Anda di halaman 1dari 7

KELOMPOK III

Kebijakan Pemerintah Dalam


Mengatasi Geng Motor Yang
Meresahkan Masyarakat

SMAN 9 JENEPONTO
TAHUN AJARAN 2021-2022
GENG MOTOR
Geng motor merupakan kelompok anak muda (remaja) karena
ada kesamaan latar belakang, sekolah, daerah dan lain-lain yang
tergabung dalam suatu komunitas pengguna kendaraan
bermotor roda dua. Komunitas bermotor saat ini bukan hanya
menjadi trend masyarakat perkotaan, melainkan sudah
menjamur sampai pelosok pedesaan

Pada awalnya, geng motor dianggap sebagai kumpulan


pehobi yang bertujuan mengekspresikan solidaritas dan
kreativitas. Perkembangan selanjutnya menunjukkan
berbagai perilaku menyimpang dan penuh kekerasan yang
dilakukan oleh anggota geng motor, terutama kaum muda .

Mengingat bahwa pelaku kekerasan geng motor umumnya adalah anak muda, penanganannnya perlu mencermati faktor keluarga. Diduga,
lemahnya ikatan keluarga, ditambah terpaan pengaruh media massa yang kuat menyebabkan perilaku geng motor yang menyimpang. Kolaborasi
kepolisian dengan keluarga dan pihak terkait merupakan kunci untuk menyelesaikan permasalahan ini.
1) Kebijakan yang diyakini akan dapat mengatasi masalah Geng Motor Yang Meresahkan Masyarakat.

Dari aspek kebijakan kriminal (politik kriminal), upaya penanggulangan kejahatan dapat ditempuh melalui
tiga hal, yakni:

(a) Penerapan hukum pidana (criminal law


application);
(b) Pencegahan tanpa pidana (prevention without
pun- ishment);
(c) Memengaruhi pandangan masyarakat
mengenai kejahatan dan pemidanaan lewat
masss media (influencing views of society on
crime and punishment/masss media)

Dengan demikian kebijakan upaya penanggulangan


kejahatan secara garis besar dapat dibagi dua, yaitu
lewat jalur “penal” (hukum pidana) dan lewat jalur
“non-penal” (bukan/di luar hukum pidana). Dalam
pembagian G.P. Hoefnagels tersebut, upaya-upaya
yang disebut dalam butir (b) dan (c) dapat
dimasukkan dalam kelompok upaya “non-penal”.
2) Keuntungan dan kerugian dari kebijakan tersebut.
Dapat dibedakan, bahwa upaya penanggulangan kejahatan lewat jalur “penal” lebih menitikberatkan pada sifat “repressive”
(penindasan/pemberantasan/ penumpasan) sesudah kejahatan terjadi, sedangkan jalur “non-penal” lebih menitikberatkan
pada sifat “preventive” (pencegahan/penangkalan/pengendalian) sebelum kejahatan terjadi

Keuntungan & Kerugian kebijakan jalur “penal”


02 Kerugian
Keuntungan Namun kerugian dari Hukum Pidana Indonesia adalah
01 sebagai salah satu sarana untuk social defence dalam arti
melindungi masyarakat terhadap kejahatan dengan
sebagaimana di dalam KUHAP ketentuan yang mengatur
tentang hak asasi manusia yang menjadi korban
memperbaiki atau memulihkan kembali (rehabilitatie) si kejahatan kurang mendapat perhatian dari pembentuk
pembuat tanpa mengurangi keseimbangan kepentingan undang-undang, karena ketentuan-ketentuan mengenai
perorangan (pembuat) dan masyarakat. hak asasi manusia yang dituangkan dalam KUHAP pada
umumnya hanya mengatur tentang hak-hak tersangka
Hukum Pidana memiliki kelebihan-kelebihan mendasar, dan terdakwa serta hak-hak Penasihat Hukum (BAB VI
seperti: Pasal 50 s/d 68 jo BAB VII Pasal 69 s/d 74), sedangkan
hak asasi korban kejahatan dalam KUHAP dapat
• Lebih diperhatikannya hak-hak tersangka dan terdakwa; dikatakan tidak ada atau tidak diatur secara jelas (secara
• Adanya bantuan hukum pada semua tingkat pemeriksaan; tersurat), kecuali hak mengajukan laporan atau
• Diaturnya dasar hukum untuk penangkapan/penahanan disertai dengan pengaduan kepada Penyelidik/Penyidik (Pasal 108 ayat
pembatasan jangka waktunya; (1) KUHAP) dan hak menggugat ganti kerugian melalui
• Ketentuan mengenai ganti kerugian dan rehabilitasi; Praperadilan (Pasal 80 KUHAP) atau pemeriksaan
• Ketentuan mengenai dimungkinkannya penggabungan perkara gugatan gugatannya dapat digabungkan dengan pemeriksaan
ganti kerugian pada perkara pidana; perkara pidana (Pasal 98 jo 99 KUHAP)
2) Keuntungan dan kerugian dari kebijakan tersebut.
Dapat dibedakan, bahwa upaya penanggulangan kejahatan lewat jalur “penal” lebih menitikberatkan pada sifat “repressive”
(penindasan/pemberantasan/ penumpasan) sesudah kejahatan terjadi, sedangkan jalur “non-penal” lebih menitikberatkan
pada sifat “preventive” (pencegahan/penangkalan/pengendalian) sebelum kejahatan terjadi

Keuntungan & Kerugian kebijakan jalur “non-penal”


02 Kerugian
Keuntungan
01 Mengingat keterbatasan/kelemahan kemampuan hukum
Kebijakan non-penal dalam memberantas Geng Motor
Yang Meresahkan Masyarakat tidak begitu efektif dimana
pidana (penal policy) dalam menanggulangi geng motor hukum saat ini mempunyai keterbtasan ruang gerak
maka, “non penal” lebih bersifat tindakan pencegahan dalam upaya untuk menumpaskan permasalahan ini
untuk terjadinya kejahatan dan menduduki posisi kunci disamping itu, tidak semua masyarakat mendengar
dan strategis dari keseluruhan upaya politik kriminal. arahan dari pemerintah, sehingga banyak yang
melanggar aturan tersebut..
AWESOME

Kebijakan tersebut tentu tidak melanggar peraturan perundang-undangan karena


kebijakan-kebijakan itu adalah sesuai dengan peraturan perundangan-undangan .
Yaitu menyerahkan kriminal tersebut kepada hukum pidana/pihak yang berwajib
untuk menangani kasus tersebut. Pendekatan penal dilakukan melalui penerapan
hukum pidana sementara pendekatan non penal dilakukan melalui upaya-upaya
pencegahan terjadinya kejahatan dengan melihat akar masalah kejahatan tersebut
3) Kebijakan tersebut tidak melanggar
peraturan perundang-undangan
4) Tingkat atau lembaga pemerintah mana yang
harus bertanggung jawab menjalankan kebijakan
yang diusulkan.

Polisi adalah salah satu profesi yang mempunyai tugas


menjaga keamanan warga/rakyat Indonesia ataupun
menangkap orang yang bersalah sesuai hukum yang
berlaku. Salah satunya seperti menangkap geng motor yang
berkeliaran sehingga menggangu masyarakat sekitar, upaya
penanganan yang di lakukan oleh aparat kepolisian di
tempuh melalui pendekatan pendekatan non-penal mulai
langkah langkah yang bersifat pengarahan, pembinaan
dengan melibatkan seluruh komponen masyarakat, dan
untuk penanganan dengan pendekatan penal/represif
(penerapan hukum pidana) dilakukan terhadap para pelaku
yang di kategorikan pelanggaran berat dengan ancaman
pidana ditangani melalui proses peradilan pidana.

Anda mungkin juga menyukai