Islam masuk Mesir pada masa pemerintahan Ummar bin Khatab, pada saat
itukhalifah memerintahkan tentara untuk membawa tentara islam
menduduki Mesir, karena Palestina yang saat itu sudah ditaklukkan oleh
tentara islam tidak aman tanpa menduduki Mesir yang berbatasan langsung.
Di abad modern, Mesir berada di bawah penjajahan Barat, pada tahun 1798
tentara Napoleon mendarat di Mesir, tanpa mendapat perlawanan berarti
dari umat islam. Inggris mulai campur tangan di pemerintahan Mesir tahun
1882 dan Mesir merdeka dari Inggris tahun 1992.2
1
Tim Penulis, Ensiklopedi Islam, Jilid 3, Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoeve,2001, j.227.
2
Ibid., h.228.
Kemunculan Daulah ini seperti yang dikatakan JJ. Sounders yang dikutip
oleh Catur Prasetyo adalah diakibatkan oleh tuntutan Imamah sebagai
Khalifah atau pengganti Rasulullah setelah wafat. Lebih jauh ia mengatakan
gerakan Syi’ah tersebut merupakan sebuah protes politik terhadap penguasa
dan sebagai tandingan bagi penguasa dunia Islam pada saat itu yang terpusat
di Baghdad. Protes politik tersebut dilakukan dengan jalan konfrontasi,
sehingga para penguasa (Mu’awiyah dan Abbasiyah) tidak ragu-ragu
membunuh keluarga Ahl al-Bayt dan mengintimidasi para pengikutnya.3
Hubungan antara daulah Abbasiyah dan sekte syi’ah selalu dalam kondisi
konflik, karena Daulah Abbasiyah pernah mengkhianati Syia’ah, maka
sekte Syi’ah bersikap oposisi terhadap pemerintahan Abbasiyah. Akibatnya,
orang-orang Syi’ah selalu berada dalam kejaran Daulah Abbasiyah, dan
akhirnya pada masa Khalifah al-Hadi, Imam Idris Ibn Abdullah beserta
pengikutnya melarikan diri ke Maroko dan mendirikan Daulah Idrisiyah
tahun 172H.
3
JJ. Sounders, A History of Medival Islam (London: Redwood Book, 1981),.125. lihat juga, Philip
K. Hitti, Hirtory of The Arabs, terj. (Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta, 2006)
4
Ali Husin Al-Karbutali, Al-Islam wa Al-Khilafah, Bairut : Daul Bairut, 1969, h.171
memberikan kesempatan pada Ubaidillah Al-Mahdi untuk bebas dari
penjara dan dilantik pendukungnya menjadi pemimpin mereka dan akhirnya
berdirilah Daulah Fatimiyah pada tahun 297 H / 909 M.5
Daulah ini berkuasa selama kurang lebih 262 tahun, diperintah oleh 12
orang khalifah. Dengan pembagiaan tiga periode yaitu pertumbuhan,
kejayaan dan kemajuan kemudian masa kemunduran.
5
Ibid., h.173
6
Hamka, Sejarah Umat Islam, jilid 2, Jakarta: Bulan Bintang,1975, h.185.
7
Syed Mahmudunnasir, Islam Konsepsi dan Sejarahnya, Bandung: Rosda Bandung, 1988, h.302
Saat itu terdapat tiga Khalifah dalam dunia islam yang satu sama lainnya
tidak saling berhubungan di bidang politik tetapi berhubungan di bidang
ilmu pengetahuan.
8
Ali Husin Al-Karbutali, op.cit., h.175.
9
Ibid., h.176
sebab keberhasilan ekspansi ditetukan oleh stabilitas kaeamanan dalam
negeri atau rapuhnya kondisi sosial ekonomi negara sasaran.
10
Ali Mufrodi, Islam di Kawasan, 117
11
Philip K.Hitti,Hirtory,790. lihat,Hasan Ibrahim ,Ta>rikh al-Dawlah,92,dan140. lihat juga,
Hasan Ibrahim Hasan, Ta>rikh al-Isla>mi,136. lihat juga, Ajid Thohir, Perkembangan,114
Fathimiyyah berhasil mengambil Sicilia dari kekuasaan Bizantine,
kemudian membangun Universitas kedokteran yang sama besarnya dengan
universitas-universitas di Cardova.
12
Montgomery Watt, W. Kejayaan Islam: Kajian Kritis dari Tokoh Orientalis. 1990. Cetakan
pertama. Yogyakarta: Tiara Wacana. h. 216.
13
Ibid.
14
Seperti nama kedinastiannya, nama Jami’ Al-Azhar dinisbahkan kepada nama julukan dari
Fatimah, putri Rasulullah saw, yaitu “Az-Zahra”. Ada juga yang berpendapat bahwa nama Al-
Azhar mempunyai makna “cemerlang” yang diambil dari kata “zuhra” atau “zahrah” (planet
Venus). Selanjutnya, dengan nama tersebut diharapkan Jami’ Al-Azhar dapat bersinar cemerlang
dan menyinari kehidupan umat Islam. Paling tidak ada empat fungsi yang diharapkan dari
pembangunan Jami’ Al-Azhar saat itu. Antara lain: pertama, sebagai pusat peribadatan umat
Islam; kedua, sebagai pusat pengembangan sosial religius; ketiga, sebagai sentral pendidikan;
keempat, sebagai pusat kegiatan (politik) pemerintahan Dinasti Fatimiyah (www.
warungbaca.blogspot.com/2008/09/dinasti-fatimiyah.html+dinasti+fatimiyah&cd)
15
Zainal Abidin Ahmad, Sejarah Islam dan Ummatnya, (Jakarta: Bulan Bintang, 1979), h. 109
1. Abu Mansur Nizar al-'Aziz billah (975 M – 996 M).
Abu Mansur Nizar (lahir pada tahun 344 H./954 M.) adalah putra Muiz,
ia menggantikan ayahnya pada bulan Rabi’ al-Awwal 365 H.
memasuki tahun ke-22 dari umurnya dengan gelar al-‘Aziz bi Allah, ia
merupakan khalifah yang paling bijaksana dan pemurah, sehingga
mampu membawa rakyat lebih makmur. Dalam pemerintahannya, ia
sangat liberal dan memberi kebebasan kepada setiap agama untuk
berkembang, kerukunan antar umat beragama terjalin dengan sangat
baik, bahkan seorang wazirnya, Isa ibn Nastur beragama kristen dan
Manasah seorang Yahudi menjadi salah seorang pejabat tinggi di
istananya.
16
http://caturhadiprasetyo.wordpress.com/2012/05/27/dinasti-fatimiyyah.
macam buku dengan berbagai ilmu. Selain sebagai pusat ilmu, Dar al-
Hikmah sekaligus dijadikan sebagai sarana penyebaran teologi Syi’ah.
2.8.5Kemajuan Ekonomi
1. Pajak
Mesir dikenal sebagai negara yang kaya dengna hasil pertanian karena
tanah yang subur di dekat lembah sungai nil. Maka pajak pertanian ikut
serta menjadi sumber pendapatan negara. Selain pertanian, peternakan
di Mesir juga merupakan pemasukkan tambahan kas negara.
Pajak yang dipungut oleh perdana menteri Ya’qub ibn Keles
menghasilkan pendapatan yang luar biasa untuk kota Dimyat saja pajak
bisa melebihhi 200.000 dinar oer harinya. Hal tersebut belum pernah
terjadi di Mesir sebelumnya. 18
2. Jizyah
Yaitu pungutan yang diwajibkan kepada orang kafir Zimmi yang
tinggal di wilayah islam merdeka lagi baligh, tetapi tidak diwajibkan
terhadap wanita dan anak-anak.
3. Al-Makus
Yaitu pajak bae cukai yang diwajibkan bagi industri.Terdaoat dua cara
yang diterapkan dalam pemungutan bea cukai ini. Pertama, bea sukai
yang dipungut dari barang-barang luar negeri yang datang ke Mesir.
17
ibid
18
Joesoef Sou’yb, op.cit., h.546
Sedangkan jenis kedua, adalah bea cukai yang diwajibkan pada
industri-industri yang berada di wilayah Mesir.19
19
Ibid., h.550
ditandatangani oleh sekretarisnya yang beragama Kristen, Ibn Abdun,
dan tindakan itu merupakan salah satu sebab utama terjadinya Perang
Salib. Akhirnya, khalifah bermata biru ini mengikuti perkembangan
ekstern ajaran Syi‟ah Ismailiyah, dan menyatakan dirinya sebagai
penjelmaan tuhan. Keyakinan itu diterima dan diakui oleh sekte
keagamaan terbaru yang disebut Druziyah. Nama sekte itu diambil dari
nama pendakwa mereka yang pertama, al-Darazi (1019) yang berasal
dari Turki. Pada 13 Pebruari 1021, al-Hakim terbunuh di Mukatam,
kemungkinan oleh persekongkolan yang dipimpinadik perempuannya
Sitt al-Muluk yang telah diperlakukan tidak hormat oleh Khalifah.20
Karena al-Hakim masih terlalu muda ketika diangkat menjadi Khalifah,
kekuasaan sesungguhnya berada di tangan wazir, yang kemudian sering
mendapat julukan kebangsawanan “al-Malik”. Anak dan pengganti al-
Hakim, yaitu al-Zhahir (1021-1035) berumur enam belas tahun ketika naik
tahta. Khalifah inilah yang mendapatkan izin dari Konstantian VIII agar
namanya disebutkan di masjid-masjid yang berada di bawah kekuasaan sang
Kaisar. Ia juga mendapatkan izin untuk memperbaiki masjid di
Konstantinopel sebagai balasan terhadap restu sang khalifah untuk
membangun kembali gereja yang di dalamnya terdapat kuburan Suci.
Pengganti al-Zhahir adalah anaknya yang sebelas tahun, Ma‟ad al-
Muntashir (1035-1094), yang berkuasa selama hampir enam puluh tahun,
sebuah periode kekuasaan terpanjang dalam sejarah Islam. Pada periode
awal kekuasaannya, Ibunya seorang budak dari Sudan yang dibeli dari
seorang Yahudi, menikmati kekuasaan anaknya dengan leluasa. Sejak saat
itu, kekuasaan Dinasti Fatimiyah mulai menyusut sedikit demi sedikit,
bahkan lebih kecil dari Mesir. Pada 1043, kekuasaan Fatimiyah atas wilayah
Suriah, yang memiliki ikatan longgar pada Mesir, mulai terkoyak dengan
cepat.21 Di Palestina sering terjadi pemberontakan terbuka. Sebuah kekuatan
besar yang datang dari Timur, yaitu Bani Saljuq dari Turki, kini
20
Philip K. Hitti, History of The Arab, Terj. R. Cecep Lukman Yasin dan Dedi Slamet Riyadi
(Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta, 2010), 792.
21
Musyrifah Sunanto, Sejarah Islam Klasik; perkembangan Ilmu
Pengetahuan Islam (Bogor: Kencana, 2003), 145.
membayang-bayangi wilayah Asia Barat. Pada waktu yang bersamaan,
provinsi-provinsi Fatimiyah di Afrika memutuskan hubungan dengan pusat
kekuasaan, berhasrat untuk memerdekakan diri, atau kembali kepada
sekutu lama mereka, yaitu Dinasti Abbasiyah. Suku Arab yang sering
menyusahkan penguasa, yaitu Banu Hilal dan Banu Sulaim, yaitu berasal
dari kawasan Nejed dan sekarang mendiami dataran tinggi Mesir, pada
1052 memberontak, dan bergerak sendiri ke bagian Barat, kemudian
menduduki Tripoli dan Tunisia selama beberapa tahun.
22
Muhammad Ash-Shayim, Shalahuddin al-Ayyubi: Sang pejuang Islam (Jakarta: Gema Insani
Press, 2003), 30.
1073 Khalifah memangil seorang Armenia Badr Al-Jamali, seorang
bekas budak, dari pasukan kegubernuran Akka, dan memberinya
wewenang untuk bertindak sebagai wazir dan panglima tertinggi. Amir
al-Juyusyi (komandan pasukan) yang baru ini mengambil komando
dengan segenap kekuatan yang ia punya untuk memadamkan berbagai
kekacauan dan memberikan nyawa baru pada rezim Fatimiyah. Tapi
keadaan ini tidak berlangsung lama. Usaha Badr maupun anak dan
penerus al-Mustanshir yaitu al-Malik al-Afdhal, yang naik tahta setelah
ayahnya meningal pada 1094, tidak dapat menahan kemunduran dinasti
itu.
23
Hitti, History of The Arab, 794.
24
Moh. Nurhakim, Jatuhnya Sebuah Tamadun: Menyingkap Sejarah Kegemilangan dan
Kehancuran Imperium Khalifah Islam (Jakarta: Kementerian Agama Republik Indonesia, 2012),
121.
menyampaikan khotbah Jum‟at. Tiga hari kemudian khalifah al-Adhid
meninggal dunia.
yang kedua.45