Oleh :
Mamduh Aufan Nada
NIM : 80300221033
Dosen Pengampu :
Dr. Sulaiman Saat, M.Pd.
PENDAHULUAN
penting dibahas ?
dinamis mengiringi perkembangan zaman tersebut. Seiring dengan hal itu, filsafat
sebagai suatu kajian ilmu juga berkembang dan melahirkan tiga dimensi utama
sekaligus sebagai obyek kajiannya. Ketiga dimensi utama filsafat ilmu ini adalah
ontologi (apa yang menjadi obyek suatu ilmu), epistemologi (cara mendapatkan
ilmu), dan aksiologi (untuk apa ilmu tersebut). Ontologi merupakan hakikat yang ada,
yang merupakan asumsi dasar bagi apa yang disebut sebagai kenyataan dan
kebenaran. Epistemologi adalah sarana, sumber, dan tata cara untuk menggunakannya
adalah nilai-nilai sebagai tolok ukur kebenaran (ilmiah), etik, dan moral sebagai dasar
normatif dalam penelitian dan penggalian, serta penerapan ilmu. Adapun ruang
c. Metode ilmiah;
d. Anggapan-anggapan ilmiah;
e. Sikap etis dalam pengembangan ilmu pengetahuan. (apakah ini pendapat
saudara) ?
konsep dan teori suatu disiplin ilmiah. 1 Secara substantif, fungsi pengembangan
B. Permasalahan
dibahas di dalamnya?
dibahas di dalamnya?
1
Rizal Mustansyir dan Misnal Munir, Filsafat Ilmu, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset, 2001),
h. 49-50.
BAB II
PEMBAHASAN
A. ONTOLOGI
1. Pengertian Ontologi
Ontologi merupakan salah satu kajian kefilsafatan yang paling kuno dan
berasal dari Yunani. Studi tersebut membahas keberadaan sesuatu yang bersifat
konkret. Tokoh Yunani yang memiliki pandangan yang bersifat ontologis dikenal
seperti Thales, Plato, dan Aristoteles. Pada masanya, kebanyakan orang belum
filosof yang pernah sampai pada kesimpulan bahwa air merupakan substansi
terdalam yang merupakan asal mula segala sesuatu. Namun yang lebih penting
ialah pendiriannya bahwa mungkin sekali segala sesuatu itu berasal dari satu
substansi belaka (sehingga sesuatu itu tidak bisa dianggap ada berdiri sendiri).
Ontologi terdiri dari dua suku kata, yakni ontos dan logos. Ontos berarti
sesuatu yang berwujud dan logos berarti ilmu. Jadi ontologi adalah bidang pokok
menurut tata hubungan sistematis berdasarkan hukum sebab akibat yaitu ada
manusia, ada alam, dan ada kuasa prima dalam suatu hubungan yang
atau keilmuan itu adalah dunia empirik, dunia yang dapat dijangkau panca
indera. Dengan demikian, obyek ilmu adalah pengalaman inderawi. Dengan kata
lain, ontologi adalah ilmu yang mempelajari tentang hakikat sesuatu yang
berwujud (yang ada) dengan berdasarkan pada logika semata. Pengertian ini
didukung pula oleh pernyataan Runes bahwa “ontology is the theory of being qua
Obyek telaah ontologi adalah “yang ada”. Studi tentang yang ada, pada
dataran studi filsafat pada umumnya dilakukan oleh filsafat metafisika. Istilah
ontologi banyak digunakan ketika kita membahas “yang ada” dalam konteks
filsafat ilmu. Ontologi membahas tentang yang ada, yang tidak terikat oleh satu
perwujudan tertentu. Ontologi berupaya mencari inti yang termuat dalam setiap
kenyataan. Berdasarkan hal tersebut, maka dapat dikatakan bahwa obyek formal
dari ontologi adalah hakikat seluruh realitas. Hal senada juga dilontarkan oleh
Jujun S. Suriasumantri, bahwa ontologi membahas apa yang ingin diketahui atau
dengan kata lain merupakan suatu pengkajian mengenai teori tentang ada.3
Obyek telaah ontologi adalah “yang ada” studi tentang yang ada, pada
dataran studi filsafat pada umumnya dilakukan oleh filsafat metafisika. Istilah
3
Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer, (Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan, 2003), h. 34-35.
ontologi banyak digunakan ketika kita membahas yang ada dalam konteks
filsafat ilmu.
sebenarnya realitas benda itu? Apakah sesuai dengan wujud penampakannya atau
tidak?”. Dari teori hakikat (ontologi) ini kemudian muncullah beberapa aliran
a. Filsafat Materialisme
b. Filsafat Idealisme
c. Filsafat Dualisme
d. Filsafat Skeptisisme
e. Filsafat Agnostisisme
a. Logika (Benar-Salah)
b. Etika (Baik-Buruk)
c. Estetika (Indah-Jelek)
SM) dengan teori ideanya. Menurut Plato, tiap-tiap yang ada di alam nyata ini
mesti ada ideanya. Idea yang dimaksud oleh Plato adalah definisi atau konsep
universal dari tiap sesuatu. Plato mencontohkan pada seekor kuda, bahwa kuda
mempunyai idea atau konsep universal yang berlaku untuk tiap-tiap kuda yang
ada di alam nyata ini, baik itu kuda yang berwarna hitam, putih ataupun belang,
baik yang hidup ataupun sudah mati. Idea kuda itu adalah faham, gambaran atau
konsep universal yang berlaku untuk seluruh kuda yang berada di benua
manapun di dunia ini. Demikian pula manusia punya idea. Idea manusia menurut
Plato adalah badan hidup yang kita kenal dan bisa berpikir. Dengan kata lain,
idea manusia adalah ”binatang berpikir”. Konsep binatang berpikir ini bersifat
merupakan hakikat sesuatu dan menjadi dasar wujud sesuatu itu. Idea-idea itu
berada dibalik yang nyata dan idea itulah yang abadi. Benda-benda yang kita
lihat atau yang dapat ditangkap dengan panca indera senantiasa berubah. Karena
itu, ia bukanlah hakikat, tetapi hanya bayangan. Dengan kata lain, benda-benda
yang dapat ditangkap dengan panca indera ini hanyalah khayal dan illusi belaka.
dalam alam ini ada kebenaran. Namun, akal manusia terkadang merasa bahwa ia
mengetahui apa yang benar, tetapi terkadang pula merasa ragu-ragu bahwa apa
mengetahui bahwa di atasnya masih ada suatu kebenaran tetap (kebenaran yang
tidak berubah-ubah), dan itulah yang menjadi sumber dan cahaya bagi akal
dalam usahanya mengetahui apa yang benar. Kebenaran tetap dan kekal itulah
kebenaran yang mutlak. Kebenaran mutlak inilah oleh Augustine disebut Tuhan.
Sumber ?
Ontologi ini pantas dipelajari bagi orang yang ingin memahami secara
menyeluruh tentang dunia ini dan berguna bagi studi ilmu-ilmu empiris
pertanyaan “Apa sebenarnya realitas benda itu? Apakah sesuai dengan wujud
aliran, yaitu :
Kenyataan tersebut dapat berupa jiwa, materi, Tuhan atau substansi lainnya
2) Dualisme (serba dua), aliran yang menganggap adanya dua substansi yang
kenyataan terdiri dari empat unsur yaitu udara, api, air dan tanah. Sumber ?
yang terdalam adalah roh yaitu roh yang mengisi dan mendasari seluruh
alam.
alam bukanlah kaidah sebab akibat tetapi sejak semula memang ada
dijelaskan secara fisika, kimia, karena hakikatnya berbeda dengan yang tak
hidup.
hidup adalah suatu struktur yang dinamik, suatu kebulatan yang memiliki
B. EPISTEMOLOGI
1. Pengertian Epistemologi
Istilah epistemologi berasal dari bahasa Yunani kuno, dengan asal kata
episteme yang berarti pengetahuan dan logos yang berarti teori. Secara etimologi,
adalah cabang filsafat ilmu yang berurusan dengan hakikat dan ruang lingkup
mencapai realitas sebagaimana adanya para filosof pra Sokrates, yaitu filosof
pertama di alam tradisi Barat, (misalnya ....) tidak memberikan perhatian pada
cabang filsafat ini sebab mereka memusatkan perhatian, terutama pada alam dan
Epistomologi di antarannya :
4
Usiono, Pengantar Filsafat Pendidikan, (Jakarta: Hijri Pustaka Utama, 2006), h. 58.
5
Mohammad Noor Syam, Filsafat Pendidikan Dan Dasar Filsafat Pendidikan, (Surabaya:
Pancasila Usaha Nasional, 2011), h. 32.
b. Epistomologi adalah pengetahuan sistematis yang membahas tentang
(ilmiah).
seperti :
ingin tahunya yang mendalam niscaya mencari jawaban dan solusi atas
permasalahan-permasalahan tersebut dan hal-hal yang akan dihadapinya. Pada
bahwa :
d. Manusia bisa memiliki ilmu, pengetahuan, dan makrifat atas hakikat itu. Akal
dan jalan menuju ilmu dan pengetahuan tidak tertutup bagi manusia. Sumber ?
pengetahuan :
a. Metode Empiris
akalnya merupakan jenis catatan yang kosong (tabula rasa), dan di dalam buku
dapat atau tidak perlu dilacak kembali secara demikian itu bukanlah
yang faktual.
b. Metode Rasionalisme
dalam ide kita, dan bukannya di dalam diri barang sesuatu. Jika kebenaran
kepada kenyataan, maka kebenaran hanya dapat ada di dalam pikiran kita dan
c. Metode Fenomenalisme
sendiri merangsang alat inderawi kita dan diterima oleh akal kita dalam
hanya untuk sebagian. Tetapi para penganut Rasionalisme juga benar, karena
pengalaman.
d. Metode Intuisionisme
secara langsung dan seketika. Analisa, atau pengetahuan yang diperoleh dari
seseorang.
pengamatan indra. Dalam filsafat paham ini bertujuan agar manusia dapat
e. Metode Kontemplatif
dengan intuisi. Pengetahuan yang lewat ini bisa diperoleh dengan cara seperti
ma'rifah, yaitu pengetahuan yang datang dari Tuhan melalui pencerahan dan
paling benar. Pengetahuan yang diperoleh lewat intuisi ini hanya bersifat
individual dan tidak bisa dipergunakan untuk mencari keuntungan seperti ilmu
f. Metode Dialektis
analisis sistematik tentang ide-ide untuk mencapai apa yang terkandung dalam
6
Usiono, Aliran-Aliran Filsafat Pendidikan, (Jakarta: Penerbit Perdana Publishing, 2006), h. 57.
7
Al-Ghazali, Setitik Cahaya Dalam Kegelapan, (Surabaya: Pustaka Progressif, 2001), h. 32.
metode peraturan, juga analisis sistematika tentang ide mencapai apa yang
pemikiran yang tidak terasa dan satu pikiran tetapi pemikiran itu seperti dalam
metode dialektis untuk menjelaskan filsafatnya, lebih luas dari itu. Menurut
Ada juga beberapa teori yang dapat dijadikan acuan apakah pengetahuan
itu benar atau salah, yaitu : (misalnya a,b, karena msih masih banyak alirsan
a. Teori Korespondensi
b. Teori Koherensi
a. Filsafat
Sering dikatakan bahwa filsafat adalah induk segala ilmu. Pernyataan
ini tidak salah karena ilmu-ilmu yang ada sekarang, baik ilmu alam maupun
ilmu sosial, mulanya berada dalam kajian filsafat. Pada zaman dulu tidak
menyeluruh (membahas segala hal atau satu hal dalam kaitannya dengan hal-
terbatas. Filsafat mempelajari segala realitas yang ada dan mungkin ada; lebih
luas lagi, segala hal yang mungkin dipikirkan oleh akal. Sejauh ini, terdapat
tiga realitas besar yang dikaji filsafat, yakni Tuhan (metakosmos), manusia
(mikrokosmos), dan alam (makrokosmos). Sebagian obyek filsafat telah
b. Agama
banyak hal hampir sama dengan filsafat, hanya lebih sempit dan lebih praktis.
Seperti filsafat, agama juga membahas Tuhan, manusia, dan alam. Seperti
hakikat segala sesuatu adalah Tuhan. Selain Tuhan, obyek pokok dari agama
diberikan kepada Nabi, dan kita memperolehnya dengan jalan percaya bahwa
Nabi benar. Pada agama, yang harus kita lakukan adalah beriman, baru
ujungnya kita tetap harus percaya meskipun apa yang disampaikan agama itu
tidak masuk akal atau tidak terbukti dalam kenyataan. Jawaban yang diberikan
agama atas satu masalah bisa sama, berbeda, atau bertentangan dengan
jawaban filsafat. Dalam hal ini, latar belakang keberagamaan seorang filosof
agama dengan filsafat, seperti tampak pada filsafat skolastik, baik filsafat
Yahudi, Kristen, maupun Islam. Jika ia tidak beragama, biasanya filsafatnya
Fungsi utama agama adalah sebagai sumber nilai (moral) untuk dijadikan
atau arah dari tindakan manusia. Orientasi itu memberikan makna dan
menjauhkan manusia dari kehidupan yang sia-sia. Nilai, orientasi, dan makna
itu terutama bersumber dari kepercayaan akan adanya Tuhan dan kehidupan
setelah mati. (Coba perhatikan, dalam Al-Qur'an, obyek iman yang paling
banyak disebut bahkan selalu disebut beriringan adalah iman kepada Allah
c. Sains
lingkup pengalaman empiris manusia. Obyek sains terbagi dua, yaitu obyek
material dan obyek formal. Obyek material terbatas jumlahnya dan satu atau
lebih sains bisa memiliki obyek material yang sama. Sains dibedakan satu
obyek material yang sama, yakni masyarakat. Namun obyek formalnya beda.
Sosiologi mempelajari struktur dan dinamika masyarakat, antropologi
Sains atau ilmu dibedakan secara garis besar menjadi dua kelompok,
yaitu ilmu-ilmu alam (natural sciences) dan ilmu-ilmu sosial (social sciences).
dibedakan lagi menjadi dua, yaitu ilmu alam (fisika, kimia, astronomi,
geologi, dan lain-lain) dan ilmu hayat (biologi, anatomi, botani, zoologi, dan
sekali. Sumber ?
Sains juga bersifat sistematis karena disusun dan diperoleh lewat suatu metode
yang jelas. Bagi kaum positivisme, sains juga bersifat obyektif, artinya
berlaku di semua tempat dan bagi setiap pengamat. Namun sejak munculnya
dianggap sahih dan bisa bertahan, sebuah teori harus diuji lagi berkali-kali
lain. Pengujian ini disebut verifikasi (pembuktian benar). Sebuah teori bisa
juga diuji dengan cara sebaliknya, yaitu sebagaimana diusulkan Karl Popper,
adanya kesalahan, maka teori itu tidak perlu dipertahankan lagi. Contoh, jika
dinyatakan kepada kita bahwa semua burung gagak hitam, dan di suatu tempat
kita menemukan satu burung gagak yang tidak hitam, berarti pernyataan itu
salah.
Dihadapkan pada masalah praktis, teori akan memperkirakan apa yang akan
C. AKSIOLOGI
1. Pengertian Aksiologi
terdiri dari kata axios yang berarti nilai dan logos yang berarti teori. Jadi,
aksiologi merupakan cabang dari filsafat ilmu yang mempelajari nilai. Aksiologi
mempelajari tentang hakikat nilai. Dalam hal ini aksiologi berkaitan dengan
kebaikan dan keindahan tentang nilai dan penilaian. Hal ini merupakan bidang
kajian tentang dari mana sumber nilai, akar dan norma serta nilai substansif dan
standar nilai. Etika berkaitan dengan kualitas, moralitas pribadi dan perilaku
sosial. Demikian pula etika merupakan penentuan perilaku yang baik, masyarakat
mempengaruhi reproduksi dan penciptaan manusia itu sendiri. Ilmu bukan lagi
perkataan lain, ilmu bukan lagi merupakan sarana yang membantu manusia
mencapai tujuan hidupnya, namun juga menciptakan tujuan hidup itu sendiri.
8
Usiono, Pengantar Filsafat Pendidikan, op. cit., h. 62-63.
Menghadapi kenyataan seperti ini, ilmu yang pada hakikatnya
bersifat seharusnya :
yang hidup dalam abad kedua puluh yang telah mengalami dua kali perang dunia
pertanyaan ini tak dapat dielakkan. Dan untuk menjawab pertanyaan ini maka
memanfaatkan untuk sumber energi bagi keselamatan manusa, tetapi hal ini juga
sebaliknya seperti apa yang dinyatakan oleh ajaran agama, maka timbullah
interaksi antara ilmu dan moral (yang bersumber pada ajaran agama) yang
konflik yang bersumber pada penafsiran metafisik ini yang berkulminasi pada
benar. Peradaban telah menyaksikan Socrates dipaksa meminum racun dan John
Huss dibakar. Dan sejarah tidak berhenti di sini, kemanusiaan tak pernah urung
9
Tim Dosen Filsafat Ilmu Fakultas Filsafat UGM, Filsafat Ilmu, (Yogyakarta: Penerbit Liberty,
2000), h. 91.
dihalangi untuk menemukan kebenaran. Tanpa landasan moral, maka ilmuwan
rasional yang telah membawa manusia mencapai harkatnya seperti sekarang ini
ini, akan dijelaskan seberapa jauh ilmu mempunyai peranan dalam membantu
mencapai kehidupan manusia yang sejahtera di dunia ini atau apakah manfaat
ilmu bagi kehidupan manusia di dunia ini. Manusia belajar dari pengalamannya
memprediksikan masa depan walaupun banyak hal yang kadang terjadi di luar
dugaan. Peradaban manusia sekarang ini tak lepas dari perkembangan ilmu dan
bisa dilakukan secara lebih cepat dan lebih mudah di samping penciptaan
10
Jujun S. Suriasumantri, op. cit., h. 34-35.
kemudahan dalam bidang-bidang seperti kesehatan, pengangkutan, pemukiman,
Jadi pada dasarnya, apa yang menjadi kajian dalam bidang aksiologi ini
Oleh karena itu, pada tingkat aksiologis, pemahaman tentang nilai-nilai adalah
hal yang mutlak. Nilai menyangkut etika, moral, dan tanggung jawab manusia itu
mempunyai efek negatif dan destruktif, maka diperlukan aturan nilai dan norma
adalah pembahasan mengenai baik, buruk, semestinya, benar, atau salah. Hal ini
bertalian dengan hati nurani, bernaung di bawah filsafat moral. Etika merupakan
tatanan konsep yang melahirkan kewajiban, dengan asumsi bahwa jika sesuatu
manusia.
BAB III
KESIMPULAN
1. Ontologi terdiri dari dua suku kata, yakni ontos dan logos. Ontos berarti sesuatu
yang berwujud dan logos berarti ilmu. Jadi ontologi adalah bidang pokok filsafat
yang mempersoalkan hakikat keberadaan segala sesuatu yang ada menurut tata
hubungan sistematis berdasarkan hukum sebab akibat yaitu ada manusia, ada
alam, dan ada kuasa prima dalam suatu hubungan yang menyeluruh, teratur, dan
2. Epistemologi berasal dari kata episteme yang berarti pengetahuan dan logos yang
Epistemologi atau teori pengetahuan adalah cabang filsafat ilmu yang berurusan
dengan hakikat dan ruang lingkup pengetahuan, tentang asal, struktur, metode,
3. Aksiologi berasal dari kata axios yang berarti nilai dan logos yang berarti teori.
Jadi, aksiologi merupakan cabang dari filsafat ilmu yang mempelajari nilai.
Rizal Mustansyir dan Misnal Munir, Filsafat Ilmu, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Offset, 2001).
Tim Dosen Filsafat Ilmu Fakultas Filsafat UGM, Filsafat Ilmu, (Yogyakarta: Penerbit
Liberty, 2000).