Anda di halaman 1dari 2

Tugas Mata Kuliah Tafsir Hadits

Disusun oleh :
M. Thoyibul Fikri A. (NIM 20194711243)
Moh. Husnun Nadzir (NIM 20194711256)
Iswandi (NIM 20194711294)

Hadis Maqlūb
Maqlūb dari akar kata qalababerarti mengubah, mengganti, berpindah, dan atau membalik. Secara
istilah hadis maqlub adalah: ‫هو ما قعت المخالفة فيه بالتقديم‬
‫أخير‬III‫“ بالت‬hadis yang terjadi mukhalafah (meyakini hadis lain) disebabkan mendahulukan dan
mengakhirkan”.

Kasus maqlub ini dapat terjadi dalam matan dan sanad. Mari kita mulai membahas maqlub dalam
matan. Contoh hadist maqlub matan adalah :
...‫ورجل تصدق بصدقة فأخفاها حتى التعلم يمينه ما تنفق شماله‬
Artinya: “...dan orang yang merahasiakan sedekah, sampai sampai tangan kanannya tidak
mengetahui apa yang disedekahkan tangan kirinya.”
Benarkah memberi sedekah itu dengan tangan kiri? Dalam jamaknya hadits-hadits tentang
kebaikan, sangat dianjurkan dilakukan dengan tangan kanan. Hadits tersebut bertema tentang
golongan yang akan mendapatkan keteduhan di hari kiamat kelak. Ternyata, diketahui dari
riwayat lain bahwa matan hadits yang diulas di atas terbalik. Matan yang lebih benar adalah
sebagai berikut:
...‫حتى ال تعلم شماله ما تنفق يمينه‬
Artinya: “...sampai-sampai tangan kirinya tidak mengetahui apa yang disedekahkan oleh tangan
kanannya”
Jadi ada redaksi matan yang tertukar, yaitu posisi kata “yamin” yang berarti tangan kanan dengan
“syimal” yang berarti tangan kiri. Banyak riwayat hadits juga menyebutkan bahwa dalam urusan
kebaikan, hendaknya mendahulukan bagian kanan – semisal dalam hal pemberian sedekah yang
dianjurkan menggunakan tangan kanan.
Untuk mengetahui tertukarnya matan hadits ini, tentu perlu melakukan telaah hadits dari seluruh
riwayat tentang tema terkait. Dengan demikian, kontradiksi redaksi hadits bisa ditemukan.
Pada sanad, setidaknya ada dua kasus yang mungkin terjadi. Pertama adalah terbaliknya nama
seorang perawi. Semisal seseorang bernama Ka’ab bin Murrah, namun disebutkan dalam sanad
dengan Murrah bin Ka’ab. Tertukarnya nama ini akan cukup menyulitkan identifikasi sosok
perawi yang penting dalam kajian jarh wa ta’dil untuk menentukan kualitas hadits. Lebih-lebih
nama dalam tradisi Arab bisa serupa satu sama lain dan sulit membedakannya.

Referensi:
Fatchur Rohman, Ikhtisar Mustalah al-hadits (Bandung, PT. Al Ma'arif, 1991

Anda mungkin juga menyukai