Anda di halaman 1dari 3

3.

ISLAM SEBAGAI NORMA


1. D A L I L KEHIDUPAN
Islam adalah agama yang diturunkan oleh Allah untuk memberi petunjuk kepada
"dan Sesungguhnya kamu benar-benar manusia jalan mana yang harus ditempuh dalam meniti dan menata kehidupan,
berbudi pekerti yang agung". (Qs. Al sehingga tercipta suatu tatanan hidup yang selaras dengan sunnatullah (hukum
Allah yang berlaku untuk alam semesta); yang berlaku secara tetap dan umum.
Qalam/68:4) Islam menetapkan norma- norma kehidupan itu sebagai ukuran standard untuk
menentukan apakah suatu perbuatan yang dilakukan oleh manusia itu, baik
secara individu atau bersama-sama, sudah benar atau tidak. Demikian pula,
secara individu atau bersama-sama, manusia dapat memastikan apakah
tindakan yang diambilnya itu benar atau salah.

2. PERSOALAN BAIK-BURUK
DAN BENAR-SALAH

A. Perlunya Norma dan Standar Moral


4. AKHLAK: DIMENSI
Untuk itulah dalam meniti dan menata kehidupan itu, kita MORAL AJARAN ISLAM
memerlukan norma; kita memerlukan standar ukuran untuk

BAB

LAK
menentukan secara obyektif apakan perbuatan dan tindakan yang Akhlak merupakan dimesi ke tiga dari ajaran Islam setelah aqidah dan
kita pilih itu baik atau tidak, benar atau salah sehingga yang syariah. Akidah menyangkut masalah-masalah yang harus diimani dan
terperhatikan bukan lagi kepentingan diri kita sendiri saja, diyakini oleh manusia sebagai sesuatu yang hakiki. Syariah menyangkut
melainkan juga kepentingan orang lain, kepentingan bersama, ketentuan-ketentuan berbuat dalam menata hubungan dengan Allah dan
kepentingan umat manusia secara keseluruhan. Dan untuk itu, dengan sesama makluk. Sedangkan akhlak menyangkut masalah-masalah
setiap individu dituntut memiliki moral, yaitu ikatan spiritual pada kehidupan yang berkaitan dengan ketentuan-ketentuan dan ukuran- ukuran
norma kebajikan dan kebaikan itu (Begovic, 1992). baik buruk atau benar salahnya suatu perbuatan. Perbuatan itu dapat

12 AKH berupa perbuatan lahir maupun perbuatan batin, baik perbuatan yang
hanya menyangkut diri pribadi atau yang berkaitan dengan orang lain atau
dengan alam.

2. PERSOALAN BAIK-BURUK
DAN BENAR-SALAH
5. MAKNA AKHLAK
Dalam Q.S Al-Baqarah/2:216 ditegaskan bahwa manusia tidak bisa menentukan
baik buruk dan benar salah. Artinya, hanya Allah lah Yang Tahu apa-apa yang Kata akhlak berasal dari kata akhlaqu (Bahasa Arab), bentuk jama' dari kata khuluqun
apa-apa yang baik dan yang buruk. Implikasinya, kalau kita ingin tahu yang baik atau khuluqun, yang berarti tabi'at, kelakuan, perangai, tingkah laku, karakter, budi
maka kita harus merujuk kepada Allah Swt. pekerti, dan adat kebiasaan. Kata akhlak digunakan Alquran untuk memuji ketinggian
akhlak Rasulullah: Wa innaka la allá khuluqin 'azhim, artinya "Sesungguhnya kamu
Surat Saba ayat 51-53 ini memberikan peringatan betapa persoalan (keimanan, mempunyai akhlak yang tinggi (Qs. Al Qalam/68: 4)." Kemudian dalam surat Al Ahzab
peribadatan, dan akhlak mulia) tidak boleh asal-asalan, tidak boleh berdasarkan ayat 21 ditegaskan bahwa Rasulullah sebagai figur teladan: Laqod kana lakum fi rasuli l-
informasi sepintas, tidak boleh berdasarkan informasi dari produk budaya dan lahi uswatun hasanatun, Sungguh pribadi Rasulullah itu merupakan suri teladan bagi
akal pikiran. Akibatnya sangat fatal. Pada saat mati yang hanya satu kan j mati orang yang berkehendak kembali kepada Allah, meyakini Hari Akhir, dan banyak berzikir.
dalam keadaan su ul khotimah (mati sesat).
9. NABI MUHAMMAD SAW. SEBAGAI 10. UPAYA MENCAPAI
MODEL PELAKSANAAN AKHLAK 6. AKHLAK: MISI DAN TUJUAN MARTABAT MANUSIA
UTAMA AGAMA ISLAM
Untuk mencapai martabat Insan Kamil (hamba Allah yang dipanggil ke surga-
Perbuatan akhlak merupakan tujuan inti dari setiap diutusnya Rasul
Q.S Al-Qalam/68:4 ditengah-tengah suatu umat. Di saat suatu masyarakat telah bobrok akhlak
Nya) maka manusia yang sudah berwujud jiwa raga haruslah mengalami proses
taroqi (menaik) menuju Tuhan dengan menundukkan nafsu dan syahwat
Q.S Al-Ahzab/33: 21 dan moralitasnya, maka diutuslah kepada mereka Rasul atau nabi untuk sekurang-kurangnya telah mencapai tangga nafsu muthmainnah. Q.S Al-
mengajarkan akhlak mulia dan mencontohkannya kepada mereka, Fajr/89:27-30 menjelaskan bahwa nafsu muthmainnah merupakan titik
bagaimana akhlak itu harus ditampilkan dalam kehidupan nyata. Rasul dan berangkat untuk kembali kepada Tuhan. Tapi dengan modal nafsu muthmainnah
Nabi itu bertugas untuk mengingatkan mereka tentang akibat buruk yang pun masih diperintah lagi oleh Allah untuk menaiki tangga nafsu di atasnya:
akan menimpa, seandainya mereka tetap melakukan tindakan-tindakan rodhiyah, mardhiyah, hingga kâmilah. Setelah itu Allah sendiri yang akan
menariknya (melalui fadhl dan rahmatNya) untuk mencapai martabat insân
yang tidak terpuji yang cenderung bertujuan hanya untuk memuaskan nafsu
kâmil.
mereka belaka. Oleh karena itu, Nabi-nabi dan rasul-rasul pilihan Allah itu
adalah orang-orang yang memiliki akhlak yang terpuji dan moralitas yang
7. CAKUPAN DAN LIGKUP tinggi.
AJARAN AKHLAK
Hadis-hadis Rasul menyatakan hal-hal sebagai berikut tentang kebaikan dan
moralitas (perilaku akhlaki) sebagai esensi dari ajaran agam (Islam), di 11. RIYADHOH (LATIHAN BATIN)
Akhlak sebagai ajaran tentang moral dalam Islam mencakup
antaranya: SEBAGAI PROSES MENUJU INSAN
dimensi yang sangat luas, meliputi seluruh aspek hubungan KAMIL
yang terjalin pada manusia, termasuk pada dirinya sendiri a. "Kebaikan itu adalah baiknya perilaku"
dan kepada Allah sebagai Tuhannya. Oleh karena itu norma- b. "Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik Ada tujuh karakter 'inti' (sebagai dasar beragama) yang perlu
norma yang Islami melingkupi: perilakunya." C. "Dan berperilakulah kepada orang-orang dengan perilaku dipersonalisasikan melalui riyadhoh, yaitu:
yang baik." 1. Tahap Menanamkan Taubat
1) Akhlak terhadap Allah 2. Tahap Berusaha untuk Zuhud
2) Akhlak pada diri sendiri Misi kenabian untuk menyempurnakan akhlak yang 'mulia' merupakan kasih- 3. Tahap Menanamkan Karakter Qona'ah
3) Akhlak terhadap sesama manusia sayang Allah bagi manusia yang telah memiliki akhlak mulia, agar akhlak
4) Akhlak terhadap lingkungan alam
4. Tahap Menanamkan Katakter Tawakal 'alallah
mulianya itu dapat sejalan dengan Kehendak Allah, yakni berlandaskan 5. Tahap Menanamkan Karakter 'Uslah
keimanan, dengan niat lillah (karena Allah), juga dilakukan secara benar 6. Tahap Menanamkan Karakter Mulazimatu dz-Dzikr
dan ikhlas, tanpa ada pamrih sedikit pun. 7. Tahap Menanamkan Karakter Shabar

8. SUMBER AKHLAK ISLAM 12. TUJUAN DARI


Ukuran-ukuran normatif yang tercakup dalam ajaran akhlak Islam tersebut
TASAWWUF
bersumber dari Al-Quran yang merupakan firman Allah swt. yang Tasawuf adalah suatu cabang dari ilmu keislaman yang lebih menekankan pada tujuan pembersihan diri melalui penerapan ajaran-ajaran akhlak secara sistematis dan peresapan
kebenarannya tak dapat dibantah dan tak perlu diperdebatkan. Juga nilai-nilai agama secara batiniyah.
Tujuan utama orang menempuh jalan tasawwuf adalah keinginan kuat untuk merasa dekat dengan Allah swt. (taqarrub) sehingga Allah dirasakan hadir di dalam dirinya. Hal ini
bersumber dari As-Sunnah yang tertuang dalam hadis-hadis sebagai didorong oleh sebuah hadis yang berbunyi (Nasution, 1985:55):
keterangan dan penjabaran serta petunjuk operasional dari apa yang "Dan hambaku terus-menerus bertaqarrub (mendekat) kepadaku dengan perbuatan-perbuatan baik sehingga aku mencintainya, Barang siapa yang Aku cintai maka Aku akan
dimaksud dalam Al-Quran, As-Sunnah pun merupakan sebuah ketetapan menjadi pendengaran, penglihatan, dan tangan baginya."
Untuk mencapai tujuan itu, ilmu tasawwuf menawarkan cara-cara dan metode yang dapat dan harus ditempuh oleh seseorang yang menempuh jalan tasawwuf yang disebut dengan
yang harus diikuti dan petunjuk yang harus ditaati serta contoh yang harus salik." Metode tersebut dilalui dengan cara membersihkan diri dengan menjauhkan diri dari akhlak-akhlak yang tercela (takhalli). Dimulai dengan melakukan tawbah, kemudian
ditauladani, karena As-Sunnah lahir atas dasar wahyu dari Allah juga. dilanjutkan dengan menempuh fase-fase ketasawwufan yang disebut dengan maqam-maqam (maqamat) dan ahwal sampai mencapai ma'rifat
14. BEBERAPA KONSEP DAN
ILMU TASAWWUF 13. SUMBER-SUMBER AJARAN
TASAWWUF
A. Maqamat didefinisikan sebagai "maqamul 'abdi bayna Ajaran-ajaran tasawwuf mengambil sumber dari (1) ayat-ayat suci Al-
yadai rabbihi fima yuqamu fihi minal ibadati wal Quran, (2) perikehidupan, perilaku, dan perkataan Rasulullah saw., dan
mujahadati war riyadloti" (Posisi hamba di sisi Tuhan-nya (3) perikehidupan para sahabat.
dalam hal melaksanakan ibadah, mujahadah, dan
riyadhah). Yang termasuk ke dalam maqâmat itu di
Ketiga sumber ini dipegang teguh oleh kaum sufi periode-periode
antaranya adalah:
pertama, seperti gerakan zuhud-nya Hasan Al-Bashary dan Rabia'ah
al-'Adawiyah sampai munculnya thariqah-thariqah (tarekat) pada
(1) taubah (proses menjauhkan diri dari dosa-dosa)
(2) zuhud (penjauhan diri dari kesenangan duniawi)
abad ke IV H. Oleh karena itu gerakan tasawuf pada awal
(3) wara (penjauhan diri dari hal-hal yang tidak jelas halal perkembangannya adalah murni Islami, hingga datang sebagian
haramnya). penganut aliran tasawwuf yang memasukkan ajaran mistik dan
(4) faqar (tidak menuntut lebih dari apa yang diperlukan) falsafah asing sebagai sumber ajarannya.
(5) shabr (tahan uji dalam segala urusan)
(6) ridha (rela atas segala keputusan Tuhan)
(7) tawakkal (penyerahan hasil usaha kepada putusan
Tuhan)

NAMA: HASYA NUR'AINI REZQITA


14. BEBERAPA KONSEP DAN NIM: 2202184
ILMU TASAWWUF KELAS: PGPAUD 2A
B. Ahwal didefinisikan sebagai keadaan hati yang diperoleh dan dirasakan selama menjalani
maqam-maqam (maqamat) dalam tasawwuf. Ahwal ini tidak diperoleh melalui upaya, baik
ibadah, mujahadah, maupun riyadhoh, tapi diperoleh sebagai efek dari pelaksanaan konsep-
konsep yang termasuk dalam maqamat. Yang termasuk kedalam ahwal ini di antaranya
adalah :

(1) Muraqabah (rasa kedekatan).


(2) Mahabbah (rasa kecintaan).
(3) Khauf (rasa takut dan khawatir),
(4) Raja (rasa penuh harapan)
(5) Syauq (rasa kerinduan)
(6) Ins (rasa kelembutan
(7) Thuma'niinah (rasa ketentraman dan ketenangan jiwa).
(8) Musyaahadah (rasa penyaksian)
(9) Yaqin (rasa kepastian)

Anda mungkin juga menyukai