Anda di halaman 1dari 14

PANCASILA SEBAGAI ETIKA POLITIK

Nama : Sonia Auliani

Npm : 215310454

Prodi : Akuntansi

Fakultas : Ekonomi & Bisnis

Dosen Pengampu : Ramzi Durin SH.,MH

Sebagai salah satu tugas pendidikan pancasila

UNIVERSITAS ISLAM RIAU


2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa,karena dengan
pertolongannya saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan materi yang berjudul
“pancasila sebagai etika politik”.

Tentunya ada hal-hal yang kami berikan kepada masyarakat dari hasil penyusutan
materi ini khususnya sebagai warga Negara Indonesia yang menganut pancasila sebagai
dasar Negara di tengah berbagai guncangan politik akhir-akhir ini. Pancasila sebagai
dasar negara pada hakikatnya merupakan sumber dari segala norma, baik norma hukum,
norma moral, maupun norma kenegaraan lainnya. Nor ma hukum adalah suatu sistem
peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia.

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii
BAB I.........................................................................................................................................2
PENDAHULUAN......................................................................................................................2
1.1. LATAR BELAKANG....................................................................................................2
1.2. RUMUSAN MASALAH................................................................................................3
1.3. TUJUAN PENULISAN..................................................................................................3
1.4 BATASAN PERMASALAHAN……………………………………………………….4
BAB II........................................................................................................................................5
PEMBAHASAN........................................................................................................................5
2.1 PENGERTIAN ETIKA POLITIK..................................................................................5
2.2 LIMA DASAR PRINSIP ETIKA POLITIK PANCASILA...........................................6
2.3 NILAI-NILAI YANG TERKANDUNG DALAM PANCASILA ETIKA POLITIK....8
2.4 ETIKA POLITIK DAN PEMERINTAH........................................................................9
2.5 ETIKA PENEGAKAN HUKUM YANG BERKEADILAN ......................................10
2.6 PELAKSANA RTIKA POLITIK PANCASILA..........................................................11
BAB III.....................................................................................................................................12
PENUTUP................................................................................................................................12
3.1. SIMPULAN..................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................13

BAB I
PENDAHULUAN

1
I. Latar Belakang
Latar Belakang Pancasila sebagai suatu sistem filsafat pada hakikatnya

merupakan suatu nilai. Sehingga merupakan sumber dari segala penjabaran norma, baik

norma hukum, norma sosial, maupun norma kenegaraan lainnya. Sebagai suatu nilai,

Pancasila memberikan dasar-dasar yang bersifat fundamental dan universal bagi manusia,

baik dalam hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Manakala nilai-nilai tersebut

akan membuat suatu nilai dalam kehidupan yang bersifatksis atau kehidupan yang nyata

dalam masyarakat, bangsa, maupun maka suatu negara dapat mewujudkan norma-norma

yang jelas. Norma-norma tersebut meliputi: norma moral dan norma hukum.

Pancasila sebagai dasar Negara, pedoman dan tolak ukur kehidupan berbangsa

dan bernegara di Republik Indonesia. Tidak lain dengan kehidupan

berpolitik,etika politik Indonesia tertanam dalam jiwa Pancasila. Kesadaran etika yang

merupakan kesadaran relasional akan tumbuh subur bagi warga masyarakat Indonesia ketika

nilai- nilai Pancasila itu diyakini kebenarannya, kesadaran etika juga akan lebih berkembang

ketika nilai dan moral Pancasila itu dapat di terapkan kedalam norma-norma yang di

berlakukan di Indonesia.

Nilai-nilai pancasila kemudian dijabarkan dalam suatu norma yang jelas sehingga

merupakan suatu pedoman. Norma tersebut meliputi norma moral yaitu yang berkaitan

dengan tingkah laku manusia yang dapat diukur dari sudut baik maupun buruk.

Kemudian yang ke dua adalah norma hukum yaitu suatu sistem perundang-undangan

yang berlaku di Indonesia. Dalam pengertian inilah maka Pancasila berkedudukan

sebagai sumber dari segala hukum di Indonesia. Pancasila juga merupakan suatu cita-cita

2
moral yang luhur yang terwujud dalam kehidupan sehari-hari bangsa Indonesia sebelum

membentuk negara dan berasal dari bangsa Indonesia sendiri sebagai asal mula.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian Etika, Politik dan Etika Politik ?

2. Apa saja prinsip Etika Politik ?

3. Apa definisi Dimensi Politis Manusia ?

4. Nilai-nilai apa yang terkandung dalam Pancasila sebagai Sumber Etika Politik ?

5. Bagaimana Pengertian Nilai, Norma dan Moral ?

6. Apa itu Hierarkhi Nilai ?

7. Apa pengertian Nilai Dasar, Instrumental dan Nilai Praksis ?

8. Bagaimana Hubungan Nilai, Norma dan Moral ?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian nilai, norma dan moral dalam konteks pancasila sebagai etika

politik.

2. Dapat mengerti hubungan antara nilai, norma dan moral dalam konteks pancasila sebagai

etika politik.

3. Dapat memahami nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila sebagai sumber etika.

1.4 Batasan Permasalahan

Pancasila Sebagai Etika Politik :

3
- Pancasila berasal dari kata “panca” yang berarti lima dan “sila” berarti dasar. Jadi Pancasila

merupakan dasar falsafah Negara Indonesia sebagaimana tercantum dalam pembukaan UUD

1945.

- Etika merupakan suatu pemikiran kritis dan mendasar tentang ajaran-ajaran dan pandangan-

pandangan moral.

- Politik merupakan bermacam-macam kegiatan dalam suatu sistem politik atau negara yang

menyangkut proses tujuan penentuan-penentuan tujuan dari sistem itu dan diikuti dengan

pelaksanaan tujuan-tujuan itu.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Etika Politik

4
Sebagai salah satu cabang etika, khususnya etika politik termasuk dalam lingkungan

filsafat. Filsafat yang langsung mempertanyakan praksis manusia adalah etika. Etika

mempertanyakan tanggung jawab dan kewajiban manusia. Ada berbagai bidang etika khusus,

seperti etika individu, etika sosial, etika keluarga, etika profesi, dan etika pendidikan.

Fungsi etika politik dalam masyarakat terbatas pada penyediaan alat-alat teoritis untuk

mempertanyakan serta menjelaskan legitimasi politik secara bertanggung jawab. Jadi, tidak

berdasarkan emosi, prasangka dan apriori, melainkan secara rasional objektif dan argumentatif.

Etika politik tidak langsung mencampuri politik praktis. Tugas etika politik membantu agar

pembahasan masalah-masalah idiologis dapat dijalankan secara obyektif.

Hukum dan kekuasaan Negara merupakan pembahasan utama etika politik. Hukum

sebagai lembaga penata masyarakat yang normatif, kekuasaan Negara sebagai lembaga penata

masyarakat yang efektif sesuai dengan struktur ganda kemampuan manusia (makhluk individu

dan sosial). Jadi etika politik membahas hukum dan kekuasaan. Prinsip-prinsip etika politik yang

menjadi titik acuan orientasi moral bagi suatu Negara adalah adanya partisipasi demokratis

masyarakat, jaminan ham menurut kekhasan paham kemanusiaan dan sturktur kebudayaan

masyarakat masing-masing dan keadaan sosial.

2.2 Lima Dasar Prinsip Etika Politik Pancasila

5
Pancasila sebagai etika politik maka mempunyai lima prinsip itu berituk ini disusun

menurut pengelompokan Pancasila, karena Pancasila memiliki logika internal yang sesuai

dengan tuntutan-tuntutan dasar etika politik modern.

1. Pluralisme

Pluralisme adalah kesediaan untuk menerima pluralitas, artinya untuk hidup dengan positif,

damai, toleran, dan biasa/normal bersama warga masyarakat yang berbeda pandangan hidup,

agama, budaya dan adat. Pluralisme mengimplikasikan pengakuan terhadap kebebasan

beragama, kebebasan berpikir, kebebasan mencari informasi dan toleransi. Pluralisme

memerlukan kematangan kepribadian seseorang dan sekelompok orang.

2. Hak Asasi Manusia

Jaminan hak-hak asasi manusia adalah bukti kemanusian yang adil dan beradab. Karena

hak-hak asasi manusia menyatakan bagaimana manusia wajib diperlakukan dan wajib tidak

diperlakukan. Jadi bagaimana manusia harus diperlakukan agar sesuai dengan martabatnya

sebagai manusia. Karena itu, hak-hak asasi manusia adalah baik mutlak maupun kontekstual

dalam pengertian sebagai berikut.

a. Mutlak karena manusia memilikinya bukan karena pemberian Negara, masyarakat,

melainkan karena pemberian Sang Pencipta.

b. Kontekstual karena baru mempunyai fungsi dan karena itu mulai disadari, diambang

modernitas di mana manusia tidak lagi dilindungi oleh adat/tradisi, dan sebaiknya diancam oleh

Negara modern.

6
3. Solidaritas Bangsa

Solidaritas bermakna manusia tidak hanya hidup demi diri sendiri, melainkan juga demi

orang lain, bahwa kita bersatu senasib sepenanggungan. Manusia hanya hidup menurut

harkatnya apabila tidak hanya bagi dirinya sendiri, melainkan menyumbang sesuatu pada hidup

manusia-manusia lain. Sosialitas manusia berkembang secara melingkar yaitu keluarga,

kampung, kelompok etnis, kelompok agama, kebangsaan, solidaritas sebagai manusia. Maka di

sini termasuk rasa kebangsaan. Manusia menjadi seimbang apabila semua lingkaran kesosialan

itu dihayati dalam kaitan dan keterbatasan masing-masing.

4. Demokrasi

Prinsip “kedaulatan rakyat” menyatakan bahwa tak ada manusia atau sebuah elit atau

sekelompok ideologi berhak untuk menentukan dan memaksakan orang lain harus atau boleh

hidup. Demokrasi berdasarkan kesadaran bahwa mereka yang dipimpin berhak menentukan

siapa yang memimpin mereka dan kemana mereka mau dipimpin. Jadi demokrasi memerlukan

sebuah sistem penerjemah kehendak masyarakat ke dalam tindakan politik.

Demokrasi hanya dapat berjalan baik atas dua dasar yaitu :

1. Pengakuan dan jaminan terhadap HAM; perlindungan terhadap HAM menjadi prinsip

mayoritas tidak menjadi kediktatoran mayoritas.

2. Kekuasaan dijalankan atas dasar, dan dalam ketaatan terhadap hukum (Negara hukum

demokratis). Maka kepastian hukum merupakan unsur harkiki dalam demokrasi (karena

mencegah pemerintah yang sewenang-wenang).

7
5. Keadilan Sosial

Keadilan merupakan norma moral paling dasar dalam kehidupan masyarakat. Moralitas

masyarakat mulai dengan penolakan terhadap ketidakadilan. Tuntutan keadilan sosial tidak boleh

dipahami secara ideologis, sebagai pelaksanaan ide-ide, ideologi-ideologi, agama-agama

tertentu, keadilan sosial tidak sama dengan sosialisme. Keadilan sosial adalah keadilan yang

terlaksana. Dalam kenyataan, keadilan sosial diusahakan dengan membongkar ketidakadilan-

ketidakadilan yang ada dalam masyarakat. Ketidakadilan adalah diskriminasi di semua bidang

terhadap perempuan, semua diskriminasi atas dasar ras, suku dan budaya.

Untuk itu tantangan etika politik paling serius di Indonesia sekarang adalah:

1. Kemiskinan, ketidakpedulian dan kekerasan sosial.

2. Ekstremisme ideologis yang anti pluralism, pertama-tama ekstremisme agama dimana

mereka yang merasa tahu kehendak Tuhan merasa berhak juga memaksakan pendapat

mereka pada masyarakat.

3. Korupsi

2.3 Nilai-nilai yang Terkandung dalam Pancasila Sebagai Etika Politik


Sila pertama ‘Ketuhanan yang Maha Esa’ serta sila kedua ‘ Kemanusiaan yang Adil dan

Beradab’ adalah merupakan sumber nilai –nilai moral bagi kehidupan kebangsaan dan

kenegaraan.

Dalam pelaksanaan dan penyelenggaraan negara, etika politik menuntut agar kekuasaan

dalam negeri di jalankan sesuai dengan:

a) Asas legalitas ( legitimasi hukum).

b) Di sahkan dan dijalankan secara demokratis ( legitimasi demokratis)

8
c) Dilaksanakan berdasarkan prinsip–prinsip moral/tidak bertentangan dengannya

(legitimasi moral).

Pancasila sebagai suatu sistem filsafat memiliki tiga dasar tersebut. Dalam pelaksanaan

dan penyelenggaraan negara, baik menyangkut kekuasan, kebijaksanan yang menyangkut publik,

pembagian serta kewenangan harus berdasarkan legitimasi moral religius (sila 1) serta moral

kemanusiaan (sila 2). Negara Indonesia adalah negara hukum, oleh karena itu ‘ keadilan’ dalam

hidup bersama ( keadilan sosial ) sebagai mana terkandung dalam (sila 5), adalah merupakan

tujuan dalam kehidupan negara. Oleh karena itu dalam pelaksanaan dan penyelenggaraan negara,

segala kebijakan, kekuasaan, kewenangan, serta pembagian senantiasa harus berdasarkan atas

hukum yang berlaku. Negara adalah berasal dari rakyat dan segala kebijaksanaan dan kekuasaan

yang dilakukan senantiasa untuk rakyat (sila 4). Oleh karena itu rakyat adalah merupakan asal

mula kekuasan negara. Oleh karena itu pelaksanaan dan penyelenggraan negara segala

kebijaksanaan, kekuasaan, serta kewenangan harus dikembalikan pada rakyat sebagai pendukung

pokok Negara.

2.4 Etika Politik dan Pemerintahan

Etika politik dan pemerintahan dimaksudkan untuk mewujudkan pemerintahan yang bersih,

efisien, dan efektif serta menumbuhkan suasana politik yang demokratis yang bercirikan keterbukaan,

rasa bertanggung jawab, tanggap akan aspirasi rakyat, mengharagai perbedaan, jujur dalam persaingan,

kesediaan untuk menerima pendapat yang lebih benar, serta menjunjung tinggi hak asasi

manusia dan keseimbangan antara hak dengan kewajiban dalam kehidupan berbangsa.

Etika pemerintahan mengamanatkan agar penyelenggara negara memiliki rasa kepedulian

tinggi dalam memberikan pelayanan kepada publik, siap mundur apabila merasa dirinya telah

melanggar kaidah dan sistem nilai ataupun dianggap tidak mampu memenuhi amanah

9
masyarakat, bangsa dan negara. Masalah potensial yang dapat menimbulkan permusuhan serta

pertentangan diselesaikan secara musyawarah dengan penuh kearifan sekaligus kebijaksanaan

yang sesuai dengan nilai-nilai agama, nilai-nilai luhur budaya, dengan tetap menjunjung tinggi

perbedaan sebagai sesuatu yang manusiawi dan alamiah.

Etika politik dan pemerintahan diharapkan mampu menciptakan suasana harmonis antar-

pelaku dan antar-kekuatan sosial politik serta antar-kelompok kepentingan lainnya untuk

mencapai sebesarbesar kemajuan bangsa maupun negara dengan mendahulukan kepentingan

bersama daripada kepentingan pribadi dan golongan.

2.5 Etika Penegakan Hukum yang Berkeadilan

Etika penegakan hukum yang berkeadilan dimaksudkan untuk menumbuhkan kesadaran

bahwa tertib sosial, ketenangan dan keteraturan dalam hidup bersama hanya dapat diwujudkan

dengan ketaatan terhadap hukum dan seluruh peraturan yang berpihak kepada keadilan.

Keseluruhan aturan hukum yang menjamin tegaknya supremasi serta kepastian hukum yang

sejalan dengan upaya pemenuhan rasa keadilan yang hidup dan berkembang di dalam

masyarakat.

Etika ini meniscayakan penegakan hukum secara adil, perlakuan yang sama, tidak

diskriminatif terhadap setiap warga negara di hadapan hukum, menghindarkan penggunaan

hukum secara salah sebagai alat kekuasaan dan bentuk-bentuk manipulasi hukum lainnya.

2.6 Pelaksanaan Etika Politik Pancasila

Menurut Aryaning Arya Kresna dkk. (2012: 53-54) ada beberapa cara yang mudah untuk

memahami politik Pancasila, yang dapat dipakai untuk mengajukan kritik terhadap praktik
10
Pancasila. Pertama mempertanyakan tingkatan dijalankannya prinsip moral “menjunjung tinggi

harkat dan martabat manusia”. Apakah sebuah tindakan yang dilakukan sebuah lembaga

pemerintahan telah menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia? Kedua, mempertanyakan

tingkatan kesesuaian antara nilai obyektif dengan nilai intersubyektif. Apakah sebuah tindakan

yang dilakukan lembaga pemerintahan yang berdasarkan prinsip nilai intersubjektif “keadilan”

sesuai dengan nilai objektif “adil”?

Untuk menjawab pertanyaan di atas, perlu kiranya usaha untuk membuat sebuah rambu

dan batasan dalam penilaian etika politik Pancasila, sehingga dari titik tersebut dapat ditarik

kesimpulan logis, yaitu hal-hal mana saja yang dapat dipakai sebagai acuan penilaian yang

lebih konkret. Rambu dan batasan tersebut dimulai dengan cara menentukan nilai objektif.

BAB III

KESIMPULAN

Pancasila sebagai suatu sistem filsafat pada hakikatnya merupakan nilai sehingga ia

menjadi sumber dari segala penjabaran norma baik norma hukum, norma moral maupun norma

kenegaraan lainnya. Etika politik berkaitan dengan objek formal etika, dan obyek material

politik yang meliputi legitimasi negara, hukum, kekuasaan serta penilaian kritis terhadap

11
legitimasi-legitimasi tersebut. Nilai-nilai Pancasila sebagai sumber etika politik yakni : Sebagai

dasar filsafat negara, Pancasila tidak hanya merupakan sumber bagi peraturan perundangan,

melainkan juga merupakan sumber moralitas terutama dalam hubungannya dengan legitimasi

kekuasaan, hukum serta berbagai kebijakan dalam pelaksanaan dan penyelenggaraan negara.

Secara moralitas kehidupan negara - terutama hukum serta moral dalam kehidupan negara-

harus sesuai dengan nilainilai yang berasal dari Tuhan. Asas kemanusiaan seharusnya menjadi

prinsip dasar moralitas dalam pelaksanaan dan penyelenggaraan negara. Dalam pelaksanaan

dan penyelenggaraan negara, etika politik menuntut agar kekuasaan dalam negara dijalankan

sesuai dengan: asas legalitas, disahkan dan dijalankan secara demokratis, serta dilaksanakan

berdasarkan prinsip-prinsip moral.(Surajiyo, 2014)

DAFTAR PUSTAKA

Surajiyo. (2014). PANCASILA SEBAGAI ETIKA POLITIK DI INDONESIA. Politik, 2(1).

12

Anda mungkin juga menyukai