Anda di halaman 1dari 22

PANCASILA SEBAGAI ETIKA

POLITIK

DISUSUN OLEH :

KADEK DWI ARIKA PUTRI (1915613021)


NI LUH NOPITA PUTRI (1915613026)
KADEK DWI CAHYANI (1915613036)
I MADE SURYA ADNYANA PUTRA (1915613041)
PUTU DITYA OKTAVIANI (1915613046)

JURUSAN AKUNTANSI
POLITEKNIK NEGERI BALI
BUKIT JIMBARAN
BADUNG
2019
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.........................................................................................................2
1.3 Tujuan Makalah............................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................................3
2.1 Pengertian Etika dan Etika Politik................................................................................3
2.1.1 Pengertian Etika.....................................................................................................3
2.1.2 Pengertian Etika Politik.........................................................................................4
2.2. Nilai-Nilai Etika yang Terkandung Dalam Pancasila..................................................6
2.3 Pancasila Dalam Kedudukannya Sebagai Etika Politik................................................8
2.3.1 Lima Prinsip Dasar Etika Politik dan Contohnya..................................................9
2.3.2 Contoh Pelanggaran dari Pancasila Sebagai Etika Politik...................................12
2.4. Penerapan Etika dalam Kehidupan Kenegaraan dan Hukum....................................13
BAB III PENUTUP..............................................................................................................16
3.1. Kesimpulan................................................................................................................16
3.2. Saran...........................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................17

Pancasila Sebagai Etika Politik i


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa ,Ida Sang Hyang
Widhi Wasa, karena makalah yang berjudul “Pancasila Sebagai Etika Politik” telah bisa
kami rampungkan untuk dijadikan bahan materi dalam pembelajaran mata kuliah
Pendidikan Pancasiala pada Politeknik Negeri Bali.
Makalah ini berisi pembahasan tentang, pengertian etika dan etika politik, nilai-nilai
etika yang terkandung dalam pancasila, pancasila dalam kedudukannya sebagai etika
politik,dan penerapan etika dalam kehidupan kenegaraan dan hukum. Kami menyadari apa
yang tersaji dalam makalah ini tentunya masih jauh dari sempurna, untuk itu kami
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk penyempurnaan makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini bisa bermanfaat untuk memperkaya
wawasan kita sebagai warga negara Indonesia.

Bukit Jimbaran, September 2019

Penyusu

Pancasila Sebagai Etika Politik ii


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kehidupan politik Indonesia selalu didasari oleh nilai-nilai Pancasila. Pancasila
memberikan suatu arah dan kriteria yang jelas mengenai layak atau tidaknya suatu sikap
dan tindakan yang dilakukan oleh setiap warga negara Indonesia dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Pancasila merupakan landasan dan tujuan
kehidupan politik bangsa kita. Berkaitan dengan hal tersebut, proses pembangunan politik
yang sedang berlangsung dinegara kita sekarang ini harus diarahkan pada proses
implementasi sistem politik demokrasi. Pancasila yang andal, yaitu sistem politik yang
tidak hanya kuat, tetapi juga memiliki kualitas kemandirian yang tinggi yang
memungkinkan untuk membangun atau mengembangkan dirinya secara terus-menerus.
Oleh karenanya secara langsung Pancasila telah dijadikan etika politik seluruh komponen
bangsa dan negara Indonesia.
Etika merupakan hal yang sangat diperlukan dalam menjalankan kehidupan
berbangsa dan bernegara, karena dengan etika maka kita mampu menjalankan kehidupan
bernegara dengan baik sebagai masyarakat yang mempunyai perilaku yang baik, kebiasaan
hidup yang baik ini dianut dan diwariskan dari satu generasi ke generasi yang lain. Dalam
artian ini etika sama artinya dengan moral.
Nilai-nilai pancasila, meskipun merupakan kristalisasi nilai yang hidup dalam
realita sosial, keagamaan, maupun adat. Etika pancasila berbicara tentang nilai-nilai yang
sangat mendasar dalam kehidupan manusia. Etika juga merupakan suatu pemikiran kritis
dan mendasar tentang ajaran-ajaran dan pandangan-pandangan moral. Penerapan etika
penting adanya dalam kehidupan kenegaraan dan hukum. Hal ini penting untuk diketahui
oleh masyarakat luas. Pendidikan etika Pancasila sangat penting untuk diamalkan dalam
kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, pada kesempatan ini kami menyajikan materi
Pancasila sebagai etika politik yang akan diharapkan dapat bermanfaat bagi setiap
pembaca.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan etika dan etika politik?
2. Apa saja nilai-nilai etika yang terkandung dalam Pancasila?
3. Bagaimana Kedudukan Pancasila sebagai Etika Politik?
4. Bagaimana penerapan etika dalam Kehidupan Kenegaraan dan Hukum?

1.3 Tujuan Makalah


1. Untuk mengetahui pengertian dari etika dan etika politik.
2. Untuk mengetahui nilai-nilai etika yang terkandung dalam Pancasila.
3. Untuk mengetahuiKedudukanPancasila sebagai Etika Politik.
4. Untuk mengetahui penerapan etika dalam Kehidupan Kenegaraan dan Hukum.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Etika dan Etika Politik


2.1.1 Pengertian Etika
Etika erat hubungannya dengan filsafat. Filsafat dapat dibagi menjadi beberapa
cabang menurut lingkungan masing-masing. Cabang-cabang itu dibagi menjadi dua
kelompok bahasan yaitu Filsafat Teoritis dan Filsafat Praktis. Filsafat Teoritis berisi tentang
segala sesuatu yang ada, sedangkan Filsafat Praktis membahas bagaimana manusia
bersikap terhadap apa yang ada tersebut. Misalnya hakikat manusa, alam, hakikat realitas
sebagai suatu keseluruhan, tentang pengetahuan, tentang apa yang kita ketahui dan tentang
transenden.
Etika merupakan kelompok Filsafat Praktis yang dibagi menjadi dua kelompok
yaitu etika umum dan etika khusus. Etika umum, mempertanyakan prinsip-prinsip yang
berlaku bagi setiap tindakan manusia. Sedangkan etika khusus, membahas prinsip-prinsip
tersebut di atas dalam hubungannya dengan berbagai aspek kehidupan manusia. Etika
khusus dibagi menjadi dua yaitu etika individu, membahas tentang kewajiban manusia
sebagai individu terhadap diri sendiri, dan etika sosial, membahas tentang kewajiban serta
norma-norma moral yang seharusnya dipatuhi dalam hubungan dengan sesama manusia,
masyarakat, bangsa, dan negara. Etika sosial memuat banyak etika yang khusus mengenai
wilayah-wilayah kehidupan manusia tertentu, misalnya etika keluarga, etika profesi, etika
lingkungan, etika pendidikan, etika seksual, dan termasuk juga etika politik yang
menyangkut dimensi politis manusia.
Secara etimologis (asal kata), etika berasal dari bahasa Yunani, ethos, yang artinya
watak kesusilaan atau adat. Istilah ini identik dengan moral yang berasal dari bahasa
Latin, mos yang jamaknya mores, yang juga berarti adat atau cara hidup. Meskipun kata
etika dan moral memiliki kesamaan arti, dalam pemakaian sehari-hari dua kata ini
digunakan secara berbeda. Moral atau moralitas digunakan untuk perbuatan yang sedang
dinilai, sedangkan etika digunakan untuk mengkaji sistem nilai yang ada (Zubair, 1987:
13). Dalam bahasa Arab, padanan kata etika adalah akhlak yang merupakan kata jamak
khuluk yang berarti perangai, tingkah laku atau tabiat (Zakky, 2008: 20). Etika adalah suatu
ilmu yang membahas tentang bagaimana dan mengapa kita mengikuti suatu ajaran moral
tertentu, atau bagaimana kita harus mengambil sikap yang bertanggung jawab berhadapan
dengan berbagai ajaran moral (Suseno, 1987).
Kebiasaan hidup yang baik ini lalu dibakukan dalam bentuk kaidah, aturan atau
norma yang disebarluaskan, dikenal, dipahami, dan diajarkan secara lisan dalam
masyarakat. Kaidah, norma atau aturan ini pada dasarnya menyangkut baik-buruk perilaku
manusia. Singkatnya, kaidah ini menentukan apa yang baik harus dilakukan dan apa yang
buruk harus dihindari. Oleh karena itu, etika sering dipahami sebagai ajaran yang berisikan
aturan tentang bagaimana manusia harus hidup baik sebagai manusia. Atau etika dipahami
sebagai ajaran yang berisikan perintah dan larangan tentang baik-buruknya perilaku
manusia, yaitu perintah yang harus dipatuhi dan larangan yang harus dihindari. Selanjutnya
pengertian etika dalam arti luas dipahami sebagai pedoman bagaimana manusia harus
hidup, dan bertindak sebagai orang yang baik. Etika memberi petunjuk, orientasi, arah
bagaimana harus hidup secara baik sebagai manusia. (Keraf, 2010: 2)

2.1.2 Pengertian Etika Politik


Pengertian politik berasal dari kosa kata politics, yang memiliki makna bermacam-
macam kegiatan dalam suatu sistem politik atau Negara, yang menyangkut proses
penentuan tujuan-tujuan dari sistem itu dan diikuti dengan pelaksanaan tujuan itu.
Berdasarkan pengertian pokok tentang politik maka secara operasional bidang politik
menyangkut konsep-konsep pokok yang berkaitan dengan negara, kekuasaan, pengambilan
keputusan, kebijaksanaan, pembagian, dan alokasi.
Pengertian politik secara sempit, yaitu lebih banyak berkaitan dengan para
pelaksana pemerintahan Negara, lembaga-lembaga tinggi negara, kalangan aktivis politik,
para pejabat, dan birokrat dalam pelaksanaan dan penyelengaraan negara. Pengertian politik
yang lebih luas, yaitu menyangkut seluruh unsur yang membentuk suatu persekutuan hidup
yang disebut masyarakat negara.
Berdasarkan pengertian etika dan politik di atas, maka etika politik memiliki tujuan
menjelaskan tentang tingkah laku politik yang baik dan yang jelek. Standar baik dalam
konteks politik adalah bagaimana politik diarahkan untuk memajukan kepentingan umum.
Jadi jika politik sudah mengarah pada kepentingan pribadi dan golongan tertentu, berarti
etika politik yang buruk.
Secara substantif pengertian etika politik tidak dapat dipisahkan dengan subjek
sebagai pelaku etika yaitu manusia. Oleh karena itu, etika politik berkaitan erat dengan
bidang pembahasan moral. Hal ini berdasarkan kenyataan bahwa pengertian moral
senantiasa menunjuk kepada manusia sebagai subjek etika. Maka kewajiban moral
dibedakan dengan pengertian kewajiban-kewajiban lainnya, karena yang dimaksud adalah
kewajiban manusia sebagai manusia, walaupun dalam hubungannya dengan masyarakat,
bangsa maupun negara etika politik tetap meletakkan dasar fundamental manusia sebagai
manusia. Dasar ini lebih meneguhkan akar etika politik bahwa kebaikan senantiasa
didasarkan kepada hakikat manusia sebagai makhluk yang beradab dan berbudaya
berdasarkan suatu kenyataan bahwa masyarakat, bangsa maupun negara bisa berkembang
ke arah keadaan yang tidak baik dalam arti moral. Misalnya suatu negara yang dikuasai
oleh penguasa atau rezim yang otoriter, yang memaksakan kehendak kepada manusia tanpa
memperhitungkan dan mendasarkan kepada hak-hak dasar kemanusiaan. Dalam suatu
masyarakat negara yang demikian ini maka seseorang yang baik secara moral kemanusiaan
akan dipandang tidak baik menurut negara serta masyarakat otoriter, karena tidak dapat
hidup sesuai dengan aturan yang buruk dalam suatu masyarakat negara. Oleh karena itu
aktualisasi etika politik harus senantiasa mendasarkan kepada ukuran harkat dan martabat
manusia sebagai manusia (lihat Suseno,1987:15).
Etika politik bangsa Indonesia dibangun melalui karakteristik masyarakat yang
berdasarkan pancasila sehingga amat diperlukan untuk menampung tindakan-tindakan yang
tidak diatur dalam aturan secara legal formal. Oleh karena itu, etika politik lebih bersifat
konvensi dan berupa aturan-aturan moral. Akibat luasnya cakupan etika politik itulah maka
seringkali keberadaannya bersifat sangat longgar, dan mudah diabaikan tanpa rasa malu dan
bersalah. Ditunjang dengan kompetisi untuk meraih jabatan (kekuasaan) dan akses
ekonomis (uang) yang begitu kuat, sehingga rasa malu dan merasa bersalah bisa dengan
mudah diabaikan.
Akibat yang ditimbulkan jika etika politik buruk yaitu pudarnya nilai-nilai etis yang
sudah ada dan tidak berkembangnya nilai-nilai tersebut sesuai dengan moralitas public.
Masyarakat biasanya memaklumi fenomena tersebut lalu berkembang menjadi budaya
permisif, semua serba boleh, bukan saja karena aturan yang hampa atau belum dibuat,
melainkan karena untuk membuka seluas-luasnya upaya mencapai kekuasaan dengan
mudah.

2.2. Nilai-Nilai Etika yang Terkandung Dalam Pancasila.


Etika Pancasila berbicara tentang nilai-nilai yang sangat mendasar dalam kehidupan
manusia. Inti sila-sila Pancasila pada hakikatnya merupakan norma Pancasila. Karena itu
norma Pancasila adalah Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan, dan Keadilan.
Kelima norma Pancasila tersebut harus menjadi tolak ukur bagi seluruh penilaian terhadap
segala kegiatan kenegaraan, kemasyarakatan, dan perorangan yang menyangkut nilai etika
atau kesusilaan atau baik buruk. Dikatakan bermoral atau berkesusilaan atau bernilai etik
jika sesuai dengan atau memenuhi syarat tolak ukur tersebut. Berikut merupakan
penjabaran mengenai arti dari kelima nilai-nilai Pancasila.
Nilai yang pertama adalah ketuhanan.Secara hirarkis nilai ini bisa dikatakan
sebagai nilai yang tertinggi karena menyangkut nilai yang bersifat mutlak. Seluruh nilai
kebaikan diturunkan dari nilai ini. Suatu perbuatan dikatakan baik apabila tidak
bertentangan dengan nilai, kaidah dan hukum Tuhan. Pandangan demikian secara empiris
bisa dibuktikan bahwa setiap perbuatan yang melanggar nilai, kaidah dan hukum Tuhan,
baik itu kaitannya dengan hubungan antara manusia maupun alam pasti akan berdampak
buruk.  Misalnya pelanggaran akan kaidah Tuhan tentang menjalin hubungan kasih sayang
antarsesama akan menghasilkan konflik dan permusuhan. Pelanggaran kaidah Tuhan untuk
melestarikan alam akan menghasilkan bencana alam, dan lain-lain.
Nilai yang kedua adalah kemanusiaan. Suatu perbuatan dikatakan baik apabila
sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan. Prinsip pokok dalam nilai kemanusiaan Pancasila
adalah keadilan dan keadaban. Keadilan mensyaratkan keseimbangan, antara lahir dan
batin, jasmani dan rohani, individu dan sosial, makhluk bebas mandiri dan makhluk Tuhan
yang terikat hukum-hukum Tuhan. Keadaban mengindikasikan keunggulan manusia
dibanding dengan makhluk lain, yaitu hewan, tumbuhan, dan benda tak hidup. Karena itu
perbuatan itu dikatakan baik apabila sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan yang didasarkan
pada konsep keadilan dan keadaban.
Nilai yang ketiga adalah persatuan. Suatu perbuatan dikatakan baik apabila dapat
memperkuat persatuan dan kesatuan. Sikap egois dan menang sendiri merupakan perbuatan
buruk, demikian pula sikap yang memecah belah persatuan. Sangat mungkin seseorang
seakan-akan mendasarkan perbuatannya atas nama agama (sila ke-1), namun apabila
perbuatan tersebut dapat memecah persatuan dan kesatuan maka menurut pandangan etika
Pancasila bukan merupakan perbuatan baik.
Nilai yang keempat adalah kerakyatan. Dalam kaitan dengan kerakyatan ini
terkandung nilai lain yang sangat penting yaitu nilai hikmat/kebijaksanaan dan
permusyawaratan. Kata hikmat atau kebijaksanaan berorientasi pada tindakan yang
mengandung nilai kebaikan tertinggi. Atas nama mencari kebaikan, pandangan minoritas
belum tentu kalah dibanding mayoritas. Pelajaran yang sangat baik misalnya peristiwa
penghapusan tujuh kata dalam sila pertama Piagam Jakarta.Sebagian besar anggota PPKI
menyetujui tujuh kata tersebut, namun memperhatikan kelompok yang sedikit (dari wilayah
Timur) yang secara argumentatif dan realistis bisa diterima, maka pandangan minoritas
‘dimenangkan’ atas pandangan mayoritas. Dengan demikian, perbuatan belum tentu baik
apabila  disetujui atau bermanfaat untuk orang banyak, namun perbuatan itu baik jika atas
dasar musyawarah yang didasarkan pada konsep hikmah atau kebijaksanaan.
Nilai yang kelima adalah keadilan. Apabila dalam sila kedua disebutkan kata adil,
maka kata tersebut lebih dilihat dalam konteks manusia selaku individu. Adapun nilai
keadilan pada sila kelima lebih diarahkan pada konteks sosial. Suatu perbuatan dikatakan
baik apabila sesuai dengan prinsip keadilan masyarakat banyak. Menurut Kohlberg (1995:
37), keadilan merupakan kebajikan utama bagi setiap pribadi dan masyarakat. Keadilan
mengandaikan sesama sebagai partner yang bebas dan sama derajatnya dengan orang lain.
Melihat nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila, maka Pancasila dapat menjadi
sistem etika yang sangat kuat, nilai-nilai yang ada tidak hanya bersifat mendasar, namun
juga realistis dan aplikatif. Apabila dalam kajian aksiologi dikatakan bahwa keberadaan
nilai mendahului fakta, maka nilai-nilai Pancasila merupakan nilai-nilai ideal yang sudah
ada dalam cita-cita bangsa Indonesia yang harus diwujudkan dalam realitas kehidupan.
Nilai-nilai tersebut dalam istilah Notonagoro merupakan nilai yang bersifat abstrak umum
dan universal, yaitu nilai yang melingkupi realitas kemanusiaan di manapun, kapanpun dan
merupakan dasar bagi setiap tindakan dan munculnya nilai-nilai yang lain. Sebagai contoh,
nilai ketuhanan akan menghasilkan nilai spiritualitas, ketaatan, dan toleransi. Nilai
kemanusiaan, menghasilkan nilai kesusilaan, tolong menolong, penghargaan,
penghormatan, kerjasama, dan lain-lain. Nilai persatuan menghasilkan nilai cinta tanah air,
pengorbanan. Nilai kerakyatan menghasilkan nilai menghargai perbedaan, kesetaraan. Nilai
keadilan menghasilkan nilai kepedulian, kesejajaran ekonomi, kemajuan bersama.

2.3 Pancasila Dalam Kedudukannya Sebagai Etika Politik.


Sebagai dasar filsafat Negara Pancasila tidak hanya merupakan sumber derivasi
peraturan perundang-undangan, melainkan juga merupakan sumber moralitas terutama
dalaam hubungannya dengan legitimasi kekuasaan, hukum serta berbagai kebijakan dalam
pelaksanaan dan penyelenggaraan Negara. Sila pertama “Ketuhanan Yang Maha Esa” serta
sila kedua Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab adalah merupakan sumber nilai-nilai
moral bagi kehidupan kebangsaan dan kenegaraan..
Dalam pelaksanaan dan penyelenggaraan Negara, etika politik menuntut agar
kekuasaan dalam Negara dijalankan sesuai dengan :
1. Asas legalitas (legitimasi hukum) yaitu dijalankan sesuai dengan hukum yang
berlaku
2. Disyahkan dan dijalankan secara demokratis (legitimasi demokratis) dan
3. Dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip moral atau tidak bertentangan dengannya
(legitimasi moral)
Pancasila sebagai sistem filsafat memiliki ke 3 dasar tersebut. Dalam pelaksanaan
dan penyelenggaraan Negara, baik menyangkut kekuasaan, kebijaksanaan yang
menyangkut publik, pembagian serta kewenangan harus berdasarkan legitimasi moral
religius (sila I) serta moral kemanusiaan (sila II). Selain itu dalam pelaksanaan dan
penyelenggaraan Negara harus berdasarkan legitimasi hukum yaitu prinsip ‘legalitas’.
Negara Indonesia adalah Negara hukum, oleh karena itu ‘keadilan’ dalam hidup bersama
sebagai terkandung dalam Sila V adalah merupakan tujuan dalam kehidupan Negara.
Negara adalah berasal dari rakyat dan segala kebijaksanaan dan kekuasaan yang dilakukan
senantiasa untuk rakyat (Sila IV).
Prinsip-prinsip dasar etika politik itu dakam realisasi praksis dalam kehidupan
kenegaraan senantiasa dilaksanakan secara korelatif diantara ketiganya. Kebijaaksanaan
serta keputusan yang diambil dalam pelaksanaan kenegaraan baik menyangkut politik
dalam negeri maupun luar negeri, ekonomi, baik nasional maupun global, yang
menyangkut rakyat, dan lainnya selain berdasarkan hokum yang berlaku, harus mendapat
legitimasi rakyat dan juga harus berdasarkan prinsip-prinsip moralitas.
Etika politik juga harus direalisasikan untuk setiap individu yang ikut terlibat secara
kongkrit dalam pelaksanaan pemerintahan Negara. Para pejabat eksekutuf, anggota
legislative maupun yudikatif, para pejabat Negara, anggota DPR maupun MPR aparat
pelaksana dan penegak hukum harus menyadari bahwa selain legitimasi hukum dan
legitimasi demokrasi juga harus berdasarkan legitimasi moral.

2.3.1 Lima Prinsip Dasar Etika Politik dan Contohnya


Dalam pembahasan mengenai contoh dari pancasila sebagai etika politik, kita tidak
bisa lepas dari prinsip-prinsip dasar pancasila sebagai etika politik. Secara garis besar, kita
bisa mengambil lima poin dari pancasila yang dijadikan sebagai prinsip dari etika politik.
Berikut prinsip-prinsip etika politik berdasarkan pancasila serta contoh dari pancasila
sebagai etika politik.
1. Pluralisme
Pluralisme adalah suatu paham dimana kita bisa menerima kemajemukan atau
keberagaman untuk mewujudkan kehidupan bersama yang positif, damai, bertenggang
rasa dengan masyarakat yang memiliki perbedaan agama, budaya, suku, maupun ras.
Meskipun dalam pluralisme, Indonesia menganut paham Ketuhanan Yang Maha Esa
sesuai dengan pancasila sila pertama. Konsep ketuhanan mengajarkan kita pada
konsep benar salah yang mutlak, karena nilai-nilai yang ada berasal dari Tuhan atau
dari agama yang sifatnya absolut. Dalam kehidupan politik, dimana hal tersebut
dijadikan dasar untuk sumber nilai benar salah dalam etika politik, berikut beberapa
contoh tindakan yang sesuai dengan etika politik berdasar Pancasila :
 Kebebasan memeluk agama di Indonesia sesuai dengan agama – agama yang
diakui di Indonesia.
 Toleransi terhadap kegiatan peribadatan dan perayaan hari raya suatu agama
tertentu.
 Pemberian jaminan perlindungan dan keaman terhadap upacara keagamaan
suatu agama yang berlangsung di Indonesia.
 Mencegah adanya konflik untuk menjaga stabilitas nasional.
 Semua pelaku politik tidak menyalahgunakan kekuasaannya karena hal tersebut
salah menurut agama apapun.
2. Hak asasi manusia
Salah satu contoh pancasila sebagai etika politik menempatkan Pancasila sila kedua
sebagai sumber nilai kemanusiaan yang kemudian diterapkan dalam etika politik.nilai
kemanuasiaan ini sejalan dengan sila kedua pada pancasila. Oleh karena itu, segala
kegiatan politik yang di Indonesia haruslah berdasar pada asas kemanusiaan dan
penghormatan pada hak asasi manusia. Berikut adalah contoh dari pancasila sebagai
etika politik yang berdasar pada nilai kemanusiaan :
 Kebebasan menyampaikan pendapat seperti yang dijelaskan pada Undang-
Undang Dasar 1945 pasal 28.
 Kebebasan berpikir dan mencari informasi dalam kehidupan politik Indonesia.
 Semua warga negara berhak menjadi figur pemimpin dan wakil rakyat dengan
memenuhi syarat-syarat yang berlaku.
 Wakil rakyat harus berfungsi sebagai pembela dan pejuang hak-hak rakyat yang
diwakilinya.
3. Persatuan bangsa
Persatuan bangsa dalam kaitannya dengan contoh pancasila sebagai etika politik
menempatkan manusia sebagai manusia sosial yang tidak bisa lepas dari peran
manusia lain. Manusia tidak bisa hidup sendiri. Dan dengan persatuan, manusia bisa
hidup lebih baik lagi. Persatuan juga akan terasa lebih berarti lagi di tengah perbedaan
seperti yang ada di Indonesia. Indonesia memiliki masyarakat yang berbeda dari segi
agama, budaya, dan suku nya. Akan tetapi masyarakat Indonesia mampu bersatu dalam
sebuah negara. Hal ini juga mendasari beberapa sikap dalam dunia politik,
sebagaimana penerapan Pancasila sila ketiga dalam kehidupan politik. Berikut
beberapa contohnya :
 Tidak memberikan kekuasaan atau jabatan politik pada orang dengan
pertimbangan suku, budaya, dan agamanya.
 Toleransi antar sesama warga negara dalam kehidupan politik.
 Selalu mementingkan kepentingan umum di atas kepentingan pribadi maupun
golongan.
 Tidak mudah melontarkan ujaran kebencian dalam konteks politik, terutama
yang menyinggung SARA.
4. Demokrasi
Asas demokrasi sesuai dengan pancasila sila keempat yang menjunjung tinggi
kerakyatan sebagai contoh perwujudan demokrasi di lingkungan bangsa dan negara.
Sebagai negara demokrasi, sudah barang wajib bagi Indonesia untuk menerapkan
demokrasi dalam sistem politiknya. Ditambah lagi dengan pancasila sebagai sumber
nilai penentuan etika, maka banyak sekali contoh pancasila sebagai etika politik yang
bisa kita temukan dalam sistem politik Indonesia. Beberapa contoh dari Pancasila
sebagai etika politik dari sudut pandang demokrasi adalah :
 Penyelenggaraan pemilihan umum sebagai wujud pesta demokrasi rakyat.
 Kebebasan memilih calon pemimpin maupun wakil rakyat sebagai wujud
kedaulatan rakyat.
 Kebebasan untuk dapat ikut berpartisipasi menjadi calon wakil rakyat maupun
pemimpin.
 Kebebasan menyalurkan aspirasi maupun kritik pada pemerintah.
 Menjadikan musyawarah untuk mufakat sebagai metode penetapan kebijakan.
 Pemerintahan yang transparan dan bertanggung jawab.
 Terbukanya ruang public bagi masyarakat untuk menyampaikan aspirasinya.
5. Keadilan sosial
Keadilan merupakan nilai yang dasar bagi kehidupan manusia dalam
bermasyarakat. Keadilan sosial dalam kehidupan politik adalah dimana semua anggota
masyarakat mempunyai hak dan kewajiban yang sama sesuai dengan porsinya. Konsep
keadilan sosial ini sejalan dengan pancasila sila ke-lima yang merupakan perwujudan
pancasila dalam kehidupan politik. Keadilan sosial yang dapat ditemukan dalam
contoh pancasila sebagai etika politik adalah sebagai berikut:
 Tidak ada diskriminasi menurut jenis kelamin untuk semua warga negara yang
mempunyai potensi untuk duduk di kursi kepemimpinan.
 Semua warga negara mendapat perlakuan yang sama dalam memperoleh
fasilitas untuk mendukung kegiatan politisnya.
 Kebijakan pemerintah harus bisa sesuai dengan kebutuhan dan kepentingan
rakyat, bukan hanya kepentingan elit politik semata.
 Hukum berlaku secara adil dan merata, tidak tumpul ke atas dan tajam ke
bawah.
 Penerapan legalitas hukum di Indonesia sebagai negara hukum.
 Pemerintahan yang jauh dari tindak pidana korupsi, kolusi, dan nepotisme.

2.3.2 Contoh Pelanggaran dari Pancasila Sebagai Etika Politik


Yang sangat disayangkan saat ini di Indonesia adalah para pelaku politik yang
belum bisa bersikap sesuai dengan contoh pancasila sebagai etika politik.masih banyak
pelanggaran etika politik yang terjadi di Indonesia. Contoh pelanggaran etika politik yang
terjadi di Indonesia termasuk dalam contoh kasus pelanggaran Pancasila, antara lain:
1. Pejabat terlibat dalam tindak pidana korupsi.
2. Penegak hukum dan pengadilan yang menerima suap untuk kepentingannya sendiri.
3. Elit politik yang terjerat kasus, namun mendapat perlakuan khusus selama proses
peradilan dan menjalani masa hukuman.
4. Pengalihan isu untuk kasus-kasus yang belum mencapai klimaks.
5. Serangan fajar atau gratifikasi berkedok bakti sosial yang dilakukan oleh calon
pejabat politik.
6. Negosiasi yang melibatkan nominal untuk mendapatkan sebuah posisi.
Demikian pembahasan mengenai contoh dari pancasila sebagai etika politik beserta
pengertian dari etika politik dan hubungannya dengan nilai-nilai pancasila, serta
pelanggaran etika politik yang ada di Indonesia. Untuk menghindari hal-hal tersebut,
penting bagi rakyat Indonesia untuk kembali pada nilai pancasila sebagai wujud

2.4. Penerapan Etika dalam Kehidupan Kenegaraan dan Hukum.


Etika kehidupan berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat bertujuan untuk:
1. Memberikan landasan etik moral bagi seluruh komponen bangsa dalam
menjalankan kehidupan kebangsaan dalam berbagai aspek.
2. Menentukan pokok-pokok etika kehidupan berbangsa, bernegara, dan
bermasyarakat.
3. Menjadi kerangka acuan dalam mengevaluasi pelaksanaan nilai-nilai etika dan
moral dalam kehidupan berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat.
Etika kehidupan berbangsa meliputi sebagai berikut:
a. Etika sosial dan Budaya
Etika ini bertolak dari rasa kemanusiaan yang mendalam dengan menampilkan
kembali sikap jujur, saling peduli, saling memahami, saling menghargai, saling
mencintai, dan tolong-menolong di antara sesame manusia dan anak bangsa. Senada
dengan itu juga menghidupkan kembali budaya malu, yakni malu berbuat kesalahan
dan semua yang bertentangan dengan moral agama dan nilai-nilai luhur budaya
bangsa.
b. Etika pemerintahan dan politik
Etika ini dimaksudkan untuk mewujudkan pemerintahan yang bersih, efesien, dan
efektif serta menumbuhkan suasana politik yang demokratis yang bercirikan
keterbukaan, tanggung jawab, tanggap akan aspirasi rakyat, menghargai perbedaan,
jujur dalam persaingan, serta menjujunjung tinggi hak asasi manusia.
c. Etika ekonomi dan bisnis
Etika ini bertujuan agar prinsip dan prilaku ekonomi baik oleh pribadi, institusi,
maupun keputusan dalam bidang ekonomi dapat melahirkan ekonomi dengan
kondisi yang baik dan realitas.
d. Etika penegakan hukum yang berkeadilan
Etika ini bertujuan agar penegakan hukum secara adil, perlakuan yang sama dan
tidak diskriminatif terhadap setiap warga Negara di hadapan hukum, dan
menghindarkan peggunaan hukum secara salah sebagai alat kekuasaan.
e. Etika keilmuan dan disiplin kehidupan
Etika ini diwujudkan dengan menjunjung tinggi nilai-nilai ilmu pengetahuan dan
teknologi agar mampu berpikir rasional, kritis, logis, dan objektif.
Dengan berpedoman pada etika kehidupan berbangsa tersebut, penyelenggara
Negara dan warga Negara berprilaku secara baik bersumber pada nilai-nilai Pancasila
dalam kehidupannya. Etika kehidupan berbangsa tidak memiliki sanksi hukum. Namun
sebagai semacam kode etik, pedoman etik berbangsa memberikan sanksi moral bagi siapa
saja yang berprilaku menyimpang dari norma-norma etik yang baik. Etika kehidupan
berbangsa ini dapat kita pandang sebagai norma etik negara sebagai perwujudan dari nilai-
nilai dasar Pancasila.
Etika dan moral bagi manusia dalam kehiduan berbangsa, bernegara, dan
bermasyarakat, senantiasa bersifat relasional. Hal ini berarti bahwa etika serta moral yang
terkandung dalam sila-sila Pancasila, tidak dimaksudkan untuk manusia secara pribadi,
namun secara relasioanal senantiasa memiliki hubungan dengan yang lain baik kepada
Tuhan Yang Maha Esa maupun kepada manusia lainnya.
Selain itu adapun penerapannya yang lain menurut Garis-Garis Besar Haluan
Negara, meliputi :
 Peningkatan dan penyempurnaan pembinaan hukum nasional, dengan antara lain
mengadakan pembaharuan kodifikasi serta unifikasi hukum di bidang-bidang
tertentu dengan jalan memperhatikan kesadaran hukum masyarakat.
 Menertibkan badan-badan penegak hukum sesuai fungsi dan wewenangnya masing-
masing.
 Meningkatkan kemampuan dan kewibawaan aparat penegak hukum.
 Membina penyelenggaraan bantuan hukum untuk golongan masyarakat yang kurang
mampu.
 Meningkatkan kesadaran hukum dalam masyarakat sehingga menghayati hak dan
kewajibannya dan meningkatkan pembinaan sikap para pelaksana penegak hukum
ke arah tegaknya hukum, keadilan dan perlindungan terhadap harkat dan martabat
manusia, ketertiban serta kepastian hukum sesuai Undang-Undang Dasar 1945.
 Mengusahakan terwujudnya Peradilan Tata Usaha Negara
 Dalam usaha pembangunan Hukum Nasional perlu ditingkatkan langkah-langkah
untuk penyusunan perundang-undangan yang menyangkut hak dan kewajiban asasi
warga Negara dalam rangka mengamalkan Pancasila dan Undang-Undang dasar
1945.
Menurut Rencana Pembangunan Lima Tahun Ketiga. Di dalam Repelita III
disebutkan bahwa akan ditingkatkan pelaksanaan sejumlah kebijaksanaan pokok dan
langkah yang meliputi bidang-bidang pembinaan hukum, penegakan hukum, pembinaan
peradilan, pembinaan pemasyarakatan, administrasi urusan hukum pendidikan atau latihan
dan penyuluhan hukum.
Mengenai pembinaan hukum antara lain disebutkan : “Selanjutnya akan diusahakan
penggantian peratutan perundang-undangan yang tidak sesuai lagi dengan kebutuhan dan
aspirasi masyarakat ataupun menyusun peraturan perundang-undangan baru yang lebih
selaras dengan kebutuhan pembangunan dan perkembangan kesadaran hukum masyarakat.
Dalam hal itu akan dilanjutkan pula usaha kodifikasi hukum nasional, unifikasi hukum
nasional dan unifikasi hukum dalam bidang-bidang tertentu dengan tetap memperhatikan
kesadaran hokum masyarakat. Di samping itu, hukum adat sebagai hukum yang dalam
kenyataannya maish berlaku dalam masyarakat setempat akan terus dibina dengan
diarahkan kepada kesatuan bangsa dan perkembangan masyarakat yang sedang
membangun”
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Etika merupakan hal yang sangat diperlukan dalam menjalankan kehidupan
berbangsa dan bernegara, karena dengan etika maka kita mampu menjalankan kehidupan
bernegara dengan baik sebagai masyarakat yang mempunyai perilaku yang baik, kebiasaan
hidup yang baik ini dianut dan diwariskan dari satu generasi ke generasi yang lain. Dalam
artian ini etika sama artinya dengan moral.Etika Pancasila berbicara tentang nilai-nilai yang
sangat mendasar dalam kehidupan manusia. Etika Pancasila berbicara tentang nilai-nilai
yang sangat mendasar dalam kehidupan manusia. Inti sila-sila Pancasila pada hakekatnya
merupakan norma Pancasila. Begitu pula dengan etika politik, dalam pembahasan
mengenai contoh dari pancasila sebagai etika politik, kita tidak bisa lepas dari prinsip –
prinsip dasar pancasila sebagai etika politik.
Penerapan etika sesungguhnya telah ditanamankan pada karakter masyarakat
Indonesia sejak usia dini. Namun, semakin lama pengamalan nilai-nilai etika mulai
mengikis. Hal ini sedikit banyaknya terpengaruh oleh derasnya arus globalisasi yang
menjadikan manusia menjadi acuh tak acuh. Oleh karena itu, sudah seharusnya kita
bersama-sama lebih memahami apa itu etika serta jenis-jenis etika lainnya, kemudian
mampu mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.

3.2. Saran
1. Seluruh masyarakat seharusnya mulai mencari dan menambah wawasan dalam hal
etika baik dari segi jenis dan hal lainnya.
2. sebaiknya penanaman karakter etika harus ditanamkan sejak usia dini dan
mengamalkanmnya dalam kehidupanm sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA

Syafie, Inu Kencana. 1994. Ilmu Pemerintahan. Bandung: Penerbit Mandar Maju.
Sunoto, Drs. 1985. Mengenal Filsafat Pancasila III. Yogyakartya: PT Hanindita.
Kaelan, MS. 2016. Pendidikan Pancasila. Yogyakarta: Paradigma.
Marsono, M.Si. 2017. Pendidikan Kewarganegaraan dan Pancasila Untuk Perguruan
Tinggi. Bogor: In Media.

http://almachaniago.blogspot.com/2013/02/pancasila-sebagai-dasar-etika-kehidupan.html
http://septistarr.blogspot.com/2016/06/etika-pancasila.html
https://www.slideshare.net/vazrye/98095193-
pancasilasebagaisistemetikadalamkehidupanberbangsadanbernegaradiindonesia?
next_slideshow=1
https://belajarkampus.wordpress.com/2014/11/05/pancasila-dalam-etika-politik/
BERITA ACARA
Berikut adalah berita acara diskusi mata kuliah Pendidikan Pancasila mengenai
makalah materi Etika.
1. Diskusi pertama kali dilakukan yaitu pada tanggal 16 September 2019, tepat setelah
pembagian materi dan kelompok. Pada hari ini kelompok kami melakukan diskusi di
ruang Perpustakan Politeknik Negeri Bali mendiskusikan pembagian materi serta mencari
referensi buku yang dapat digunakan. Pada hari tersebut seluruh anggota dapat hadir untuk
mendiskusikan materi dan saling bertukar pikiran mengenai materi yang didapatkan.
2. Diskusi kedua dilakukan pada hari Jumat 26 September 2019 bertempat di Perpustakan
Politeknik Negeri Bali. Adapun yang dilakukan saat diskusi pertemuan ini adalah mulai
memproses pembuatan makalah, memgumpulkan materi yang telah dibuat masing-masing
anggota kelompok dan menggabungkannya menjadi makalah. Kemudian menyunting
bagian-bagian yang perlu dikurangi atau perlu ditambahkan agar menjadi makalah yang
runtut dan logis. Pada diskusi kedua ini, semua anggota kelompok dapat hadir.

3. Diskusi ketiga dilakukan pada hari Minggu, 29 September 2019 bertempat di wantilan
Politeknik Negeri Bali. Pada diskusi kali ini, kelompok kami melakukan finishing pada
makalah seperti membuat daftar isi beserta halaman serta pembuatan power point untuk
presentasi. Pada diskusi kali ini, semua anggota kelompok dapat hadir kecuali anggota
Dwi Cahyani yang berhalangan hadir karena sedang memiliki keperluan.

Anda mungkin juga menyukai