Anda di halaman 1dari 1

Nama : Meisya Dinnah Putri

NPM : 10080022209
Kelas :

1 Paradigma Interpretif Dalam Daymon (2008: 6), Miller mengungkapkan dalam kehidupan sehari-
hari kita dihadapkan sekaligus dengan keteraturan dan ketidakaturan interaksi komunikasi, situasi-
situasi yang terjadi mungkin biasa (kecil) ataupun luar biasa (besar), contohnya kita membuat
beberapa pilihan tentang bagaimana cara yang terbaik berbicara dengan seorang pembimbing
mengenai nilai yang buruk dalam sebuah ujian. Dalam situasi-situasi keseharian ini, kita mencari
sebuah pemahaman tentang bagaimana dan mengapa komunikasi bekerja.

Metode ini memusatkan penyelidikan terhadap cara manusia memaknai cara kehidupan sosial
mereka, serta bagaimana manusia perlunya memahami realitas sosial dari berbagai sudut pandang
orang-orang yang hidup di dalamnya. Dalam pencarian jenis pemahaman ini, teori interpretif
mendekati dunia dan pengetahuan dengan cara yang sangat berbeda dengan teori post positivis.
Untuk itu, salah satu sudut pandang yang sangat memengaruhi teori interpretif dalam komunikasi
yaitu fenomenologi (Ardianto dan Anees, 2007: 124).

Dalam bahasa filsafat, dapat juga dikatakan bahwa fenomenologi ialah percakapan dengan
fenomenon , atau sesuatu yang sedang menggejala. Pada pengertian yang paling inti, istilah
fenomenologi menunjukan pada suatu teori spekulatif tentang penampilan pengalaman dan dalam
penggunaan awal, pengertian fenomenologi dikaitkan dengan dikotomi “henomenon-noumenon, ”
suatu perbedaan antara yang tampak (phenomenon) dan yang tidak tampak (noumenon).

Misal, seseorang akan mengambil bidang kajian ilmu komunikasi dengan serius sebagai pengalaman
di bidang pendidikan ketika orang tersebut mengalami suatu yang akan memberikan penga ruh
positif pada karirnya. Fenomenologi terkadang dipandang sebagai metode lengkap untuk setiap ilmu
pengetahuan dimulai dengan pengamatan terhadap apa yang diamati dan dijabarkan oleh subjek
yang mengalami pada suatu waktu tertentu.

Dalam filsafat, fenomenologi merupakan sebuah pendekatan filsafat yang berpusat pada analisis
terhadap gejala yang membanjiri kesadaran manusia. Ia menggunakan istilah fenomena
(phenomenon) bagi gambaran khayal dari pengalaman manusia, dan kemudian mengartikan
fenomenologi (phenomenology) sebagai “teori tentang khayalan”, sedangkan Kant memberi arti baru
dan lebih luas terhadap fenomena.

Oleh sebab itu, tradisi fenomenologis menekankan bahwa cara orang mengalami dunia secara
subjektif, sensasi, perasaan, dan fantasi yang terlibat dalam titik tolak ukur meneliti bagaimana orang
menanggapi berbagai objek. Penganut teori ini berargumentasi bahwa aspek utama kepribadian
ialah bagaimana orang menyusun pengalaman ke dalam pola atau konsfigurasi. Teori ini
beragumentasi bahwa kepribadian (pola prilaku yang kekal dan diperoleh dengan belajar) saja tidak
dapat menerangkan bagaimana orang berprilaku.

Anda mungkin juga menyukai