Disusun Oleh :
Safrizal
Salsabilah Eva Nur Fatimah
Sigit Wahyudi
HKI 5 Karyawan
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga kami bisa menyelesaikan makalah dengan judul “Kritik Matan Hadist” ini
dengan tepat waktu. Dan kami tidak lupa juga mengucapkan sholawat kepada Nabi besar
Muhammad SAW yang telah mengantarkan kita pada zaman yang terang benderang ini.
Kami juga tidah lupa mengucapkan terima kasih kepada bapak dosen dan pihak-pihak lain
yang telah membantu menyusun makalah ini.
Tujuan ditulisnya makalah ini yaitu untuk memenuhi tugas yang telah diberikan olah
Dosen Pengajar Mata Kuliah Ulumul Hadist, makalah ini dibuat dari berbagai sumber literatul
buku dan internet.
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna dan cenderung masih banyak
kekurangan oleh karena itu kami membutuhkan kritik ataupun saran yang bersifat membangun
dari berbagai pihak untuk membenarkan makalah ini.
Penulis berharap makalah ini dapat membawa dampak posotif bagi setiap pihak yang
membaca.
3. Matan Maqlub
Istilah maqlub berasal dari bentuk objek kata qalaba, yang artinya membalik. Yang
disebut matan maqlab adalah penukaran hadist yang terjadi pada matannya, yang terbagi
menjadi 2 bentuk yaitu ;
1) Perawi mengedepankan dan mengakhirkan sebagian matan hadist.
Contohnya; hadist Abu Hurairah yang memaparkan tentang muslim yang akan
dilindungi Allah pada hari tidak ada lagi perlindungan kecuali perlindungan-Nya,
didalamnya terdapat;
ُاها َحتَّى اَل َت ْعلَ َم يَ ِم ْينُهُ َما ُت ْن ِف ُق ِش َمالُه ٍ ِورجل تَص َّد َق ب
َ ص َدقَة فََأ ْخ َف
َ َ ٌ ُ ََ
"(Golongan keenam) dan seseorang yang melakukan shadaqah, lalu ia
menyamarkannya sehingga tangan kanannya tidak mengetahui apa yang telah
diinfaqkan oleh tangan kirinya" (HR. Muslim)
Dari hadits tersebut, terlihat beberapa rawi telah melakukan kemaqluban, padahal
dalam riwayat lainnya adalah sebagai berikut :
ُاها َحتَّى اَل َت ْعلَ َم ِش َمالُهُ َما ُت ْن ِف ُق يَ ِم ْينُه ٍ ِورجل تَص َّد َق ب
َ ص َدقَة فََأ ْخ َف
َ َ ٌ ُ ََ
"(Golongan keenam) dan seseorang yang melakukan shadaqah, lalu ia
menyamarkannya sehingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang telah
diinfaqkan oleh tangan kananya" (HR. Malik, Nasai, dan Bukhari).
2) Rawi menempatkan matan suatu hadist kepada sanad (hadist) lain, dan
menempatkan sanadnya terhadap matan hadist lain.
Contohnya
صلَّى ال ٰلّهُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َمر ِٰ ِِ ِ ُر ِمي اُبَ ُّي َي ْو َم ااْل َ ْح َز
َ اب َعلَى اَ ْك َحله فَ َك َواهُ َر ُس ْو ُل اللّه َ
"Ubay bin Ka'ab terkena panah pada hari Perang Ahzab (Perang Khandaq) pada urat
nadinya, lalu Rasulullah SAW menyudut lukanya dengan besi panas" (HR. Muslim)
Ghandar pernah meriwayatkan hadits tersebut dan mengubah lafadz "( "اُبَ ُّيUbay bin
Ka'ab) menjadi "( "اَبِ ْيayahku). Jadi, di sini seolah yang terkena panah bukanlah Sahabat
Ubay bin Ka'ab ra, tetapi ayah Sahabat Jabir ra, padahal ayah Sahabat Jabir ra sudah
meninggal dunia sebelum Perang Ahzab (Perang Khandaq).
5. Matan Mudraj
Secara bahasa, mudraj merupakan isim maf'ul dari lafadz "adraja" ( )اَ ْد َر َجyang berarti
memasukkan, sedangkan mudraj berarti sesuatu yang dimasukkan.
Matan mudraj adalah matan hadist Nabi SAW yang dimasukkan beberapa kalimat oleh
perawi yang mana kalimat itu sebenarnya berasal dari perawi itu sendiri tetapi tidak
banyak yang mengetahui itu sehingga banyak yang mengira bahwa kalimat itu termasuk
dari hadist tersebut.
Ada 3 jenis mudraj matan yaitu mudraj diawal matan, mudraj ditengah matan, dan
mudraj diakhir matan,berikut penjelasannya :
1) Mudraj di awal matan
6. Matan mudhltharib
Munurut bahasa, mudhtharib berasal dari kata idhtharaba "طَ َر َبTTTض
ْ ِ "اyang berarti
bergencang, kacau balau, bingung.
Matan mudhltharib adalah hadist yang bertentangan didalam sanadnya, matannya, atau
keduanya, dikarenakan adanyan penambahan atau pengurangan, yang tidak dapat
dikomopromo atau ditarjihkan.
Contohnya;
الز َك ِاة
َّ ال َح ٌّق ِس َوى
ِ لَْيس فِي الْم
َ َ
"Tidak ada hak di dalam harta selain zakat" (HR. Ibnu Majah)
Hadits tersebut dikatakan mudhtharib karena matannya bertentangan dengan riwayat hadits-
hadits lainnya, misalnya :
الز َك ِاة
َّ ِإ َّن ِفي َْأم َوالِ ُك ْم َح ًّقا ِس َوى
ْ
"Sesungguhnya di dalam harta kalian ada hak selain zakat". (Ad-Darimi)
الز َك ِاة
َّ ال لَ َح ًّقا ِس َوى
ِ ِإ َّن ِفي الْم
َ
"Sesungguhnya di dalam harta ada hak selain zakat" (HR. Tirmidzi)
7. Ziyadal Al-Tsiqah Dalam Matan
Ziyadat merupakan bentuk jamak dari kata ziyadah, sedangkan tsiqaat merupakan
jamak dari kata tsiqah. Tsiqah itu adalah orang yang adil lagi dlabith. Yang
dimksud dengan ziyadat ats-tsiqah adalah lafadz tambahan sebagian ( rawi ) tsiqah
yang kita lihat dalam riwayat hadist dari perawi tsiqah lainnya.
Tambahan-tambahan oleh sebagian rawi tsiqah yang ada pada sebagian hadist
hamper terlupakan oleh para ulama. Diantara mereka ada yang mencermatinya,
mengumpulkan dan memahaminya, yang popular antara lain :
a. Abu Bakar Abdulloh Bin Muhammad Bin Ziyad an- Naisaburi
b. Abu Nu’aim Al-Jurjani
c. Abu Al-Walid Hasan Bin Muhammad al-Qursyi
C. TEMPAT TERJADINYA
Para ulama telah berselisih pendapat mengenai hukum tambahan pada matan :
a. Diantara mereka ada yang menerimanya secara mutlak.
b. Ada juga yang menolaknya secara mutlak.
c. Tetapi ada juga yang menolak tambahan dari rawi hadits yang
meriwayatkannya dari rawi yang pertama tanpa disertai tambahan, namun
menerimanya jika dari yang selainnya12.
Ibnu Shalah telah membagi ziyadah tsiqah sesuai dengan bisa diterima
atau ditolak menjadi tiga macam. Pembagiannya termasuk bagus, dan hal itu
disepakati oleh an-Nawawi maupn lainnya.
Pembagian itu:
a. Tambahan yang tidak saling meniadakan dari para perawi tsiqah atau yang
lebih tsiqah. Hukumnya dapat diterima, sebab hal it sama seperti hadits
yang diriwayatkan sejumlah rawi tsiqah dari rawi-rawi tsiah.
b. Tambahan yang saling meniadakan dari para perawi tsiqah atau yang lebih
tsiqah. Hukumnya ditolak, sama seperti hadist syad.
c. Tambahan yang didalamnya terdapat jenis yang saling meniadakan dari
para perawi tsiqah atau yang lebih tsiqah. Secara ringkas jenis yang saling
meniadakan itu ada dua:
1. Taqyid dari yang mutlak.
2. Tahshish dari yangumum.
Diriwayatkan oleh Yunus bin Abi Ishak as-Sabi’i , dan anaknya adalah
(bangsa) Israel, dan Qais bin Rabi’ dari Abi Ishak dengan status musnad
muttashil. Dan riwayat Sufyan at-Tsauri dan Syu’bah bin al-Hajjaj dari Abi
Ishak secara mursal.
8. Hadist Syadz dan Mahfudz
1. DEFINISI SYADZ
a.Menurut bahasa,Merupakan isim fa’il dari kata Syadz,yang berarti
menyendiri [asing]. Jadi,syadz itu bermakna terasing dari kebanyakan oang.
b.Menurut istilah,Hadist yang diriwayatkan rawi maqbul [bisa
diterima],yang menyelisihi dengan orang yang lebih utama.
2. PENJELASAN
Yang dimaksud dengan maqbul adalah,[rawinya] adil dan sempurna
kedlobitannya,atau [rawinya] adil tetapi tingkat kedlobitanya lebih ringan,
Sedangkan yang dimaksud orang yang lebih utama adalah,lebih rajih [kuat]
dibandingkan dengan dirinya, baik karena derajat kedlobitannya lebih tinggi,
atau lebih banyak jumlahnya,atau hal-hal lain yang termasuk dalam aspek
Tarjih.
Para ulama’ telah berselisih mengenai definisinya dengan berbagai
pernyataan, akan tetapi Al-Hafidz Ibnu Hajar telah memilih definisi tersebut
seraya berkata: ‘Definisi itu menjadi sandaran bagi definisi hadist syadz yang
sesuai dengan istilah’.
4.AL-MAHFUDH
Al-Mahfudh merupakan lawan dari syadz, yaitu hadist yang diriwayatkan
oleh rawi yang lebih tsiqah, yang menyelisihi dengan riwayat tsiqah lain.
Contohnya sama dengan dua contoh yang disinggung pada jenis hadist
Syadz.
5. HUKUM HADIST SYADZ DAN HADITS MAHFUDH
Sudah diketahui bahwa hadist syadz itu mardud (tertolak), sedangkan
hadits mahfudh termasuk maqbul (diterima).