Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH KEPEMIMPINAN DAN BERPIKIR

SISTEM KESEHATAN MASYARAKAT


Analisis Kepemimpinan Mohammad Hatta

OLEH
KELOMPOK 6 KELAS A2

Annisa Laila Salsabila 2011213010


Claudya Putri Azeny 2011212066
Dela Desmita Sari 2011212064
Imalatul Mardhiyah 2011212002
Juliza Nurul Alifa 2011212010

Dosen Pengampu :
dr. Adila Kasni Astiena, MARS

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS ANDALAS
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Analisis
Kepemimpinan Mohammad Hatta” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari Ibu dr.
Adila Kasni Astiena, MARS pada mata kuliah Kepemimpinan dan Berfikir Sistem Kesehatan
Masyarakat. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang
Kepemimpinan Mohammad Hatta bagi kami dan juga bagi para pembaca.
Kami mengucapkan terima kasih kepada dari Ibu dr. Adila Kasni Astiena, MARS yang
telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan
bidang studi yang ditekuni.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah
ini.

Padang, 12 Oktober 2021

Tim Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ............................................................................................................... i

Daftar Isi.......................................................................................................................... ii

BAB 1 Pendahuluan ........................................................................................................ 1

1.1 Latar Belakang .................................................................................................... 1


1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................... 2
1.3 Tujuan .................................................................................................................. 2

BAB II Pembahasan ........................................................................................................ 3

2.1 Sifat Fisik dan SIfat Psikis .................................................................................. 3


2.2 Gaya Kepemimpinan ........................................................................................... 5
2.3 Penyebab Mohammad Hatta diangkat Menjadi Seorang Pemimpin ................ 6
2.4 Taktik Mempengaruh ......................................................................................... 7
2.3.1 Taktik Legitimasi ........................................................................................ 7
2.3.2 Taktik Persuasi Nasional ............................................................................ 8
2.3.3 Taktik Permintaan Inspirasional ............................................................... 9
2.5 Gaya Kepengikutan ............................................................................................. 9
2.6 Kekuasaan............................................................................................................ 10

BAB III Penutup ............................................................................................................. 12

3.1 Kesimpulan .......................................................................................................... 12


3.2 Saran .................................................................................................................... 12

Daftar Pustaka ................................................................................................................ 13

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Mohammad Hatta atau yang juga dikenal dengan Bung Hatta merupakan salah satu tokoh
pendiri Bangsa Indonesia yang memiliki pengetahuan dan wawasan yang luas, baik di bidang
politik, bidang ekonomi hingga bidang sosial. Mohammad Hatta Lahir pada tanggal 12
Agustus 1902 di Bukittinggi, Sumatera Barat. Rasa cintanya kepada negara
menghantarkannya menjadi pribadi yang unggul, sehingga mampu menggerakkan Bangsa
Indonesia kepada pintu kemerdekaan. Selama memegang Amanah sebagai Wakil Presiden
Republik Indonesia tahun 1945-1956, Mohammad Hatta dikenal sebagai tokoh pemimpin
yang cerdas, berintegritas, dengan karakter unggul yang diakui oleh kawan maupun lawan
politiknya.

Dalam menjalankan perannya sebagai Wakil Presiden Republik Indonesia, Mohammad


Hatta dikenal dengan gaya kepemimpinan rasional. Menurut pendapat Max Weber tipe
kepemimpinan rasional adalah pemimpin yang diangkat karena kemampuan individu yang
menyebabkan ia dapat diterima secara rasional karena sifat kepribadianya yang jujur,
kebapakan, cerdas dan sifat-sifat terpuji lainnya (Soekanto, 1982: 311-314). Hal ini
dipengaruhi oleh dua faktor utama, yaitu faktor internal (faktor yang membentuk kepribadian
dan karakter) dan faktor eksternal (faktor yang membentuk pemikiran) bagi diri
Dr.H.Mohammad Hatta. Kemampuan kepemimpinan M. Hatta terus berkembang Ketika
beliau menempuh pendidikan di Belanda. Kemampuan inilah yang kemudian menjadikan
beliau sebagai pemimpin bagi Bangsa Indonesia yang terbukti berhasil menggerakkan
Bangsa Indonesia untuk dapat mencapai kemerdekaan dan bebas dari penjajahan.

Sebagai seorang pemimpin, Mohammad Hatta juga memiliki nilai-nilai yang patut
diteladani oleh masyarakatnya. hal inilah yang kemudian membentuk gaya kepengikutan
beliau yang transfomasional (mampu membentuk karakter pemimpin baru). Melalui gaya

1
kepengikutan inilah, banyak lahir pemimpin baru yang hebat, sehingga mampu bersinergi
bersama dalam mencapai visi kepemimpinannya.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana sikap fisik dan psikis Mohammad Hatta dalam menjalankan peran
kepemimpinannya?
2. Apa gaya dan teori kepemimpinan yang dipakai Mohammad Hatta dalam
menjalankan peran sebagai pemimpin?
3. Mengapa Mohammad Hatta diangkat sebagai pemimpin?
4. Bagaimana taktik mempengaruhi yang diterapkan oleh Mohammad Hatta?
5. Bagaimana gaya kepengikutan pada kepemimpinan Mohammad Hatta?
6. Bagaimana penerapan jenis kekuasaan Mohammad Hatta sebagai seorang pemimpin?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui bagaimana sikap fisik Mohammad Hatta dalam menjalankan peran
kepemimpinannya
2. Untuk mengetahui bagaimana sikap psikis Mohammad Hatta dalam menjalankan
peran kepemimpinannya
3. Untuk megetahui apa gaya dan teori kepemimpinan yang dipakai Mohammad Hatta
dalam menjalankan peran sebagai pemimpin
4. Untuk mengetahui mengapa Mohammad Hatta diangkat sebagai pemimpin
5. Untuk mengetahui bagaimana taktik mempengaruhi yang diterapkan oleh Mohammad
Hatta
6. Untuk mengetahui bagaimana gaya kepengikutan pada kepemimpinan Mohammad
Hatta
7. Untuk mengetahui bagaimana penerapan jenis kekuasaan Mohammad Hatta sebagai
seorang pemimpin

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sifat Fisik dan Psikis
1. Sifat Fisik
Kesehatan merupakan suatu hal yang penting dalam sebuah
kepemimpinan. Pemimpin yang tidak sehat akan berpengaruh pada kualitas dan
kuantitasnya selama memimpin. Dan selama masa jabatannya, bisa dikatakan
Muhammad Hatta ini dalam keadaan sehat dan tidak ada catatan penting tentang
riwayat kesakitan beliau. Beliau mampu melaksanakan tugas kepemimpinannya
dengan baik dan tidak bergantung kepada pengikutnya. Namun sebaliknya, justru
beliau lah yang menjadi tempat bergantungnya bagi masyarakat pada masanya.
2. Sifat Psikis
Dilihat dari beberapa aspek yaitu,
1) Kecerdasan
Peran dan pemikiran Mohammad Hatta merupakan salah satu yang paling
menonjol dari pemimpin bangsa Indonesia lainnya, baik dalam bidang politik,
ekonomi dan sosial. Wawasan Intelektual yang dimiliki oleh Mohammad
Hatta telah diakui baik kawan maupun lawan politiknya.
Selama masa studinya di Belanda ini menjadi awal mula dari
perkembangan intelektual Hatta yang sangat pesat, sekaligus membuka mata
beliau untuk memenuhi panggilan dirinya dalam memperjuangkan hak
kemerdekaan Hindia Belanda (Indonesia). Menjadi anak rantau di Eropa
membuat matanya terbuka akan kemajuan peradaban, modernitas,
perkembangan ilmu terbaru, serta peta perpolitikan dunia yang
sedang berkecamuk paska Perang Dunia I dan revolusi di Rusia. Pada masa-
masa ini jugalah Hatta mulai memikirkan berbagai bentuk ketidakadilan kaum
kolonialis pada rakyat pribumi. Selain itu, beliau juga orang yang aktif dalam
berorganisasi. Contohnya yaitu beliau berperan besar dalam organisasi yang
bernama Perhimpunan Indonesia.

3
Selain itu bukti kecerdasannya juga terlihat pada kemampuan menguasai
berbagai macam bahasa seperti bahasa Inggris, Belanda, Jerman, dan
Perancis.
2) Kreativitas dan inovasi
Dengan kecerdasan yang beliau miliki. Muhammad Hatta ini juga mampu
membuat sebuah kreativitas dan inovasi-inovasi yang bagus dan bermanfaat
untuk masyarakat luas. Salah satu bentuk kreativitas dan inovasi yang terkenal
di masyarakat yaitu konsep koperasi Indonesia yang dijadikan sebagai tulang
punggung perekonomian rakyat saat itu. Selain itu juga beliau bersama Sjahrir
mendirikan partai politik yang bernama Partai Nasional Indonesia yang
bertujuan untuk mendidik rakyat Indonesia untuk menyongsong kemerdekaan.
3) Kepribadian
Seorang Muhammad Hatta dikenal memiliki kepribadian yang baik di
kalangan masyarakat atau kalangan orang-orang yang sudah mengenalnya.
Salah satu kepribadian yang terkenal yaitu rasa kepedulian sosialnya yang
tinggi. Seperti sering bergaul dengan para tokoh masyarakat yang terhimpun
dalam organisasi sosial-ekonomi “Sarikat Usaha” yang mempunyai tujuan
untuk meningkatkan harkat dan martabat kaum pribumi. Fakta lain yang
menunjukan karakter kepedulian sosial Hatta dengan dikenalnya beliau
sebagai bapak koperasi Indonesia. Hatta merupakan orang pertama yang
menggagas konsep Koperasi Indonesia untuk dijadikan tulang punggung
perekonomian rakyat.
4) Sikap
Sikap Muhammad hatta ini juga terkenal baik seperti sikap menghargai
orang lain. Dengan menghargai orang lain, seseorang dapat menghayati
bagaimana ia berada dalam posisi orang tersebut sehingga ia dapat menahan
diri dari perbuatan-perbuatan yang merugikan orang lain. Bung Hatta adalah
orang yang tahu menghargai orang lain, bahkan terhadap orang kecil yang
sering diremehkan. Orang-orang yang bekerja pada Bung Hatta seperti
pembantu, sopir, pengawal, dan perawat perpustakaan merasa dihargai
sedemikian tinggi oleh Bung Hatta sehingga mereka setia bekerja bertahun-

4
tahun pada keluarga Bung Hatta. Mereka sayang pada Bung Hatta dan
demikian pula sebaliknya.
Selain itu, dia dikenal memiliki kedisiplinan yang tinggi serta ketaatan
terhadap peraturan. Dalam hal kedisiplinan, Bung Hatta punya keistimewaan.
Beliau adalah seorang yang tersohor dengan julukan "manusia jam" yang
sangat menghargai waktu. Beliau tidak menyukai keterlambatan barang
semenitpun. Kedisiplinan terus bertahan sampai lanjut usia.
5) Emosi
Dari beberapa penjelasan sebelumnya sudah terlihat bahwa Muhammad
Hatta merupakan seseorang yang cerdas baik kecerdasan intelektual maupun
emosionalnya. Ini terbukti dengan setiap inovasi yang beliau bangun tersebut,
mampu berkembang dengan baik. Bahkan ada yang masih bertahan sampai
sekarang. Dan juga dia mampu mengontrol dan meletakkan emosinya sesuai
keadaan yang sedang beliau hadapi. Contohnya ketika berhubungan dengan
masyarakat beliau terkenal dengan sikap ramah dan sopan santunnya. Lain
pula halnya dengan berhadapan dengan colonial Belanda pada masanya. Dia
memiliki pendirian yang teguh terhadap setiap rencana dan apa yang beliau
lakukan.
2.2 Gaya Kepemimpinan
Gaya kepemimpinan Mohammad Hatta dapat digolongkan kedalam tipe
kepemimpinan rasional. Menurut pendapat Max Weber tipe kepemimpinan rasional
adalah pemimpin yang diangkat karena kemampuan individu yang menyebabkan ia dapat
diterima secara rasional karena sifat kepribadianya yang jujur, kebapakan, cerdas dan
sifat-sifat terpuji lainnya (Soekanto, 1982: 311-314). Gaya kepemimpinan yang dimiliki
oleh Mohammad Hatta tidak begitu saja muncul di dalam dirinya, ada beberapa faktor
yang mempengaruhi gaya kepemimpinan Dr.H.Mohammad Hatta.
Ada dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yaitu
faktor yang nantinya akan membentuk kepribadian dan karakter Dr.H.Mohammad Hatta.
Faktor eksternal yaitu faktor yang membentuk pemikiran Dr.H.Mohammad Hatta serta
membuat pandangan Dr.H.Mohammad Hatta tentang politik lebih matang dan tambah
berkembang. Sebagai seorang pemimpin Dr.H.Mohammad Hatta banyak meninggalkan

5
nilai-nilai keteladanan. Nilai-nilai keteladanan yang dapat diambil dalam diri
Dr.H.Mohammad Hatta diantaranya adalah sikap cinta tanah air, sikap demokratis dan
sikap moralitas.
Berdasarkan kesimpulan di atas, penulis dapat menyampaikan beberapa saran
yaitu dapat menambah wawasan mengenai gaya kepemimpinan Dr.H.Mohammad Hatta.
Kita dapat meneladani dan mencontoh sikap-sikap yang diperlihatkan oleh
Dr.H.Mohammad Hatta seperti cinta tanah air, sikap demokratis dan sikap moralitas.
Dr.H.Mohammad Hatta sejak muda memegang prinsip kejujuran. Tipe
kepemimpinan Dr.H.Mohammad Hatta yaitu demokratis. Karena beliau menyerahkan
dirinya secara total untuk kepentingan rakyat, jujur dan bersih, berkomitmen penuh pada
perbaikan nasib dan tingkat hidup rakyat kecil, menegakkan dan menjalankan secara
konsekuen nilai-nilai demokrasi kerakyatan, serta mengutamakan rasio ketimbang emosi.
Selain itu beliau juga berjuang dalam usaha pendidikan rakyat. Dalam organisasi PNI,
Dr.H.Mohammad Hatta menitik beratkan kegiatannya dibidang pendidikan. Beliau
melihat bahwa melalui pendidikanlah rakyat akan mampu mencapai kemerdekaan.
Minatnya pada bidang ekonomi, dan juga koperasi, terus terlihat melalui berbagai
karangan dan buku. Karenanya, pada tanggal 17 Juli 1953 dalam Kongres Koperasi
Indonesia dirinya diangkat sebagai Bapak Koperasi Indonesia.

2.3 Penyebab Mohammad Hatta diangkat Menjadi Seorang Pemimpin


Sejak kecil Mohammad Hatta telah memperlihatkan ciri-ciri seorang pemimpin,
bila ada perselisihan terjadi di tenggah-tenggah keluarga Mohammad Hatta selalu dapat
diselesaikan. Mohammad Hatta akan memikirkan suatu permasalahan dan dipikir dengan
matang-matang setelah itu baru mengambil keputusan. Selain itu, sikap disiplin yang
tinggi terhadap diri sendiri telah diperlihatkan oleh Mohammad Hatta sejak kecil. Sikap
disiplin tersebut tercermin dalam diri Mohammad Hatta baik untuk pembagian waktu dan
masalah keuangan. Selalu mencatat segala sesuatunya baik itu pengeluaran maupun
pemasukan uang. Latar belakang kehidupan masa kecil dan pendidikan dalam keluarga
yang didapatkan oleh Mohammad Hatta diatas adalah salah satu faktor yang
mempengaruhi kepribadian Mohammad Hatta. Ajaran-ajaran yang didapat Mohammad

6
Hatta dalam lingkungan keluarga sangat berpengaruh nantinya dalam gaya
kepemimpinan Mohammad Hatta.
Kematangan Mohammad Hatta dalam politik tambah berkembang ketika belajar
di Belanda. Mohammad Hatta belajar dengan giat dan tekun, karena merasa berkewajiban
untuk menambah pengetahuan dan keyakinan kepada bangsa Indonesia untuk merdeka
yaitu lepas dari penjajahan. Kesadaran akan persatuan Indonesia tumbuh dan berkembang
pada diri Mohammad Hatta. Kesadaran kerakyatan, kesadaran kebangsaan dan kesadaran
bahwa Indonesia harus maju dalam hubungannya dengan perkembangan dunia, telah
berkembang dalam diri Mohammad Hatta selama menjadi anggota Indische Vereniging
(Perkumpulan Hindia).
Dalam sejarah Indonesia, Moh. Hatta dianggap telah pikiran dan pidato yang
mempengaruhi jalannya sejarah, seperti Pidato Indonesia Merdeka, 22 Maret 1928,
Pidato di Lapangan IKADA 8 Desember 1942, yang membakar nasionalisme rakyat
Indonesia, serta pemikiran utama tentang demokrasi, ekonomi dan koperasi. Bung Hatta
juga dianggap berkontribusi dalam merintis dan mempertahankan kemerdekaan.
Pemerintah mencatat Hatta memimpin Delegasi Indonesia dalam Kongres di Perancis
tahun 1926, yang memperkenalkan Indonesia dan memimpin Delegasi Indonesia dalam
Konferensi Meja Bundar di Den Haag, 27 Desember 1945, sebagai pernyataan resmi
Belanda mengakui kedaulatan Indonesia. Pemerintah juga menyatakan, Bung Hatta
memiliki idealisme dan pandangan yang amat kuat pada hak-hak asasi manusia,
demokrasi, dan koperasi sebagai pilar perekonomian nasional.

2.4 Taktik Mempengaruhi


Terdapat beberapa taktik mempengaruhi yang tercermin dalam kepemimpinan
Muhammad Hatta yaitu,
1. Taktik Legitimasi
Ini terlihat pada awal periode pemerintahannya yaitu dalam kasus
perseteruan politik lokal yang memanas, M. Hatta memberikan pidato keterangan
tentang status politik pemerintah di hadapan sidang Badan Pekerja Komite
Nasional Indonesia Pusat (BP KNIP) di Yogyakarta, pada tanggal 2 September
1948. Hatta menjelaskan dengan panjang lebar pokok- pokok kebijakan

7
pemerintahannya mengenai maksud dan tujuan dari pelaksanaan politik luar
negeri, khususnya untuk menyikapi situasi politik internasional yang melulu
bertumpu pada kekuatan bipolarisme, Timur dan Barat.
Dalam hal ini, Hatta menegaskan: Apakah bangsa Indonesia yang
memperjuangkan kemerdekaannya, harus memilih saja antara proRusia ataukah
pro-Amerika Serikat? Apakah tak ada pendirian lain yang harus ambil dalam
mengejar cita-cita bangsa? Pemerintah berpendapat bahwa pendirian yang harus
diambil ialah supaya Indonesia jangan menjadi objek dalam pertarungan
internasional, melainkan ia harus tetap menjadi subjek yang berhak menentukan
sikap sendiri. Politik Indonesia harus ditentukan oleh kepentingannya sendiri dan
dijalankan menurut keadaan dan kenyataan yang kita hadapi . dan juga garis
politik Indonesia tidak dapat ditentukan oleh haluan politik negeri lain yang
berdasarkan kepentingan negeri itu sendiri.
Pidato keterangan pemerintah ini kemudian dihimpun oleh kementerian
pe- nerangan sebagai naskah bersejarah dari lahirnya politik luar negeri Indo-
nesia yang dewasa ini dikenal dengan “politik bebas aktif”. Menurut Hatta, politik
luar negeri Indonesia harus bebas, yang mengandung pengertian ten- tang
kesanggupan bangsa Indonesia untuk menentukan jalan sendiri dan tidak
terpengaruh oleh kepentingan politik pihak manapun. Sementara kata aktif
menjelaskan tentang keyakinan bangsa Indonesia menuju pada tercip- tanya
perdamaian dunia dan bersahabat dengan segala bangsa dan negara.

2. Taktik Persuasi Rasional


Ini terlihat dalam pengembangan Konsep Ekonomi yaitu Koperasi
Indonesia. Dimana dalam hal ini, Hatta memberikan pengatahuan kepada
masyarakatnya dan memang sudah terimplementasikan. dan juga pengembangan
program ini juga dikuti dengan pembuatan Pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945.
Sehingga membuat masyarakatnya semakin yakin untuk mengikuti Koperasi ini.

8
3. Taktik Permintaan Inspirasional
Pada konsep Koperasi yang dibuat oleh Bung Hatta ini. Dimana dalam
pengimplementasian dari konsep ini beliau terjun langsung ke lingkungan
masyarakat untuk menjelaskan terkait konsep ini. Selain itu karakter kepedulian
sosial dari seorang Hatta ini juga sudah terkenla di masyarakat sehingga ini juga
berpengaru dalam pengenalan konsep ini, dimana masyarakatnya semakin
percaya terhadap konsep yang dijelaskan tersebut. Dan juga beliau memberi
penekanan bahwa koperasi ini merupakan sebagai tulang punggung perekonomian
rakyat. Dan dalam pengembangannya pun tidak asal-asalan saja, tetapi memang
berpedoman pada kondisi masyarakat pada saat itu sehingga hal ini mau dan
mampu dierima oleh masyarakatnya.

2.5 Gaya Kepengikutan


Konsep Hatta dalam mendidik para pengikut itu menunjukkan bahwa ia adalah
seorang pemimpin yang memiliki gaya transformasional. James Mcgregor Burns dalam
Vugt dan Ahuja (2015:50) mengatakan, kepemimpinan transformasional mengubah
pengikut menjadi pemimpin dan bisa mengubah pemimpin menjadi agen moral. Ada
aliran gagasan dan impian di antara pemimpin dan pengikut demi kemaslahatan bersama.
Dan apa yang dilakukan Hatta, khususnya dalam mendidik rakyat serta anggota partai
baik melalui rapat atau pertemuan-pertemuan langsung maupun melalui majalah/surat
kabar, telah mampu menciptakan pemimpin-pemimpin baru. Sehingga, ketika ia
ditangkap dan kemudian dibuang ke Boven Digul, Papua, lalu dipindah ke Banda Neira,
Maluku, serta kemudian ke Sukabumi, Jawa Barat, partai dan majalahnya tetap jalan. Di
Boven Digul pun dia membuka kelas khusus seminggu dua kali untuk mendidik kader-
kader PNI yang dibuang, seperti Boerhanuddin, Bondan, dan Suka. Ketika dibuang ke
Banda Neira, dia bahkan membuka kelas khusus untuk mendidik anak-anak Tjipto
Mangoenkoesoemo serta anak saudaranya yang dikirim dari Jawa.
Hatta memang pemimpin besar. Pemikiran-pemikirannya terus berkembang dan
tetap kontekstual. Sebagai pemimpin hebat, Hatta tidak hanya dilahirkan pada zamannya,
tetapi juga mampu melahirkan pemimpin-pemimpin baru. Inilah The Great Leader
(Suprapto). Menurut Moh.Hatta, pergerakan memperjuangkan kemerdekaan tak boleh

9
tinggal pergerakan pemimpin, yang hidup dan mati dengan pemimpin itu. Akan tetapi,
pergerakan harus menumbuhkan para pengikut yang banyak sehingga menjadi
pergerakan ‘pahlawan-pahlawan yang tak punya nama’. Artinya pergerakan rakyat
sendiri, yang tidak tergantung kepada nasibnya pemimpin. Untuk itulah, ia harus
mendidik para pengikut, rakyat, atau kader partai, agar kelak siap menjadi pemimpin.
Hasil menciptakan good follower (pengikut yang baik) ini ia tuai ketika dipenjara oleh
Pemerintah Hindia Belanda pada 25 Februari 1934. Meski beliau, Sjahrir, dan Bondan
yang merupakan tokoh PNI dan Daulat Ra’yat dipenjara, PNI tetap berjalan dan Daulat
Ra’yat tetap terbit.

2.6 Kekuasaan
Kekuasaan merupakan bentuk kemampuan dalam mempengaruhi orang lain untuk
dapat melakukan atau mematuhi suatu arahan pemegang kekuasaan. Menurut Davis dan
Newstroom (1994), kekuasaan (power) adalah kemampuan untuk mempengaruhi orang
lain yang merupakan cara seorang pemimpin memperluas pengaruhnya kepada orang
lain. Dalam menjalankan perannya sebagai seorang pemimpin, Mohammad Hatta
memiliki keunggulan dalam segi wawasan, intelektual, integritas serta kewibawaan. Hal
inilah yang kemudian menjadikan Mohammad Hatta dikenal dengan jenis kekuasaan
rujukan (referent power) dalam menjalankan kepemimpinannya.
Kekuasaan Rujukan (Referent Power) merupakan jenis kekuasaan yang diperoleh
atas dasar kekaguman, keteladanan, kharisma yang dimilikinya. Kekuasaan rujukan
pertama kali dikemukakan oleh French dan Raven (1959) dalam taksonomi basis
kekuasaan sosial. Kekuasaan rujukan dapat dibangun apabila seorang pemimpin memiliki
dasar kemampuan yang kuat dalam mempengaruhi masyarakatnya, baik melalui
kewibawaan, kharisma makmur bentuk kelebihan yang dimilikinya. Dari bentuk
kelebihan inilah, akan terbentuk citra positif yang kemudian dapat menarik simpati
masyarakat untuk mengikuti arahannya.
Mohammad Hatta juga dikenal memiliki kekuasaan keahlian. Kekuasaan keahlian
merupakan bentuk kekuasaan yang diperoleh dari keahlian pemimpin dalam bidang
tertentu, yang kemudian mampu mempengaruhi masyarakatnya sesuai dalam bidang
tersebut. Hal ini karena Muhammad Hatta merupakan tokoh pemimpin yang cerdas, dan

10
memiliki intelektual yang tinggi khususnya dalam bidang pendidikan, ekonomi, politik
dan sosial. Kemampuan ini diperoleh Mohammad Hatta selama menempuh beberapa
jenjang pendidikan, organisasi, hingga studi di Belanda. Sehingga beliau memiliki
kemampuan dalam mengatur strategi politik, ekonomi dan sosial yang tepat. Hal inilah
yang kemudian menjadikan Mohammad Hatta mampu menghadapi segala situasi pra
kemerdekaan, melalui kekuasaan kepemimpinannya beliau mampu mengarahkan
masyarakat dalam menjalankan strategi untuk dapat mencapai visinya. Sehingga
kemudian mampu menghantarkan Indonesia dalam proklamasi kemerdekaan bagi
Indonesia.

11
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Muhammad Hatta merupakan salah satu tokoh pendiri bangsa Indonesia
yang dikenal memiliki pengetahuan, wawasan yang luas serta kemampuan dalam
berbagai bidang kepemimpinan. Dalam menjalankan perannya sebagai Wakil Presiden
Republik Indonesia pertama, Muhammad Hatta dikenal dengan gaya kepemimpinannya
yang rasional, yaitu gaya kepemimpinan berdasarkan kemampuan, sikap, serta
kepribadian yang baik dari seorang pemimpin sehingga mampu menggerakkan
masyarakatnya. Adapun sifat psikis yang menonjol dari tokoh Mohammad Hatta adalah
kecerdasan intelektual, memiliki kreativitas inovasi, jiwa sosial yang tinggi serta
kharisma yang positif. Dari keunggulan-keunggulan inilah yang menjadikan Mohammad
Hatta mampu menjadi seorang pemimpin yang hebat, hingga dapat menghantarkan
Indonesia pada kemerdekaannya.
Dalam menjalankan kepemimpinannya, Mohammad Hatta menjalankan
beberapa taktik untuk dapat mempengaruhi masyarakat agar dapat mematuhi arahannya
dalam mencapai visi kepemimpinannya. Taktik kepemimpinan tersebut antara lain taktik
legitimasi, taktik persuasif rasional, dan taktik permintaan inspirasional. Dari beberapa
taktik kepemimpinan inilah, terbentuk gaya kepengikutan yang transformasional. Gaya
kepengikutan transformasional adalah kemampuan pemimpin dalam mengubah
pengikutnya menjadi pemimpin yang baru, sehingga dapat bersinergi bersama dalam
mencapai visi kepemimpinannya. Hal ini diiringi dengan jenis kekuasaan rujukan dan
kekuasaan keahlian. Dengan demikian, Mohammad Hatta mampu menjadi seorang tokoh
pemimpin yang mampu menciptakan gebrakan besar bagi bangsa Indonesia.

3.2 Saran
Untuk pemahaman lebih lanjut mengenai materi ini tentunya perlu ada
diskusi atau tambahan bacaan. Penulis sangat mengharapkan tambahan dan kritik dari
temanteman pembaca. Penulis berharap makalah ini bermanfaat dan pembaca dapat
meningkatkan pengetahun tekait materi yang dibahas dalam makalah ini.

12
DAFTAR PUSTAKA

Permana, Alfandaru Gandar.,dkk.2014.Gaya Kepemimpinan Muhammad Hatta Tahun 1945-


1956. http://repository.unej.ac.id/handle/123456789/63047 Diakses pada tanggal 12
Oktober 2021 pukul 19.27 WIB.

Husna. Fitrah Mardhatillah. 2012. Bung Hatta, Perilaku Teladanku.


http://wawasanproklamator.com/artikel/29/bung-hatta-pribadinya-teladanku.html Diakses
pada tanggal 12 Oktober 2021 pukul 19.35 WIB.

Permana, Alfandaru Gandar. 2014. GAYA KEPEMIMPINAN MOHAMMAD HATTA TAHUN


1945-1956.
http://repository.unej.ac.id/bitstream/handle/123456789/63047/ALFANDARU%20GAN
DAR%20PERMANA.pdf?sequence=1&isAllowed=y Diakses pada tanggal 12 Oktober
2021 pukul 19.56 WIB.

Winarto, Yudho. 2012. Ini alasan gelar pahlawan bagi Soekarno-Hatta.


https://nasional.kontan.co.id/news/ini-alasan-gelar-pahlawan-bagi-soekarno-hatta Diakses pada
tanggal 12 Oktober 2021 pukul 20.34 WIB.
Pujilestari, Agustina. Kekuasaan dalam Organisasi
https://www.academia.edu/21314507/Kekuasaan_dalam_Organisasi diakses pada tanggal
12 Oktober 2021

13

Anda mungkin juga menyukai