Disusun Oleh:
Silmi Maulida 1233040055
Ghaitsa Ainur Rafjelita 1233040056
Ikhsal Rahman 1233040050
Robbi Muhammad Fadhil 1233040070
Ilham Alpiana sentosa 1233040053
Muhammad Fikri Mubarok 1233040058
Ontologi hakikat ilmu pengetahuan adalah topik yang mendalam dan esensial dalam ilmu
pengetahuan dan filsafat. Ontologi merupakan cabang filsafat yang berkaitan dengan hakikat
realitas dan eksistensi. Dalam konteks ilmu pengetahuan, ontologi mempertanyakan apa yang
dapat diketahui, bagaimana kita memahami dunia, dan apa yang menjadi dasar pengetahuan.
Ontologi hakikat ilmu pengetahuan mencari jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan
mendasar seperti: Apa itu pengetahuan? Bagaimana pengetahuan dibangun? Apakah
pengetahuan bersifat objektif atau subjektif? Bagaimana kita dapat membedakan antara
pengetahuan yang sahih dan yang tidak sahih? Apa hubungan antara ilmu pengetahuan,
keyakinan, dan realitas?
Melalui kajian ontologi hakikat ilmu pengetahuan, kita dapat memahami dasar-dasar
epistemologi, metode ilmiah, dan asumsi-asumsi yang mendasari berbagai disiplin ilmu. Ini
memberikan landasan filosofis yang kuat untuk pemahaman kita tentang cara ilmu pengetahuan
berkembang, berkembang, dan memengaruhi pemahaman kita tentang dunia.
Dalam kata pengantar ini, kita akan menjelajahi konsep-konsep ontologi hakikat ilmu
pengetahuan lebih mendalam dan bagaimana mereka berperan dalam memahami sifat dan
batasan dari pengetahuan manusia.
A. Latar Belakang
Filsafat ilmu adalah merupakan dari bagian dari filsafat yang menjawab beberapa
pertanyaan mengenai hakikat ilmu. Bidang ini mempelajari dasar-dasar filsafat, asumsi dan
implikasi dari ilmu, yang termasuk didalamnya antara lain ilmu alam dan sosial. Filsafat ilmu
sangat berkaitan dengan klasifikasi dan hierarki ilmu pengetahuan, hukum kausalitas, sifat ilmu
pengetahuan, dan aliran filsafat ontologi.
Klasifikasi dan hierarki ilmu pengetahuan membahas tentang pengaturan yang sistematik
untuk menegaskan definisi suatu cabang ilmu, menentukan batas-batasnya, dan menjelaskan
hubungannya dengan cabang-cabang yang lain.
Hukum kausalitas membahas hukum sebab akibat yang merupakan bagian dari filsafat. Hukum
ini menyatakan bahwa setiap kejadian memiliki suatu sebab, dan sebab dari setiap kejadian
adalah kejadian sebelumnya. Dan menjadi landasan bagi teori-teori yang di kemukakan oleh para
filosof maupun para ahli pikir lainnya. Hukum kausalitas dianggap sebagai kebenaran yang tidak
terelakan (dharuriy), juga menjadi bagian dari sunnatulloh yang dapat dirasionalisasikan dalam
akall pikiran manusia.
Ilmu merupakan kegiatan untuk mencari suatu pengetahuan dengan jalan melakukan
pengamatan ataupun penelitian, kemudian peneliti atau pengamat tersebut berusaha membuat
penjelasan mengenai hasil pengamatan atau penelitiannya tersebut. Dengan demikian, ilmu
merupakan suatu kegiatan yang sifatnya operasional. Ontologi adalah cabang filsafat yang
membahas hakikat keberadaan beserta aliran-alirannya. Hal ini berkaitan dengan studi tentang
apa yang ada dan bagaimana hal itu ada. Maka dari pendahuluan ini saya akan merumuskan
masalah apa saja yang ada dalam penjelasan makalah ini.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja aliran filsafat ontologi?
2. Apa yang dimaksud dengan klasifikasi dan hierarki ilmu pengetahuan?
3. Apa yang dimaksud dengan hukum kausalitas?
4. Apa saja sifat ilmu pengetahuan?
C. Tujuan
Untuk mengetahui dan memahami ontologi hakikat ilmu pengetahuan serta bagian-
bagiannya.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Ontologi
1. Pengertian Ontologi
Menurut Jujun S. Suriasumantri dalam bukunya yang berisi pembahasan
ontologi tentang apa yang ingin kita ketahui, seberapa jauh keingintahuan seseorang, atau
dengan perkataan lain, suatu pengkajian mengenai teori tentang “ada”.
Untuk dapat mengetahui teori maupun hakekat dari sebuah ilmu orang akan
melibatkan pikirannya untuk berpikir. Proses berpikir tersebut akan mengantar kita dari
tidak tahu menjadi tahu, dan ilmu yang dipelajari pada hakekatnya sudah ada hanya saja
diperlukan penyelidikan lebih lanjut untuk mengetahuinya. Jika ditinjau dari segi
etimologi, ontologi berasal dari bahasa Yunani yaitu Onto yang artinya sungguh-sungguh
ada, kenyataan yang sesungguhnya, dan Logos yang berarti kajian yang berisi tentang
teori yang dibicarakan. Jadi ontologi merupakan studi atau teori yang membahas sesuatu
yang sungguh-sungguh ada. Secara terminologis ontologi diartikan sebagai metafisika
umum, yaitu cabang dari filsafat yang membahas tentang sifat dasar dari kenyataan yang
terdalam, membahas asas-asas rasional darikenyataan.
Aliran dualisme berpendapat bahwa benda terdiri dari dua macam hakikat
sebagai asal sumbernya, yaitu hakikat materi dan hakikat ruhani, benda dan
ruh, jasad dan spirit. Sama-sama hakikat. Kedua macam hakikat itu masing-
masing bebas dan berdiri sendiri, sama-sama azali dan abadi. Hubungan
keduanya menciptakan kehidupan dalam alam ini. Contoh yang paling jelas
tentang adanya kerja sama kedua hakikat ini dalam diri manusia. Tokoh
paham ini adalah Descrates (1596-1650 M) yang dianggap sebagai bapak
filsafat modern, la menamakan kedua hakikat itu dengan istilah dunia
kesadaran (ruhani) dan dunia ruang (kebendaan).
3) Plurarisme
Plurarisme berpandangan bahwa seluruh bentuk merupakan kenyataan.
Bertolak dari keseluruhan dan mengakui bahwa seluruh bentuk itu semuanya
nyata. Anaxagoras dan Empedocles adalah seorang tokoh Yunani Kuno yang
menyatakan bahwa substansi itu terbentuk dari 4 unsur, yaitu tanah, air, api,
dan udara.
c. Aristoteles
Aristoteles memberikan sesuatu klasifikasi berdasarkan objek formal yaitu
ilmu teoritis (spekulatif), praktis dan poietis (produktif). Ilmu teoritis bertujuan
bagi pengetahuan itu sendiri dan untuk perkembangan ilmu. Ilmu praktis adalah
ilmu pengetahuan yang bertujuan mencari norma atau ukuran perbuatan.
Sedangkan poietis adalah ilmu pengetahuan yang bertujuan untuk menghasilkan
karya seperti alat dan teknologi.
2. Hierarki dalam Ilmu Pengetahuan
Hierarki ilmu merupakan urutan atau tingkatan dari ilmu. Secara umum ada lima landasan
utama yaitu tradisi,otoritas, trial-and-eror, penalaran logis dan metode ilmiah.
a. Tradisi
Tradisi merupakan landasan terbawah dalam pengetahuan. Sesuatu hal dianggap
benar karena sudah dianggap benar sejak dulu. Tradisi biasanya tidak memiliki landasan
ilmiah, bahkan terkadang tidak diketahui alasannya, hanya dilakukan dalam jangka waktu
lampau. Meskipun begitu, tingkat kepercayaan kebanyakan orang terhadap tradisi masih
sangat tinggi, begitu juga dalam bidang fitness.
b. Otoritas
Hierarki pengetahuan berdasarkan otoritas berarti bahwa sesuatu dianggap benar
hanya karena ahli telah menyatakannya.
c. Trial-and-eror
Trial berarti mencoba, dan eror berarti salah. Proses tral-and-error digunakan
untuk memperoleh pengetahuan terbaik. Setelah berulang kali dilakukan, kesalahan akan
ditemukan dan diperbaiki untuk mendapatkan pengetahuan yang mendalam.
d. Penalaran logis
Penalaran logis adalah proses sistematis yang menggabungkan pengalaman
pribadi, kecerdasan, dan sistem berpikir formal untuk mendapatkan pengetahuan.
Penalaran logis dapat berupa induktif (generalisasi yang diambil dari pengamatan
tertentu) atau deduktif (teori yang digunakan untuk membuat hipotesis). Namun, kedua
jenis penalaran ini penting untuk penelitian yang berfokus pada pemecahan masalah.
e. Metode ilmiah
Pada tingkat tertinggi piramida ilmu pengetahuan, metode ilmiah mencakup
pemeriksaan sistematis, empiris yang dilakukan oleh para peneliti tanpa bias. Karena
metode ilmiah menuntut untuk mengembangkan pendapat berdasarkan bukti, banyak
faktor yang harus dipertimbangkan saat merumuskan dan melakukan penelitian.
C. Hukum Kausalitas
Dalam ilmu pengetahuan, hukum kausalitas mengikuti prinsip "sebab dan akibat",
yang berarti bahwa setiap peristiwa memiliki penyebab yang dapat diidentifikasi. Ilmu
pengetahuan alam berusaha mengidentifikasi hukum alam yang mengatur peristiwa-
peristiwa di alam semesta, dan ini sering melibatkan pemahaman yang mendalam tentang
kausalitas. Dalam ilmu alam, hukum kausalitas sangat penting, karena eksperimen dan
observasi digunakan untuk mengidentifikasi hubungan kausal antara berbagai peristiwa.
Prinsip kausalitas dalam bidang sosial dan humaniora, bagaimanapun, seringkali lebih
kompleks karena melibatkan variabel manusia yang sulit diprediksi. Tujuan utama
penelitian tetap untuk memahami hubungan kausal dalam konteks ini.
Prinsip sebab akibat (causality) adalah salah satu konsep fundamental dalam ilmu
filsafat, terutama dalam cabang epistemologi dan metafisika. Menurut ilmu filsafat,
konsep hukum kausalitas memiliki beberapa aspek penting:
1. Keterhubungan Sebab dan Akibat: Konsep ini menyatakan bahwa
setiap peristiwa memiliki sebab yang menyebabkannya. Artinya, tidak
ada peristiwa yang terjadi secara acak atau tanpa sebab. Sebagai
contoh sederhana, panas matahari (sebab) menyebabkan air menguap
(akibat).
2. Prinsip Keteraturan: Hukum kausalitas berdasarkan keyakinan bahwa
peristiwa-peristiwa alam memiliki keteraturan atau pola yang dapat
diidentifikasi. Ini mengarah pada gagasan bahwa jika kita memahami
sebab-sebabnya, kita dapat memprediksi akibat-akibatnya.
3. Kausalitas Sebagai Dasar Pengetahuan: Hukum kausalitas adalah
dasar epistemologis yang digunakan untuk memahami dunia.
Berdasarkan prinsip ini, pengetahuan dapat diperoleh dengan
menyelidiki sebab-akibat dalam dunia fisik dan non-fisik.
4. Pertanyaan Metafisika: Dalam metafisika, konsep kausalitas
menghasilkan pertanyaan-pertanyaan tentang sifat sebab-sebab itu
sendiri. Apakah sebab-sebab tersebut bersifat material atau non-
material? Apakah kausalitas bersifat deterministik atau probabilistik?
5. Kritik terhadap Kausalitas: Meskipun hukum kausalitas memiliki
tempat penting dalam filsafat, terdapat juga argumen dan kritik
terhadapnya. Beberapa filsuf telah menyatakan bahwa konsep ini
mungkin terlalu sederhana untuk menjelaskan beberapa peristiwa
kompleks, seperti dalam fisika kuantum.
Dalam ringkasan, hukum kausalitas adalah konsep penting dalam ilmu filsafat
yang membahas sebab dan akibat dalam berbagai konteks, termasuk epistemologi,
metafisika, dan ilmu pengetahuan. Meskipun konsep ini mendasar, ia juga telah menjadi
subjek diskusi dan kontroversi dalam perkembangan pemikiran filsafat.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Filsafat ontologi adalah cabang filsafat yang mempertanyakan hakikat eksistensi dan
realitas. Dalam kajian ontologi, kita menjelajahi pertanyaan-pertanyaan fundamental mengenai
apa yang ada dan bagaimana kita dapat memahami eksistensi. Ontologi memberikan landasan
filosofis yang mendalam untuk memahami hubungan antara berbagai aspek pengetahuan dan
realitas itu sendiri.
Pengetahuan manusia dapat dikelompokkan ke dalam berbagai disiplin dan klasifikasi
berdasarkan tingkat abstraksi, spesifikitas, dan interkoneksi. Klasifikasi dan hierarki pengetahuan
memungkinkan kita untuk memahami bagaimana pengetahuan dapat disusun dan digunakan
secara efektif. Ini juga membantu mengidentifikasi hubungan antara berbagai disiplin ilmu.
Hukum kausalitas adalah prinsip fundamental yang menyatakan bahwa setiap peristiwa
memiliki sebab yang menyebabkannya. Ini adalah dasar bagi pemahaman sebab-akibat dalam
ilmu pengetahuan. Namun, konsep ini juga menjadi subjek kritik dan perdebatan, terutama dalam
konteks fisika kuantum, yang menggugah pertanyaan-pertanyaan tentang sifat sebab-akibat.
lmu pengetahuan didasarkan pada metode ilmiah, observasi, dan pemahaman kausalitas.
Ini adalah upaya manusia untuk memahami dunia dengan cara sistematis dan objektif. Namun,
ilmu pengetahuan juga memiliki batasan, seperti keterbatasan dalam pemahaman fenomena
abstrak dan subjektif. Ilmu pengetahuan selalu berkembang, dan pengetahuan kita dapat berubah
seiring waktu seiring dengan penemuan baru.
Pencaritahuan manusia tentang dunia luar dikenal sebagai ilmu pengetahuan. Salah satu
hakikat ilmu pengetahuan adalah klasifikasi ilmu pengetahuan, hukum kausalitas, sifat ilmu
pengetahuan, dan perspektif ontologi. Dengan memahami hakikat ilmu pengetahuan, orang dapat
terus memperoleh pengetahuan dan lebih memahami dunia.