1. Pengembangan Paragraf
Menurut Keraf (2004: 94), perkembangan dan pengembangan paragraf atau paragraf
mencakup dua persoalan utama. Pertama, kemampuan memperinci secara maksimal gagasan-
gagasan utama paragraf ke dalam gagasan-gagasan bawahan. Kedua, kemampuan mengurutkan
gagasan-gagasan bawahan ke dalam suatu urutan yang teratur. Setiap paragraf memiliki gagasan
utama yang mengawali atau menyimpulkan seisi paragraf. Gagasan utama diperjelas pada
gagasan bawahan yang melengkapi isi suatu paragraf.
Untuk mengembangkan sebuah paragraf, baik untuk memperinci gagasan utama atau untuk
mengurutkan perincian-perincian secara teratur, dikembangkanlah berbagai metode
pengembangan. Metode-metode itu digunakan secara spesifik tergantung pada sifat-sifat paragraf
itu sendiri. Keraf (2004: 94) selanjutnya dipaparkan bahwa dasar pengembangan paragraf dapat
terjadi disebabkan oleh adanya hubungan alamiah, hubungan logis, dan ilustrasi-ilustrasi.
Hubungan alamiah didasarkan pada kejadian dan kenyataan yang ada di alam (urutan kejadian,
urutan tempat atau sudut pandang), sedangkan hubungan logis didasarkan pada teori-teori atau
gagasan-gagasan penulis atas relasi dari perincian-perincian itu.
Di bawah ini merupakan metode-metode pengembangan paragraf sesuai dengan dasar
pembentukan paragraf tersebut sesuai yang dipaparkan Keraf (2004: 95), antara lain:
2. Tema
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBB1), tema adalah pokok pikiran, dasar cerita
(yang dipercakapkan, dipakai sebagai dasar mengarang, menggubah sajak, dan sebagainya).
Tema jupit merupakan pusat perhatian penerima informasi. Semakin menarik suatu tema, maka
semakin mampu membawa penerima informasi masuk ke dalam pokok pikiran itu. Tema adalah
suatu amanat utama yang disampaikan oleh penulis melalui karangannya (Keraf, 2004: 121).
Dalam pengembangannya, tema dapat menjadi berbagai subtema dan berbagai pokok bahasan.
Pengembangan ini juga bisa menjadi pengubah pembahasan hal yang umum menjadi hal yang
khusus.
Dari segi proses penulisan kita bisa membatasi tema dengan suatu rumusan yang agak
berlainan, walaupun nantinya apa yang dirumuskan itu pada hakekatnya sama saja. Dalam
kenyataan untuk menulis suatu karangan, penulis harus memilih suatu topik atau pokok
pembicaraan. Di atas pokok pembicaraan itulah ia menempatkan suatu tujuan yang ingin
disampaikan dengan landasan lopik tadi. Dengan demikian pada waktu menyusun sebuah tema
atau pada waktu menentukan sebuah tema untuk sebuah karangan ada dua unsur yang paling
dasar dan perlu diketahui yaitu topik atau pokok pikiran dan tujuan yang akan dicapai melalui
topik tadi. Berdasarkan kenyataan ini, pengertian tema dapat dibatasi sebagai: suatu perumusan
dari topik yang akan dijadikan landasan pembicaraan dan tujuan yang akan dicapai melalui topik
tadi.
Hasil perumusan yang kita namakan tema tadi, bisa dinyatakan dalam sebuah kalimat singkat
seperti contoh yang telah dikemukakan di atas. Tetapi tema itu dapat pula mengambil bentuk
yang lebih luas berupa sebuah paragraf, atau berupa rangkaian dari paragraf-paragraf. Bentuk
yang terakhir ini biasanya disamakan dengan ikhtisar, dan kadang-kadang dengan ringkasan.
Antara ringkasan dan tema sebenarnya terdapat perbedaan besar, karena dalam sebuah ringkasan
masih disebutkan para pelaku dengan alur kisahnya (plot) dan sebagainya. Sedangkan tema
hanya merupakan gagasan-gagasan dan amanat yang ingin disampaikan pada para pembaca,
belm dijalin dengan para pelaku, tempat sebagai ruang berlangsungnya peristiwa atau aktivitas
dan interaksi antara para tokohnya.
3. Kerangka Karangan
Sebuah kerangka karangan mengandung rencana pengembangan suatu gagasan secara terperinci.
Kerangka karangan menjamin suatu penyusunan karangan yang logis dan runtut sesuai topik
yang diutarakan. Keraf (2004: 149) kerangka karangan adalah suatu rencana kerja yang memuat
garis-garis besar dari suatu karangan yang akan dikerjakan. Pada umumnya para penulis,
pertama-tama harus membuat bagan atau rencana kerja, yang setiap kali dapat mengalami
perbaikan dan penyempurnaan hingga mencapai sebuah bentuk yang sempurna. Untuk membuat
perencanaan semacam itu diperlukan sebuah metode yang teratur, sehingga pada waktu
menyusun bagian-bagian dari topik yang akan dikerjakan itu dapat dilihat hubungan yang jelas
antara satu bagian dengan bagian yang lain, bagian mana yang sudah baik dan bagian mana yang
masih memerlukan perbaikan.
a. Manfaat Kerangka Karangan
Memudahkan penyusunan karangan sehingga menjadi lebih teratur
Memudahkan penempatan antara bagian karangan yang penting dengan yang kurang
penting
Menghindari penggarapan sebuah topik sampai dua kali atau lebih
Memudahkan penulis untuk mencari materi pembantu
b. Penyusunan Kerangka Karangan
Merumuskan tema
Mengadakan inventarisasi topik-topik bawahan yang dianggap merupakan perincian dari
tesis atau pengungkapan maksud tadi
Penulis berusaha mengadakan evaluasi semua topik yang telah tercatat pada langkah
kedua diatas
c. Pola Susunan Kerangka Karangan
Pola Alamiah
Susunan atau pola alamiah adalah suatu urutan unit-unit kerangka karangan sesuai
dengan keadaan yang nyata di alam.
- Urutan waktu (kronologis): urutan yang didasarkan runtunan peristiwa atau tahap-
tahap kejadian
- Urutan ruang (spasial): urutan penyajian suatu keadaan atau benda, yang disusun
berdasarkan urutan keruangan
- Topik yang ada: suatu pola peralihan yang dapat dimasukkan dalam pola alamiah
adalah urutan berdasarkan topik yang ada
Pola Logis
Tanggapan yang sesuai dengan jalan fikiran untuk menemukan landasan bagi setiap
persoalan, mampu dituang dalam suatu susunan atau urutan logis.
- Urutan klimaks dan anti klimaks: bila bagian penting itu ditempatkan dibagian akhir,
maka urutan ini disebut klimaks. Sebaliknya, apabila bagian yang dianggap penting
itu dikemukakan pada awal pembahasan, maka hal itu disebut urutan antiklimaks.
- Urutan kausal: mencakup dua pola, yaitu urutan sebab-akibat dan akibat-sebab. Pada
pola yang pertama, masalah utama dianggap sebagai sebab. Kemudian dilanjutkan
dengan perincian-perincian yang merupakan akibat- akibatnya. Pola yang kedua
masalah utama dianggap sebagai akibat dilanjutkan kemudian dengan perincian-
perincian yang berusaha mencari sebab-sebabnya.
- Urutan pemecahan masalah: penyusunan kerangka karangan dimulai dengan
penyajian masalah kemudian bergerak menuju kesimpulan umum atau pemecahan
atas masalah itu.
- Urutan umum-khusus: terdiri dari dua corak, yaitu dari umum ke khusus dan dari
khusus ke umum. Urutan yang bergerak dari umum ke khusus, pertama-tamii
diperkenalkan sesuatu yang umum kemudian diikuti oleh uraian-uraian khusus.
Urutan khusus umum merupakan kebalikan dari pola diatas.
- Urutan familiaritas: dimulai dengan mengemukakan sesuatu yang sudah dikenal,
kemudian berangsur-angsm pindah ke hal-hal yang kurang dikenal atau belum
dikenal.
- Urutan akseptabilitas: mempersoalkan apakah suatu gagasan diterima atau tidak oleh
para pembaca, apakah suatu pendapat disetujui atau tidak oleh para pembaca.
d. Macam-macam Kerangka Karangan
Berdasarkan Perinciannya
- Kerangka karangan sementara atau non formal: kerangkn karangan yang masih
berubah sesuai dengan proses, baik pada saat dirujuk kembali pada topik maupun
pada sanl proses menulis sedang berlangsung.
- Kerangka karangan formal: kerangka karangan yang sudah mantap, tidak akan
berubah lagi.
Berdasarkan Perumusan Teksnya
- Kerangka kalimat: kerangka kalimat yang unit-unitnya ditulis dalam perumusan
kalimat
- Kerangka karangan topik: kerangka karangan yang unit unitnya ditulis dalam
perumusan kata atau frasa
e. Penerapan Penyusunan
Untuk menerapkan cara penyusunan kerangka karangan dengam mempergunakan semua
persyaratan sebagai telah dikemukakan diatas. Sedangkan untuk memudahkan uraian
mengerntl penerapan ini contoh yang dikemukakan akan dikerjakan dalnm bentuk kerangka
sementara berbentuk kerangka kalimnl kemudian kerangka sementara itu dikembangkan
dengan langsung mengemukakan bentuknya dalam kerangka formal yang dirumuskan
dengan kata atau frasa.
f. Syarat-syarat Kerangka yang Baik
Tesis atau pengungkapan maksud harus jelas
Tesis atau pengungkapan maksud merupakan tema dari karangan yang akan dikerjakan.
Sebab itu perumusan tesis atau pengungkapan maksud harus dirumuskan dengan jelas
dalam struktur kalimat yang baik, jelas menampilkan topik mana yang dijadikan landasan
uraian dan tujuan mana yang akan dicapai oleh landasan tadi. Tesis atau pengungkapan
maksud yang akan mengarahkan kerangka karangan itu.
Tiap unit dalam kerangka karangan hanya mengandung satu gagasan karena tiap unit
dalam kerangka karangan, baik unit atasan maupun unit bawahan, tidak boleh
mengandung lebih dari satu gagasan pokok, maka akibatnya tidak boleh ada unit yang
dirumuskan dalam dua kalimat, atau dalam kalimat majemuk setara, atau kalimat
majemuk bertingkat, atau dalam frasa koordinatif. Bila ada dua atau tiga pokok
dimasukkan bersama-sama dalam satu symbol yang sama, maka hubungan strukturnya
tidak akan tampak jelas. Bila terjadi hal yang demikian maka unit itu harus segera
direvisi. Bila kedua gagasan itu berada dalam keadaan setara, maka masing-masingnya
harus ditempatkan dalam urutan symbol yang sama derajatnya. Bila terdapat gagasan-
gagasan yang tidak setara, maka ide-ide yang berbeda tingkatnya itu harus ditempatkan
dalam simbol-simbol yang berlainan derajatnya.
Pokok-pokok dalam kerangka karangan harus disusun secara logis
Persoalan-persoalan atau topik-topik yang dicatat di bawah judul-judul atasan, harus
sungguh-sungguh bersifat bawahan dan tidak boleh sama atau lebih tinggi dari judul
atasannya. Dan lebih lagi tidak boleh ada sebuah pokok bawahan yang ditempatkan
dibawah sebuah pokok atasan tetapi sama sekali tidak mempunyai hubungan dengan
pokok atasan itu. Tiap pokok bawahan harus secara langsung dan logis menunjang atau
memperkuat pokok atasannya. Oleh sebab itu kerangkn karangan yang disusun secara
logis dan teratur mempersoalkan tiga hal, yaitu:
- Apakah tiap unit yang lebih tinggi telah diperinci secara maksimal;
- Apakah tiap perincian mempunyai hubungan langsung dengan unit atasan langsungnya;
- Apakah urutan perincian itu sudah baik dan teratur.
Harus mempergunakan pasangan symbol yang konsisten
Penggunaan pasangan symbol yang konsisten mencakup dua hal yaitu pemakaian angka
dan huruf sebagai penanda tingkatan dan urutan unit-unitnya, dan tipografi yaitu
penempatan angka dan huruf penanda tingkatan dan teks dari tiap unit kerangka
karangan.
B. Merujuk dan menulis daftar rujukan, tabel, dan gambar (model UM dan model non-
UM)
1. Cara Merujuk
Perujukan dilakukan dengan menggunakan nama akhir dari penulis buku rujukan dan
tahun di antara dua tanda kurung. Jika ada dua penulis atau lebih, perujukan dilakukan
dengan cara menyebut nama pertama dari penulis rujukan tersebut diikuti dengan dkk (dan
kawan-kawan). Jika nama penulis tidak disebutkan, maka yang disebutkan adalah nama
instansi penerbitan, nama koran, atau nama dokumen yang diterbitkan. Rujukan dari dua
sumber atau lebih yang ditulis oleh penulis yang berbeda dicantumkan dalam suatu tanda
kurung dengan titik koma sebagai tanda pemisahnya. Penulisan daftar rujukan harus sesuai
urutan abjad dari atas ke bawah (ascending). Penyusunan daftar rujukan tidak menggunakan
huruf atau angka. Selanjutnya, jarak penyusunan menggunakan spasi.
2. Cara Menulis Kutipan Langsung dan Tidak Langsung
a. Kutipan Langsung
Kutipan kurang dari 40 kata. Contoh:
Soebronto (1990: 123) menyimpulkan, “ada hubungan yang erat antara faktor sosial
ekonomi dengan kemajuan belajar.” atau juga bisa ditulis demikian:
Kesimpulan dari penelitian tersebut adalah “ada hubungan yang erat antara faktor
sosial ekonomi dengan kemajuan belajar” (Soebronto, 1990: 123).
Kutipan 40 Kata atau Lebih. Contoh:
Smith (1990: 276) menarik kesimpulan sebagai berikut. The ‘placebo effect’, which
had been verified in previous studies, dissappeared when behaviours were studied in
this manner. Furthemore, the behaviors were never exhibited again, even when real
drugs were administred. Earlier studies were clearly premature in attributing the
results to a placebo effect.
Kutipan yang Sebagian Dihilangkan. Contoh:
“Semua pihak yang terlibat dalam pelaksanaan pendidikan di sekolah ... diharapkan
sudah melaksanakan kurikulum baru” (Manan, 1995:278).
b. Kutipan Tidak Langsung. Contoh:
Salimin (1990: 13) tidak menduga bahwa mahasiswa tahun ketiga lebih baik daripada
mahasiswa tahun keempat. Atau Mahasiswa tahun ketiga ternyata lebih baik daripada
mahasiswa tahun keempat (Salimin, 1990: 13)
Keraf, G. 2004. Komposisi: Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa. Semarang: Bina Putera
Saukah, Ali, dkk. 2010. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Edisi V). Malang: UM Press