Diajukan:
Sebagai Tugas Akhir pada Mata Kuliah Filsafat Ilmu
Dosen Pengampu:
Prof. Dr. Marsigit, M.A.
Oleh:
Ahliah Ghurfah
23031140016
Puji syukur terpanjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa karena atas berkat Rahmat dan
ridhoNya maka penulis mampu menyelesaikan sebuah makalah yang berjudul “Makalah
Konstruksi dan Implementasi: Matematika dan Pendidikan Matematika” tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari kepenulisan makalah ini untuk memenuhi tugas akhir pada mata kuliah
filsafat ilmu. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan terkait filsafat
dan ideologi Pendidikan. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Prof. Marsigit, M.A.,
selaku dosen pengampu mata kuliah filsafat ilmu yang telah memberikan tugas ini sehingga
dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi penulis. Penulis menyadari bahwa makalah
ini masih memiliki banyak kekurangan. Oleh sebab itu, penulis sangat membutuhkan saran dan
Penulis
BAB I
FILSAFAT UMUM
Filsafat merupakan ilmu yang penting bagi kehidupan manusia. Filsafat membahas
seluruh aspek yang terjadi dalam kehidupan manusia. Filsafat berasal dari Bahasa Yunani
yaitu philosophia. Philosophia terdiri atas dua kata, yaitu philo (cinta, ingin) dan sophia
(kebijakan, pandai). Sehingga filsafat dapat diartikan suatu keinginan mencapai pandai,
cinta akan kebijakan (Djamaluddin, 2014). Prinsip filsafat yaitu menempatkan suatu
kebenaran berdasarkan kemampuan nalar manusia. Seluruh kehidupan manusia dikaji oleh
filsafat. Tiga masalah utama di filsafat, yaitu ontologi, epistemologi, dan aksiologi.
A. Ontologi
Ontologi berasal dari Bahasa Yunani, yaitu ontos berarti ada dan logos berarti
penyelidikan tentang (Rukiyati & Purwastuti, 2015). Jadi, ontologi diartikan sebagai
penyelidikan tentang yang ada. Ontologi merupakan salah satu kajian dalam filsafat yang
membahas masalah makna, hakikat, dan struktur yang ada. Aristoteles dalam Djamaluddin
(2014) menyatakan tugas ontology yaitu mengusut ada sebagai adanya tanda-tanda yang
ada padanya berdasarkan hakikat yang dimilikinya. Salah satu hasil pengusutan dari Martin
Heidegger dan Paul Tillich yaitu ada tidak mengarah sesuatu, melainkan suatu sifat yang
dimiliki oleh semua yang ada, dan oleh sebab itu mereka ada.
everything that is insofar as it is. Suatu Langkah dalam memastikan apa “struktur” tertentu
itu merupakan ontologi. Ontologi merupakan bagian dari metafisika. Ontologi mencoba
untuk mengetahui hakikat yang terdalam dari yang ada. Contoh pandangan ontologi yaitu
materialisme. Materialisme merupakan filsafat ontologi yang menyatakan bahwa yang ada
yang paling dalam bersifat material. Ontologi merupakan salah satu landasan dalam filsafat
Pendidikan.
B. Epistemologi
Kata epistemologi berasal dari Bahasa Yunani, yaitu episteme berarti pengetahuan
dan logos berarti teori. Sehingga epistemologi diartikan sebagai suatu kajian atau teori
antara pengetahuan dan kepercayaan diri, status pengetahuan yang melampaui panca
Indera, status ontologi dari teori-teori ilmiah, hubungan antar konsep, serta kajian atas
C. Aksiologi
Aksiologi merupakan kajian filsafat yang mengkaji tentang nilai, nilai sesuatu yang
berharga, yang dinamakan oleh setiap insan. Aksiologi meliputi aspek nilai normative dan
pemaknaan terhadap kebenaran (Saragih et al., 2021). Intinya aksiologi membahas tentang
nilai. Aksiologi dibagi menjadi etika (filsafat tentang baik buruk perilaku manusia) dan
guna.
2. Nilai Rohani merupakan nilai yang tersusun dari nilai intelek, nilai estetika,
FILSAFAT ILMU
Filsafat ilmu pengetahuan adalah filsafat yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan.
Filsafat ini berusaha membahas ilmu pengetahuan secara rasional, menyeluruh, dan
mendasar. Filsafat ilmu dimaknai sebagai suatu disiplin, konsep, dan teori terkait ilmu yang
sudah dianalisis dan diklasifikasikan. Cara kerja filsafat ilmu menurut Saragih et al. (2021)
a. Melakukan kajian dan analisis terkait konsep, asumsi, dan metode ilmiah
piker manusia, hakekat manusia, nilai nilai yang dipercaya manusia, tempat
Filsafat ilmu membagi lebih lanjut dalam tiga bahasan, yaitu ontologi ilmu,
A. Ontologi Ilmu
Landasan ontologis dapat disebut juga landasan metafisik adalah filsafat yang
merujuk akan keberadaan atau substansi tertentu. Secara ilmiah, Pendidikan bertujuan
secara metodologis menjadi suatu bentuk pengetahuan tersendiri yang biasa disebut ilmu
Pendidikan (Rukiyati & Purwastuti, 2015). Pendidikan pada hakikatnya berlandaskan suatu
pandangan filsafat tentang manusia yang menjadi subjek dan objek Pendidikan, pandangan
mengenai alam semesta yang berisi tentang tempat manusia hidup, dan pandangan Tuhan
dasar dari segala sesuatu yang bersifat fisik ataupun non fisik. Munculnya ilmu-ilmu
dipercaya dan dapat diukur. Metafisika lebih tampak tidak dapat diverifikasi dan tidak
bersifat aplikatif. Akinpelu menjabarkan bahwa metafisika berkaitan dengan hakikat alam
perumusan teori dan praktik Pendidikan dalam berbagai hal. Kurikulum berisikan subjek,
B. Epistemologi Ilmu
pengetahuan yang berkaitan dengan cara dan alat untuk mengetahui (Kristiawan, 2016).
1) Metode induktif
2) Metode deduktif
3) Metode positivisme
4) Metode kontemplatif
5) Metode dialektis.
berikut.
1. Ilmu menuntut terdapat objek yang diteliti, baik yang berkaitan dengan alam
maupun manusia.
2. Ilmu menuntut terdapat metode tertentu yang berisikan pendekatan dan Teknik
tertentu.
3. Ilmu menuntut terdapat pokok permasalahan yang akan dikaji lebih dalam.
Kajian epistemologis mengenai pandangan guru merupakan suatu hal yang sangat
C. Aksiologi Ilmu
Filsafat ilmu menurut Jujun S. Suriasumantri dalam Kristiawan (2016) dibagi dua
tahap, yaitu ilmu otonom terbebas dari segenap nilai yang memiliki sifat dogmatik (bebas
nilai) sehingga ilmu dapat dikembangkan dan ilmu bertujuan memanipulasi faktor-faktor
yang berkaitan dengan gejala untuk mengontrol dan mengarahkan proses yang terjadi.
Aksiologi merupakan filsafat yang membahas tentang nilai. Jenilan (2018) menjabarkan
aksiologi merupakan salah satu filsafat yang membahas tentang hakekat nilai. Barmel
estetika membahas tentang nilai keindahan dan seni. Aksiologi merujuk pada perilaku
moral dan kehidupan. Tujuan Pendidikan menjadi cerminan dari landasan aksiologis
Pendidikan. Tujuan Pendidikan dilatar belakangi oleh nilai-nilai yang dipercaya dan
MEMBANGUN FILSAFAT
Filsafat lahir dari berbagai pandangan. Begitu juga hidup manusia. Perkembangan
pemikiran terkait hidup manusia dibahas secara mendalam dalam filsafat. Selain itu kritik
akan akal budi juga mejadi pembahasan yang penting untuk dibahas dan dikaji lebih lanjut.
Hidup manusia pada dasarnya bersifat metafisik, yaitu selalu ada kehidupan
sebelum kehidupan. Manusia itu tidak sempurna, bisa dikatakan manusia sempurna dalam
ketidaksempurnaan. Awal dari segala kegiatan manusia itu ada dua, yaitu fatal dan vital.
a. Fatal
Contoh: Ketika seorang anak mengambil baju warna putih, maka itu disebut
sebagai takdir. Hal ini disebabkan baju warna putih terpilih untuk dikenakan
segala sebab.
b. Vital
Vital berarti memilih. Memilih juga disebut sebagai ikhtiar. Adapun sifat yang
Berdasarkan hal tersebut maka di situlah muncul sifat metafisiknya. Metafisik adalah
Sifat dibalik sifat, sifat mendahului sifat, sifat mengikuti sifat, sifat mempunyai sifat. Fatal
bersifat tetap dan tidak akan pernah bisa berubah, kecuali kuasa Tuhan yang dapat
mengaturnya. Fatal itu berupa definisi/ketetapan awal dan jalannya dengan koherentism,
analitik, absolutism yang akan menghasilkan konsisten. Sedangkan, vital berupa
Seseorang yang cerdas berfilsafat adalah seseorang yang mampu memahami tentang
ruang dan waktu. Terdapat dua jenis aliran dalam hal ini, yaitu aliran a priori (paham walau
belum melihat) ada dalam ranah fatal dan merupakan pemikiran dewasa lalu menghasilkan
rasionalism serta sceptism oleh R. Decrates. Sedangkan, aliran A Posteriori ada dalam ranah
vital dan merupakan pemikiran anak-anak yang merupakan pengalaman lalu menghasilkan
empiricm oleh David Hume. Kemudian seorang permenides berbendapat bahwa segala
sesuatu itu tetap, sedangkan seorang heraclitos berpendapat bahwa segala sesuatu itu
berubah.
Hukum di dunia itu ada dua, yaitu hidup di dunia itu bersifat kontradiksi, sedangkan
pikiran itu bersifat identitas dan tautologis. Pada dasarnya semua matematika yang ditulis
itu salah, yang benar hanya yang ada dalam pemikiran. Dalam ranah fatal yang mempercayai
tuhan itu esa/satu melahirkan aliran monolisme, sedangkan dalam ranah vital ada aliran
pluralisme.
Berdasarkan berbagai pikiran tersebut, muncul seorang tokoh Imanuel Kant (1671)
yang melahirkan aliran dualism yang mempercayai kedua ranah fatal dan vital. Menurut
Imanuel Kant ilmu akan dilahirkan dari perkawinan langit dan bumi (a priori dan sintetik)
lalu menghasilkan zaman modern. Selanjutnya muncul seorang tokoh yang bernama
sebelumnya, karena menurut Auguste Compte semua yang kamu kerjakan dan kamu
pikirkan itu tidak ada gunanya bagi dunia serta agama itu tidak bisa membangun dunia
karena banyak orang yang terpengaruh teknologi lalai akan kewajibannya terhadap
tuhannya. Masyarakat sekarang sudah menjelma menjadi kontemporer: archaic > tribal >
tradisional > feudal > modern > pos modern > power now yang menghasilkan aliran-aliran
Berikut yang diperoleh pembaca dalam buku “The Critique of Pure Reason” oleh
Pikiran manusia merupakan suatu hal yang rumit. Pikiran juga bersifat metafisik.
Metafisik adalah sesuatu yang tidak bisa dipegang atau tidak bisa dilihat. Buku tersebut
menjelaskan bahwa saat ini semua metode telah dilakukan namun hanya menjadi sia-sia
karena dengan hal tersebut malah semakin menciptakan kekacauan di dunia sains. Tetapi
hal tersebut juga hal yang menjadi sumber baru sains. Sebenarnya banyak pertanyaan yang
muncul dalam proses ini tetapi banyak orang yang mengabaikan hal tersebut. Muncul
banyak ketidakpedulian dalam dunia sains sehingga kekacauan tidak dapat dielakkan.
Buku tersebut menyampaikan bahwa Kant menolak keraguan pada sains seperti
pendapat skeptisisme yang disampaikan oleh David Hume bahwa sains bisa dibenarkan
jika mempunyai a priori dan diperoleh dengan pikiran murni (pure reason). Kant
menyatakan bahwa selain berdasarkan pengalaman di masa lalu, nalar juga dapat
membantu untuk mengetahui beberapa hal. Kant menentang keras pengetahuan a priori.
Dimana hanya karena satu hal terjadi dengan cara yang sama berulang kali, bukan berarti
hal tersebut juga akan terjadi dengan cara yang sama berulang kali. Selain itu, Kant
menyatakan bahwa tidak ada satu pun masalah metafisik yang tidak menemukan solusi.
Menurut Kant terdapat dua kriteria pembeda pengetahuan murni dan empiris,
sebagai berikut:
1. A priori merupakan proposisi yang terdiri atas gagasan dan harus konsepsi. Gagasan
2. Empiris tidak pernah menunjukkan sifat ketat dan absolut tetapi dianggap universalitas
dan komparatif. Sedangkan sifat ketat dan absolut serta tidak berasal dari pengalaman
Bagi Kant, jika a priori tidak berasal dari pengalaman maka akan menjadi sebuah
pengetahuan. Dan Kant menyebutnya sebagai transenden untuk subjek yang sudah ada
tersebut.
judgment. Analytical judgement adalah hubungan antara predikat dan subjek diperoleh dari
predikatnya telah terkandung dalam subjek dan predikat hanya analisis dari subjek. Sifatnya
dalam subjek. Tetapi predikat menambahkan sesuatu terhadap subjek. Kant menyebutkan 3
3. Metafisika.
BAB IV
MENERAPKAN FILSAFAT
Filsafat dan matematika mempunyai kaitan yang sangat era tantara keduanya,
matematika merupakan ibu dari semua bidang ilmu dan filsafat merupakan dasar untuk
mempelajari ilmu (Fairus et al., 2023). Filsafat dan matematika memiliki kesamaan yaitu
matematika. Filsafat matematika berisikan tentang asal matematika dan cara terbentuknya
A. Sejarah/Perkembangan Matematika
dari pernyataan yang hendak kita sampaikan. Lambang atau simbol yang ada dalam
matematika itu bersifat artifisial yang akan mempunyai arti setelah makna diberikan
sehingga membantu dalam proses perhitungan dan pengukuran. Tanpa hal tersebut
matematika hanyalah angka dan rumus-rumus yang tak berarti (Wahana, 2016). Filsafat
dasar-dasar dan dampak dari matematika. Adapun tujuan dari filsafat matematika yaitu
Sebuah objek yang sedang diteliti dapat dilambangkan dengan apa saja sesuai
dengan kesepakatan. Wahana (2016) memberikan contoh kecepatan jalan kaki seseorang
untuk waktu tertentu dapat dilambangkan sebagai k. Untuk hal ini k merupakan “kecepatan
jalan kaki dalam waktu tertentu” dan tidak terdapat pengertian lainnya. Waktu yang
dibutuhkan untuk berjalan kaki dilambangkan w. sedangkan untuk jarak yang ditempuh
dalam waktu tertentu dilambangkan j. maka diperoleh rumus “jarak yang ditempuh sama
dengan waktu yang digunakan dikali kecepatan” atau dapat dilambangkan j = k × w. sifat
Meningkatkan daya prediktif dan control dari ilmu merupakan sifat kuantitatif
matematika. Sarana berpikir yang digunakan matematika yaitu sarana berpikir deduktif.
yang memiliki sifat sintetik apriori. Eksistensi matematika berkaitan dengan pancaindera
serta pendapat dari aliran yang disebut logistic yang berpendapat bahwa matematika
lebih baik. Teknik mengajar Socrates melibatkan orang lain dalam percakapan. Begitu pula
Plato percaya bahwa siswa harus dididik sesuai dengan masa merekan dan tidak harus
sama. Sedangkan, Aristoteles menyatakan bahwa nak-anak harus dididik dalam mode
Ideologi merupakan suatu tatanan atas rasa yakin yang dipedomani masyarakat
untuk menyusun hidupnya sendiri (Syafii, 2018). Hubungan sosial yang terjadi di
masyarakat diikat oleh ideologi. Ideologi sendiri tersusun dari nilai-nilai agama, moral,
etika, ide dan pemikiran, kebiasaan, serta kebudayaan. Ideologi merupakan suatu hal yang
memiliki keterikatan antara ruang dan waktu terhadap budaya dan sejarah individu atau
masyarakat (Marsigit, 2014). O & William (2001) menjabarkan terkait ideologi Pendidikan
merupakan struktur yang mengatur segala bentuk tindakan dalam proses Pendidikan yang
bertujuan pada mengatur suatu tindakan sosial. Ideologi Pendidikan diharapkan dapat
merubah perilaku individu ataupun masyarakat secara terstruktur. Indonesia sendiri
Ideologi Pendidikan terbagi menjadi dua sifat seperti yang disampaikan oleh
atau menganggap perujudan diri sebagai nilai tertinggi dan dapat diperoleh
dengan cara diidentifikasi dan menjunjung tinggi hukum alam atau ketuhanan.
a. Fungsi komposisi meupakan dari dua atau lebih fungsi sehingga membentuk suatu
fungsi baru. Fungsi berkaitan dengan domain dan kodomain. Secara filosofis
berkaitan dengan hermenetika hidup atau rantai kehidupan karena antara fungsi
yang satu dengan yang lainnya saling memiliki hubungan atau terikat.
b. Pertidaksamaan berarti tidak sama atau tidak setara. Dalam filsafat disebut sebagai
kontradiksi.
c. Rumus matematika secara filsafat diartikan sebagai wadah atau bentuk. Maka
rumus suku bunga merupakan wadah atau pelaksanaan suku bung aitu.
d. Integral berarti partisi atau pembagian sekecil mungkin untuk memperoleh hasil
industrial trainer, technological pragmatist, old humanist, progressive educator, dan public
Pragmatist Educator
Right’
view
Theory of Rigid Meritocratic Elitist, class Soft Inequitable
state reform
savage’ giant’
effort
s
Theory of Hard work, Skill Understandi Activity, Questioning
experience negotiation
relevance pedagogy
calculator explore
skill profiling
neutral) necessity
monocultural local
ist culture
kuno memiliki pandangan bahwa matematika sebagai elemen pusat dari budaya
makhluk sosial. Aliran ini terusan dari pragmatisme pedagogis. Ideologi yang
memandang siswa merupakan makhluk sosial yang aktif. Aliran ini menitik
Pendidikan tidak memandang jenis kelamin, ras, status sosial, dan lain-lain.
guru dengan siswa guna mencapai tujuan Pendidikan dengan landasan teori Pendidikan
dengan teknologi yang semakin berkembang. Maka erat keterkaitan antara keduanya.
Model pembelajaran berarti sama artinya dengan model Pendidikan. Hal ini karena
salah satu hal yang dijadikan dasar dalam Langkah-langkah kegiatan di kelas. Langkah-
langkah dalam pembelajaran atau yang biasa disebut sintaks. Resseffendi menjabarkan
teori belajar merupakan penjabaran terkait apa yang terjadi dan apa yang diharapkan terjadi
pada mental siswa. Belajar sendiri merupakan kegiatan mental seserang yang
matematika sebagai upaya memfasilitasi siswa untuk turut belajar yang berkaitan dengan
Sehingga hal ini yang menyebabkan banyak siswa malas mempelajari matematika. Banyak
hal yang dapat dilakukan guru untuk meningkatkan minat belajar matematika siswa. Mulai
1. Teori behaviorisme
e. Aspek mental dari kesadaran yang tidak memiliki bentuk fisik harus
dihindari
f. Konsekuensi-konsekuensi
g. Kesegaran konsekuensi
h. Pembentukan
i. Pemunahan
j. Pemeliharaan
k. Peran antesenden
sendirinya. Kekuatan berpikir dan kekuatan mental dari seorang anak yang
Sintawati & Mardati (2021) menjabarkan proses berpikir anak bertahap mulai
Anak pada periode ini memperoleh pengalaman dari Gerakan anggota tubuh
berpikir logis yang merupakan aktivitas mental, bukan lagi aktivitas sensori
motor. Periode ini merupakan peiode pemberian symbol atau nama. Pada
Pada periode ini, anak mampu menggunakan symbol tetapi masih sulit
urutan tertentu, dan membilang benda. Pada tahap ini, anak telah memahami
pada objek atau peristiwa yang langsung dialami anak. Pada tahap ini, anak
merupakan tahap tertinggi dari perkembangan kognitif anak. Pada tahap ini,
3. Teori kognitivisme
siswa mampu melakukan kegiatan belajar maka siswa tersebut harus melibatkan
diri secara aktif (Rahman, 2018). Teori ini memandang proses belajar sebagai
a. Belajar tidak sekadar melibatkan stimulus dan respon tetapi juga melibatkan
proses berfikir
4. Teori humanisme
(Rahman, 2018). Siswa menjadi pusat pembelajaran dan guru sebagai fasilitator.
pada ide belajar dalam bentuk yang paling ideal, artinya mengutamakan isi yang
5. Teori konstruktivisme
Teori ini memiliki perspektif bahwa belajar merupakan kontruksi informasi
yang masuk ke otak (Rahman, 2018). Belajar yang bersifat konstruktif ini sering
berhadapan dengan fenomena atau persoalan yang baru, peserta didik akan
d. Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman siswa dengan dunia fisik dan
lingkungannya
e. Hasil belajar siswa tergantung pada apa yang telah diketahui siswa, yaitu
yang dipelajari
Berikut beberapa macam sintaks PBM Matematika yang diturunkan dari
paradigmanya.
PARADIGMA/TEORI/
LINK/
NO. MODEL/STRATEGI/ SINTAKS
REFERENSI
METODE/PENDEKATAN
kontekstual Matematika”
3. Menyelesaikan
masalah kontekstual
4. Mendiskusikan
jawaban
5. Menyimpulkan
4. Mengolah informasi
observasi “Strategi
2. Menanya Pembelajaran
3. Mencoba Matematika”
4. Menalar
5. Mengkomunikasikan
(menempatkan
lembar kerja)
4. Membandingkan dan
mendiskusikan
5. Menyimpulkan oleh
guru
Pelajaran ini
penyelesaian Mathematical
penyelesaian
4. Melihat kembali
5. Verifikasi Understanding”
6. Generalisasi
mengidentifikasi Pembelajaran
masalah
2. Mengeksplorasi untuk
memecahkan masalah
dan mengumpulkan
informasi
siswa
4. Refleksi
(2021)
1. Menemukan masalah
2. Menganalisis dan
mempelajari masalah
3. Melaporkan hasil
analisis
4. Mempresentasikan
hasil pekerjaan
5. Mengevaluasi
pembelajaran,
merefleksikan
pengetahuan
pengetahuan dengan
3. Bertanya Menggunakan
mengkonstruksi sendiri
pengetahuan dan
keterampiannya.
2. Melaksanakan sejauh
mungkin kegiatan
topik.
3. Mengembangkan sifat
bertanya
4. Menciptakan
masyarakat belajar.
Dalam pembelajaran
kontekstual biasanya
pembelajaran dilakukan
dengan diskusi
kelompok.
5. Menghadirkan model
pembelajaran. Dengan
menarik perhatian
siswa dalam
mendengarkan
pembelajaran.
6. Melakukan refleksi di
akhir pertemuan.
dapat mengingat
kembali tentang
pembelajaran yang
telah dilakukan
sebelumnya.
7. Melakukan penilaian
yang sebenarnya
PENDIDIKAN/PEMBELAJARAN KONSTRUKTIF
Konsep “pembelajaran” tidak sama persis dengan konsep “belajar” meski keduanya
mempunyai kaitan yang cukup erat. Belajar sebagai aktivitas subjek siswa untuk memperoleh
dan terstruktur antara pendidik dan siswa untuk memperoleh suatu perubahan. Perubahan ini
terutama di kelas, antara pendidik dan siswa itu bersifat dinamis. Pembelajaran sangat
pengetahuan disusun dalam pikiran siswa. Pengetahuan dikembangkan secara aktif oleh siswa
sendiri dan tidak diterima secara pasif dari sekitarnya. Ini berarti pembelajaran merupakan hasil
dari usaha siswa sendiri dan bukan dipindahkan dari guru kepada siswa.
John dewey menyatakan bahwa pendidik yang baik harus melakukan pembelajaran
sebagai proses menyusun atau membina pengalaman secara berkelanjutan. Juga menekan
pentingnya keterlibatan secara aktif siswa dalam proses belajar mengajar. Suparno dalam
Hakim & Marzuki (2019) menjabarkan para ahli berpendapat bahwa konstruktivisme dalam
pembelajaran mempunyai peranan dalam menentukan apa yang dipelajari. Pembelajaran di sini
melakukan proses mental yang lebih tinggu, yaitu berpikir, berimajinasi, dan menemukan
dalam kelas. Intinya pembelajaran konstruktivisme, yang menjadi pusat perhatian adalah
Menurut Widodo (2004) ada tiga prinsip dasar yang merupakan inti pandangan
sangat luas membuat penulis kagum dan bisa menambah wawasan. Penyampaian materi
filsafat bisa lebih mudah diterima oleh penulis. Banyak sekali ilmu baru yang diserap oleh
Aras, I. (2018). Pendekatan Open-Ended dalam Pembelajaran Matematika. Edukasia, 5(2), 56–
65. https://doi.org/10.35334/edu.v5i2.1005
Erman, Y. J., Lena, M. S., Ahmad, S., & Helsa, Y. (2019). Discovery Learning Models and
Math Mathematics Concepts Understanding. International Conference on Education,
Science and Technology, 2, 209–213.
Ernest, P. (1991). The Philosophy of Mathematics Education. Routledge: The Taylor &
Francis.
Fairus, F., Dewi, I., & Simamora, E. (2023). Keterkaitan Filsafat Matematika dengan Model
Pembelajaran Berbasis IT. Jurnal Cendekia : Jurnal Pendidikan Matematika, 7(1), 538–
549. https://doi.org/10.31004/cendekia.v7i1.1921
Gutek, G. L. (1974). Philosophical Alternative in Education. USA: A Bell & Howell Company.
Hakim, L., & Marzuki, I. (2019). Pendidikan Karakter Rasa Ingin Tahu melalui Pembelajaran
Konstruktif dalam Kisah Musa Dan Khidir. Jurnal Kajian Islam Dan Pendidikan Tadarus
Tarbawy, 1(2), 138–151. https://doi.org/10.31000/jkip.v1i2.2046
Kristiawan, M. (2016). Filsafat Pendidikan; The Choice is Yours. Yogyakarta: Valia Pustaka.
Polya, G. (1985). How to Solve it: New Aspect of Mathematical Method. (2nd ed.). New Jersey:
Princeton University Press.
Rahman, A. A. (2018). Strategi Belajar Mengajar Matematika. Syiah Kuala University Press:
Banda Aceh.
Saragih, H., Hutagalung, S., Mawati, A. T., Chamidah, D., Khalik, M. F., Sahri, S., Wula, P.,
Purba, B., Purba, S. R. F., & Kato, I. (2021). Filsafat Pendidikan. Kota Medan: Penerbit
Yayasan Kita Menulis.
Sari, N., Armanto, D., & Anim. (2021). Model Pembelajaran Matematika dalam Perspektif
Filsafat Pendidikan (Sebuah Kajian Aksiologi). Journal of Science and Social Research,
4(3), 291–298.
Sintawati, M., & Mardati, A. (2021). Strategi Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar. In
Pembinaan Profesionalisme Guru SD. Penerbit K-Media: Yogyakarta.
Syafii, A. (2018). Ideologi Pendidikan dalam Kurikulum Pendidikan Tinggi Mengacu KKNI
dan SNPT Berparadigma Integrasi Interkoneksi. Pendidikan Agama Islam, 15(2), 146–
159.
Widodo, A. (2004). Constructivist Oriented Lessons: The Learning Environment and The
Teaching Sequence. Frankfurt: Peter Lang.
Wisarja, I. K., & Sudarsana, I. K. (2017). Refleksi Kritis Ideologi Pendidikan Konservatisme
dan Libralisme Menuju Paradigma Baru Pendidikan. Journal of Education Research and
Evaluation, 1(4), 283–291. https://doi.org/10.23887/jere.v1i4.11925