Anda di halaman 1dari 37

Mata Kuliah:Ilmu Kesehatan Anak

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmat-Nya Modul Mata Kuliah Kebutuhan Dasar Manusia dengan judul
“Konsep Diri dan Kebutuhan Dasar Manusia “, dapat diselesaikan sesuai dengan
waktu yang telah ditentukan. Dalam penyusunan modul ini penulis mendapat
banyak masukan, sejak awal persiapan sampai tahap akhir penyelesaian, maka
pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
atas masukan dan dukungannya.
Kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan untuk perbaikan modul
ini.

Denpasar, Pebruari 2019

Penulis

1
Mata Kuliah:Ilmu Kesehatan Anak

DAFTAR ISI

K a t a P e n g a n t a r . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ............ 1
D a f t a r I s i . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ................... 2
P e n d a h u l u a n . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .................. 3
K o n s e p D i r i ....................................................................................................................
A. Definisi Konsep Diri
B. Teori yang mendukung Konsep diri
C. Fenomena pembentukan konsep diri
D. Sumber Konsep Diri
E. Konsep diri dalam Kehidupan sehari-hari
K e b u t u h a n D a s a r M a n u s i a ...............................................................................
A. Faktor-faktor yang memengaruhi Kebutuhan Dasar
Manusia
B. Jenis dan Tingkatan Kebutuhan Dasar Manusia
Latihan ……………………………………………………………………………. 52
R a n g k u m a n . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ...................... 5 2
T e s F o m a t i f . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ..................... 5 3

2
Mata Kuliah:Ilmu Kesehatan Anak

PENDAHULUAN
Deskripsi Singkat, Relevansi, Tujuan, dan Petujuk Belajar

DESKRIPSI SINGKAT

Dalam modul ini anda belajar mengenai Konsep diri meliputi


pengertian konsep diri, teori yang mendukung konsep diri,
fenomena konsep diri, sumber konsep diri, serta konsep diri dalam
kehidupan sehari-hari, dan disini anda juga belajar mengani
kebutuhan dasar manusia meliputi Faktor-faktor yang
memengaruhi kebutuhan dasar manusia jenis dan
tingkatan kebutuhan dasar manusia

PRASYARAT

3
Mata Kuliah:Ilmu Kesehatan Anak

Prasayarat mempelajari modul ini adalah mata kuliah


anatomi fisiologi, biologi reproduksi manusia, dan Konsep
Kebidanan. Dengan menguasai materi konsep tersebut, maka anda
akan mampu menguasai konsep selanjutnya. Dengan demikian
tujuan pembelajaran dalam mata kuliah ini akan berhasil secara
efektif dan efisien, bila anda menguasai isi modul ini.

STANDAR KOMPETENSI
Secara umum standar kompetensi yang ingin dicapai dalam mata kuliah
ini anda mampu menjelaskan dan memahami serta terampil menerapkan
pemenuhan kebutuhan dasar manusia, dengan memahami konsep diri,
kebutuhan dasar manusia. Secara khusus diharapkan anda menguasai
konsep diri dan kebutuhan dasar manusia.

 PETU NJUK PENGGUNAAN MODUL

Sebelum mempelajari modul ini, anda harus mereview kembali ingatan anda
mengenai anatomi fisiologi, dan biologi reproduksi, konsep kebidanan, karena
hal-hal tersebut berkaitan dengan topic yang akan kita pelajari ini.

4
Mata Kuliah:Ilmu Kesehatan Anak

5
Mata Kuliah:Ilmu Kesehatan Anak

Kegiatan Belajar 1:
KONSEP DIRI DAN KEBUTUHAN DASAR
MANUSIA
 100 Menit

PENDAHULUAN
“Gnothi Seauton” atau kenali dirimu sendiri merupakan kutipan dari filsuf
Yunani Kuno yang terkenal, yaitu Sokrates.Kalimat tersebut merupakan kalimat
perintah yang bermakna sangat dalam bagi siapapun yang (akan) sedang
melakukan perbaikan diri. Karena perbaikan diri baru akan berjalan dengan baik
jika seseorang mengenal dirinya sendiri. Oleh karena itu, mari kita mulai
mengenal tentang diri kita sendiri.
Gambaran yang paling menonjol dalam phenomenal world adalah diri sendiri,
seperti diri yang dilihat, dialami, dan dirasakannya sendiri. Diri yang dilihat,
dialami, dan dirasakan inilah yang disebut konsep diri. (Fitss, 1971).
James (dalam Suryabrata, 1998) memberi batasan self atau emperical me sebagai
keseluruhan dari segala individu disebut ”nya”, seperti tubuhnya, kemampuan-
kemampuannya, milik kebendaannya, keluarganya
Sedangkan menurut Rogers individu memahami objek2 eksternal dan
pengalaman-pengalaman serta memberinya makna. Keseluruhan sistem dari
persepsi dan makna membentuk phenomenal field. Bagian tersebut dari
phenomenal field dilihat oleh individu sebagai ”self”, ”me”, atau “I” yang
membentuk self. Konsep diri menampilkan pola persepsi-persepsi yang

6
Mata Kuliah:Ilmu Kesehatan Anak

teroganisasi dan konsisten. Meskipun self berubah, self tetap memiliki kualitas
pola, terintregasi dan teroganisasi
Self, dalam teori rogers merupakan konstruk sentral. Sebagai tambahan
terhadap self, struktur diri , ada ideal self. Ideal self adalah konsep diri yang
ingin dimiliki oleh seseorang. Hal itu termasuk persepsi-persepsi makna yang
secara potensial berhubungan dengan self dan dinilai secara tinggi oleh individu
(Pervin & John, 1996).
Berdasarkan penjelasan berbagai tokoh mengenai self dapat disimpulkan kalau
self adalah keseluruhan diri manusia itu sendiri. Yang terkadang tidak bisa kita
tahu atau sadari karena yang manusia sadari adalah konsepsi-konsepsi dan
persepsi-persepsi tertentu tentang dirinya sendiri. Konsepsi-konsepsi dan
persepsi- persepsi ini diperoleh dan dipelajari individu sepanjang rentang
kehidupannya melalui pengalaman dengan dirinya senditi, orang lain, atau dunia
eksternalnya.
Selanjutnya dikatakan juga bahwa konsep diri merupakan frame of reference
bagi indvidu untuk berinteraksi dengan dunia eksternalnya ( Fitss,1971).
Sedangkan menurut Fromn (dalam Burns, 1983), konsep diri dianggap penting
karena ini yan membedakan manusia dengan makhluk lainnya. Tidak ada
makhluk lain yang bisa menyadari dirinya sendri selain manusia.
Rogers (dalam Hall, Lindzey & Cambell, 1998) menyatakan bahwa tingkah laku
diatur oleh konsep diri. Konsep diri relatif konsisten terhadap situasi dan waktu,
dan menghasilkan pola-pola tingkah laku yang relatif konsisten.
Menurut Rogers, melalui interaksi yang bersifat kontinyu dengan lingkungan,
khususnya lingkungan yang signifikan seperti keluarga, akan membentuk satu
kesatuan yang konsisten atau konsep diri…

7
Mata Kuliah:Ilmu Kesehatan Anak

…Through continued interaction with the environment, and, therefore, continued


of self related experiences becomes elaborated into, in Roger’s words, that
“consistent, conceptual gestalt”, the self concept. (Smith & Vetter, 1982).

Ada dua tambahan hal yang perlu diingat mengenai konsep diri adalah pertama,
self bukanlah “little person” didalam diri kita. Self tidak “melakukan” apapun.
Seorang individu tidak memiliki self yang mengendalikan perilaku. Kedua, pola
dari pengalaman dan persepsi-pesrsepsi yang diketahui sebagai self, adalah
secara umum berada dalam kesadaran seserorang, yaitu bahwa hal itu bisa
membuat sadar. Meskipun individu memiliki pengalaman-pengalaman yang
tidak disadari, konsep diri biasanya disadari (Pervin & John, 1996)
Terdapat penelitian yang dilakukan oleh Markus (dalam John & Oliver, 1997)
membuktikan bahwa konsep diri mempengaruhi perilaku dalam berbagai cara.
Demikan juga dengan penelitian Aronson & Mete (dalam Pervin & John, 1996)
menemukan bahwa seseorang bertingkah laku dalam berbagai cara yang sesuai
dengan konsep diri mereka. Berdasarkan penjelasan-penjelasan berbagai tokoh
diatas dapat disimpulkan kalau konsep diri mempengaruhi seseorang dalam
bertingkah laku.
Sedangkan peran bidan dalam hal ini adalah memberi informasi yang
baik dan benar berkaitan dengan konsep diri dan kebutuhan dasar yang harus
dipenuhi. Modul ini secara khusus akan membahas berbagai persoalan
mengenai konsep diri dan kebutuhan dasar manusia.

8
Mata Kuliah:Ilmu Kesehatan Anak

TUJUAN

Setelah mempelajari modul ini, Anda diharapkan akan dapat menguasai


konsep diri dan kebutuhan dasar manusia.

URAIAN MATERI

KONSEP DIRI
a. Definisi Konsep diri
Konsep diri (self consept) merupakan suatu bagian yang penting dalam
setiap pembicaraan tentang kepribadian manusia. Konsep diri merupakan
sifat yang unik pada manusia, sehingga dapat digunakan untuk membedakan
manusia dari makhluk hidup lainnya. Para ahli psikologi kepribadian
berusaha menjelaskan sifat dan fungsi dari konsep diri, sehingga terdapat
beberapa pengertian.

Pengertian konsep diri adalah pandangan, penilaian atau pandangan


seseorang pada dirinya sendiri. Salah satu dari para ahli seperti Atwater
membagi konsep diri menjadi tiga bentuk, antara lain;

 Body image, kesadaran seseorang melihat tubuh dan dirinya sendiri


 Ideal self, harapan dan cita-cita seseorang tentang dirinya sendiri
 Social self, bagaimana ia berpikir orang lain melihat dirinya

Konsep diri sangat berpengaruh pada berbagai aspek kehidupan, mulai


dari sosial hingga lingkungan pekerjaan sekalipun. Seseorang memiliki
9
Mata Kuliah:Ilmu Kesehatan Anak

konsep diri negatif bila memandang dirinya tidak berdaya, lemah, malang,
gagal, tidak disukai, tidak kompeten dan sebagainya.

Konsep diri terdiri dari beberapa komponen, diantaranya:

1. Citra Tubuh

Citra tubuh atau gambaran diri adalah sikap individu terhadap dirinya
(fisik) baik disadari maupun tidak disadari. Komponen ini mencakup
persepsi masa lalu dan/atau sekarang mengenai ukuran dan bentuk tubuh
serta potensinya.

2. Ideal Diri

Ideal diri merupakan persepsi individu tentang bagaimana ia seharusnya


berperilaku berdasarkan standar pribadi dan terkait dengan cita-cita.
Pembentukan ideal diri mulai terjadi sejak masa anak-anak dan dipengaruhi
oleh orang-orang yang dekat dengan dirinya.

3. Harga Diri

Harga diri merupakan persepsi individu terhadap hasil yang dicapai dengan
menganalisis seberapa banyak kesesuaian tingkah laku dengan ideal
dirinya. Komponen konsep diri yang satu ini mulai terbentuk sejak kecil
karena adanya penerimaan dan perhatian dari sekitarnya.

Faktor – Faktor Konsep Diri


Pembentukan konsep diri dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut
Hardy dan Heyes bahwa faktor yang mempengaruhi konsep diri adalah :
10
Mata Kuliah:Ilmu Kesehatan Anak

1. Reaksi dari orang lain

2. Perbandingan dengan orang lain

3. Peranan seseorang

4. Identifikasi terhadap orang lain

(Sumber: Hardy, Malcom dan Steven Heyes. 1998. Pengantar Psikologi


(terjemah oleh Soenarji). Jakarta : Erlangga

Menurut Gunarsa, dalam bukunya menyebutkan bahwa selain faktor


lingkungan, faktor spesifik lain yang mempengaruhi konsep diri adalah :

a. Jenis kelamin
Dalam keluarga, lingkungan sekolah ataupun dalam lingkungan masyarakat
yang lebih luas akan berkembang bermacam-macam tuntutan peran yang
berbeda-beda berdasarkan jenis kelamin. Tuntutan ini berdasar atas tiga
macam kekuatan yang berbeda seperti yaitu biologis, lingkungan keluarga
dan kebudayaan. Dorongan biologis menyebabkan seseorang, secara
bawaan, bertingkah laku, berpikir, berperasaan yang berbeda antara jenis
kelamin yang berbeda.

b. Harapan-harapan
Stereotipi sosial mempunyai peranan yang penting dalam menentukan
harapan-harapan apa yang dipunyai oleh seorang remaja terhadap dirinya,
itu merupakan pencerminan dari harapan-harapan orang lain terhadap
dirinya.

11
Mata Kuliah:Ilmu Kesehatan Anak

c. Suku bangsa
Dalam suatu masyarakat terdapat suatu kelompok suku bangsa tertentu
yang dapat dikatakan tergolong sebagai kaum minoritas. Remaja dari
kelompok minoritas umumnya mengembangkan suatu konsep diri yang
kurang positif dibandingkan dengan kelompok mayoritas lainnya.
(Gunarsa Singgih D dan Yulia S.D.G. 1983. Psikologi Perkembangan Anak
dan Remaja. Jakarta : BPK Gunung Mulia)

Sebagai manusia, kita tidak hanya melakukan persepsi terhadap orang


lain, tetapi , juga kita mempersepsi diri kita sendiri. Saat mempersepsi diri
sendiri itu, diri kita menjadi subjek dan objek persepsi sekaligus. Menurut
Charles Horton Cooley, kita melakukannya dengan membayangkan diri kita
sebagai orang lain. Oleh Cooley, gejala ini dinamakannya looking-glass self
(diri cermin), seakan-akan kita menaruh cermin didepan kita. Mula-mula,
kita membayangkan bagaimana orang lain menilai penampilan kita.
Kemudian, kita akan mengalami perasaan tertentu mengenai diri kita.
Beberapa pengertian konsep diri menurut para ahli:

Rochman Natawidjaya (1979)


Menurut Rochman Natawidjaya pengertian konsep diri adalah persepsi
individu mengenai dirinya sendiri, kemampuan dan ketidakmampuannya,
tabiat-tabiatnya, harga dirinya dan hubungannya dengan orang lain.

12
Mata Kuliah:Ilmu Kesehatan Anak

James F. Calhoun (1995)


Menurut James F Calhoun pengertian Konsep diri adalah gambaran mental
individu yang terdiri dari pengetahuan tentang dirinya sendiri, pengharapan
diri, dan penilaian terhadap diri sendiri.

Clara R. Pudjijogyanti (1995)


Menurut Clara R. Pudjijogyanti pengertian konsep diri merupakan salah
satu faktor penentu perilaku seseorang, apakah akan baik atau buruk.
Perilaku negatif seseorang adalah perwujudan dari adanya gangguan dalam
usaha pencapaian harga diri

Stuart & Sundeen (2005)


Menurut Stuart & Sundeen, Konsep diri adalah semua pikiran, keyakinan
dan kepercayaan yang merupakan pengetahuan individu tentang dirinya
dan mempengaruhi hubungan dengan orang lain.

Keliat (2005)
Menurut Keliat, Konsep diri adalah cara individu memandang dirinya secara
utuh, fisikal, emosional, intelektual, sosial dan spiritual.

Potter & Perry (2005)


Menurut Potter & Perry, Konsep diri adalah itra subjektif dari diri dan
pencampuran yang kompleks dari perasaan, sikap dan persepsi bawah sadar
maupun sadar. Konsep diri memberi kita kerangka acuan yang

13
Mata Kuliah:Ilmu Kesehatan Anak

mempengaruhi manejemen kita terhadap situasi dan hubungan kita dengan


orang lain.

Burns
Menurut Burns dalam Pudjijogyanti (1993:2), Konsep diri adalah hubungan
antara sikap dan keyakinan tentang diri kita sendiri.

Cawagas
Menurut Cawagas dalam Pudjijogyanti (1993:2), Konsep diri mencakup
seluruh pandangan individu akan dimensi fisik, karakteristik pribadi,
motivasi, kelemahan, kepandaian, kegagalan dan lain sebagainya.

Rini (2004:1)
Menurut Rini, Konsep diri adalah keyakinan, padangan/penilaian seseorang
terhadap dirinya.

b. Teori yang mendukung konsep diri


1) Social Comparison (Pembandingan social)
Social comparison theory ini dibangun atas empat prinsip dasar, yakni
berikut ini:
a) Setiap orang memiliki keyakinan tertentu.
b) Penting bagi keyakinan kita untuk menjadi benar.
c) Beberapa keyakinan lebih sulit untuk dibuktikan dibanding yang lainnya.
Hal-hal yang tidak bisa dibuktikan secara objektif mungkin dibuktikan
secara subjektif melalui pembuktian bersama (membuat orang lain
setuju).

14
Mata Kuliah:Ilmu Kesehatan Anak

d) Ketika anggota dari kelompok rujukan (refrence group) saling tidak


setuju tentang suatu hal, mereka akan berkomunikasi hingga konflik
tersebut terselesaikan.

Menurut social comparison theory, ada kecenderungan-kecenderungan


dalam melakukan perbandingan social, yaitu:
a. Similarity hypothesis (hipotesis kesamaan)

b. Related attributes hypothesis (hipotesis atribut yang berhubungan)

c. Downward comparisons (pembandingan ke bawah)

d. Consequences of social comparisons (Konsekuensi dari perbandingan

social)

2). Persepsi diri (Self-Perception)


Menurut Daryl Benn, ketika kita menilai pendapat sendiri maka kita akan
mengambil perilaku kita sebagai petunjuk (clues), daripada menganalisis
diri kita secara mendalam. Proses self-perception melibatkan
pembelajaran tentang diri sendiri dan menempatkan diri pada hal yang
sama ketika kita mencoba memahami orang lain.
Menurut teori persepsi diri (self-perception) ini terdapat dua macam
cara bagaimana menempatkan diri pada hal yang sama ketika kita
mencoba memahami orang lain, yaitu:
a. Self-Attribution (Atribusi Diri) adalah memperhatikan orang lain untuk
mencari alasan-alasan tertentu mengapa orang tersebut melakukan
sesuatu hal. Ada banyak macam Self Atribution seperti, seseorang yang
15
Mata Kuliah:Ilmu Kesehatan Anak

berkepribadian baik mungkin akan terpaksa mencuri karena sangat


kelaparan dan mengalami pemasalahan keuangan. (Sumber :
https://dosenpsikologi.com )
b. Overjustification (Pembenaran yang Berlebih) adalah penjelasan untuk
fenomena yang dikenal sebagai motivasi "crowding out." Wikipedia
(Inggris).
c. Fenomena pembentukan Konsep Diri
Konsep diri terbentuk dalam waktu yang relatif lama, dan pembentukan ini
tidak bisa diartikan bahwa reaksi yang tidak biasa dari seseorang dapat
mengubah konsep diri (Alex Sobur, 2009: 510). Konsep diri terbentuk
berdasarkan persepsi seseorang terhadap sikap orang lain terhadap dirinya.
Menurut Alex Sobur (2009: 510-511) konsep diri pada dasarnya tersusun
atas berbagai tahapan. Yang paling mendasar adalah Konsep diri primer,
yaitu konsep yang terbentuk atas dasar pengalamannya terhadap
lingkungan terdekatnya, yaitu lingkungan rumahnya sendiri. Konsep tentang
bagaimana dirinya banyak bermula dari perbandingan antara dirinya dan
saudara-saudaranya. Adapun konsep bagaimana peranannya, aspirasinya
ataupun tanggung jawabnya dalam kehidupan ini, banyak di tentukan atas
dasar didikan atau tekanan dari orang tua.
Lalu, setelah anak bertambah besar, ia akan mempunyai hubungan yang
lebih luas lagi dari sekedar lingkungan keluarga. Akhirnya anak akan
memperoleh konsep diri yang baru dan berbeda dari apa yang sudah
terbentuk dalam lingkungan rumahnya. Ini menghasilkan konsep diri
sekunder. Konsep dasar sekunder banyak ditentukan pula oleh konsep diri
primernya.  

16
Mata Kuliah:Ilmu Kesehatan Anak

Menurut pandangan Clara R. Pudjijogyanti (dalam Alex Sobur, 2009 : 511-


512), konsep diri terbentuk atas dua komponen, yaitu:
1)      Komponen kognitif
Komponen kognitif disini merupakan pengetahuan individu tentang
keadaan dirinya. Jadi, komponen kognitif merupakan penjelasan dari “siapa
saya” yang anak memberikan gambaran tentang diri saya. Seperti hobi,
kesukaan, dan kebiasaan yang dilakukan. Contoh: Vira bercita-cita menjadi
bidan.
Seperti hobi, kesukaan, dan kebiasaan yang dilakukan
2)      Komponen afektif
Merupakan penilaian individu terhadap diri sendiri. Penilaian ini akan
membentuk penerimaan terhadap diri, serta penghargaan diri. Seperti
perasaan kita melihat orang lain mendapatkan musibah, maka akan timbul
perasaan ingin menolong. Contoh: Ketika kita melihat ibu-ibu yang sedang
berjualan maka perasaan yang menggerakkan hati kita ingin membeli
dagangan ibu tersebut.
Konsep diri merupakan proses yang berkelanjutan sepanjang hidup
manusia. Konsep diri masih dapat diubah asalkan ada keinginan
dari orang yang bersangkutan.

Orang lain yang dapat mempengaruhi konsep diri kita (Calhoun & Acocella, 1990):

1. Orang tua
Orang tua adalah kontak sosial paling awal dan paling kuat yang dialami oleh seseorang.
Informasi yang diberikan orang tua pada anak lebih tertanam daripada informasi yang
diberikan oleh orang lain dan berlangsung hingga dewasa. Anak-anak yang tidak memiliki

17
Mata Kuliah:Ilmu Kesehatan Anak

orang tua, disia-siakan oleh orang tua akan memperoleh kesukaran dalam mendapatkan
informasi tentang dirinya sehingga menjadi penyebab utama anak berkonsep diri negatif.

2. Kawan sebaya   
Kawan sebaya menempati posisi kedua setelah orang tua dalam mempengaruhi konsep diri.
Peran yang diukur oleh kelompok nsebaya sangat berpengaruh pada pandangan individu
terhadap dirinya sendiri.

3. Masyarakat
Masyarakat sangat mementingkan fakta-fakta yang melekat pada seorang anak, seperti
siapa orang tuanya, suku bangsa, dan lain-lain. Hal ini pun dapat berpengaruh pada konsep
diri individu.  

Faktor lain yang dapat berpengaruh pada konsep diri


• Pola asuh
Pola asuh orang tua menjadi faktor yang signifikan dalam mempengaruhi konsep diri yang
terbentuk. Sikap positif orang tua akan menumbuhkan konsep dan pemikiran yang positif
serta sikap menghargai diri sendiri. Sikap negatif orang tua akan mengundang pertanyaan
pada anak dan menimbulkan asumsi bahwa ndirinya tidak cukup berharga untuk disayangi
dan dihargai. 

• Kegagalan
Kegagalan yang terus menerus dialami seringkali menimbulkan pertanyaan pada diri
sendiri dan berakhir pada kesimpulan bahwa penyebabnya terletak pada kelemahan diri.
Kegagalan membuat orang merasa tidak berguna.

• Kritik diri
Kadang kritik memang dibutuhkan untuk menyadarkan seseorang atas perbuatan yang
dilakukan. Kritik terhadap diri sendiri berfungsi sebagai rambu-rambu dalam bertindak dan

18
Mata Kuliah:Ilmu Kesehatan Anak

berperilaku agar keberadaan kita diterima dan dapat beradaptasi. Walaupun begitu, kritik
diri yang berlebihan dapat mengakibatkan individu menjadi rendah diri.

Jenis-jenis konsep diri


Konsep Diri Positif
Konsep diri positif menunjukkan adanya penerimaan diri dimana individu
dengan konsep diri positif mengenal dirinya dengan baik sekali. Konsep diri
yang positif bersifat stabil dan
bervariasi. Individu yang memiliki konsep diri positif dapat memahami dan
menerima sejumlah fakta yang sangat bermacam-macam tentang dirinya sendiri
sehingga evaluasi terhadap dirinya
sendiri menjadi positif dan dapat menerima dirinya apa adanya (Calhoun dan
Acocella, 1990).
Brook dan Emmert (dalam Rakhmat, 2003) menyebutkan ada lima ciri orang
yang memiliki konsep diri positif :
1. Ia yakin akan kemampuannya mengatasi masalah.
2. Ia merasa setara dengan orang lain.
3. Ia menerima pujian tanpa rasa malu.
4. Ia menyadari bahwa setiap orang mempunyai berbagai perasaan, keinginan,
dan perilaku yang tidak seluruhnya disetujui masyarakat.
5. Ia mampu memperbaiki dirinya karena mengungkapkan kepribadian yang
tidak disenanginya dan berusaha mengubahnya.

Hamachek (dalam Rakhmat,2003) menyebutkan ada sebelas karakteristik orang


yang memiliki konsep diri positif:
1. Ia meyakini betul-betul nilai-nilai dan prinsip-prinsip tertentu serta bersedia

19
Mata Kuliah:Ilmu Kesehatan Anak

mempertahankannya, walupun menghadapi pendapat kelompok yang kuat.


Namun, ia juga merasa dirinya cukup tangguh untuk mengubah prinsip-prinsip
itu apabila pengalaman dan bukti-bukti baru menunjukan bahwa ia salah.
2. Ia mampu bertindak berdasarkan penilaian yang baik tanpa merasa bersalah
yang berlebih-lebihan atau menyesali tindakannya jika orang lain tidak
menyetujui tindakannya.
3. Ia tidak menghabiskan waktu yang tidak perlu untuk mencemaskan apa yang
akan terjadi besok, apa yang telah terjadi di waktu lalu, dan apa yang telah
terjadi di waktu yang lalu,dan apa yang sedang terjadi di waktu sekarang
4. Ia memiliki keyakinan pada kemampuan untuk mengatasi persoalan. Bahkan
ketika ia menghadapi kegagalan atau kemunduran.
5. Ia merasa sama dengan orang lain, sebagai manusia tidak tinggi atau rendah,
walaupun terdapat perbedaan dalam kemampuan tertentu , latar belakang
keluarga, atu sikap orang lain terhadapnya
6. Ia sanggup menerima dirinya sebagai orang yang penting dan bernilai bagi
orang lain, paling tidak bagi orang-orang yang ia pilih sebagai sahabatnya
7. Ia dapat menerima pujian tanpa berpura-pura rendah hati dan menerima
penghargaan tanpa rasa bersalah.
8. Ia cenderung menolak usaha orang lain untuk mendominasinya.
9. Ia sanggup mengaku kepada orang lain bahwa ia mampu merasakan berbagai
dorongan dan keinginan, dari perasaan marah sampai cinta, dari perasaan sedih
sampai bahagia, dari perasaan kecewa yang mendalam sampai kepuasan yang
mendalam pula.

20
Mata Kuliah:Ilmu Kesehatan Anak

10. Ia mampu menikmati dirinya secara utuh dalam berbagai kegiatan yang
meliputi pekerjaan, permainan, ungkapan diri yang kreatif, persahabatan atau
sekedar mengisi waktu.
11. Ia peka pada kebutuhan orang lain, pada kebiasaan social yang telah
diterima, dan terutama sekali pada gagasan bahwa ia tidak bisa bersenang-
senang dengan mengorbankan orang lain.

Konsep diri negatif


Calhoun dan Acocella (1990) membagi konsep diri negative menjadi dua tipe,
yaitu:
• Pandangan individu tentang dirinya sendiri benar-benar   tidak teratur, tidak
memiliki perasaan, kestabilan dan   keutuhan diri. Individu tersebut benar-benar
tidak tahu   siapa dirinya, kekuatan dan kelemahannya atau yang dihargai  
dalam kehidupannya.
• Pandangan tentang dirinya sendiri terlalu stabil dan teratur.   Hal ini bisa
terjadi karena individu dididik dengan cara yang   sangat keras, sehingga
menciptakan citra diri yang tidak   mengizinkan adanya penyimpangan dari
seperangkat hokum   yang dalam pikirannya merupakan cara hidup yang tepat.

Orang dengan konsep diri negatif ditandai dengan lima hal, yaitu (Brooks dan
Emmert dalam Sukatma, 2004):
• Peka terhadap kritik, dalam arti orang tersebut tidak tahan   terhadap kritik
yang diterimanya dan mudah marah.
• Responsif terhadap pujian. Semua embel-embel yang menunjang   harga diri
menjadi pusat perhatiannya.
• Bersikap hiperkritis, artinya selalu mengeluh, mencela,   dan meremehkan
21
Mata Kuliah:Ilmu Kesehatan Anak

apapun dan siapapun. tidak mampu member   penghargaan pada kelebihan


orang lain.
• Merasa tidak disenangi dan tidak diperhatikan. Orang lain   adalah musuh.
• Bersikap pesimis terhadap kompetisi. Enggan bersaing   dan merasa tidak
berdaya jika berkompetisi dengan   orang lain.

Dalam Johari Window dijelaskan bahwa “diri” manusia terbagi atas empat
bagian atu sel (quadran, jendela,bagian). Tiap-tiap sel itu mewakili bagian “diri”
(self) yang berbeda-beda.
*Kuadran 1 (Open): Ini buat perilaku, perasaan, dan motivasi yang
diketahui oleh diri kita sendiri dan orang lain. Karena sama-sama mengetahui
maka namanya open.
*Kuadran 2 (Blind): Ini buat perilaku, perasaan, dan motivasi yang
diketahui oleh orang lain, tetapi tidak diketahui oleh diri kita sendiri. Karena
orang lain tau, namun kita sendiri tidak menyadari, maka namanya blind. Karena
kita seperti buta dengan apa yang kita lakukan dan sifat apa yg ada di diri kita.
*Kuadran 3 (Hidden): Ini buat perilaku, perasaan, dan motivasi yang
diketahui oleh diri kita sendiri, tetapi tidak diketahui oleh orang lain. Karena
hanay kita yang tau, rasanya seperti kita merahasiakannya untuk diri kita
22
Mata Kuliah:Ilmu Kesehatan Anak

sendiri.
*Kuadran 4 (Unknown): ini buat perilaku, perasaan, dan motivasi yang
tidak diketahui, baik oleh diri kita sendiri ataupun oleh orang lain. Jelas karena
diri sendiri tidak tau, orang lain pun tidak tau, maka cocok lah jika ini disebut
unknown atau misteri.

De Vito menyebutkan lima hal yang dapat dilakukan untuk meningkatkan self-
awareness (kesadaran diri):
1. Bertanya tentang diri kepada diri sendiri. Self-talk (berbicara dengan diri
sendiri), melakukan monolog dengan diri sendiri adalah salah satu cara
mengetahui tentang diri kita pada dan giliranya meningkatkan kesadaran diri.
Dengan cara berbicara didepan cermin atau berbicara dalam hati.
2. Mendengarkan orang lain. Mendapat feedback dari orang lain dalam
komunikasi interpersonal adalah hal yang membuat kita mendapatkan self-
knowledge (pengetahuan tentang diri). Ini akan meningkatkan self-awareness
kita dan bisa secara langsung memahami feedback dari orang lain.
3. Secara aktif mencari informasi tentang diri sendiri. Tindakan ini akan
memperkecil wilayah blind-self kita sekaligus meningkatkan self-awareness kita.
4. Melihat diri kita dari sisi yang lain. Setiap orang memiliki pandangan sendiri
tentang kita. Mencoba melihat dari sudut pandang orang-orang lain mengenai
kita akan membantu kita untuk menambah kesadaran tentang diri kita sendiri.
Dan kita bisa menerima sudut pandang orang lain mengenai diri kita.
5. Meningkatkan open-self. Dengan meluaskan wilayah terbuka pada diri kita
berarti kita mengurangi wilayah hidden-self. Ini berarti juga kita membuka diri
(melakukan self-diclosure) kepada orang lain. Membuka diri akan memberikan

23
Mata Kuliah:Ilmu Kesehatan Anak

pengetahuan tentang diri dan meningkatkan kesadaran diri.

d. Sumber Konsep Diri


1. Self-Esteem
Self-esteem (harga diri) adalah penilaian, baik positif atau negative,
individu terhadap diri sendiri. Tingginya self-esteem merujuk pada
tingginya estimasi individu atas nilai, kemampuan, dan kepercayaan
yang dimilikinya. Sedangakan self-esteem yang rendah melibatkan
penilaian yang buruk akan pengalaman masa lalu dan pengharapan yang
rendah bagi pencapaian masa depan.
Contoh :
a. Tingginya self-esteem : individu yang mempunyai self-esteem tinggi
akan bergaul dengan siapapun tanpa melihat tingkat.
b. Rendahnya self-esteem : individu akan merasa self-esteemnya rendah
ketika individu tersebut terus dikitik dan tidak dihargai oleh
sekitarnya.

2. Social Evaluation (Penilaian Sosial)


Proses evaluasi social ini termasuk di dalamnya Reflected appraisal
(pantulan penilaian) atau direct feedback (umpan balik langsung)
a. Reflected appraisal
Yaitu persepsi seseorang mengenai bagaimana orang lain menilai
kemampuan dirinya. Dengan menyimpulkan pendapat orang lain dan
kemudian memakai pendapat tersebut sebagai pendapat, maka individu
memantulkan penilaian orang lain tersebut. Pantulan penilaian masuk ke
dalam self-conceptanda.
24
Mata Kuliah:Ilmu Kesehatan Anak

Contoh :
ketika seseorang menyebut individu tersebut bukan pendengar yang
baik maka individu tersebut berpendapat bahwa dirinya benar bukan
pendengar yang baik.
b.Direct feedback
yaitu pentingnya umpan balik langsung bagi aktualitas diri. Berdasarkan
kepribadian humanistik ini berdampak positif jika individu menerima
direct feedback.
Contoh :
Ketika seorangidividu masih anak-aak, orang tua individu tersebut akan
berulang kali mengatakan “kami bangga dengan kamu” dengan demikian
maka anda mengembangkan self concept karena merasa dicintai dan
dibanggakan.
e. Konsep Diri dalam kehidupan sehari-hari
Konsep diri merupakan hal yang sangat penting karena dapat menentukan
perilaku yang akan ditampilkan oleh individu. Burns (1982) menyebutkan
adanya konsep diri dalam menentukan tingkah laku individu, yaitu :
1. Konsep diri sebagai pemelihara konsistensi batin
Individu cenderung bersikap konsisten dengan pandangan terhadap
dirinya sehingga ia akan berusha menyelaraskan perilakunya dengan
perasaan dan pikiran yang ada di dalam dirinya. Apabila dalam diri
individu timbul perasaan dan pikiran yang saling bertentangan, maka
akan terdapat situasi psikologis yang tidak menyenangkan itu, individu
akan mengubah perilakunya.
Contoh :

25
Mata Kuliah:Ilmu Kesehatan Anak

Individu cenderung konsisten dalam memilih, misalnya dihadapankan


dalam suatu masalah individu akan konsisten dalam mencari jalan keluar
dan pendapatnya.
2. Konsep diri sebagai interpretasi dari pengalaman
Seluruh sikap dan penadangan individu terhadap dirinya sangat
mempengaruhi individu dalam menafsirkan pengalamannya. Setiap
pengalaman diberi arti tertentu oleh individu, dimana pemberian arti
tersebut dipengaruhi oleh bagaimana ia memandang dirinya. Jika
individu memiliki pandangan yang positif dan menyenangkan, maka ia
akan menafsirkan pengalamannya secara positif. Begitu pula sebaliknya,
dimana tafsiran negatif berasal dari konsep diri yang negatif pula.
Contoh :
Penilaian dan pandangan seseorang bergantung pada pengalaman
sebelumnya, misalnya pandang atau pandangan pertama individu pada
suatu objek wisata yang menurutnya itu bagus, maka berdasarkan
pengalaman sebelumnya, individu akan menafsirkan bahwa objek wisata
itu bagus.
3. Konsep diri sebagai pembentuk harapan
Pandangan negatif terhadap diri sendiri akan menyebabkan individu
mengharapkan suatu keberhasilan hanya pada taraf yang rendah saja,
walapun sebenernya individu memiliki kemampuan.
Contoh :
a. Individu cenderung menutupi kemampuannya, padahal individu
berpotensi untuk berhasil tetapi individu tersebut merendahkan
dirinya.

26
Mata Kuliah:Ilmu Kesehatan Anak

b. Ketika individu mampu membuat tugas kelompok, individu


tersebut brharap bahwa hasil yang ia buat dapat dihargai oleh
anggota.
Dengan konsep diri yang dimiliki, individu dapat melakukan estimasi tentang
apa respon orang lain terhadap dirinya. Dengan demikian konsep diri
menentukan harapan individu tentang apa yang terjadi. Seseorang yang
mempunyai penilaian dirinya mampu menyelesaikan tugas dengan baik akan
mengharapkan orang lain tersebut untuk menghargainya seperti ia menghargai
dirinya.
Konsep diri berkaitan erat dengan penghargaan seseorang terhadap dirinya
sendiri, setelah sebelumnya melakukan proses penilaian atas sifat-sifat dan
kemampuan yang dimilikinya. Lammana dan Reidman (1981), mengatakan
bahwa seseorang cenderung untuk berusaha membuat evaluasi menyeluruh atas
keadaan dirinya. Dengan penilaian ini ia akan menentukan apakah ia dapat
menerima dirinya sendiri atau melakukan penolakan atas dirinya. Seseorang
akan memiliki konsep diri yang tinggi bila ia menerima dirinya sendiri dan
sebaliknya jika ia tidak menerima dirinya sendiri maka ia akan memiliki konsep
diri negatif.
Derlega (1981) mengatakan bahwa pembentukan konsep diri biasanya
berkaitan dengan peran-peran yang disandangnya, karena peran tersebut akan
mempengaruhi penilaian terhadap dirinya. Derlega juga menjelaskan bahwa
seseorang akan memberi penilaian positif terhadap dirinya sendiri bila perilaku
yang ditampilkannya sesuai dengan standard lingkungannya. Dan sebaliknya,
seseorang akan memberi penilaian negatif jika ia berprilaku yang tidak sesuai
dengan standard lingkunggannya.

27
Mata Kuliah:Ilmu Kesehatan Anak

KEBUTUHAN DASAR MANUSIA


a. Jenis dan tingkat kebutuhan manusia
Konsep hierarki kebutuhan dasar ini bermula ketika Maslow melakukan observasi terhadap
perilaku monyet. Berdasarkan pengamatannya, didapatkan kesimpulan bahwa beberapa
kebutuhan lebih diutamakan dibandingkan dengan kebutuhan yang lain. [2] Contohnya jika
individu merasa haus, maka individu akan cenderung untuk mencoba memuaskan dahaga.[2]
Individu dapat hidup tanpa makanan selama berminggu-minggu. [2] Tetapi tanpa air, individu
hanya dapat hidup selama beberapa hari saja karena kebutuhan akan air lebih kuat
daripada kebutuhan akan makan.
Kebutuhan-kebutuhan ini sering disebut Maslow sebagai kebutuhan-kebutuhan dasar yang
digambarkan sebagai sebuah hierarki atau tangga yang menggambarkan tingkat kebutuhan.
[1]
Terdapat lima tingkat kebutuhan dasar, yaitu : kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan rasa
aman, kebutuhan akan rasa memiliki dan kasih sayang, kebutuhan akan penghargaan dan
kebutuhan akan aktualisasi diri Maslow memberi hipotesis bahwa setelah individu
memuaskan kebutuhan pada tingkat paling bawah, individu akan memuaskan kebutuhan
pada tingkat yang berikutnya. Jika pada tingkat tertinggi tetapi kebutuhan dasar tidak
terpuaskan, maka individu dapat kembali pada tingkat kebutuhan yang sebelumnya.
Menurut Maslow, pemuasan berbagai kebutuhan tersebut didorong oleh dua kekuatan
yakni motivasi kekurangan (deficiency motivation) dan motivasi perkembangan (growth
motivation). Motivasi kekurangan bertujuan untuk mengatasi masalah ketegangan manusia
karena berbagai kekurangan yang ada, contohnya ketika kita melakukan sesuatu dan kita
menjadi takut dengan hal yang kita lakukan tidak diakui, sehingga kita berusaha agar yang
kita lakukan diakui.[4] Sedangkan motivasi pertumbuhan didasarkan atas kapasitas setiap
manusia untuk tumbuh dan berkembang, contohnya mengembangkan potensi diri
berdasarkan tahapan – tahapan tertentu.[4] Kapasitas tersebut merupakan pembawaan dari
setiap manusia.

28
Mata Kuliah:Ilmu Kesehatan Anak

HIRARKI KEBUTUHAN DASAR MANUSIA

Kebutuhan Fisiologis (Physiological Needs)


Kebutuhan paling dasar pada setiap orang adalah kebutuhan fisiologis yakni
kebutuhan untuk mempertahankan hidupnya secara fisik. Kebutuhan-kebutuhan
itu seperti kebutuhan akan makanan, minuman, tempat berteduh, tidur dan
oksigen (sandang, pangan, papan). Kebutuhan-kebutuhan fisiologis adalah
potensi paling dasar dan besar bagi semua pemenuhan kebutuhan di atasnya. [1]
Manusia yang lapar akan selalu termotivasi untuk makan, bukan untuk mencari
teman atau dihargai. Manusia akan mengabaikan atau menekan dulu semua
kebutuhan lain sampai kebutuhan fisiologisnya itu terpuaskan. Di masyarakat
yang sudah mapan, kebutuhan untuk memuaskan rasa lapar adalah sebuah gaya
hidup. Mereka biasanya sudah memiliki cukup makanan, tetapi ketika mereka

29
Mata Kuliah:Ilmu Kesehatan Anak

berkata lapar maka yang sebenarnya mereka pikirkan adalah citarasa makanan
yang hendak dipilih, bukan rasa lapar yang dirasakannya. Seseorang yang
sungguh-sungguh lapar tidak akan terlalu peduli dengan rasa, bau, temperatur
ataupun tekstur makanan.
Kebutuhan fisiologis berbeda dari kebutuhan-kebutuhan lain dalam dua hal.
Pertama, kebutuhan fisiologis adalah satu-satunya kebutuhan yang bisa
terpuaskan sepenuhnya atau minimal bisa diatasi. [1] Manusia dapat merasakan
cukup dalam aktivitas makan sehingga pada titik ini, daya penggerak untuk
makan akan hilang. Bagi seseorang yang baru saja menyelesaikan sebuah
santapan besar, dan kemudian membayangkan sebuah makanan lagi sudah
cukup untuk membuatnya mual. Kedua, yang khas dalam kebutuhan fisiologis
adalah hakikat pengulangannya. Setelah manusia makan, mereka akhirnya akan
menjadi lapar lagi dan akan terus menerus mencari makanan dan air lagi.
Sementara kebutuhan di tingkatan yang lebih tinggi tidak terus menerus muncul.
Sebagai contoh, seseorang yang minimal terpenuhi sebagian kebutuhan mereka
untuk dicintai dan dihargai akan tetap merasa yakin bahwa mereka dapat
mempertahankan pemenuhan terhadap kebutuhan tersebut tanpa harus
mencari-carinya lagi.
Kebutuhan Akan Rasa Aman (Safety/Security Needs)
Setelah kebutuhan-kebutuhan fisiologis terpuaskan secukupnya, muncullah apa
yang disebut Maslow sebagai kebutuhan-kebutuhan akan rasa aman. [5]
Kebutuhan-kebutuhan akan rasa aman ini diantaranya adalah rasa aman fisik,
stabilitas, ketergantungan, perlindungan dan kebebasan dari daya-daya
mengancam seperti kriminalitas, perang, terorisme, penyakit, takut, cemas,
bahaya, kerusuhan dan bencana alam. Serta kebutuhan secara psikis yang

30
Mata Kuliah:Ilmu Kesehatan Anak

mengancam kondisi kejiwaan seperti tidak diejek, tidak direndahkan, tidak stres,
dan lain sebagainya. Kebutuhan akan rasa aman berbeda dari kebutuhan
fisiologis karena kebutuhan ini tidak bisa terpenuhi secara total. Manusia tidak
pernah dapat dilindungi sepenuhnya dari ancaman-ancaman meteor, kebakaran,
banjir atau perilaku berbahaya orang lain.
Menurut Maslow, orang-orang yang tidak aman akan bertingkah laku sama
seperti anak-anak yang tidak aman. Mereka akan bertingkah laku seakan-akan
selalu dalam keadaan terancam besar. Seseorang yang tidak aman memiliki
kebutuhan akan keteraturan dan stabilitas secara berlebihan serta akan
berusaha keras menghindari hal-hal yang bersifat asing dan yang tidak
diharapkannya.
Kebutuhan Akan Rasa Memiliki Dan Kasih Sayang (Social Needs)
Jika kebutuhan fisiologis dan kebutuhan akan rasa aman telah terpenuhi, maka
muncullah kebutuhan akan cinta, kasih sayang dan rasa memiliki-dimiliki.
Kebutuhan-kebutuhan ini meliputi dorongan untuk dibutuhkan oleh orang lain
agar ia dianggap sebagai warga komunitas sosialnya. Bentuk akan pemenuhan
kebutuhan ini seperti bersahabat, keinginan memiliki pasangan dan keturunan,
kebutuhan untuk dekat pada keluarga dan kebutuhan antarpribadi seperti
kebutuhan untuk memberi dan menerima cinta. Seseorang yang kebutuhan
cintanya sudah relatif terpenuhi sejak kanak-kanak tidak akan merasa panik saat
menolak cinta. Ia akan memiliki keyakinan besar bahwa dirinya akan diterima
orang-orang yang memang penting bagi dirinya. Ketika ada orang lain menolak
dirinya, ia tidak akan merasa hancur. Bagi Maslow, cinta menyangkut suatu
hubungan sehat dan penuh kasih mesra antara dua orang, termasuk sikap saling
percaya. Sering kali cinta menjadi rusak jika salah satu pihak merasa takut jika

31
Mata Kuliah:Ilmu Kesehatan Anak

kelemahan-kelemahan serta kesalahan-kesalahannya. Maslow juga mengatakan


bahwa kebutuhan akan cinta meliputi cinta yang memberi dan cinta yang
menerima. Kita harus memahami cinta, harus mampu mengajarkannya,
menciptakannya dan meramalkannya. Jika tidak, dunia akan hanyut ke dalam
gelombang permusuhan dan kebencian.
Kebutuhan Akan Penghargaan (Esteem Needs)
Setelah kebutuhan dicintai dan dimiliki tercukupi, selanjutnya manusia akan
bebas untuk mengejar kebutuhan egonya atas keinginan untuk berprestasi dan
memiliki prestise. Maslow menemukan bahwa setiap orang yang memiliki dua
kategori mengenai kebutuhan penghargaan, yaitu kebutuhan yang lebih rendah
dan lebih tinggi. Kebutuhan yang rendah adalah kebutuhan untuk menghormati
orang lain, kebutuhan akan status, ketenaran, kemuliaan, pengakuan, perhatian,
reputasi, apresiasi, martabat, bahkan dominasi. Kebutuhan yang tinggi adalah
kebutuhan akan harga diri termasuk perasaan, keyakinan, kompetensi, prestasi,
penguasaan, kemandirian dan kebebasan. Sekali manusia dapat memenuhi
kebutuhan untuk dihargai, mereka sudah siap untuk memasuki gerbang
aktualisasi diri, kebutuhan tertinggi yang ditemukan Maslow.
Kebutuhan Akan Aktualisasi Diri (Self-actualization Needs
Tingkatan terakhir dari kebutuhan dasar Maslow adalah aktualisasi diri, yaitu
kebutuhan untuk membuktikan dan menunjukan dirinya kepada orang lain.
Pada tahap ini, seseorang mengembangkan semaksimal mungkin segala potensi
yang dimilikinya. Kebutuhan aktualisasi diri adalah kebutuhan yang tidak
melibatkan keseimbangan, tetapi melibatkan keinginan yang terus menerus
untuk memenuhi potensi. Biasanya sangat sulit untuk mencapai tahapan
kebutuhan akan aktualisasi diri, karena individu cenderung tidak mengetahui

32
Mata Kuliah:Ilmu Kesehatan Anak

potensi yang dimilikinya, sehingga mereka lebih berambisi di luar dari potensi
yang dimilikinya. Maslow melukiskan kebutuhan ini sebagai hasrat untuk
semakin menjadi diri sepenuh kemampuannya sendiri, menjadi apa saja
menurut kemampuannya. Awalnya Maslow berasumsi bahwa kebutuhan untuk
aktualisasi diri langsung muncul setelah kebutuhan untuk dihargai terpenuhi.
Akan tetapi selama tahun 1960-an, ia menyadari bahwa banyak anak muda di
[Brandeis] memiliki pemenuhan yang cukup terhadap kebutuhan-kebutuhan
lebih rendah seperti reputasi dan harga diri, tetapi mereka belum juga bisa
mencapai aktualisasi diri.

b. Faktor-faktor yang memengaruhi kebutuhan dasar manusia


Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi tingkat pemenuhan kebutuhan
dasar pada manusia adalah sebagai berikut :

1. Penyakit 
Adanya penyakit yang terdapat dalam tubuh seseorang dapat
menyebabkan perubahan pemenuhan kebutuhan, baik secara fisiologis maupun
psikologis, hal ini disebabkan beberapa organ tubuh memerlukan pemenuhan
kebutuhan yang lebih besar dari biasanya. Pemenuhan kebutuhan tubuh
tergantung dari keadaan tubuh seseorang, semakin baik kondisi tubuh maka
pemenuhan kebutuhan yang dibutuhkan cukup dapat terpenuhi dalam kondisi
normal, dan sebaliknya semakin menurun kondisi tubuh maka pemenuhan
kebutuhan semakin meningkat berdasarkan kebutuhan yang dibutuhkan yang
dibutuhkan. Contohnya Reva yang mengalami penyakit tumor. Jadi, Reva
membutuhkan kebutuhan dasar yang berbeda dengan orang normal yang tidak

33
Mata Kuliah:Ilmu Kesehatan Anak

mengalami penyakit tumor. Contoh lain yaitu Ibu hamil yang memilliki riwayat
penyakit Anemia memiliki pemenuhan kebutuhan yang berbeda dari ibu hamil
lainnya dalam kondisi keadaan normal. Ibu hamil yang memiliki riwayat
penyakit Anemia harus memenuhi kebutuhan tubuhnya lebih mengkhusus baik
dari segi nutrisi terutama pada zat besi dikarenakanan tubuh ibu kekurangan
unsur zat besi dalam makanan terutama saat hamil maka kebutuhan akan hal itu
harus lebih ditingkatkan selain itu kontrol ke rumah sakit ataupun bidan juga
harus lebih rutin bahkan sering untuk memastikan bahwa kondisi ibu maupun
janin baik-baik saja.

2. Hubungan Keluarga 
Hubungan kekeluargaan yang baik dapat meningkatkan pemenuhan
kebutuhan dasar karena adanya rasa saling percaya, merasakan kesenangan
hidup, tidak ada rasa curiga antara yang satu dengan yang lain, dll. Sehingga
mereka yang ada dalam situasi keadaan keluarga yang kurang harmonis
pemenuhan kebutuhannya masih kurang dibandingkan dengan seseorang yang
ada dalam kondisi keluarga harmonis yang pemenuhan kebutuhannya dapat
terpenuhi. Contoh lain, yaitu ibu hamil yang didalam keluarganya mendapatkan
perhatian secara menyeluruh dan mengkhusus dengan baik serta mendapat
dukungan penuh dari suami dan mertua, sehingga pemenuhan kebutuhannya
dapat terpenuh, sedangkan ibu yang tidak mendapatkan semua itu dari
keluarganya karena keadaan keluarga yang kurang harmonis maka kebutuhan
ibu akan perhatian dan kasih sayang dalam keluarga akan kurang..

34
Mata Kuliah:Ilmu Kesehatan Anak

3. Konsep Diri 
Konsep diri manusia juga memiliki peran dalam pemenuhan kebutuhan
dasar. Konsep diri yang positif memberikan makna dan keutuhan (wholeness)
bagi seseorang. Konsep diri yang sehat dapat menghasilkan perasaan dan
kekuatan positif dalam diri seseorang. Orang yang beranggapan positif terhadap
dirinya sendiri akan mudah berubah, mudah mengenali kebutuhannya, dan
mengembangkan cara hidup yang sehat sehinggga mudah memenuhi kebutuhan
dasarnya. Contohnya, pada ibu hamil yang berkonsultasi ke bidan dari hasil
pemeriksaan ibu ini, ternyata ibu tersebut harus mengubah beberapa pola
perilaku yang masih dilakukan demi kebaikan janinnya. Jika ibu tersebut
memilikii konsep diri positif maka ibu ini akan menerima informasii dan mau
berubah serta melakukan apa yang dihimbau, namun jika ibu ini memiilliki
konsep diri negative maka akan sulit membuat ibu ini berubah dikarenakan ibu
ini sudah terlanjur pesimis hingga ibu ini pasrah dan sulit mengerti serta
melakukan apa yang dihimbau karena dari diri ibu ini, memang ibu ini tidak ada
keinginan untuk berubah justru ibu ini malah ingin bebas melakukan apa yang
ingin dilakukan dan malah menuruti egonya.

4. Tahap Perkembangan 
Sejalan dengan meningkatnua usia, manusia akan mengalami
perkembangan. Berbagai fungsi organ tubuh akan mengalami proses
kematangan dengan aktivitas yang berbeda pada setiap tahap perkembangan.
Setiap tahap perkembangan tersebut memiliki pemenuhan kebutuhan yang
berbeda pula, baik kebutuhan biologis, psikologis, sosial, maupun spiritual.

35
Mata Kuliah:Ilmu Kesehatan Anak

LATIHAN

Latihan ini bukan Tes, atau mengukur penguasaan Anda terhadap kegiatan
belajar 1 dari modul media pembelajaran ini. Latihan ini sebagai pengayaan agar
Anda lebih mendalami esensi dari
1.

Selamat Mengerjakan !

RANGKUMAN

TES
FORMATIF

A.
B.
C. GLOSARIUM

36
Mata Kuliah:Ilmu Kesehatan Anak

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR PUSTAKA

1. Feist, Jess (2010). Teori Kepribadian : Theories of Personality. Salemba


Humanika. hlm. 331. ISBN 978-602-8555-18-0.
2. Rahmat Hidayat, Deden (2011). Zaenudin A. Naufal, ed. Teori dan Aplikasi
Psikologi Kepribadian dalam Konseling. Ghalia Indonesia. hlm. 165–166.
ISBN 978-979-450-654-7.
3. )Plotnik, Rod (2014). Introduction to Psychology, 10th Edition.
Wadsworth. hlm. 332. ISBN 978-1-133-94349-5.
4. Hartiah Haroen, ed. (2008). Teknik Prosedural Keperwatan: Konsep dan
Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Salemba Humanika. hlm. 2. ISBN 978-
979-3027-53-1.
5. G. Goble, Frank (1987). A. Supratiknya, ed. Mazhab Ketiga, Psikologi
Humanistik Abraham Maslow. Kanisius. hlm. 71.
6. Ah. Yusuf, Rizky Fitryasari PK, Hanik Endang Nihayati, Buku Ajar Keperawatan
Kesehatan Jiwa, Penerbit Salemba Medika, 2015.
7. Gunarsa Singgih D dan Yulia S.D.G. 1983. Psikologi Perkembangan Anak
dan Remaja. Jakarta : BPK Gunung Mulia
8. Hardy, Malcom dan Steven Heyes. 1998. Pengantar Psikologi (terjemah
oleh Soenarji). Jakarta : Erlangga

37

Anda mungkin juga menyukai