Keterangan Buku
Judul Buku : Paradigma Pendidikan Islam: Upaya Mengefektifkan
Pendidikan Agama Islam di Sekolah
Penulis : Drs. Muhaimin, MA., Dra. Suti‟ah dan Drs. Nur Ali, M.Pd.
Editor : Siti Lailan Azizah
Penerbit : PT. Remaja Rosdakarya
Cetakan : kelima, Juni 2012
ISBN : 978-979-692-109-6
2
----------------------------------------------------------------------------------------------
3
----------------------------------------------------------------------------------------------
dalam keluarga, dalam masyarakat dan tugas kekhalifahan terhadap alam. (hlm. 19-
24)
D. Segi Negatif Manusia dan Tugas Pendidikan
Di dalam Al-Quran telah dijelaskan bahwa manusia di samping banyak
dipuji, juga banyak dicela. Celaan tersebut merupakan cerminan dari segi negatif
yang dimiliki manusia. Di antara celaan dan kekurangan manusia itu adalah:
1. Manusia amat dhalim dan bodoh. Qs. Al-Ahzab ayat 72.
2. Manusia adalah makhluk yang lemah, tidak mempunyai daya dan kekuatan
sendiri, melainkan hanya Allah yang memberinya daya dan kekuatan. Qs.
An-Nisa ayat 28.
3. Manusia adalah makhluk yang banyak membantah dan menentang ajaran
Allah yang telah menciptakan dan memberikan kenikmatan. Qs. Al-Kahfi
ayat 54.
4. Manusia bersifat tergesa-gesa. Qs. Al-Isra ayat 11
5. Manusia mudah lupa dan banyak salah.
6. Manusia sering mengingkari nikmat dan mengingkari kebenaran ajaran
Allah. Qs. Al-Hajj ayat 66, Qs. Al-Isra‟ ayat 89.
7. Manusia mudah gelisah dan banyak keluh kesah dan sangat kikir. Qs. Al-
Maarij ayat 19-21, Qs. Al-Isra ayat 100. (hlm. 25-28)
E. Memahami Istilah Pendidikan Islam
Pengertian Pendidikan Islam
1. Pendidikan menurut Islam atau Pendidikan Islami yaitu pendidikan yang
dipahami dan dikembangkan dari ajaran dan nilai-nilai fundamental yang
terkandung dalam sumber dasarnya, yaitu Al-Quran dan Sunnah. Dalam
pengertian ini, pendidikan Islam dapat berwujud pemikiran dan teori
pendidikan yang mendasarkan diri atau dibangun dan dikembangkan dari
sumber-sumber dasar tersebut.
2. Pendidikan ke-Islam-an atau Pendidikan Agama Islam yaitu upaya
mendidikkan agama Islam atau ajaran Islam dan nilai-nilainya agar menjadi
way of life (pandangan hidup) seseorang. Dalam pengertian ini, pendidikan
Islam dapat berwujud, 1) segenap kegiatan yang dilakukan seseorang atau
suatu lembaga untuk membantu seseorang atau sekelompok peserta didik
dalam menanamkan dan atau menumbuhkembangkan ajaran Islam dan nilai-
nilainya. 2) segenap fenomena atau peristiwa perjumpaan antara dua orang
atau lebih yang dampaknya ialah tertanamnya atau tumbuhnya ajaran Islam
dan nilai-nilainya pada salah satu atau beberapa pihak.
3. Pendidikan dalam Islam atau proses dan praktik penyelenggaraan
pendidikan yang berlangsung dan berkembang dalam sejarah umat Islam.
Dalam arti proses bertumbuhkembangnya Islam dan umatnya, baik Islam
4
----------------------------------------------------------------------------------------------
sebagai agama, ajaran maupun sistem budaya dan peradaban sejak zaman
Nabi sampai sekarang. (hlm. 29-32)
5
----------------------------------------------------------------------------------------------
6
----------------------------------------------------------------------------------------------
7
----------------------------------------------------------------------------------------------
IMAM BAGI ORANG YANG BERIMAN:
ARAH PENGEMBANGAN PENDIDIKAN ISLAM
Waja’alna lilmuttaqiina Sebagai puncak usaha dan doa kita adalah “jadikanlah kami
imaama ( Jenjang S2 & S3) sebagai imam bagi orang-orang yang bertaqwa”, yaitu
motivator, dinamisator, dan inovator, serta teladan bagi
orang yang beriman dan bertaqwa.
9
----------------------------------------------------------------------------------------------
10
----------------------------------------------------------------------------------------------
1. PAI sebagai usaha sadar, yakni suatu kegiatan bimbingan, pengajaran dan
latihan yang dilakukan secara berencana dan sadar atas tujuan yang hendak
dicapai.
2. Peserta didik yang hendak disiapkan untuk mencapai tujuan dalm arti ada
yang dibimbing, diajari dalam peningkatan keyakinan, pemahaman terhadap
ajaran agama Islam.
3. Pendidik atau GPAI yang melakukan kegiatan bimbingan, pengajaran dan
latihan secara sadar terhadap peserta didiknya utuk mencapai tujuan
pendidikan agama Islam.
4. Kegiatan pendidikan Islam diarahkan untuk meningkatkan keyakinan,
pemahaman, penghayatan dan pengamalan ajaran Islam dalam kehidupan
sehari-hari.
11
----------------------------------------------------------------------------------------------
12
----------------------------------------------------------------------------------------------
13
----------------------------------------------------------------------------------------------
terhadap ktab suci, tidak hanya membaca tetapi juga pemahaman makna dan
kandungannya, 4) dalam hal ibadah, perlu reorientasi agar pelaksanaan tidak
menjadi rutinitas tetapi merupakan proses sadar membentuk pribadi, 5) dalam
bidang hukum, perlu reinterpretasi dengan memperhatikan jiwa dan dinamika
hukum Islam, 6) integrasi antara ilmu dan agama.
Menurut Ahmad Tafsir, GPAI dan guru secara umum perlu mengembalikan
citra guru yang dianggap rendah, disebabkan pengaruh rasionalisme, materialisme
dan pragmatisme serta pengaruh masyarakat sendiri.
E. Penyempurnaan Kurikulum PAI di Sekolah Umum Tahun 1994
1. PAI di Sekolah dalam Kerangka Pengembangan Pendidikan Islam
Berdasarkan program dan aspek pendidikan, pendidikan Islam di Indonesia
dibagi dalam 5 jenis yaitu 1) pondok pesantren, 2) pendidkan madrasah, 3)
pendidikan umum yang bernapaskan islam di bawah naungan yayasan atau
organisasi Islam, 4) PAI yang diselenggarakan di lembaga pendidkan umum sebagai
mapel, 5) pendidikan Islam dalam keluarga, tempat ibadah dan forum kajian
keislaman.
Adapun PAI di sekolah berarti seperankat rencana kegiatan dan pengaturan
mengenai isi dan baha pelajaran PAI serta cara yang digunakan dan segenap
kegiatan yang dilakukan guru agama untuk membantu seseorang atau sekelompok
siswa dalam memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran Islam.
2. Kritik Pelaksanaan PAI di Kurikulum 1994 di Sekolah
Menurut Mochtar Buchori, kegagalan pendidikan agama disebabkan praktik
pendidikannya hanya memperhatikan aspek kognitif semata dari pertumbuhan
kesadaran nilai, dan mengabaikan pembinaan aspek afektif dan konatif volutif, yakni
kemauan dan tekad untuk mengamalkan nilai-nilai ajaran agama. Mochtar juga
menyatakan bahwa kegiatan pendidikan agama lebih banyak menyendiri, kurang
berinteraksi dengan kegiatan pendidikan lainnya. Cara seperti ini kurang efektif
untuk penanaman perangkat nilai yang kompleks. Karena itu seharusnya GPAI
bekerjasama dengan guru nonagama dalam pekerjaan mereka sehari-hari.
Ditjen Binbaga Islam juga menyebutkan bahwa GBPP PAI padat misi, padat
materi, orientasi kogniif yang tinggi, kurang orientasi afektif dan kurang orientasi
keterampilan. Di samping itu ditemukan beberapa kekurangan antara lain tidak
memberi kemampuan membaca Al-Quran, tidak berhasil mendidik ketaatan ibadah
salat, dan akhlak pelajar.
3. Gambaran Umum tentang Kurikulum PAI Tahun 1994 dan Perlunya Sikap
Proaktif dari Guru PAI
Dari kritik di atas kemudian dibuat beberapa perbaikan dan penyempurnaan
secara global sebagai berikut:
a. Penyederhanaa tema yang semual 7 menjadi 5 tema.
14
----------------------------------------------------------------------------------------------
15
----------------------------------------------------------------------------------------------
didukung oleh kepsek yang mau memberi peluang bagi pengembangan pendidikan
agama di sekolah, mampu mengadakan dan menghidupkan kegiatan keagamaan
yang bersifat ekstrakurikuler atau lainnya bahkan tercipta suasana religius di sekolah
dan kasus kenanakalan pelajar bisa dieliminasi.
1. Mencari Etos Kerja GPAI
Etos berasal dari bahasa Yunani “ethos” yang berarti sifat, kebiasaan atau
adat istiadat atau kecenderungan yang dimiliki seseorang, golongan atau bangsa.
Maka etos kerja adalah karakteristik mengenai cara bekerja, kualitas esensial dari
cara kerja, sikap atau kebiasaan terhadap kerja, pandangan terhadap kerja yang
dimiliki seseorang, kelompok atau bangsa.
Keadaan etos kerja seseorang dapat dilihat dari cara kerja yang memiliki 3
ciri dasar yaitu 1) keinginan untuk menjunjung tinggi mutu pekerjaan, 2) menjaga
harga diri dalam melaksanakan pekerjaan dan 3) keinginan untuk memberikan
layanan kepada masyarakat melalui karya profesionalnya. Ketiga ciri tersebut terkait
dengan kualifkasi yang harus dimiliki guru pada umumnya yaitu kualifikasi personal
dan kualifikasi profesional.
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Etos Kerja GPAI
1. Faktor internal yang menyangkut: ajaran yang diyakini, sistem budaya,
agama, semangat untuk menggali informasi dan menjalin komunikasi.
2. Faktor eksternal yang menyangkut: latar belakang pendidikan dan
lingkungan alam dimana dia hidup, pertimbangan sosial dan pertimbangan
lingkungan kerja.
Dalam konteks lingkunga kerja, M. Arifin menyebutkan beberapa hal yang
mempengaruhi semangat kerja yaitu 1) volume upah kerja, 2) susana kerja dan iklim
komunikasi dan demokratis, 3) penanaman sikap dan pengertian di kalangan
pekerja, 4) jujur dan dapat dipercaya, 5) penghargaan terhadap yang berprestasi, 6)
sarana yang menunjang bagi kesejahteraan mental dan fisik.
3. Implikasinya Terhadap Peningkatan Kualitas PAI di Sekolah
Etos kerja dan profesionalisme merupakan suatu tugas tanpa akhir, maka
GPAI yang mempunyai etos kerja yang tinggi akan mempunyai kewajiban moral,
kewajiban sosial, dan sekaligus kewajiban historis untuk meningkatkan mutu
kegiatan dan produknya, bilamana: 1) ia merasa belum puas terhadap kegiatan dan
produk yang disajikannya, 2) masyarakat masih mengeluh terhadap mutu salah satu
atau lebih dari kegiatan atau produk GPAI, 3) kegiatan-kegiatannya beserta
produknya masih belum memecahkan tuntas persoalan masyarakat sekolah yang
menjadi garapannya.
16
----------------------------------------------------------------------------------------------
Pengurangan Kebutuhan
17
----------------------------------------------------------------------------------------------
kerjanya dengan nilai atau pujian yang tepat, sebalinya dengan peserta didik yang
memiliki motivasi rendah.
d. Motivasi Kompetensi
Setiap peserta didik punya keinginginan menaklukkan lingkungannya untuk
menunjukkan kompetensi, motivasi belajar tidak bisa lepas dari hal ini.
e. Motivasi kebutuhan Maslow
3. Prinsip Perhatian
Perhatian merupakan faktor besar, jika peserta didik mempunyai perhatin
yang besar mengenao apa yang disajikan, dia dapat menerima dan memilih stimuli
yang relevan untuk diproses lebih lanjut di antara sekian stimuli dari luar yang
masuk.
4. Prinsip Persepsi
Persepsi adalah suatu proses yang bersifat kompleks yang menyebabkan
orang dapat menerima atau meringkas informasi yang diperoleh dari lingkungannya
(Fleming dan Levi). Persepsi dianggap sebagai kegiatan awal struktur kognitif
seseorang, persepsi bersifat relatif, selektif dan teratur. Prinsip umum yang perlu
diperhatikan dalam menggunakan persepsi adalah: 1) makin baik persepsi mengenai
sesuatu makin mudah peserta didik belajar mengingat sesuatu tersebut, 2) dalam
pembelajaran perlu dihindari persepsi yang salah karena hal ini akan memberikan
pengertian yang salah pula pada peserta didik, 3) dalam pembelajaran perlu
diupayakan berbagai sumber belajar yang dapat mendekati benda sesungguhnya,
sehingga peserta didik memperoleh persepsi yang lebih akurat. (Fleming dan Levi)
5. Prinsip Retensi
Retensi adalah apa yang tertinggal dan dapat diingat kembali setelah
seseorang mempelajari sesuatu. Dengan retensi membuat apa yang dipelajari dapat
bertahan atau tertinggal lebih lama dalam struktur kognitif dan dapat diingat kembali
jika diperlukan. Dalam pembelajaran perlu diperhatikan prinsip retensi belajar
sebagaimana diungkapkan Thomburg yang menunjukkan bahwa: 1) isi pembelajaran
yang bermakna akan lebih mudah diingat dibandingkan dengan isi pembelajaran
yang tidak bermakna, 2) benda yang jelas dan kongkret akan lebih mudah diingat
dibandingkan dengan benda yang bersifat abstrak, 3) retensi akan lebih baik untuk
isi pembelajaran bersifat kontekstual atau serangkaian kata-kata yang mempunyai
kekuatan asosiatif dibandingkan dengan kata-kata yang tidak memiliki kesamaan
internal, 4) tidak ada perbedaan antara retensi dengan apa yang telah dipelajari
peserta didik yang mempunyai berbagai tingkatan IQ. Chauham menambahkan
beberapa point lain yaitu 1) usahakan agar isi pembelajaran yang dipelajari disusun
dengan baik dan bermakna, 2) pembelajaran dapat dibantu dengan jembatan keledai,
3) berikan resitasi karena hal ini akan meningkatkan aktivitas peserta didik, 4) susun
18
----------------------------------------------------------------------------------------------
dan sajikan konsep yang jelas, 5) berikan latihan pengulangan terutama untuk
pembelajaran ketrampilan motorik.
Ada 3 faktor yang dapat mempengaruhi retensi belajar, yaitu 1) apa yang
dipelajari pada permulaan, 2) belajar melebihi penguasaan, dan 3) pengulangan
dengan interval waktu.
6. Prinsip Transfer
Transfer merupakan suatu proses dimana sesuatu yang pernah dipelajari
dapat mempengaruhi proses dalam mempelajari sesuatu yang baru. Transfer belajar
atau transfer latihan berarti aplikasi atau pemindahan pengetahuan, ketrampilan,
kebiasaan, sikap, atau respon-respon lain dari suatu situasi ke dalam situasi yang
lain. Ada beberapa bentuk transfer, yaitu 1) transfer positif, terjadi apabila
pengalaman sebelumnya dapat membantu atau mempermudah pembentukan unjuk
kerja peserta didik dalam tugas-tugas selanjutnya, 2) transfer negatif, terjadi apabila
pengalaman yang diperoleh sebelumnya menghambat atau mempersulit unjuk kerja
dalam tugas-tugas baru, 3) transfer nol, terjadi apabila pengalaman yang diperoleh
sebelumnya tidak mempengaruhi unjuk kerja dalam tugas-tugas barunya.
B. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembelajaran PAI
Dalam pembelajaran terdapat 3 komponen utama yang saling berpengaruh
dalam proses pembelajaran PAI, yaitu:
1. Kondisi pembelajaran pendidikan yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi
penggunaan metode dalam meningkatkan hasil pembelajaran PAI yang
meliputi tujuan pembelajaran PAI, karakteristik bidang studi PAI,
karakteristik peserta didik dan kendala pembelajaran PAI.
2. Metode pembelajaran PAI, yaitu cara-cara tertentu yang paling cocok untuk
dapat digunakan dalam mencapai hasil-hasil pembelajaran PAI yang berada
dalam kondisi pembelajaran tertentu.
3. Hasil pembelajaran yaitu mencakup semua akibat yang dapat dijadikan
indaktor tentang nilai dari penggunaan metode pembelajaran PAI di bawah
kondisi pembelajaran yang berbeda.
Ketiga komponen tersebut memiliki interelasi sebagai berikut:
Kondisi Pembelajaran
1
Hasil Pembelajaran
2
Kondisi Pembelajaran
Interelasi variabel pembelajaran (Degeng)
19
----------------------------------------------------------------------------------------------
Masukan Hasil
Proses Transformasi
3. Manfaat Sistem
Manfaat perencanaan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan
sistem antara lain bahwa manusia memiliki kelemahan-kelemahan yang kadang
tidak disadari, maka diperlukan: 1) penyusunan perencanaan pembelajaran yang
sistematis sebagai alat untuk menganalisis, mengidentifikasi dan memecahkan
masalah sesuai dengan yang dibutuhkan, 2) perencanaan yang sistematis mempunyai
daya ramal dan daya kontrol yang baik sehingga hasil yang diinginkan dicapai
optimal.
4. Pendekatan Sistem Pembelajaran
a. Pengertian Pendekatan Sistem
20
----------------------------------------------------------------------------------------------
21
----------------------------------------------------------------------------------------------
4. 12- dan seterusnya (tahap otonom). Fase ini seseorang mulai mengerti nilai
dan mulai memaknainya dengan cara sendiri. Moralitasnya ditandai dengan
kooperatif, bukan paksaan. Interaksi dengan teman sebaya, diskusi, kritik
diri, rasa persamaan dan menghormati orang lain merupakan faktor utama
dalam tahap ini.
Selanjutnya, Kohelberg mengembangkan konsep tingkat perkembangan
moral Piaget tersebut menjadi 6 tingkatan yaitu:
1. Tingkat pra konvensional (preconventional level) yang dibagi menjadi 2
bagian, 1) orientasi pada kepatuhan dan hukuman, yakni anak patuh agar
tidak dihukum, 2) orientasi relativistik hedonism, yakni anak melalukan
sejauh menyenangkan atau perbuatan baik dilakukan bila ada imbalan.
2. Tingkat konvensional (conventional level) yang dibagi menjadi dua bagian:
3) orientasi anak manis, yakni perbuatan itu baik kalau diterima masyarakat
agar tidak disalahkan, 4) orientasi hukum dan ketertiban, yakni perbuatan
baik adalah yang diterima oleh masyarakat dan turut mempertahankan
norma yang ada di dalamnya dan menghormati otoritas.
3. Tingkat pasca kovensional, otonomi atau berprinsip (post conventional,
autonomious, or principled level) yang dibagi menjadi dua bagian: 5)
orientasi terhadap perjanjian diri dengan lingkungan, dalam arti anak
berbuat baik karena lingkungan juga baik terhadapnya; pada tingkat ini anak
menyadari hak dan kewajibannya, 6) orientasi prinsip etika universal, yakni
perilaku yang baik adalah sesuatu yang cocok dengan hati nurani yang
sesuai dengan prinsip etika yang dipilih sendiri dengan berpedoman kepada
pemahaman moralitas yang logis, universal dan konsisten.
2. Pengembangan Pembelajaran PAI yang Berorientasi pada Nilai (Afektif)
Menurut Noeng Muhadjir ada beberapa strategi yang bisa digunakan dalam
pembelajaran nilai yaitu:
1. Strategi Tradisional. Yakni dengan jalan memberikan nasihat atau
indoktrinasi, dengan strategi ini guru memiliki peran penting karena
kebaikan datang dari atas dan siswa menerima tanpa mempersoalkan
hakikatnya. Kelemahan aspek ini, pengertian peserta didik terhadap nilai
bersifat paksaan.
2. Strategi Bebas. Guru tidak memberitahukan kepada peserta didik mengenai
nilai baik dan buruk, tetapi peserta didik diberi kebebasan sepenuhnya untuk
memilih dan menentukan nilai mana yang akan diambilnya. Kelemanahan
aspek ini, peserta didik belum mampu memilih nilai mana yang baik dan
buruk karena masih memerlukan bimbingan dari pendidik.
3. Strategi Reflektif. Dengan begantian antara pendekatan teoritik. Pendekatan
ini lebih relevan dengan tuntutan perkembangan berpikir peserta didik dan
22
----------------------------------------------------------------------------------------------
23
----------------------------------------------------------------------------------------------
telah diketahui oleh siswa lewat contoh, 3) tahap pengorganisasian tata nilai
pada siswa.
5. Teknik Internalisasi. Tahap ini sampai pada pemilihan nilai yang menyatu
dalam kepribadian siswa atau karakterisasi/watak. Prosedurnya dilakukan
melalui beberapa tahap, 1) tahap transformasi nilai, 2) tahap transaksi nilai
dan 3) tahap transinternalisasi. Prosedurnya dilakukan melalui beberapa
tahap dari yang sederhana sampai kompleks 1) menyimak, 2) menaggapi, 3)
memberi nilai, 4) mengorganisasi nilai, 5) karakteristik nilai. (Noeng
Muhadjir, 1988)
24
----------------------------------------------------------------------------------------------
25
----------------------------------------------------------------------------------------------
26
----------------------------------------------------------------------------------------------
27
----------------------------------------------------------------------------------------------
Menurut teori ini, pengetahuan dan proses belajar pada dasarnya berakar
dari interpretasi unik peserta didik terhadap dunianya atau lingkungan sekitarnya
(Duffy dan Jonassen, 1992). Pandangan ini lebih menekankan pada upaya penataan
pembelajaran setiap individu dengan karakteristiknya terhadap interpretasi
pengalaman dan lingkungannya. Karena itu, orientasi teori ini menekankan pada
konteks pembelajaran dan situasi transfernya.
Belajar dapat terjadi dalam keadaan sendiri atau melalui interaksi dengan
sumber-sumber belajar. interaksi dapat terjadi satu arah, yaitu ada stimuli dari luar
lalu menimbulkan respon, atau belajar bisa terjadi dua arah, yaitu apabila tingkah
laku yang terjadi merupakan hasil interaksi antara peserta didik dengan lingkungan
atau sebaliknya. Interaksi respirocal terjadi apabila beberapa faktor saling memiliki
kebergantungan, seperti faktor pribadi, faktor lingkungan, yang berinteraksi
menyebabkan terjadinya perubahan tingkah laku (Briggs, 1982).
2. Teori Perkembangan Kepercayaan
Menurut Fowler dalam bukunya Faith Development Theory bahwa manusia
merupakan meaning maker atau pencipta arti yang memikul tugas berat mengolah
sejumlah masalah eksistensial yang menganggunya dan mengangkat semuanya
menjadi suatu susunan dunia hidup yang berarti. Dengan pengertian ini, segala fakta
hidup yang kasar dan belum diolah menampilkan sifat saling terkait dan memiliki
tatanan. Dalam bahasa Agama, bisa dipahami bahwa manusia sebagai khalifah Allah
mempunyai tugas dan tanggung jawab memakmurkan bumi untuk kemaslahatan
manusia dan menjadi bekal kehidupan di akhirat.
Fowler mengidentifikasi tahap-tahap perkembangan kepercayaan sebagai
berikut:
1. Kepercayaan Awal dan Elementer (0-2 tahun) ditandai oleh cita rasa yang
bersifat praverbal terhadap kondisi-kondisi eksistensi, yaitu rasa percaya dan
setia yang elementer pada semua orang dan lingkungan yang mengasuh
bayi, serta rasa percaya pada gambaran kenyataan yang paling akhir dan
mendasar.
2. Kepercayaan Intuitif-Projektif (masa kanak-kanak usia 2-6 tahun) anak
didorong oleh rasa percaya diri yang terbagi antara keinginan untuk
mengekspresikan dorongan hatinya dan ketakutan akan ancaman hukuman
karena kebebasannya yang tanpa batas dan tanpa kekang.
3. Kepercayaan Mitis-Harfiah (masa kanak-kanak selanjutnya usia 6-11 tahun)
anak mulai berpikir secara logis dan mengatur dunianya dengan kategori-
kategori baru seperti kausalitas, ruang waktu dan sebagainya.
4. Kepercayaan Sintesis-Konvensional (masa remaja dan seterusnya usia 12-
dewasa). Muncul berbagai kemampuan kognitif yang berpola operasi formal
dini sehingga anak secara terpaksa harus meninjau kembali pandangan
28
----------------------------------------------------------------------------------------------
29
----------------------------------------------------------------------------------------------
Sebagaimana disebutkan dalam Qs. Al-A‟raf ayat 172 dan sabda Nabi
bahwa setiap anak dilahirkan dalam keadaan beragama Islam, agama yang diridhai
Allah adalah Islam dan bahwa semua para Nabi dan Rasul adalah beragama Islam.
2. Fitrah Suci
Al-Quran menyebutkan bahwa yang membuat manusia kotor adalah dosa
dan manusia yang belum atau tidak berdosa adalah suci.
3. Fitrah Berakhlak
Pada mulanya manusia sudah mengenal fitrah akhlak, dan Nabi Muhammad
diutus untuk menyempurnakan akhlak manusia.
4. Fitrah Kebenaran
Al-Quran menyebutkan bahwa manusia mempunyai kemapuan untuk
mengetahui kebenaran sebagaimana firman Allah Qs. Al-Baqarah: 144. Karena
manusia memiliki fitrah kebenaran maka Allah memerintahkan kepada manusia
menyelesaikan semua proses yang timbul di antara mereka dengan kebenaran,
sebagaimana firman Allah Qs. Shad: 26.
5. Fitrah Kasih Sayang
Al-Quran menyebutkan bahwa manusia memiliki fitrah kasih sayang (Qs.
Ar-Rum: 21, Mumtahanah: 7). Karena manusia memiliki fitrah kasih sayang, maka
Allah memerintahkan kepada manusia supaya saling berpesan dengan kasih sayang
(Qs. Al-Balad: 17).
B. Suasana Religius dan/atau Agamis
Ada dua tipe masyarakat dalam religiusitas yaitu:
1. Tipe Masyarakat Orde Moral
Dalam tipe ini, komunitas kehidupan dan mekanismenya masih sangat
terikat oleh berbagai norma baik-buruk yang bersumber dari tradisi sehingga banyak
dijumpai sejumlah pantangan yang mengganggu proses penciptaan suasana religius.
Dalam tipe ini, pola dasar mekanisme kehidupan dan kepemimpinannya
ditentukan oleh sistem kekerabatan yang ada semata-mata, tanpa ada alternatif lain
dan juga tidak mempertimbangkan segi yang lain. Dalam hal menjadi pengganti
pemimpin, berlaku prinsip keturunan yang ketat.
2. Tipe Masyarakat Kerabat Sentris
C. Urgensi Penciptaan Suasana Religius di Sekolah
Menurut Clock dan Stark, ada lima macam dimensi keberagamaan yaitu:
1. Dimensi keyakinan,
2. Dimensi praktik agama,
3. Dimensi pengalaman,
4. Dimensi pengetahuan agama, dan
5. Dimensi pengamalan.
30
----------------------------------------------------------------------------------------------
Selesai.
Terima kasih saya ucapkan kepada segenap dosen mata kuliah Islamic Education
Policy atas ilmu dan wawasan yang disampaikan selama satu semester ini, semoga
Allah membalas ilmu anda sekalian dengan pahala yang layak disisi-Nya.
Jazakumullah khairul jaza‟.
31