Anda di halaman 1dari 10

Ikhtilaf Hadis dan Penerapannya terhadap Hadis-Hadis

Kontradiktif

Ramadhan Sultan Syah Putra1, Ari Setianingsih2 Nur Wakhid³


1
Tadris Bahasa Inggris, Fakuktas Tarbiyah Ilmu Keguruan, Universitas Islam Negri
Prof. K..H SAIFUDDIN ZUHRI PURWOKERTO

214110404036@mhs.uinsaizu.ac.id

ABSTRAK
Abstrak: Kegiatan kritik eksternal (sanad) hadis dan juga kritik internal (matn) merupakan
kewajiban para pemerhati dalam rangka mendudukkan eksistensinya dengan al-Qur'an
sebagai landasan argumentasi keagamaan. Proses kritik harus dilakukan, mengingat tidak
ada jaminan hadits yang sampai pada masyarakat muslim yang dikategorikan hadits yang
diterima. Selain metode kritik sanad yang beragam, juga terdapat berbagai tawaran kritik
editorial hadis. Salah satunya adalah ilmu mukhtalaf al-h}adth. Keberadaan pengetahuan ini
muncul ketika melakukan pendokumentasian data (takhrîj h}adîth) dalam naungan makna
yang sama. Hal tersebut tidak lepas dari temuan hadis yang berwawasan kontroversial, oleh
karena itu keberadaan kontroversi tersebut perlu dicarikan solusi dengan tersangka yang
kuat dan juga dalam memilih data yang agara dapat untuk ditempatkan diposisi yang tepat.
Oleh karena itu, tulisan ini berfokus pada solusi yang layak ketika berhadapan langsung
dengan hadis-hadis yang diduga kontrovermukhta

Kata kunci: Sanad, matan, mukhtalaf al-hadish, kontroversial.

ABSTRACT
Abstract: Activities of external criticism (sanad) of hadith as well as internal criticism (matn)
are the obligations of observers in order to establish their existence with the Qur'an as the
basis of religious argumentation. The process of criticism must be carried out, considering
that there is no guarantee of hadith reaching the Muslim community which is categorized as
an accepted hadith. In addition to the various methods of criticism of the sanad, there are also
various offers of editorial criticism of hadith. One of them is the science of mukhtalaf al-
hadth. The existence of this knowledge arises when documenting data (takhrîj h}adîth) under
the same meaning. This can not be separated from the findings of hadith that have
controversial insights, therefore the existence of this controversy needs to be found a solution
with a strong suspect and also in selecting data that can be placed in the right position.
Therefore, this paper focuses on a feasible solution when dealing directly with the alleged
controversial hadiths.
Keywords: Sanad, matn, mukhtalaf al-hadist, controversial.

Jurnal Perspektif 1
Vol. x No. x Bulan Tahun
Page 1-15
Penulis1 & Penuli2

A. Pendahuluan

A. Latar Belakang Pertanyaan Ketika membahas hadits, semua umat Islam pasti pernah
mengalami bahwa hadits merupakan suatu hal yang diajarkan oleh agama islam. Hal tersebut
terjadi setelah turunnya Al-Qur'an. Kewajiban umat Islam untuk menaati sebuah hadits, baik
berupa larangan maupun perintah, sama dengan kewajiban mentaati Al-Qur'an. Hal ini karena
hadits merupakan tafsir Al-Qur'an, sehingga siapapun itu tidak bisa memahami Al-Qur'an
tanpa menguasai hadits. Juga, gunakan hadits tanpa Al-Qur'an. Karena Al-Qur'an adalah
landasan suatu hukum utama yang memuat gambaran luas tentang hukum Islam. Oleh karena
itu, memiliki hubungan yang sangat ketat antara dengan Hadis dan Al-Qur'an, dan
pemahaman dan praktik tidak bisa dipisahkan atau dijelaskan secara terpisah. Oleh karena itu
hadits Nabi SAW. Ia juga merupakan wahyu, yang menyerahkan dirinya melalui redaksi atau
tindakan Nabi SAW. Sebagaimana Rasulullah S.W.T.

Q.S An Najm (53) 3-4

ؕ ‫ۡﺍﻟ َﻬ ٰﻮ‬
‫ﻯ َﻋ ِﻦ َﻳ ۡﻨ ِﻄ ُﻖ َﻭ َﻣﺎ‬

3. dan tidaklah yang diucapkannya itu (Al-Qur'an) menurut keinginannya.

ۡ ‫ﻰ ﺍ ﱠِﻻ ﻫ َُﻮ ِﺍ‬


‫ﻥ‬ ٌ ‫ﻳ ۡﱡﻮ ٰﺣ ۙﻰ َﻭ ۡﺣ‬

4. Tidak lain (Al-Qur'an itu) adalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya),

QS. Al-Hasyr (59) Ayat 7

ٓ ‫\ُ ﺍ َ َﻓ ۤﺎ َء َﻣﺎ‬‫ﺳ ْﻮ ِﻟ ٖﻪ َﻋ ٰﻠﻰ ﱣ‬ ُ ‫ ْﺍﻟﻘُ ٰﺮﻯ ﺍ َ ْﻫ ِﻞ ِﻣ ْﻦ َﺭ‬f ِ ‫ﺳ ْﻮ ِﻝ َ ِ ﱣ‬


ُ ‫ﻠﺮ‬‫ﺴ ِﺒ ْﻴ ۙ ِﻞ َﻭﺍﺑ ِْﻦ َﻭ ْﺍﻟ َﻤﺴٰ ِﻜﻴ ِْﻦ َﻭ ْﺍﻟ َﻴ ٰﺘﻤٰ ﻰ ْﺍﻟﻘُ ْﺮ ٰﺑﻰ َﻭ ِﻟﺬِﻯ َﻭ ِﻟ ﱠ‬
‫َﺑﻴْﻦَ ۢ◌ ﺩ ُْﻭ َﻟﺔً َﻳ ُﻜ ْﻮﻥَ َﻻ َﻛ ْﻲ ﺍﻟ ﱠ‬
ۤ‫ﺳ ْﻮ ُﻝ ٰﺍ ٰﺗﯨ ُﻜ ُﻢ َﻭ َﻣﺎ ٓ ِﻣ ْﻨ ُﻜ ۗ ْﻢ ْﺍﻻَ ْﻏ ِﻨ َﻴﺎ ِء‬
ُ ‫ﺍﻟﺮ‬ ۚ
‫\َ َﻭﺍﺗﱠﻘُﻮﺍ َﻓﺎ ْﻧﺘَ ُﻬ ْﻮﺍ َﻋ ْﻨﻪُ ﻧَﻬٰ ﯨ ُﻜ ْﻢ َﻭ َﻣﺎ َﻓ ُﺨﺬ ُ ْﻭﻩُ ﱠ‬
‫ﻥ ﱣ‬ ‫\َ ۗ◌ﺍِ ﱠ‬ ‫ﺷ ِﺪ ْﻳﺪ ُ ﱣ‬ ِ ۘ ‫ْﺍﻟ ِﻌ َﻘﺎ‬
َ ‫ﺏ‬

7. Harta rampasan (fai') yang Allah berikan kepada Rasul-Nya (dari) penduduk beberapa
negeri adalah untuk Allah, Rasul, kerabat (Rasul), anak yatim, orang miskin dan orang-orang
di jalan, harta itu. Itu tidak akan beredar hanya di antara orang-orang kaya di antara kamu.
Ambillah apa yang diberikan nabi kepadamu. meninggalkan apa yang dilarangnya. dan takut
kepada Allah. Sungguh, azab Allah sangat berat.

Untuk Al-Qur'an, semua ayat diriwayatkan secara mutawatir, sedangkan dalam hadits Nabi
Muhammad sebagian riwayat mutawatir dan selebihnya pada hari Minggu. Dengan demikian,
dari segi narasi, Al-Qur'an dianggap qaṯ„i al-wurood, sedangkan bagian lain, bahkan yang
Jurnal Perspektif 2
Vol. x No. x Bulan Tahun
Page 1-15
Materi Pelajaran Perspektif Hadits

terbesar, diposisikan sebagai anni al-wurood. Hadits Nabi SAW, ini akan memberi tahu kita
apakah hadits yang dimaksud dapat diartikan sebagai firman dari Nabi SAW atau waktu
melihat Allah SWT. Beliau mengatakan bahwa tidak ada sebuah alasan bagi umat Islam untuk
memberikan dan menentang hadits Nabi. SAW. Karena keberadaan hadis itu dibuktikan
dengan Al-Qur'an, maka segala usaha atau gagasan untuk menggunakan hadits sebagai
sumber ajaran Islam sebenarnya bukanlah suatu penghinaan melainkan menjauhkan Al-
Qur'an sumber umat islam.
Sejak saat penginjil al-Kuraf al-Rashidun hingga akhir abad pertama, beberapa hadis
diturunkan dari omongan ke yang lain. Perawi setiap hadits meriwayatkannya sesuai dengan
catatan,
banyak. Jumlah ini sulit ditentukan karena hadits mukharrijul, para ulama yang meriwayatkan
hadits secara bersamaan dilakukan
Koleksi hadis tidak terhitung banyaknya. Juga, beberapa pengumpul hadits menghasilkan
beberapa koleksi hadits.
Di berbagai kitab hadits yang dicoret oleh masing-masing mukharrij, ada yang bertahan
hingga saat ini, ada saat itu sulit untuk ditemukan, dan ada juga yang sudah hilang.
Tampaknya hanya ada selusin koleksi hadits yang beredar luas, terutama:

Metode penyusunan buku dalam kumpulan hadis tidak sama. Memang, ini masuk akal, karena
fokus penulisan bukan pada metode kompilasi, tetapi pada kumpulan hadits.
Setiap mukhali memiliki metodenya sendiri, baik dalam penyusunannya yang sistematis
maupun dalam masalah yang diangkat oleh hadis yang dikumpulkan, dan dalam standar
kualitas narasinya sendiri. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika pada periode
pascakoleksi, para ulama menetapkan kriteria penilaian dan pemeringkatan kualitas buku
dalam koleksi hadis.
• (Enam Buku Standar Hadis).
• (Tujuh Buku Standar Hadis).
Kualitas hadits tidak selalu sama dengan standar hadits yang dikumpulkan dalam kitab-kitab
hadits yang berbeda. Diperlukan upaya penelitian untuk mengetahui suatu hadis yang terdapat
dalam berbagai kitab dalam kumpulan tersebut benar atau kita sebut shahih. Dengan
melakukan kegiatan penelitian, kita dapat menghindari penggunaan dalil hadits yang tidak
memenuhi syarat sebagai argumen sebanyak mungkin. Selain itu, kualitas perawi yang
terkandung dalam sanad yang berbeda dari

hadits yang dikumpulkan dalam buku yang berbeda bervariasi. Ada yang memenuhi syarat,
ada yang tidak.6

Jurnal Perspektif 3
Vol. x No. x Bulan Tahun
Page 1-15
Penulis1 & Penuli2

Karena tujuan utama penelitian hadits adalah untuk menghubungkan keadaan penalaran
hadits, maka kualitas hadits yang bersangkutan harus diketahui. Pemandangan rantai dan
kondisi matte mereka. Dalam hal ini, jumlah arti yang dibuatkan untuk hasil yang baik hadits
tidak lebih banyak dari yang bagus jumlah berbagai jenis istilah hadits yang dapat dilihat dari
keadaan mata rantai dan matrasnya. sebenarnya dari Nabi SAW Kita juga tahu bahwa ada
hadits palsu. Memang, semua hadits sebelumnya telah dikaitkan dengan Nabi SAW sebagai
memiliki fungsi referensi untuk memahami dan mengamalkan ajaran Islam. Juga, apa yang
dikaitkan dengan saudara disebut hadits, dan apa yang sebenarnya dikaitkan dengan Tabbyin
adalah: Pertanyaannya kemudian, hadits mana yang diterima sebagai bukti agama (maqbul),
mana yang ditolak (mardud), dengan "kecurigaan kuat" bahwa hadis tersebut berasal dari
Nabi SAW.
Pada zaman Bukhari, Muslim dan Imam awal, Hadis memiliki dua nilai. Yang diterima
disebut Sahi dan yang buruk disebut Daif. Namun nyatanya ada hadits yang terasa salah
ketika disebut dha'if dan kurang akurat ketika disebut nyata. Oleh karena itu, Al-Tirmidzi
menyebut jenis hadits ini sebagai hadits hasan (baik).

6 M. Syuhudi Ismail, Metodologi Penelitian Hadits Nabi (Jakarta:


Bulan Bintang, 2016),h.7 M. Syuhudi Ismail, Metodologi Penelitian Hadits Nabi (Jakarta:
Bulan Bintang, 2016),h.32. Istilah kualitas hadis yang digambarkan sebagai standar (standar)
yang dianut, ada tiga macam: Sah, Hasan. Dan jika. Oleh karena itu, hasil kajian hadits hari
Minggu dari keadaan rantai dan tikar tidak lepas dari tiga kemungkinan disposisi. Ini adalah
hadits di mana Sanad terus berlanjut, diucapkan oleh mereka yang adil dan dapat dipercaya,
dan yang bukan Shaz atau kesalahan. 2. Hadis Hasan. Padahal hadits hasan sama dengan
hadits aslinya.

Perbedaannya adalah bahwa sementara dalam sebuah hadits asli semua perawi harus
sempurna asal-usulnya, dalam sebuah hadits hasan ada perawi yang terampil, akurat, atau
memiliki ingatan.

B. Metode penelitian
a. Sumber data penelitian

Metodologi pengumpulan adalah metode dan arahan yang dapat digunakan untuk proses
pencarian, penggalian, pengolahan dan pembahasan data selama penelitian untuk menemukan
cara memecahkan masalah. Penelitian ini termasuk penelitian kepustakaan, yaitu Penelitian.
Data yang digunakan penulis dalam tulisan ini ada pada kitab Sahh al-Bukhâr, Dalam
penelitian utamanya, penulis mengacu pada buku-buku berikut oleh Shallah Al-Hadits: Hadis
Ibn Qutayba.

Jurnal Perspektif 4
Vol. x No. x Bulan Tahun
Page 1-15
Materi Pelajaran Perspektif Hadits

b. Metode pengumpulan data

Metode yang digunakan untuk mengumpulkan sebuah data adalah metode asli atau kita sebut
(takhrij).untuk menegaskan tradisi ketiga sumber tersebut. Metode takhrij hadts yang
digunakan dalam penelitian ini terdapat dalam lafadz-31.

Metode Tahrij Hadits dengan kata-kata yang ditemukan dalam hadits adalah metode yang
didasarkan menggunakan kata-kata yang ditemukan didalam teks hadits tersebut, baik dalam
bentuk kata benda atau kata kerja. Tidak ada huruf yang digunakan dalam metode ini, tetapi
ini adalah bagian dari hadits yang ditambahkan, sehingga Anda dapat mencari hadits yang
dimaksud. Salah satu kamus paling sederhana yang dibutuhkan untuk metode Taffley ini
adalah A. J. Wensinck dkk

c. Metode menganalisis

tahapan analisis data didasarkan pada ajaran Ikhtilâf al-Hadts. memiliki 4

tahapan yang digunakan untuk cara penyelesaian hadis yang rancu ini.

2. Nasakh wa Manskh (matikan satu dan praktikkan untuk suatu yang lain ).
3. (Pilihan Terkuat).

4. Tawaqquf atau bisa kita sebut(tidak dilakukan).

Teknik penulisan akademis digunakan dalam pembuatan buku ini. Hal ini didasarkan
pada pedoman penulisan makalah Keputusan Perdana Menteri tentang Penulisan Karya
Ilmiah. , (Riyaḏ:
Maktabah al-Ma'ârif, 1991), hal.35.

C. Hasil Penelitian dan Pembahasan


a. Kedudukan Hadist
Hampir semua ulama dan umat Islam menyetujui hadis untuk dasar sumber ajaran
Islam.Karena bisa disebut seperti itu karena dalam sejarah umat Islam , sebagian orang hanya
menegakkan Al-Qur'an ketika mereka menegakkan ajaran agamanya. Mengingat ruang
lingkup dan ruang lingkup Al-Qur'an serta keterbatasan pemahaman manusia tentang
petunjuknya, penerimaan hadis sebagai sumber ajaran Islam diperlukan. Oleh karena itu,
mustahil memahami Al-Qur'an tapi tidak menguasai hadis. Hal yang sama berlaku untuk
menggunakannya tanpa Al-Qur'an. Al-Qur'an adalah dasar hukum pertama yang memuat
Jurnal Perspektif 5
Vol. x No. x Bulan Tahun
Page 1-15
Penulis1 & Penuli2

ringkasan hukum Islam. 2 Al-Qur'an adalah Qadim, sebagai wahyu yang mencakup semua
periode kehidupan manusia, ia hanya mengatakan tentang suatu hal tertentu yang dibicarakan
secara detail. .3 Oleh karena itu, ada suatu hubungan yang sangat ketat antara Hadis dan Al-
Qur'an, dan tidak dapat dipahami dan dipraktikkan secara terpisah atau terpisah.

b. Fungsinya Hadist

Berdasarkan posisinya, Al-Qur'an dan hadits adalah sebuah sumber dan suatu ajaran
Islam, sesuatu hal yang jelas tidak dapat pecah belah satu sama lain. Al-Qur'an sebagai
sumber utama mengandung suatu yang diajaran yang sifatanya general dan terbuka, yang
perlu diterangkan untuk lebih lanjut dan rinci. mubayyin) mengisi isi Al-Qur'an. Ini suatu hal
yang sesuai dengan Firman-Nya. Kedudukan hadis merupakan salah satu sumber ajaran
Islam. Sedangkan fungsi hadis adalah menjelaskan, memperkuat, memuat Al-Qur'an, dan
menetapkan hukum baru. Al-Qur'an sebagai suatu utusan dari Allah SWT yang bersifat qadim
dan meluas ke seluruh masa kehidupan manusia, maka Al-Qur'an hanya berbicara suatu hal
itu saja yang sudah ditetspksn secara detail. inci tujuan perdebatan umat dan masalah yang
dihadapi Nabi SAW yang jawabannya tidak dapat diperoleh dalam Al-Qur'an. Nabi Saw
menerima ututsan dari Allah Swt untuk memecahkan suatu tantangan dan menjawab sebuah
pertanyaan-pertanyaan ini agar orang-orang wajib untuk mempelajarinya.

c.arti ikhtilafi hadis

Para ahli menawarkan beberapa definisi untuk

hadtsmuhtalif, antara lain: Menurut at-Tahanuwi, hadtsmuhtalif

dua hadits maqbul yang saling bertentangan dalam arti zahir dan tujuan yang dimaksudkan
dapat dikompromikan (tidak diinginkan). Maksud yang dikemukakan oleh al-Tahanuwidiya
hal ditersebut membatasi hadis yang hanya ada pada hadits. hanya maqbool dan tidak
mengandung hadits. Sedangkan menurut kebanyakan dari para ulama, hadits yang menguasai
syarat untuk diterima adalah hadits baik dan benar. Selain itu, suatu hal pengertian ini, ada
bertentangan pemahaman antara

hadits ihtilafal sebagai hal yang benar hadits dan hadits ihtilafah

seperti sains. Ihtilaf berarti “Dua hadits yang secara lahiriah saling bertentangan maknanya,
kemudian salah satunya dikompromikan atau tarjih.” Kedua hadits yang kontradiktif ini
maqbul (boleh) dari sisi Sanad. Jika keduanya tidak menggumamkan sebagaimana dijelaskan,
maka tidak dianggap ikhtilaf. Mukhtalifal-Hadts adalah dua hadits Makbl yang bersamaan
lahiriah bertentangan dengan pengertiannya, dan maknanya bisa terpengaruh secara alami.
Jurnal Perspektif 6
Vol. x No. x Bulan Tahun
Page 1-15
Materi Pelajaran Perspektif Hadits

D. Simpulan
Berdasarkan uraian Iqtilahu al-Hadits dalam hal hadits, tidak boleh buang air besar
menghadap kiblat, yaitu menghadap kiblat ketika buang air besar. Saat melakukannya,
pastikan untuk melakukannya di tempat terbuka atau di mana banyak orang dapat melihatnya.
, karena petunjuk kiblat adalah untuk orang yang shalat.
Sementara buang air besar di kamar atau toilet tidak menghadap kiblat dan menghadap
tembok, hukum larangan buang air besar menghadap kiblat dan kembali ke sana tidak berlaku
dan penyelesaian hadits-phore menggunakan Al-Jamnu. wa al-tawfiq, atau melengkapi hadits,
bertentangan dengan jalan kompromi dan menunjukkan ibaha (izin), sehingga menyelaraskan
bahkan ketika buang air besar di tembok, artinya kedua hadits itu bisa diamalkan.

Daftar Pustaka
DAFTAR PUSTAKA
Al-Albani, Muhammad Nashiruddin, Shahih Sunan Nasa’i, Penerjemah: Ahmad Yuswaji,
Cet; 2, Jakarta: Pustaka Azzam, 2007, Jilid 1.
Al-Bukhârî, Muḥammad ibn Ismâ´îl ibn Ibrâhîm, Ṣaḥîḥ al-Bukhârî Kairo: Maṭbaʻah as-
Salafiyyah, 1400 H.
------------ Sahîh al-Bukhârî, Beirut: Dâr Ibn Katsîr, t.t

------------ Sahîḥ al-Bukhârî Beirut: Dâr al-Kutub al-Ilmiyyah, 2008.

Jurnal Perspektif 7
Vol. x No. x Bulan Tahun
Page 1-15
Penulis1 & Penuli2

Al-Mundziri, Imam, Ringkasan Hadis Shahih Muslim, Penerjemah: Achmad Zaidun Cet; 2,
Jakarta: Pustaka Amani, 2003.
Al-Naisâbûrî, Al-Imâm al-Hâfiẕ Abî al-Husain Muslim ibn al-Hajjâj al-Qusyairî, Sahîh
Muslim Riyadh: Dâr Ṯaybah Lil Nasyri wa Tauzî´, 1426 H.
-----------Sahîh Muslim Kairo: Dâr Ibnu al-Haitsam, 1422 H / 2001 M.

---------- Sahîh Muslim Beirut: Dâr al-Kutub al-Ilmiyyah, 2008.

Al-Nasâ`î, Abû ´Abd al-Rahmân Ahmad ibn ´Alî Syu´aib ibn ´Alî ibn Sînân, Sunan al-Nasâ`î
Beirut: Dâr Ma´rifah, t.th.
Al-Nuri, Hasan Sulaiman, Ibânah al-Ahkâm: Syarh Bulûgh al-Marâm, Juz I

Al-Syaukani, Al-Imâm, Ringkasan Nailul Authar, Penerjemah: Amir Hamzah Fachrudin,


Asep Saefullah Jakarta: Pustaka Azzam, 2011.
Amîn, Ahmad, Ḏuhâ al-Islâm, Kairo: Maktabah al-Nahḏah al-Misriyyah, t.t., Juz II.

Arifin, Johar,“Pendekatan Ulama Hadis dan Ulama Fiqh dalam Menelaah Kontroversial
Hadis,” Jurnal Ushuluddin UIN SUSKA, Vol. XXII No. 2, Juli 2014.
---------------“Studi Hadis-Hadis Tentang Posisi Kencing Berdiri; Kajian Mukhtalaf Hadis”,
UIN SUSKA RIAU, Vol. XX No. 2, Juli 2013
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis Jakarta: Bina Aksara,
1989.

´Asqalânî, Ibn Hajar, Fath al-Bârî, Penerjemah: Gazirah Abdi Ummah, Jakarta: Pustaka
Azzam, 2008, Jilid 2.
Al-Sijistânî, Abî Dâwud Sulaimân ibn al-Asy´ats, Tarjamah Sunan Abi Daud, Penerjemah:
Ustadz Bey Arifin (Semarang: CV. Asy-Syifa‟, t.th.
--------------- Sunan Abû Dâwud Riyaḏ: Maktabah al-Maʼârif Li Natsri at-Tauziʼ, t.t.

--------------- Sunan Abî Dâwud Beirut: Dâr al-Fikr, t.t.

Al-Tirmidzi, Muhammad Isa bin Surah, Tarjamah Sunan At-Tirmidzi, Penerjemah: Moh.
Zuhri Dipl.
TAFL, dkk, Tarjamah Sunan At-Tirmidzi Semarang: CV. Asy-Syifa‟, 1992.

--------- Al-Imâm al-Hâfiẕ Abî ´Îsâ Muhammad ibn ´Îsâ, al-Jâmi´ al-Kabîr, Beirut: Dâr al-
Garb al-Islâmî, 1996.
-------- Sunan Al-Tirmidzî, Beirut: Dâr al-Fikr, 1994.

Baqi, Muhammad Fu‟ad bin Abdul, Hadits Shahih Bukhari Muslim, Penerjemah: Abu Firly
Bassam Taqiy, Cet; 5, Depok: PT. Fathan Prima Media, 2015.
Bay, Kaizal, “Metode Penyelesaian Hadis-Hadis Mukhtalif Menurut al-Syâfi´î”, Jurnal
Ushuluddin UIN SUSKA Riau, Vol. XVII No. 2, Juli 2011.
Bustamin, Dasar-Dasar Ilmu Hadis, Jakarta: Ushul Press, 2009.
------------ Membahas Kitab Hadis, Ciputat: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, 2010 Danuri, Daelan M., “Al-Sunnah sebagai Bayân Al-Qur`an”, Jurnal Fakultas
Syar‟ah, Universitas Islam
Negeri (UIN) Sunan Kalijaga, Yogyakarta.

Jurnal Perspektif 8
Vol. x No. x Bulan Tahun
Page 1-15
Materi Pelajaran Perspektif Hadits

Dârimî, Al-Imâm Abû Muhammad ´Abdullâh ibn ´Abd al-Rahmân ibn al-Faḏl, Sunan al-
Dârimî Beirut: Dâr al-Kutub al-Ilmiyah, 1971.
Faruq, Umar, “Kritik Atas Kontroversi Hadis Tentang Aurat Laki-Laki”, Institut Agama
Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, Vol. 3, No. 1, Januari-Juni, 2013.
Firdausi, Muhammad Anwar, “Membincang Ayat-Ayat Muhkam dan Mutasyabih”, Jurnal
Fakultas Humaniora UIN Maulana Malik Ibrahim, Malang, Vol. 16 No. 1, 2015.
Hammad, Nafiz Husain, Mukhtalif al-Hadîts Baina al-Fuqahâ` wa al-Muhadditsîn Mesir:
Dârul Wafa

Hanbal, Ahmad ibn Muhammad ibn , Musnad Ahmad ibn Hanbal Kairo; Dar al-Hadits, 1416
H / 1996 M.

Herdi, Asep, Memahami Ilmu Hadis Bandung: Tafakur, 2014.

Idri, Studi Hadis Cet 3; Jakarta: Prenada Media Group, 2016.

Ismail, Syuhudi, Metodologi Penelitian Hadis Nabi Jakarta: PT. Bulan Bintang, 2016.

------------------- Hadis Nabi Yang Tekstual dan Kontekstual Jakarta: PT. Bulan Bintang,
2009. Juned, Daniel, Ilmu Hadis Paradigma Baru dan Rekonstruksi Ilmu Hadis Jakarta:
Erlangga, 2010.
Khatib, Muhammad ´Ajjâj, Ushul Al-Hadits Pokok-Pokok Ilmu Hadits Jakarta: Gaya Media
Pratama, 2013.
Khon, Abdul Majid, Takhrîj & Metode Memahami Hadis, Jakarta: Amzah, 2014. Kuncoro,
Joko, “Prasangka dan Diskriminasi”, Fakultas Psikologi UNISSULA Semarang.

Ṯahhân, Mahmud, Taisîr Musṯalah al-Hadîts Jakarta: Dâr al-Hikmah, t.th.

-------------- Usul al-Takhrîj wa Dirâsat al-Asânid Riyaḏ: Maktabah al-Ma´ârif, 1991.

------------- Ilmu Hadits Praktis Bogor: Pustaka Thariqul Izzah, 1436 H/2014 M.

Majah, Abu Abdullah Muhammad bin Yazid Ibnu, Tarjamah Sunan Ibnu Majah, Penerjemah:
Abdullah Shonhaji Semarang: CV. Asy-Syifa, 1992.
Misriy, Jamâl al-Dîn Muhammad Ibn Mukarram Ibn Manẕur al-Afriqîy al-Misriy Lisân al-
´Arab Beirut: Dâr al-Sâdir, t.t., Jilid 2.

Mustaqim, Abdul, Ilmu Ma´ani al-Hadits, Yogyakarta: Idea Press, 2008.

Musyafiq, M. Nur Ahmad, terj. Ushul al-Hadīts Jakarta: Gaya Media Pratama, 2007.

Nawâwî, Abû Zakariyâ Yahyâ Al-Nawâwî, Sahîh Muslim bi Syarh al-Nawâwî, Kairo: Dâr al-
Hadîts, 2001.
Noorhidayati, Salamah, Ilmu Mukhtalif al-Hadîts Yogyakarta: Lentera Kreasindo, 2016.

Nuruddin „ltr, ʼUlūmul Hadîts, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2014.

Jurnal Perspektif 9
Vol. x No. x Bulan Tahun
Page 1-15
Penulis1 & Penuli2

Qazwînî, Abî ´Abdillâh Muhammad ibn Yazîd, Sunan Ibn Mâjah, Riyaḏ: Maktabah Al-
Ma´ârif Li an- Natsri wa al-Tauziʼt.th.
Qutaibah, Ibnu, Ta`wîl Hadîts-Hadîts yang Dinilai Kontradiktif, Penerjemah: Team Foksa
Jakarta: Pustaka Azzam, 2008.
Ranuwijaya, Utang, Ilmu Hadîts, Pengantar: Dr. H. Said Agil Husain al-Munawwar, M.A,
Jakarta: Gaya Media Pratama, 1996.
Sâlih, Subhi, ´Ulûm al-Hadîts wa Musṯalahuhu Beirut: Dâr al-ʼIlmilil Malâyîn, 1959.

Shihab, M. Quraish Shihab, Kaidah Tafsir Tangerang: Lentera Hati, 2013.

Subagyo, Joko, Metodologi Penelitian Dalam Teori dan Praktek Jakarta: PT. Rineka Cipta,
1994. Suyûṯî, al-Jâmi’ al-Sagîr, Beirut: Dâr al-Fikr, t.t.
Wensicjk, al-Mu´jam al-Mufahras li Alfâdz An-Nabawi Belanda: Breil, 1962.

Zuhri, Muh., Hadis Nabi Telaah Historis & Metodologis, Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya,
2011.

Jurnal Perspektif 10
Vol. x No. x Bulan Tahun
Page 1-15

Anda mungkin juga menyukai