Anda di halaman 1dari 16

BAB VI

P ENGEMBANGAN PARAGRAF ATAU PARAGRAF, TEMA,


dan KERANGKA KARANGAN

A. Pengembangan Paragraf atau Paragraf, Tema, dan Kerangka Karangan

1. Pengembangan Paragraf
Menurut Keraf (2004: 94), perkembangan dan pengembangan paragraf atau paragraf
mencakup dua persoalan utama. Pertama, kemampuan memperinci secara maksimal gagasan-
gagasan utama paragraf ke dalam gagasan-gagasan bawahan. Kedua, kemampuan mengurutkan
gagasan-gagasan bawahan ke dalam suatu urutan yang teratur. Setiap paragraf memiliki gagasan
utama yang mengawali atau menyimpulkan seisi paragraf. Gagasan utama diperjelas pada
gagasan bawahan yang melengkapi isi suatu paragraf.
Untuk mengembangkan sebuah paragraf, baik untuk memperinci gagasan utama atau untuk
mengurutkan perincian-perincian secara teratur, dikembangkanlah berbagai metode
pengembangan. Metode-metode itu digunakan secara spesifik tergantung pada sifat-sifat paragraf
itu sendiri. Keraf (2004: 94) selanjutnya dipaparkan bahwa dasar pengembangan paragraf dapat
terjadi disebabkan oleh adanya hubungan alamiah, hubungan logis, dan ilustrasi-ilustrasi.
Hubungan alamiah didasarkan pada kejadian dan kenyataan yang ada di alam (urutan kejadian,
urutan tempat atau sudut pandang), sedangkan hubungan logis didasarkan pada teori-teori atau
gagasan-gagasan penulis atas relasi dari perincian-perincian itu.
Di bawah ini merupakan metode-metode pengembangan paragraf sesuai dengan dasar
pembentukan paragraf tersebut sesuai yang dipaparkan Keraf (2004: 95), antara lain:

a. Metode Klimaks dan Antiklimaks


Metode klimaks adalah metode pengembangan paragraf yang mana gagasan utama mula-mula
diperinci dengan sebuah gagasan bawahan yang dianggap rendah kedudukannya, berangsur-
angsur hingga gagasan yang tinggi kedudukannya (Keraf, 2004: 95). Hal ini dapat diilustrasikan
bahwa gagasan utama pada paragraf mendapatkan penjelasan atau paparan pada kalimat
bawahannya dan kalimat bawahannya masih memiliki kalimat bawahan pendukung untuk
melengkapi informasi pada paragraf.
Berbeda dengan klimaks, metode antiklimaks adalah metode pengembangan paragraf yang mana
penulis mulai dari suatu gagasan atau tema yang dianggap paling tinggi kedudukannya,
kemudinn perlahan-lahan merendah melalui gagasan yang lebih rendah. (Keraf. 2004: 96). Dapat
diartikan bahwa metode antiklimaks merupakan kebalikan dari metode klimaks.
b. Sudut Pandangan
Metode sudut pandangan adalah metode pengembangan paragraf yang mana penulis
menempatkan dirinya pada tempat dari mana dia melihat sesuatu (Keraf, 2004: 96). Sudut
pandangan tidak diartikan sebagai penglihatan atas suatu barang dari atas atau dari bawah tetapi
bagaimana seseorang melihat barang itu dengan mengambil sebuah posisi tertentu.
c. Perbandingan dan Pertentangan
Perbandingan dan pertentangan adalah suatu cara dimana pengarang menunjukkan kesamaan
atau perbedaan antara dua orang, obyek atau gagasan dengan bertolak dari segi-segi tertentu
(Keraf, 2004: 99) Sebagai ilustrasi, ketika kita membandingkan dua tokoh yang berbeda pada
segi-segi tertentu. Perbandingan itu dibentuk sedemikian rupa hingga membentuk gagasan
sentralnya.
d. Analogi
Bila perbandingan dan pertentangan memberi sejumlah ketidaksamaan dan perbedaan antara dua
hal, maka analogi merupakan perbandingan yang sistematis dari dua hal yang berbeda tetapi
dengan memperlihatkan kesamaan segi atau fungsi dari kedua hal tadi, sekadar sebagai ilustrasi
(Keraf, 2004: 101). Analogi biasanya digunakan untuk membandingkan sesuatu yang tidak atau
kurang dikenal dengan sesuatu yang dikenal baik oleh umum, untuk menjelaskan hal yang
kurang dikenal umum.
e. Contoh
Paragraf yang memiliki pembahasan tertentu pasti terdapat kesukaran dalam memaknai
pembahasan itu. Untuk mengatasi hal tersebut, penulis harus memberikan ilustrasi-ilustrasi
konkret sehingga paragraf itu dapat dipahami oleh pembaca. Jika ilustrasi itu kurang efektif
dalam penjelasan makna pembahasan, maka contoh-contoh konkretpun bisa menjadi metode lain
yang mengambil tempat di dalam paragraf. Dalam hal ini Keraf mengatakan bahwa harus diingat
pula, sebuah contoh sama sekali tidak berfungsi untuk membuktikan pendapat seseorang, tetapi
dipakai sekadar untuk menjelaskan maksud penulis.
f. Proses
Metode proses juga merupakan metode pengembangan paragraf yang mengedepankan suatu
urutan dari tindakan-tindakan atau perubahan-perubahan untuk menciptakan atau menghasilkan
sesuatu atau urutan dari sesuatu kejadian atau peristiwa. (Keraf, 2004: 103). Untuk menyusun
sebuah proses, pertama-tama penulis harus mengetahui perincian-perincian secara menyeluruh.
Kedua, penulis harus memaparkan perincian itu dengan tahap-tahap kejadiannya. Bila tahap-
tahap itu berkaitan dengan waktu, penulis menjelaskannya secara kronologis. Ketiga, sesudah
mengadakan pembagian sebagai yang diuraikan tadi, ia harus menjelaskan tiap tahap dalam
detail yang cukup tegas sehingga pembaca dapat melihat seluruh proses itu dengan jelas.
g. Sebab-Akibat
Paragraf bisa menunjukkan suatu gejala sebab-akibat. Dalam hal ini sebab bisa bertindak sebagai
gagasan utama, sedangkan akibat sebagai perincian pengembangannya. Sebaliknya, akibat bisa
sebagai gagasan utama dan sebab bisa menjadi perinciannya.
h. Umum-Khusus
Kedua cara ini, yaitu umum-khusus dan khusus-umum, merupakan cara yang paling umum untuk
mengembangkan gagasan-gagasan dalam paragraf. Dalam hal yang pertama, gagasan utamanya
diletakkan di awal paragraf, serta pengkhususannya (sebagai perinciannya) terdapat pada
kalimat-kalimat berikutnya dan bisa dilakukan sebaliknya. Jadi, suatu saat bisa deduktif dan bisa
induktif.
i. Klasifikasi
Klasifikasi adalah proses untuk pengelompokan barang-barang yang dianggap memiliki
persamaan tertentu. Klasifikasi bekerja pada mempersatukan satuan-satuan ke dalam suatu
kelompok dan memisahkan kesatuan tadi dari kelompok lain. Klasifikasi atas obyek-obyek yang
konkret tidak banyak mendatangkan kesulitan. Sedangkan jika abstrak, maka akan menimbulkan
kesulitan untuk mempertahankan dasar itu.
j. Definisi Luas
Definisi dalam sebuah paragraf adalah usaha pengarang untuk memberikan penjelasan atau
keterangan terhadap suatu istilah atau hal. Di sini tidak dihadapi pada satu kalimat saja, tetapi
bisa menjadi berkalimat-kalimat, menjadi paragraf, bahkan bisa menjadi wacana dalam buku.
Sebagai contoh adalah pembahasan tentang Demokrasi Pancasila. Untuk mencapai batasan atau
pengertian tentang demokrasi Pancasila, penulis mula-mula memberikan dasar pengertiannya
secara umum. Lalu dijelaskan dan membatasi penjelasan pengertian demokrasi Pancasila.
Semuanya adalah mencapai kebulatan pengertian tentang topik yang dibahas (demokrasi
Pancasila).

2. Tema
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBB1), tema adalah pokok pikiran, dasar cerita
(yang dipercakapkan, dipakai sebagai dasar mengarang, menggubah sajak, dan sebagainya).
Tema jupit merupakan pusat perhatian penerima informasi. Semakin menarik suatu tema, maka
semakin mampu membawa penerima informasi masuk ke dalam pokok pikiran itu. Tema adalah
suatu amanat utama yang disampaikan oleh penulis melalui karangannya (Keraf, 2004: 121).
Dalam pengembangannya, tema dapat menjadi berbagai subtema dan berbagai pokok bahasan.
Pengembangan ini juga bisa menjadi pengubah pembahasan hal yang umum menjadi hal yang
khusus.
Dari segi proses penulisan kita bisa membatasi tema dengan suatu rumusan yang agak
berlainan, walaupun nantinya apa yang dirumuskan itu pada hakekatnya sama saja. Dalam
kenyataan untuk menulis suatu karangan, penulis harus memilih suatu topik atau pokok
pembicaraan. Di atas pokok pembicaraan itulah ia menempatkan suatu tujuan yang ingin
disampaikan dengan landasan lopik tadi. Dengan demikian pada waktu menyusun sebuah tema
atau pada waktu menentukan sebuah tema untuk sebuah karangan ada dua unsur yang paling
dasar dan perlu diketahui yaitu topik atau pokok pikiran dan tujuan yang akan dicapai melalui
topik tadi. Berdasarkan kenyataan ini, pengertian tema dapat dibatasi sebagai: suatu perumusan
dari topik yang akan dijadikan landasan pembicaraan dan tujuan yang akan dicapai melalui topik
tadi.
Hasil perumusan yang kita namakan tema tadi, bisa dinyatakan dalam sebuah kalimat singkat
seperti contoh yang telah dikemukakan di atas. Tetapi tema itu dapat pula mengambil bentuk
yang lebih luas berupa sebuah paragraf, atau berupa rangkaian dari paragraf-paragraf. Bentuk
yang terakhir ini biasanya disamakan dengan ikhtisar, dan kadang-kadang dengan ringkasan.
Antara ringkasan dan tema sebenarnya terdapat perbedaan besar, karena dalam sebuah ringkasan
masih disebutkan para pelaku dengan alur kisahnya (plot) dan sebagainya. Sedangkan tema
hanya merupakan gagasan-gagasan dan amanat yang ingin disampaikan pada para pembaca,
belm dijalin dengan para pelaku, tempat sebagai ruang berlangsungnya peristiwa atau aktivitas
dan interaksi antara para tokohnya.

3. Kerangka Karangan
Sebuah kerangka karangan mengandung rencana pengembangan suatu gagasan secara terperinci.
Kerangka karangan menjamin suatu penyusunan karangan yang logis dan runtut sesuai topik
yang diutarakan. Keraf (2004: 149) kerangka karangan adalah suatu rencana kerja yang memuat
garis-garis besar dari suatu karangan yang akan dikerjakan. Pada umumnya para penulis,
pertama-tama harus membuat bagan atau rencana kerja, yang setiap kali dapat mengalami
perbaikan dan penyempurnaan hingga mencapai sebuah bentuk yang sempurna. Untuk membuat
perencanaan semacam itu diperlukan sebuah metode yang teratur, sehingga pada waktu
menyusun bagian-bagian dari topik yang akan dikerjakan itu dapat dilihat hubungan yang jelas
antara satu bagian dengan bagian yang lain, bagian mana yang sudah baik dan bagian mana yang
masih memerlukan perbaikan.
a. Manfaat Kerangka Karangan
 Memudahkan penyusunan karangan sehingga menjadi lebih teratur
 Memudahkan penempatan antara bagian karangan yang penting dengan yang kurang
penting
 Menghindari penggarapan sebuah topik sampai dua kali atau lebih
 Memudahkan penulis untuk mencari materi pembantu
b. Penyusunan Kerangka Karangan
 Merumuskan tema
 Mengadakan inventarisasi topik-topik bawahan yang dianggap merupakan perincian dari
tesis atau pengungkapan maksud tadi
 Penulis berusaha mengadakan evaluasi semua topik yang telah tercatat pada langkah
kedua diatas
c. Pola Susunan Kerangka Karangan
 Pola Alamiah
Susunan atau pola alamiah adalah suatu urutan unit-unit kerangka karangan sesuai
dengan keadaan yang nyata di alam.
- Urutan waktu (kronologis): urutan yang didasarkan runtunan peristiwa atau tahap-
tahap kejadian
- Urutan ruang (spasial): urutan penyajian suatu keadaan atau benda, yang disusun
berdasarkan urutan keruangan
- Topik yang ada: suatu pola peralihan yang dapat dimasukkan dalam pola alamiah
adalah urutan berdasarkan topik yang ada
 Pola Logis
Tanggapan yang sesuai dengan jalan fikiran untuk menemukan landasan bagi setiap
persoalan, mampu dituang dalam suatu susunan atau urutan logis.
- Urutan klimaks dan anti klimaks: bila bagian penting itu ditempatkan dibagian akhir,
maka urutan ini disebut klimaks. Sebaliknya, apabila bagian yang dianggap penting
itu dikemukakan pada awal pembahasan, maka hal itu disebut urutan antiklimaks.
- Urutan kausal: mencakup dua pola, yaitu urutan sebab-akibat dan akibat-sebab. Pada
pola yang pertama, masalah utama dianggap sebagai sebab. Kemudian dilanjutkan
dengan perincian-perincian yang merupakan akibat- akibatnya. Pola yang kedua
masalah utama dianggap sebagai akibat dilanjutkan kemudian dengan perincian-
perincian yang berusaha mencari sebab-sebabnya.
- Urutan pemecahan masalah: penyusunan kerangka karangan dimulai dengan
penyajian masalah kemudian bergerak menuju kesimpulan umum atau pemecahan
atas masalah itu.
- Urutan umum-khusus: terdiri dari dua corak, yaitu dari umum ke khusus dan dari
khusus ke umum. Urutan yang bergerak dari umum ke khusus, pertama-tamii
diperkenalkan sesuatu yang umum kemudian diikuti oleh uraian-uraian khusus.
Urutan khusus umum merupakan kebalikan dari pola diatas.
- Urutan familiaritas: dimulai dengan mengemukakan sesuatu yang sudah dikenal,
kemudian berangsur-angsm pindah ke hal-hal yang kurang dikenal atau belum
dikenal.
- Urutan akseptabilitas: mempersoalkan apakah suatu gagasan diterima atau tidak oleh
para pembaca, apakah suatu pendapat disetujui atau tidak oleh para pembaca.
d. Macam-macam Kerangka Karangan
 Berdasarkan Perinciannya
- Kerangka karangan sementara atau non formal: kerangkn karangan yang masih
berubah sesuai dengan proses, baik pada saat dirujuk kembali pada topik maupun
pada sanl proses menulis sedang berlangsung.
- Kerangka karangan formal: kerangka karangan yang sudah mantap, tidak akan
berubah lagi.
 Berdasarkan Perumusan Teksnya
- Kerangka kalimat: kerangka kalimat yang unit-unitnya ditulis dalam perumusan
kalimat
- Kerangka karangan topik: kerangka karangan yang unit unitnya ditulis dalam
perumusan kata atau frasa
e. Penerapan Penyusunan
Untuk menerapkan cara penyusunan kerangka karangan dengam mempergunakan semua
persyaratan sebagai telah dikemukakan diatas. Sedangkan untuk memudahkan uraian
mengerntl penerapan ini contoh yang dikemukakan akan dikerjakan dalnm bentuk kerangka
sementara berbentuk kerangka kalimnl kemudian kerangka sementara itu dikembangkan
dengan langsung mengemukakan bentuknya dalam kerangka formal yang dirumuskan
dengan kata atau frasa.
f. Syarat-syarat Kerangka yang Baik
 Tesis atau pengungkapan maksud harus jelas
Tesis atau pengungkapan maksud merupakan tema dari karangan yang akan dikerjakan.
Sebab itu perumusan tesis atau pengungkapan maksud harus dirumuskan dengan jelas
dalam struktur kalimat yang baik, jelas menampilkan topik mana yang dijadikan landasan
uraian dan tujuan mana yang akan dicapai oleh landasan tadi. Tesis atau pengungkapan
maksud yang akan mengarahkan kerangka karangan itu.
 Tiap unit dalam kerangka karangan hanya mengandung satu gagasan karena tiap unit
dalam kerangka karangan, baik unit atasan maupun unit bawahan, tidak boleh
mengandung lebih dari satu gagasan pokok, maka akibatnya tidak boleh ada unit yang
dirumuskan dalam dua kalimat, atau dalam kalimat majemuk setara, atau kalimat
majemuk bertingkat, atau dalam frasa koordinatif. Bila ada dua atau tiga pokok
dimasukkan bersama-sama dalam satu symbol yang sama, maka hubungan strukturnya
tidak akan tampak jelas. Bila terjadi hal yang demikian maka unit itu harus segera
direvisi. Bila kedua gagasan itu berada dalam keadaan setara, maka masing-masingnya
harus ditempatkan dalam urutan symbol yang sama derajatnya. Bila terdapat gagasan-
gagasan yang tidak setara, maka ide-ide yang berbeda tingkatnya itu harus ditempatkan
dalam simbol-simbol yang berlainan derajatnya.
 Pokok-pokok dalam kerangka karangan harus disusun secara logis
Persoalan-persoalan atau topik-topik yang dicatat di bawah judul-judul atasan, harus
sungguh-sungguh bersifat bawahan dan tidak boleh sama atau lebih tinggi dari judul
atasannya. Dan lebih lagi tidak boleh ada sebuah pokok bawahan yang ditempatkan
dibawah sebuah pokok atasan tetapi sama sekali tidak mempunyai hubungan dengan
pokok atasan itu. Tiap pokok bawahan harus secara langsung dan logis menunjang atau
memperkuat pokok atasannya. Oleh sebab itu kerangkn karangan yang disusun secara
logis dan teratur mempersoalkan tiga hal, yaitu:
- Apakah tiap unit yang lebih tinggi telah diperinci secara maksimal;
- Apakah tiap perincian mempunyai hubungan langsung dengan unit atasan langsungnya;
- Apakah urutan perincian itu sudah baik dan teratur.
 Harus mempergunakan pasangan symbol yang konsisten
Penggunaan pasangan symbol yang konsisten mencakup dua hal yaitu pemakaian angka
dan huruf sebagai penanda tingkatan dan urutan unit-unitnya, dan tipografi yaitu
penempatan angka dan huruf penanda tingkatan dan teks dari tiap unit kerangka
karangan.

B. Merujuk dan menulis daftar rujukan, tabel, dan gambar (model UM dan model non-
UM)

1. Cara Merujuk
Perujukan dilakukan dengan menggunakan nama akhir dari penulis buku rujukan dan
tahun di antara dua tanda kurung. Jika ada dua penulis atau lebih, perujukan dilakukan
dengan cara menyebut nama pertama dari penulis rujukan tersebut diikuti dengan dkk (dan
kawan-kawan). Jika nama penulis tidak disebutkan, maka yang disebutkan adalah nama
instansi penerbitan, nama koran, atau nama dokumen yang diterbitkan. Rujukan dari dua
sumber atau lebih yang ditulis oleh penulis yang berbeda dicantumkan dalam suatu tanda
kurung dengan titik koma sebagai tanda pemisahnya. Penulisan daftar rujukan harus sesuai
urutan abjad dari atas ke bawah (ascending). Penyusunan daftar rujukan tidak menggunakan
huruf atau angka. Selanjutnya, jarak penyusunan menggunakan spasi.
2. Cara Menulis Kutipan Langsung dan Tidak Langsung
a. Kutipan Langsung
 Kutipan kurang dari 40 kata. Contoh:
Soebronto (1990: 123) menyimpulkan, “ada hubungan yang erat antara faktor sosial
ekonomi dengan kemajuan belajar.” atau juga bisa ditulis demikian:
Kesimpulan dari penelitian tersebut adalah “ada hubungan yang erat antara faktor
sosial ekonomi dengan kemajuan belajar” (Soebronto, 1990: 123).
 Kutipan 40 Kata atau Lebih. Contoh:
Smith (1990: 276) menarik kesimpulan sebagai berikut. The ‘placebo effect’, which
had been verified in previous studies, dissappeared when behaviours were studied in
this manner. Furthemore, the behaviors were never exhibited again, even when real
drugs were administred. Earlier studies were clearly premature in attributing the
results to a placebo effect.
 Kutipan yang Sebagian Dihilangkan. Contoh:
“Semua pihak yang terlibat dalam pelaksanaan pendidikan di sekolah ... diharapkan
sudah melaksanakan kurikulum baru” (Manan, 1995:278).
b. Kutipan Tidak Langsung. Contoh:
Salimin (1990: 13) tidak menduga bahwa mahasiswa tahun ketiga lebih baik daripada
mahasiswa tahun keempat. Atau Mahasiswa tahun ketiga ternyata lebih baik daripada
mahasiswa tahun keempat (Salimin, 1990: 13)

3. Cara Menulis Daftar Rujukan


Daftar rujukan merupakan daftar yang berisi buku, makalah, artikel, atau bahan lainnya yang
dikutip baik secara langsung maupun tidak langsung. Pada dasarnya, unsur yang ditulis pada
daftar rujukan secara berturut-turut meliputi: (1) nama penulis yang ditulis berurutan dari nama
belakang, nama awal, lalu nama tengah tanpa gelar akademik, (2) tahun penerbitan, (3) judul
rujukan ditulis bercetak miring (termasuk subjudul), (4) kota penerbit, dan (5) nama penerbit.
Unsur-unsur itu bervariasi tergantung pada jenis rujukannya. Berikut tata cara menulis daftar
rujukan sesuai yang ada pada Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (PPKI) yang diterbitkan oleh
Universitas Negeri Malang (UM):
a. Rujukan dari buku.
Contoh:
Keraf, G. 2004. Komposisi: Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa. Semarang: Bina Putra
Alvesson, M. & Skoldberg, K. 2000. Reflexive Methodology: New Vitas for Qualitiative
Research. London: Sage Publications
b. Rujukan dari Buku yang Berisi Kesimpulan Artikel yang Ada Editornya.
Contoh:
Soelaiman, D.A. (Ed.). 2003. Warisan Budaya Melayu Aceh. Banda Aceh: Pusat Studi Melayu-
Aceh (PUSMA).
Darling-Hammond, L., Bamsford, J., Le Page, P., Hammemess, K. & Duffy, H. (Eds.) 2005.
Preparing Teachers for a Changing World. San Fransisco, CA: Jossey-Bass.
c. Rujukan dari Artikel dalam Buku Kumpulan Artikel yang Ada Editornya.
Contoh:
Margono. 2007. Manajemen Jurnal Ilmiah. Dalam M.G. Waseso & A. Saukah (Eds.),
Menerbitkan Jumal Ilmiah (hlm. 41-59). Malang: Penerbit Universitas Negeri Malang.
d. Rujukan Berupa Buku yang Ada Editornya.
Contoh:
Marzuki, M.S. 2009. Dimensi-dimensi Pendidikan Nonformal (M.G. Waseso, Ed.). Malang:
Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang.
e. Rujukan Berupa Buku Lebih dari Satu Jilid.
Contoh:
Cahyono, C.H. 2006. Ensiklopedia Politik (volume 3), Surabmn Usaha Nasional.
f. Rujukan dari Buku yang Berasal dari Perpustakaan Elektronik.
Contoh:
Healey, C. 1999. The Care of Wounds: A Guide for Nurses. Oxford: Blackwell Science. Dari
NetLibrary, (Online), (http://www.metlibrary.com), diakses 24 Agustus 2007.
g. Rujukan Berupa Buku yang Tidak Diketahui Nama Pengarangnya.
Contoh:
Longman Dictionary of the English Language. 1984. Harlow, Essex: Longman.
h. Rujukan dari Artikel dalam Jurnal Tercetak.
Contoh:
Wiyono, M. 2009. Profesionalisme Dosen dalam Program Penjaminan Mutu. Jurnal Ilmu
Pendidikan, 16(1): 51:58.
i. Rujukan dari Artikel dalam Internet Berbasis Jumal Tercetak.
Contoh:
Mappiare-AT, A., Ibrahim, A.S. & Sudjiono, 2009. Budaya Konsumsi Remaja-Pelajar di Tiga
Kota Metropolitan Pantai Indonesia. Jurnal Ilmu Pendidikan, (Online), 16 (1): 12-21,
(http://www.um.ac.id), diakses 25 Desember 2009.
j. Rujukan dari Artikel dalam Jurnal Elektronik Saja (Tidak Berbasis Cetak).
Contoh:
DeMarie, D. 2001. A Trip ti the Zoo: Children’s Worda and Photographs. Early Chilhood
Research and Practice, 3 (1). (Online), (http://ecrp.uiue.edu/v2nl/demarie.html), diakses
30 Agustus 2001.
k. Rujukan dari Artikel dalam Jurnal dari CD-ROM.
Contoh:
Krashen, S., Long, M. & Scareella, R. 1979. Age, Rate and Eventual Attainment in Second
Language Acquisition. TESOL Quarterly, 13: 573-582 (CD-ROM: TESOL Quarterly-
Digital, 1997).
l. Rujukan dari Kumpulan Abstrak Tercetak.
Contoh:
Collins, J. 1993. Immigrant Families in Australia, Journal of Comparative Family Studies, 24
(3): 291-315. Abstrak diperoleh dari Multicultural Education Abstracts, 1995, M, Abstract
No. 95M/064.
m. Rujukan dari Artikel dalam Majalah atau Koran.
Contoh :
Catur, S. 14 Juli 2010. HKTI dalam Sandra Parpol. Jawa Pos, hlm. 4
n. Rujukan dari Koran Tanpa Penulis.
Contoh :
Kompas, 23 Januari 2004. Ijazah Penyetaraan Paket C Rawan Manipulasi. hlm. 12.
o. Rujukan dari Dokumen Resmi Pemerintah yang Diterbitkan oleh Suatu Penerbit (Tanpa
Penulis dan Tanpa Lembaga).
Contoh :
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
1990. Jakarta: PT Armas DutaJaya.
p. Rujukan dari Dokumen Resmi Pemerintah yang Diambil dari Internet.
Contoh:
Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jaringan
Dokumentasi dan Informasi Hukum Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia.
(Online), (http://www.jdih.bpk.go.id), diakses 25 September 2008
q. Rujukan dari lembaga yang ditulis atas nama lembaga tersebut.
Contoh:
Dirjen Kelembagaan Agama Islam. 2002. Pedoman Pondok Pesantren. Jakarta: Departemen
Agama RI.
r. Rujukan dari Lembaga yang Ditulis oleh Satu atau Beberapn Orang Atas Nama Lembaga
Tersebut.
Contoh:
Suwahyono, N., Fumomowati, S. & Ginting, M. 2002. Pedoman Penampilan Majalah Ilmiah
Indonesia. Jakarta: PDII-LIPI.
s. Rujukan Berupa Karya Terjemahan.
Contoh:
Cochran, W.G. Tanpa Tahun. Teknik Penarikan Sampel. Terjemahan Rudiansyah, 2005. Jakarta:
Universitas Indonesia Press.
t. Rujukan Berupa Skripsi, Tesis, atau Disertasi.
Contoh:
Meter, G.I. 2003. Hubungan antara Perilaku Kepemimpinan, Iklim Sekolah dan Profesionalisme
Guru dengan Motivasi Kerja Guru pada SMU Negeri di Provinsi Bali. Disertasi tidak
diterbitkan. Malang: PPS UM.
u. Rujukan Berupa Makalah yang Disajikan dalam Seminar, Penataran atau Lokakarya.
Contoh:
Suwono, H. 2005. Survei Implementasi Penilaian Berbaris Kelas Pembelajaran Sains Sekolah
Dasar di Kota Batu. Makalah disajikan dalam Seminar Nasional Biologi dan
pembelajarannya, Jurusan Biologi FMIPA UM, Malang, 3 Desember.
v. Rujukan berupa Makalah yang diseminarkan dan Dimuat di Internet
Contoh:
Schafer, M. & Moody, M. 2003. Designing Accountabilty Assessments for Teaching. Makalah
disajikan pada the Annual Meeting of the National Council of Measurement in Education,
Chicago 22 April 2003. Dalam Eric database, (Online), (http://www.erics), diakses 3 Mei
2015.
w. Rujukan dari Internet berupa karya Individual.
Contoh:
Noor, I.H.M., 2006. Model Pelatihan Guru dalam Menerapkan Kurikulum Bahasa Inggris,
(Online), (http:// www.depdiknas.go.id), diakses 14 Mei 2006.
x. Rujukan dari Internet berupa Bahan Diskusi.
Contoh:
Wilson, D. 20 November 1995. Summary of Citting Internet Sites, NETTRAIN Discussion List,
(Online), (NETRAIN@ubvm.cc.buffalo.edu), diakses 22 November 1995.
y. Rujukan dari Internet Berupa Email Pribadi.
Contoh:
Davis, A. (a.davis@uwts.edu.au). 10 Juni 1996. Learning to Use Web Authoring Tools. E-mail
kepada Alison Hunter (huntera@usq.edu.au).
z. Rujukan Artikel Jurnal dari Kumpulan Artikel pada Internet.
Contoh:
Brimi, H. 2009. Academic Intructors or Moral Guides in America and the Teachers Dilemma.
The Clearing House, 82(3) hlm. 125, (Online), dalam Proquest (http://proquest.umi.com),
diakses 6 Februari 2010.
aa. Rujukan Berupa Catatan Kuliah yang Dimuat di Internet.
Contoh:
Bond, T. 2004. ED1401: Chilhood and Adolescence, Catalan Minggu ke-12, (Online),
(http://learnjeu2004.jcu.edu.au), diakses 23 Februari 2005.
bb. Rujukan Berupa Surat Elektronik yang Ditujukan kepada Kelompok.
Contoh:
Smith, M. 11 Maret 2001. Northern and Italian Renaissance. Pesim ini disampaikan kepada
kelompok (http://groups.google.com/messagel3), 11 Maret 2007.
cc. Rujukan Karya Audio/Visual/Audiovisual.
Contoh:
Dewa, 2004. Laskar Cinta, (Kaset Rekaman). Jakarta: Ahmad Dhani Production-PT Aquarius
Musikindoreg.

4. Tabel dan Gambar


a. Penulisan Tabel
Penggunaan Tabel adalah salah satu cara sistematis untuk menyajikan data statistik dalam
kolom-kolom dan lajur sesuai klasifikasi masalah. Dengan mengunakan tabel pembaca
akan cepat memahami dan menafsirkan data. Tabel yang baik seharusnya sederhama dan
dipusatkan pada beberapa ide. Jika tabel cukup besar (lebih dari setengah halaman), maka
tabel harus ditempatkan pada halaman tersendiri. Jika tabel cukup pendek sebaiknya
diintregasikan dengan teks. Tabel harus diberi identitas (berupa nomot dan judul tabel)
dan ditempatkan diatas tabel. Kata “Tabel” ditulis dipinggir, diikuti nomor dan judul
tabel. Judul tabel ditulis dengan huruf besar pada huruf pertama setiap kata kecuali kata
hubung. Judul tabel tanpa diakhiri tanda titik.
Contoh:
Tabel 4.1. Tingkat Motivasi Berprestasi Mahasiswa IKIP Malang tahun 1995
b. Penyajian Gambar
Istilah gambar mengacu kepada foto, grafik, chart, diagram, dan gambar lainnya. Gambar
dapat memudahkan pembacanya. Gambar tidak harus dimaksudkan untuk membangun
deskripsi, tetapi dimaksudkan untuk menekankan hubungan tertentu yang signifikan.
Gambar juga dapat menyajikan data statistik berbentuk grafik. Pedoman penggunaan
gambar:
 Judul gambar ditempatkan dibawah gambar, bukan diatasnya. Cara penulisan judul
gambar sama denga penulisan tabel
 Gambar harus sederhana
 Gambar harus digunakan dengan hemat
 Gambar yang memakan tempat lebih harus ditempatkan pada halaman tersendiri
 Gambar diacu dengan menggunakan angka, bukan dengan gambar diatas atau
dibawah
 Gambar dinomori dengan menggunakan angka Arab seperti pada penomoran table.
DAFTAR RUJUKAN

Keraf, G. 2004. Komposisi: Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa. Semarang: Bina Putera

Saukah, Ali, dkk. 2010. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Edisi V). Malang: UM Press

Wikipedia.____. Daftar Pustaka, (Online), (http://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_pustaka), diakses


pada 7 Mei 2017

Anda mungkin juga menyukai