Disusun Oleh :
1. Dian Nurshanti (21201015)
2. Mahendra Jati Putra Perdana (21201045)
3. Yunan Dewangga Putera (21201061)
4. Firli Gea Anggi Anna (21201077)
5. Ivandi Maulana Laba (21201083)
Program Studi Manajemen A1
Fakultas Ekonomi
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga dapat menyelesaikan laporan observasi sosial
dengan judul “Pengaruh Fatwa Rokok terhadap Karyawan Pimpinan Pusat
Muhammadiyah Yogyakarta”. Laporan ini dibuat sebagai pertanggungjawaban
atas Tugas Mata Kuliah Kepemimpinan Manajerial Islam.
ii
DAFTAR ISI
3.1 Kegiatan................................................................................................. 7
iii
F. Kendala dan Hambatan ................................................................... 11
Lampiran ............................................................................................................ 15
iiii
BAB I
PENDAHULUAN
1
yang baik. Kenyataan tersebut yang tidak sesuai dengan apa yang telah diucapkan
dan diajarkan KH. Ahmad Dahlan kepada kita.
Oleh sebab itu titik tolak dari uraian diatas, penulis mengadakan observasi sosial
dengan judul:
“Pengaruh Fatwa Rokok terhadap Karyawan Pimpinan Pusat
Muhammadiyah Yogyakarta”
1.3 Tujuan
Berdasarkan masalah yang telah disebutkan sebelumnya, tujuan dari
penelitian ini sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui lebih dalam tentang organisasi Muhammadiyah.
2. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang organisasi
Muhammadiyah.
3. Untuk memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah Kepemimpinan
Manajerial Islam yang diampu oleh HERI PRASETYO, SE, MSI.
1.4 Manfaat
Adapun manfaat dari penelitian ini sebagai berikut:
1. Melalui observasi sosial ini penulis mampu memahami lebih dalam
mengenai organisasi Muhammadiyah serta menerapkan ilmu yang
diperoleh di kehidupan sehari-hari.
2
BAB II
KAJIAN TEORI
3
2. Pemimpin sebagai penengah
Dalam masyarakat modern, tanggung jawab keadilan terletak di tangan
pemimpin dengan keahliaanya yang khas dan ditunjuk secara khusus. Ini dikenal
dengan pengadilan. Dan bidang lainnya, umpamanya dalam bidang olahraga,
terdapat wasit yang mempunyai tugas sebagai wasit.
3. Pemimpin sebagai penganjur
Sebagai propagandis, sebagai juru bicara, atau sebagai pengarah opini
merupakkan orang-orang penting dalam masyarakat. Mereka bergerak dalam
bidang komunikasi dan publistik yang menguasai ilmu komunikasi. Penganjur
adalah sejenis pemimpin yang memberi inspirasi kepada orang lain. Seringkali ia
merupakkan orang yang pandai bergaul dan fasih berbicara.
4. Pemimpin sebagai ahli
Pemimpin sebagai ahli dapat dianalogikan sebagai instruktur atau seorang
juru penerang, berada dalam posisi yang khusus dalam hubungannya dengan unit
sosial dimana dia bekerja. Kepemimpinannya hanya berdasarkan fakta dan hanya
pada bidang dimana terdapat fakta. Termasuk dalam kategori ini adalah guru,
petugas sosial, dosen, dokter, ahli hukum, dan sebagainya yang mencapai dan
memelihara pengaruhnya karena mereka mempunyai pengetahuan untuk
diberikkan kepada orang lain
5. Pemimpin diskusi
Tipe pemimpin yang seperti ini dapat dijumpai dalam lingkungan
kepemimpinan yang demokratis dimana komunikasi memegang peranan yang
sangat penting. Seseorang yang secara lengkap memenuhi kriteria kepemimpinan
demokratis ialah orang yang menerima peranannya sebagai pemimpin diskusi.
4
2. Tipe Paternalistik
Tipe pemimpin paternalistik hanya terdapat dilingkungan masyarakat yang
bersifat tradisional, umumnya dimasyarakat agraris. Salah satu ciri utama
masyarakat tradisional ialah rasa hormat yang tinggi yang ditujukan oleh para
anggota masyarakat kepada orang tua atau seseorang yang dituakan. Pemimpin
seperti ini kebapakan, sebagai tauladan atau panutan masyarakat. Biasanya
tokohtokoh adat, para ulama dan guru. Pemimpin ini sangat mengembangkan
sikap kebersamaan.
3. Tipe Kharismatik
Tidak banyak hal yang dapat disimak dari literatur yang ada tentang
kriteria kepemimpinan yang kharismatik. Memang ada karakteristiknya yang khas
yaitu daya tariknya yang sangat memikat sehingga mampu memperoleh pengikut
yang jumlahnya kadang-kadang sangat besar. Tegasnya seorang pemimpin yang
kharisnatik adalah seseorang yang dikagumi oleh banyak pengikut meskipun para
pengikut tersebut tidk selalu dapat menjelaskan secara konkret mengapa orang
tersebut dikagumi.
4. Tipe Laissez Faire
Pemimpin ini berpandangan bahwa umumnya organisasi akan berjalan
lancar dengan sendirinya karena para anggota organisasi terdiri ari orang-orang
yang sudah dewasa yang mengetahui apa yang menjadi tujuan organisasi,
sasaransasaran apa yang ingin dicapai, tugas yang harus ditunaikan oleh masing-
masing anggota dan pemimpin tidak terlalu sering intervensi.
5. Tipe Demokratis
Pemimpin yang demokratik biasanya memandang peranannya selaku
koordinator dan integrator dari berbagai unsur dan komponen organisasi.
Pemimpin menyadari bahwa mau tidak mau organisasi harus disusun sedemikian
rupa sehingga menggambarkan secara jelas aneka ragam tugas dan kegiatan yang
tidak bisa tidak harus dilakukan demi tercapainya tujuan, serta melihat
kecenderungan adanya pembagian peranan sesuai dengan tingkatnya dan
memperlakukan manusia dengan cara yang manusiawi dan menjunjung harkat dan
martabat manusia.
5
2.4 Teori Kepemimpinan
Teori kepemimpinan membicarakan bagaimana seseorang menjadi
pemimpin atau bagaimana timbulnya seorang pemimpin. Ada beberapa teori
tentang kepemimpinan, di antaranya ialah:
1. Teori Genetie (Teori Genetik)
Inti dari teori ini tersimpul dalam mengadakan "leaders are born and not
made". Bahwa penganut teori ini mengatakan bahwa seorang pemimpin akan
karena ia telah dilahirkan dengan bakat pemimpin. Dalam keadaan bagaimana pun
seorang ditempatkan pada suatu waktu ia akan menjadi pemimpin karena ia
dilahirkan untuk itu. Artinya takdir telah menetapkan ia menjadi pemimpin.
2. Teori Sosial
Teori genetis mengatakan bahwa "Leaders are made and not born".
Penganut-penganut teori ini berpendapat bahwa setiap orang akan dapat menjadi
pemimpin apabila diberi pendidikan dan kesempatan untuk itu.
3. Teori Ekologis
Teori ini merupakan penyempurnaan dari kedua teori genetis dan teori
sosial. Penganut-penganut teori ini berpendapat bahwa seseorang dapat menjadi
pemimpin yang baik apabila pada waktu lahirtelah memiliki bakat-bakat
kepemimpinan, kemudian dikembangkan melalui pendidikan yang teratur dan
pangalaman-pengalaman yang memungkinkannya untuk mengembangkan lebih
lanjut bakat-bakat yang memang telah dimilikinya itu. Teori ini menggabungkan
segi-segi positif dari kedua teori genetis dan teori sosial dan dapat dikatakan teori
yang paling baik dari teori-teori kepemimpinan.
Dalam organisasi Muhammadiyah menggunakan teori kepemimpinan
ekologis yang merupakan bagian dari keduanya. Tipe pertama pemimpin di
Muhammadiyah adalah spiritualitas Islam, yakni kepiawain memimpin harus
memadukan antara bekal intrinsik yang merupakan kualitas individual (hard skill)
yang mumpuni dipadukan dengan kemampuan soft skill untuk bekerja sama,
berkomunikasi dan berorganisasi. Kedua, wawasan keislaman paham Islam yang
dibawa K.H. Ahmad Dahlan adalah khas. Ia memadukan nuansa puritan, nasional,
modern, progresif dan aktivisme amal sholeh dalam gerakan Muhammadiyah.
6
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Kegiatan
Tempat : Pimpinan Pusat Muhammadiyah Yogyakarta
Jl. Cik Di Tiro No.23, Terban, Kec. Gondokusuman, Kota
Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta 55223
Hari/Tanggal : Sabtu, 17 Maret 2022
Waktu : 09.00 – 11.00
Narasumber : Barli
3.2 Penelitian
A. Latar Belakang Berdirinya Muhammadiyah
Kampung Kauman di Yogyakarta menjadi saksi lahirnya organisasi yang
didasari atas keresahan KH Ahmad Dahlan atas dinamika sosial masyarakat
Indonesia dan kemiskinan struktural umat Islam ketika itu. Terletak di sebelah
barat alun-alun Keraton Kesultanan Yogyakarta, tidak jauh dari Masjid Agung
atau yang sekarang disebut Masjid Gedhe Kauman. Kampung Kauman dikenal
sebagai tempat tinggal komunitas masyarakat muslim yang menjadi abdi dalem
keraton pada masa itu. Di sanalah Ahmad Dahlan dilahirkan pada tahun 1868.
Selain itu, melihat keadaan ummat Islam pada waktu itu dalam keadaan
penuh dengan amalan-amalan yang bersifat mistis, KH Ahmad Dahlan tergerak
hatinya untuk mengajak mereka kembali kepada ajaran Islam yang sebenarnya
berdasarkan Qur'an dan Hadist. Oleh karena itu Beliau memberikan pengertian
keagamaan di rumahnya di tengah kesibukannya sebagai Khatib dan pedagang.
Awalnya ajaran ini ditolak, namun berkat ketekunan dan kesabarannya,
akhirnya mendapat sambutan dari keluarga dan teman dekatnya. Profesinya
sebagai pedagang sangat mendukung, sehingga dalam waktu singkat ajakannya
menyebar ke luar kampung Kauman bahkan sampai ke luar daerah dan ke luar
pulau Jawa.
Dengan semua keresahan itu, maka pada 18 November 1912 yang
bertepatan dengan 8 Dzulhijjah 1330 H, didirikanlah sebuah organisasi bernama
7
Muhammadiyah. Kata Muhammadiyah sendiri secara bahasa berarti pengikut
Nabi Muhammad. Penggunaan kata Muhammadiyah dimaksudkan untuk
menisbahkan (menghubungkan) dengan ajaran dan jejak perjuangan Nabi
Muhammad. Muhammadiyah merupakan gerakan Islam, da„wah Amar Ma‟ruf
Nahi Mungkar berasas Islam bersumber Al-Qur‟an dan As-Sunnah. Organisasi ini
terbentuk karena adanya dinamika sosial masyarakat Indonesia dan kemiskinan
struktural umat Islam pada masa itu atas dasar kemanusiaan dan pendidikan yang
berlandaskan semangat dakwah Amar Ma‟ruf Nahi Mungkar.
8
C. Visi & Misi, Tujuan dan Sasaran Muhammadiyah
a. Visi
Muhammadiyah sebagai gerakan Islam yang berpedoman pada Al-Qur‟an
dan As-Sunnah dengan tajdid yang dimilikinya senantiasa istiqomah dan
aktif dalam melaksanakan dakwah Islam Amar Ma‟ruf Nahi Mungkar,
sehingga menjadi rahmatan lil al-amim bagi umat, bangsa, dan dunia.
b. Misi
- Menegakkan keyakinan tauhid yang murni sesuai ajaran Allah SWT.
- Memahami agama dengan menggunakan akal pikiran sesuai dengan
jiwa ajaran Islam.
- Menyebarluaskan ajaran Islam.
- Mewujudkan amalan-amalan Islam dalam kehidupan pribadi,
keluarga, dan masyarakat.
c. Tujuan
Menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujudnya
masyarakat Islam yang sebenarnya.
d. Sasaran
Seluruh umat manusia terutama seluruh masyarakat Indonesia.
9
E. Perkembangan Muhammadiyah di Indonesia
1. Bidang Keagamaaan
Dalam bidang keagamaan usaha yang ditempuh Muhammadiyah diantaranya:
1. Memberi tuntunan dan pedoman dalam bidang ubudiyah sesuai dengan
ajaran Rasulullah Shallallahu „alaihi wa sallam.
2. Memberi pedoman dalam penentuan ibadah puasa dan hari raya dengan
jalan perhitungan “hisab” atau “astronomi” sesuai dengan jalan
perkembangan ilmu pengetahuan modern.
3. Meluruskan arah kiblat yang ada pada amasjid-masjid dan mushalla-
mushalla sesuai dengan arah yang benar menurut perhitungan garis
lintang.
4. Melaksanakan pengeluaran zakat pertanian, perikanan, peternakan, dan
hasil perkebunan, serta mengatur pengumpulan dan pembagian zakat
fitrah.
5. Memberi fatwa dan tuntunan dalam bidang keluarga sejahtera dan
keluarga berencana.
6. Terbentuknya Departemen Agama Republik Indonesia
2. Bidang Pendidikan
Dalam bidang pendidikan usaha yang ditempuh Muhammadiyah diantaranya:
1. Mendirikan sekolah umum dengan ilmu-ilmu keagamaan didalamnya
2. Mendirikan madrasah yang diberi pendidikan pengajaran ilmu-ilmu
pengetahuan umum.
3. Bidang Kemasyarakatan
Dalam bidang kemasyarakatan usaha yang ditempuh Muhammadiyah diantaranya:
1. Mendirikan rumah sakit modern, lengkap dengan segala peralatan,
membangun balai-balai pengobatan, rumah bersalin, apotek, dan
sebagainya.
2. Mendirikan panti-panti asuhan anak yatim, baik putra maupun putri untuk
menyantuni mereka.
10
3. Mendirikan perusahaan percetakan, penerbitan, dan toko buku yang
banyak memublikasikan majalah, brosur dan buku-buku yang sangat
membantu penyebarluasan paham-paham keagamaan, ilmu dan
kebudayaan Islam.
4. Pengusahaan dana bantuan hari tua, yaitu dana yang diberikan pada saat
seseorang tidak lagi bisa abekerja karena usia telah tua atau cacat jasmani.
5. Memberikan bimbingan dan penyuluhan keluarga mengenai hidup
sepanjang tuntunan Ilahi.
4. Organisasi
Dalam persyarikatan Muhammadiyah berdiri organisasi otonom sebagai pelopor,
pelangsung dan penyempurna amal usaha Muhammadiyah diantaranya:
1. „Aisyiyah
2. Nasyiatul „Aisyiyah
3. Pemuda Muhammadiyah
4. Ikatan Remaja Muhammadiyah (IRM)
5. Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM)
6. Tapak Suci Putra Muhammadiyah
7. Gerakan Kepanduan Hizbul-Wathan
11
rokok sejak awal ditemukan sampai sekarang tak kunjung menemukan titik
terang. Kemudian Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengeluarkan fatwa yang
mengundang kontroversi. Melalui Ijtima` Ulama Komisi Fatwa MUI ke III, 24-26
Januari 2009 di Sumatera Barat, ditetapkan bahwa merokok adalah haram bagi
anak-anak, ibu hamil, dan merokok di tempat-tempat umum.
3.3 Temuan
Berdasarkan kendala dan hambatan sebelumnya ditemukan adanya fatwa
MUI tentang pengharaman rokok dimana rokok yang pada awalnya makruh
menjadi haram ditinjau dari segi manapun. Sebagai bentuk keteladanan, seluruh
karyawan di Pimpinan Pusat Muhammadiyah Yogyakarta diminta untuk
menerapkan fatwa tersebut tanpa paksaan atas dasar kesadaran diri sendiri.
Alasannya karena merokok termasuk perbuatan mencelakakan diri sendiri dan
lebih banyak mudharadnya daripada manfaatnya (muhakbaru min naf`ih) bahkan
jika ada manfaatnya itupun sangat kecil. Dampak dari penerapan fatwa tersebut
pada karyawan di Pimpinan Pusat Muhammadiyah Yogyakarta yakni yang pada
awalnya hampir seluruh karyawan merupakan perokok aktif kemudian sedikit
demi sedikit berkurang, hingga pada akhirnya tinggal 20% dari 100% saja
karyawan yang saat ini masih merokok. Hal itu terus berkurang seiiring
berjalannya waktu dan kesadaran para pekerja tentang bahaya merokok.
Peran fatwa MUI tentang pengharaman rokok, merupakan implementasi
kepedulian Islam terutama Muhammadiyah akan arti penting kesehatan.
Keharaman rokok tidak dijelaskan langsung oleh al-Qur'an dan Hadis, melainkan
hasil produk penalaran para ulamaulama MUI, sehingga keharaman rokok tidak
bisa disamakan dengan keharaman khamr. Karena haramnya meminum khamr
bersifat manah (ditunjuk langsung oleh nas), sedangkan keharaman merokok
bersifat mustanba‟ah (hasil ijtihad/istimbat para ulama). Sementara larangan yang
besifat anni (dugaan/masih umum), tidak disebut haram, melainkan makruh dari
hasil produk penalaran para ulamaulama MUI, sehingga keharaman rokok tidak
bisa disamakan dengan keharaman khamr. Akan tetapi rokok tetap dikatakan
haram setelah ditinjau dari bebagai aspek terutama bagi bagi anak-anak, ibu
hamil, dan merokok di tempat-tempat umum.
12
BAB III
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian diatas, maka dapat dihasilkan kesimpulan sebagai
berikut:
1. Muhammadiyah berdiri karena adanya dinamika sosial masyarakat
Indonesia dan kemiskinan struktural umat Islam pada masa itu serta
meluruskan kekeliruan ajaran Islam yang menyimpang berlandaskan
Qur'an dan Hadist dengan ajaran dan jejak perjuangan Nabi Muhammad.
2. Adanya fatwa MUI tentang pengharaman rokok merupakan bentuk
implementasi kepedulian Islam terutama Muhammadiyah akan arti penting
kesehatan. Rokok yang pada awalnya makruh menjadi haram, alasannya
karena merokok termasuk perbuatan mencelakakan diri sendiri dan lebih
banyak mudharadnya daripada manfaatnya (muhakbaru min naf`ih)
bahkan jika ada manfaatnya itupun sangat kecil.
13
DAFTAR PUSTAKA
14
LAMPIRAN
15