada Pembelajaran Bahasa dan Sastra
Indonesia di Fakultas Sastra UM, 19 Januari 2008.
Zainul, Asmawi dan Agus Mulyana. 2003. Tes dan Asesmen di SD. Jakarta:
Universitas Terbuka.

9
LAMPIRAN

A. Instrumen Asesmen Ranah Kognitif

B. Data Hasil Asesmen Ranah Kognitif

10
C. Instrumen Asesmen Ranah Psikomotorik
-
D. Data Hasil Asesmen Ranah Psikomotorik

11
E.
I
n
s
t
r
u
m
e
n Asesmen Ranah Afektif

12
F. Data Hasil Asesmen Ranah Afektif

G. Lembar Pelaporan Hasil Belajar Siswa

13
14
H. Dokumentasi

15
I. Bukti Wawancara dengan Guru

16
1

Anda mungkin juga menyukai