Berpikir kritis (critical thinking) merupakan sebuah teknik atau proses berpikir kritis
atau teliti untuk memperoleh tujuan yang akan menciptakan alasan dengan dasar atau
bukti, konseptualisasi, latar belakang, cara/metode, dan kriteria/ukuran. Menurut Kim,
critical thinking merupakan prosedur mental yang aktif dalam melaksanakan analisa, paduan
serta evaluasi informasi yang bermula dari dampak pemantauan, pengetahuan, menggali
penyebab/pemicu dan mengatur berbagai data guna menerapkan tindakan. Maka,
seseorang yang berpikir kritis baik ialah seseorang yang senantiasa mempunyai kemauan
juga dorongan “move” atau bergeser dengan mengaplikasikan evidence atau bukti kuat ke
keadaan lebih baik guna menciptakan sebuah ketentuan dan menggapai suatu
target(Paramitha Amelia Kusumawardani and Rafhani Rosyidah, 2020).
Komponen-komponen yang terdapat pada critical thinking :
1) Penafsiran (Interpretation) merupakan suatu kesanggupan individu untuk menafsirkan,
menyampaikan sebuah kegunaan, serta dapat menguraikan tujuan dan maksud
informasi atau pengetahuan atau informasi.
2) Analisa merupakan suatu kecakapan seseorang untuk mencari hubungan antara
rancangan dan pernyataan yang dipakai untuk membuat sebuah ketetapan atau
penjelasan dan suatu opini.
3) Penjelasan (Explanation) merupakan suatu kemahiran menjelaskan hasil kajian berpikir
dengan menguraikan argumen sesuai dasar bukti ilmiah.
4) Pengaturan diri (Self regulation) yaitu suatu kapasitas seseorang guna melaksanakan
pemantauan atas kepiawaian berpikir pada diri sendiri, mengolah data dan membentuk
penjelasan serta membuat sebuah ketetapan.
5) Penilaian (Evaluation) yaitu suatu kemahiran menentukan dan memperkirakan
penggunaan data-data ilmiah.
6) Kesimpulan merupakan suatu kemahiran menyusun simpulan berbagai fakta atau
penjelasan yang diperoleh dan data yang sudah ditemukan.
Aspek-aspek yang Mempengaruhi Berpikir Kritis (Critical Thinking)(Paramitha Amelia
Kusumawardani and Rafhani Rosyidah, 2020).
1) Peserta didik.
Latar belakang mahasiswa sangat mempengaruhi critical thinking, mahasiswa yang terbiasa
dengan budaya menghindari konflik akan cenderung lebih pasif dalam proses diskusi dikelas.
Ataupun juga mahasiswa yang mempunyai keterbatasan dalam hal berbahasa tentu akan
mengalami kesusahan dalam mengungkapkan ide atau gagasannya. Beberapa mahasiswa
juga menunjukkan ketidaknyamanan dalam beragumentasi, mereka cenderung untuk terlalu
memberikan jawaban yang benar dan sangat menghindari kesalahan
2) Organisasi pendidikan (sistem pendidikan).
Metode pembelajaran di kelas seperti traditional methode akan menghambat
pengembangan critical thinking. Mengintegrasikan konsep baru dengan mengupayakan
active learning methode akan sangat mendukung critical thinking.
4) Lingkungan.
kondisi belajar yang positif, terjaga keamanannya, tidak memberikan ancaman, dan
mempunyai kebebasan dalam berfikir dan berdialog akan sangat membantu critical
thinking.
Model konseptual ini melibatkan empat fase dan dua belas elemen. Fase dalam model
konseptual ini cair dan tidak dibatasi oleh urutan dalam urutan tertentu(Carter et al., 2018).