Kelompok 2 :
SEMESTER 4
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) MUHAMMADIYAH
TULUNGAGUNG
2021
ABSTRAKSI
Al Qur’an merupakan firman Allaah SWT yang diwahyukan kepada Nabi
Muhammad SAW melalui malaikat Jibril, pertama kali diturunkan pada tangal 17
Bulan Ramadhan di Gua Hira’. Al Qur’an sebagai kitab suci agama Islam,
dimanapun muslim berada. Oleh karenanya, Al Qur’an yang berbahasa asli Arab
perlu diterjemahkan dan ditafsirkan agar dapat dipahami oleh masyarakat atau
umat yang berada di wilayah yang berbeda-beda. Dengan penerjemahan dan tafsir
diharapkan muslin dimanapun berada dapat melaksanakan perintah Allaah SWT
dan Rasulullaah SAW sesuai yang diajarkan dalam Al Qur’an. Seluruh aspek
kehidupan diterangkan dalam Al Qur’an, termasuk bidang pendidikan, dan akan
dibahas pada jurnal ini. Dalam hal ini yang akan dibahas tentang pendidik.
1
PENDAHULUAN
Proses pendidikan dalam kehidupan manusia tidak terlepas dari sang pendidik
(subjek pendidikan), berhasil atau gagalnya pendidikan sangat ditentukan oleh
subjek pendidikan tersebut. Mulai dari kemapanan ilmu pengetahuan pendidik,
sampai kemampuan pendidik dalam menguasai objek pendidikan dan berbagai
syarat yang harus dipenuhi oleh seorang pendidik.
Masalah mengajar telah menjadi persoalan para ahli pendidikan sejak dahulu
sampai sekarang, sehingga pengertian mengajarpun mengalami perkembangan
pula. Bahkan, hingga dewasa ini belum ada devinisi yang tepat bagi semua pihak
mengenai mengajar itu.
Bagi peserta didik, seorang pendidik merupakan contoh ideal dan teladan yang
bisa mengarahkan semua masalah dalam kehidupannya baik berbentuk ucapan
maupun tindakan. Teladan juga penting dan paling efektif untuk menyiapkan etika
dan mencetak kepribadian seorang peserta didik. Dalam bahasa jawa guru
merupakan orang yang digugu lan ditiru.
Jadi, dalam proses belajar-mengajar, pendidik dalam hal ini guru mempunyai
tugas untuk mendorong, membimbing, dan memberi fasilitas belajar bagi siswa
untuk mencapai tujuan. Agar hasil yang direncanakan (tujuan) tercapai
semaksimal mungkin. Disinilah pentingnya pengetahuan tentang subjek
pendidikan. Dalam jurnal ini penulis akan mencoba memaparkan sedikit tentang
subjek pendidikan dengan harapan dapat memahami dengan apa yang dimaksud
sang pendidik.
PEMBAHASAN
2
Subjek pendidikan adalah orang ataupun kelompok yang bertanggung jawab
dalam memberikan pendidikan, sehingga materi yang diajarkan atau yang
disampaikan dapat dipahami oleh objek pendidikan.
Subjek pendidikan yang dipahami kebanyakan para ahli pendidikan adalah
Orang tua, guru-guru di institusi formal (disekolah) maupun non formal dan
lingkungan masyarakat, sedangkan pendidikan pertama ( tarbiyatul awwal) yang
kita pahami selama ini adalah rumah tangga (orang tua). Sebagai seorang muslim
kita harus menyatakan bahwa pendidik pertama manusia adalah Allah yang kedua
adalah Rasulullah. Sebagaimana dapat kita lihat dalam surat al-‘Alaq (96) 4-5:
2
.ۗ َعلَّ َم ااْلِ نْ َسا َن َما مَلْ َي ْعلَ ْم.ۙالَّ ِذ ْي َعلَّ َم بِالْ َقلَ ِم
2 https://news.detik.com/berita/d-5164607/surat-al-alaq-ayat-1-5-lengkap-dengan-arab-latin-
dan-terjemahannya
3 Quraish Shihab. Tafsir Al-Misbah (Jakarta: Lentera Hati, 2004) h. 65
3
pendidik karena semua kata tersebut mengacu kepada seorang yang memberikan
pengetahuan, keterampilan dan pengalaman kepada orang lain.
Secara terminologi terdapat beberapa pendapat dari pakar pendidikan tentang
pengertian pendidik, antara lain:
a. Ahmad D. Marimba mengartikan pendidik sebagai orang yang memikul
tanggung jawab untuk mendidik.
b. Ahmad Tafsir menyatakan bahwa pendidik dalam Islam sama dengan teori di
barat yaitu siapa saja yang bertanggung jawab terhadap peserta didik.
c. Muri Yusuf, mengemukakan bahwa pendidik adalah individu yang mampu
melaksanakan tindakan mendidik dalam situasi pendidikan untuk mencapai
tujuan pendidikan.
4
Artinya: “Musa berkata kepada Khidhr: “Bolehkah aku mengikutimu supaya
kamu mengajarkan kepadaku ilmu yang benar di antara ilmu-ilmu yang telah
diajarkan kepadamu?”4
Sejalan dengan tuntunan perkembangan manusia, orang tua dalam situasi
tertentu atau sehubungan dengan bidang kajian tertentu tidak dapat memenuhi
semua kebutuhan pendidikan anaknya. Untuk itu mereka melimpahkan
tanggung jawab mereka kepada orang lain yang mereka anggap pantas dan
professional. Pelimpahan itu bukan berarti tanggung jawab orang tua dalam
pendidikan tidak ada lagi, justru disini orang tua benar-benar harus punya
kemampuan dalam menyikapi perkembangan si anak. Dikarenakan banyak hal
yang mereka temui dan mungkin akan mempengaruhi perkembangan moral,
emosional, dan kematangan berfikir mereka (anak).
Berikut adalah sedikit penjelasan mengenai ayat-ayaat yang berkaitan
dengan subjek pendidikan.
a. Surah an Nahl: 43-44
4 https://tafsirweb.com/4892-quran-surat-al-kahfi-ayat-66.html
5
[828] Yakni: orang-orang yang mempunyai pengetahuan tentang Nabi
dan kitab-kitab.
[829] Yakni: perintah-perintah, larangan-larangan, aturan dan lain-lain
yang terdapat dalam Al-Qur’an .
Pada ayat ini diuraikan kesesatan pandangan kaum musyrikin
menyangkut kerasulan Nabi Muhammad SAW. Dalam penolakan terhadap
apa yang diturunkan Allah SWT mereka selalu berkata bahwa manusia
tidak wajar menjadi rasul atau utusan Allah, atau paling tidak ia harus
disertai oleh malaikat. Nah, ayat ini menegaskan bahwa: Dan Kami tidak
mengutus sebelum kamu kepada umat manusia, kapan dan di manapun
kecuali orang-orang lelaki yakni jenis manusia pilihan, bukan malaikat
yang Kami beri wahyu kepada mereka antara lain melalui malaikat Jibril.
Maka wahai orang-orang yang ragu atau tidak tahu bertanyalah kepada ahl
dzikr yakni orang-orang yang berpengetahuan jika kamu tidak mengetahui.
Kata ahl dzikr pada ayat ini dipahami oleh banyak ulama dalam arti
para pemuka Yahudi dan Nasrani. Mereka adalah orang-orang yang dapat
memberi informasi tentang kemanusiaan para rasul yang diutus Allah.
Mereka wajar ditanyai karena mereka tidak dapat dituduh berpihak pada
informasi Al Qur’an sebab mereka juga termasuk yang tidak
mempercayainya, kendati demikian persoalan kemanusiaan para rasul,
mereka akui. Ada juga yang memahami istilah ini dalam arti sejarawan,
baik muslim ataupun non muslim.
Walaupun penggalan ayat ini turun dalam konteks tertentu, yakni objek
pertanyaan, serta siapa yang ditanya tertentu pula, namun karena
redaksinya yang bersifat umum, maka ia dapat dipahami pula sebagai
perintah bertanya apa saja yang tidak diketahui atau diragukan
kebenarannya kepada siapapun yang tahu dan tidak tertuduh
objektivitasnya.
Ayat di atas mengubah redaksinya dari persona ketiga menjadi persona
kedua yang ditujukan langsung kepada mitra bicara, dalam hal ini adalah
Nabi Muhammad SAW. Agaknya hal ini mengisyaratkan penghormatan
6
kepada beliau dan bahwa beliau termasuk dalam kelompok rasul-rasul
yang diutus Allah, bahkan kedudukan beliau tidak kurang.
Penyebutan anugerah Allah kepada Nabi Muhammad secara khusus
dan bahwa yang dianugerahkan-Nya itu adalah adz-dzikr mengesankan
perbedaan kedudukan beliau dengan para nabi dan para rasul sebelumnya.
Dalam konteks ini Nabi Muhammad SAW bersabda: “Tidak seorang
nabipun kecuali telah dianugerahkan Allah apa (bukti-bukti indrawi) yang
menjadikan manusia percaya padanya. Dan sesungguhnya aku dianugerahi
wahyu (Al Qur’an) yang bersifat immaterial dan kekal sepanjang masa,
maka aku mengharap menjadi yang paling banyak pengikutnya di hari
kemudian”.(HR.Bukhori).
Ayat ini juga menugaskan Nabi Muhammad SAW untuk menjelaskan
Al Qur’an. Bayan atau penjelasan Nabi Muhammad itu bermacam-macam
dan bertingkat-tingkat. Memang As Sunah mempunyai fungsi yang
berhubungan dengan Al Qur’an dan fungsi sehubungan dengan pembinaan
hukum syara’. Ada dua fungsi penjelasan Nabi Muhammad dalam
kaitannya dengan Al Qur’an yaitu Bayan Ta’kid dan Bayan Tafsir. Yang
pertama sekedar menguatkan atau menggarisbawahi kembali apa yang
terdapat dalam Al-Qur’an, sedang yang kedua memperjelas, merinci,
bahkan membatasi pengertian lahir dari ayat-ayat al-Qur’an.
b. Surah Al-Kahfi: 66
مِم
ت ُر ْش ًدا َ ُوس ٰى َه ْل أَتَّبِع
َ ك َعلَ ٰىٓ أَن ُت َعلِّ َم ِن َّا عُلِّ ْم َ ال لَهُۥ ُم
َ َق
Artinya:
66. Musa berkata kepada Khidhr: “Bolehkah aku mengikutimu supaya
kamu mengajarkan kepadaku ilmu yang benar di antara ilmu-ilmu
5
yang telah diajarkan kepadamu?”
5 https://tafsirweb.com/4892-quran-surat-al-kahfi-ayat-66.html
7
Dalam pertemuan kedua tokoh pada ayat ini diceritakan Nabi Musa
yang terkesan banyak menanyakan sesuatu kepada salah satu hamba Allah
yang memiliki ilmu khusus. Sementara jawaban dari orang tersebut
menyatakan bahwa Nabi Musa tidak akan sanggup untuk sabar
bersamanya. Dan bagaimana Nabi Musa dapat sabar atas sesuatu,
sementara ia belum menjangkau secara menyeluruh beritanya.
Ucapan hamba Allah ini, memberi isyarat bahwa seorang pendidik
hendaknya menuntun anak didiknya dan memberitahu kesulitan-kesulitan
yang akan dihadapi dalam menuntut ilmu, bahkan mengarahkannya untuk
tidak mempelajari sesuatu jika sang pendidik mengetahui bahwa potensi
anak didiknya tidak sesuai dengan bidang ilmu yang akan dipelajarinya.
( ٤( ) َعلَّ َم ُهالَْبيَا َن٣( ) َخلَ َقاإلنْ َسا َن٢( ) َعلَّ َمالْ ُق ْرآ َن١( الرَّمْح َ ُن
Artinya:
1. (Tuhan) yang Maha pemurah,
2. Yang telah mengajarkan Al-Qur’an .
3. Dia menciptakan manusia.
4. Mengajarnya pandai berbicara. 6
6 https://news.detik.com/berita/d-5164607/surat-al-alaq-ayat-1-5-lengkap-dengan-arab-
latin-dan-terjemahannya
8
Dimulainya surah ini dengan kata Ar Rahman bertujuan mengundang
rasa ingin tahu mereka dengan harapan akan tergugah untuk mengakui
nikmat-nikmat dan beriman kepada Allah.
Allah Ar Rahman yang mengajarkan Al Qur’an itu ialah yang
menciptakan manusia, makhluk yang paling membutuhkan tuntunannya.
KESIMPULAN
9
DAFTAR PUSTAKA
10