Anda di halaman 1dari 13

MATAN HADIST

Hanif Aqil Fauzi (1900023258)


Erna Susilawati (1900023259)
Kiki Arsela (1900023260)
Nabila Alifia Nurrokhmah (1900023261)
Annisa Nur Hafida (1900023262)
Intan Mujtahidah Saputri (1900023263)
Alifi Kasita Nurraihan (1900023264)
Nur Aulia Ar Rahma (1900023265)
Silvia Ferry Widi Astuti (1900023266)
PENGERTIAN
• Menurut bahasa:
menurut bahasa berarti ma irtaf’a min al ardhi (tanah yang meninggi) ada pula
yang mengartikan kekerasan, kekuatan kesangatan
• Menurut istilah :
Sedangkan menurut istilah ilmu hadis, menurut Muhammad at Thahan adalah:
”Suatu kalimat tempat berakhirnya sanad.”
Atau dengan redaksi lain menurut ajjaj al-Khathib.
“Lafadz hadis yang didalamnya mengandung makna-makna tertentu.”
Dalam perkembangan karya penulisan ada matan dan ada syarah. Matan di sini dimaksudkan karya atau

karangan asal seseorang yang pada umumnya menggunakan bahasa yang universal, padat, dan singkat

sedang syarah-nya dimaksudkan penjelasan yang lebih terurai dan terperinci. Dimaksudkan dalam konteks

Hadis, Hadis sebagai matan kemudian diberikan syarah atau penjelasan yang luas oleh para ulama, misalnya

shahih Al-Bukhari di-syarah-kan oleh Al-Asqalani dengan nama Fath Al-Bari dan lain-lain.
Perbedaan Sanad dan Matan
• Sanad
Menurut bahasa sanad adalah sandaran atau sesuatu yang dijadikan sandaran. Dikatakan demikian karena
Hadits bersandar kepadanya. menurut istilah al-Badr bin Jamaah dan At-Tibby, menyatakan bahwa sanad
adalah pemberitaan tentang munculnya suatu matan Hadits. yang lainnya menyebutkan sanad ialah silsilah
atau rentetan para perawi yang menukilkan Hadits dari sumbernya yang pertama. Atau, dengan perkataan
lain, sanad adalah jalan yang dapat menghubungkan matan Hadits kepada Nabi Muhammad.

• Matan
Matan diambil dari bahasa Arab (matn). Menurut bahasa matan berarti punggung jalan atau tanah yang
kerasdan tinggi. Matn kitab yang tidak bersifat komentar dan bukan tambahan-tambahan penjelasan. Jamak
matn adalah mutun.yang dimaksud matn dalam ilmu hadits ialah: ma yantahiy ilayhi as-sanad min al-
kalam.5yakni: sabda nabi yang disebut setelah sanad, atau penghubung sanad, atau materi hadits
Karakteristik kepalsuan hadis dalam
Karakteristik kepalsuan hadis dalam matannya dapat didefinisikan dengan adanya:
(1) susunan kalimatnya yang tidak luas dan tidak teratur
(2) kekacauan makna
(3) bertentangan dengan jangkauan akal dan tidak dapat ditakwil
(4) bertentangan dengan kaidah umum dan kaidah tata cara kehidupan dalam keseharian
(5) mengajak pada syahwat dan kebejatan moral
(6) bertentangan dengan panca indera dan kenyataan
(7) bertentangan dengan kaidah kedokteran
(8) bertentangan dengan akal sehat yang menerima kemahasucian dan kemahasempurnaan Allah; (9)
bertentangan dengan fakta-fakta historis ataupun sunnah Allah
(10) memanifestasikan pikiran yang picik yang tidak pernah diajukan orang-orang berakal
(11) bertentangan dengan ketentuan al-Qur’an yang tidak perlu ditakwilkan
(12) bertentangan dengan ketentuan-ketentuan sunnah yang mutawatir
(13) bertentangan dengan ilmu.
Kriteria Keshahihan Hadits
Apabila merujuk pada definisi hadits shahih yang diajukan Ibnu Al-Shalah, maka keshahihan matan
hadits tercapai ketika telah memenuhi dua kriteria, anatara lain:
1. Matan haduts tersebut harus terhindar dari kejanggalan (syadz).
2. Matan hadits tersebut harus terhindar dari kecacatan (‘illah)
kriteria yang menjadikan matan layak untuk dikritik:
Shaleh Al-Din Al-Adzlabi dalam kitabnya Manhaj Naqd Al-Matan ‘inda Al-Ulama Al-Hadits Al-
Nabawi mengemukakan beberapa kriteria yang menjadikan matan layak untuk dikritik, anatara
lain:
1. Lemahnya kata pada hadits yang diriwayatkan
2. Rusaknya makna
3. Berlawanan dengan Al-Qur’an yang tidak ada kemungkinan ta’wil
4. Bertentangan dengan kenyataan sejarah yang da pada masa Nabi
5. Sesuai degan madzhab rawi yang giat memprogandakan mazhabnya
6. Hadits itu mengandung sesuatu urusan yang mestinya orang banyak mengutipnya, namun
ternyata hadits tersebut tidak dikenal dan tidak ada yang menuturkannya kecuali satu
orang.
7. Mengandung sifat yang berlebihan dalam soal pahala yang besar untuk perbuatannya yang
kecil.
matan yang benar-benar mencerminkan keabsahan suatu hadis :
suatu matan yang benar-benar mencerminkan keabsahan suatu hadis, para ulama telah
menentukan tolak ukur tersebut menjadi empat kategori, antara lain
1. Tidak bertentangan dengan petunjuk Al-Qur’an
2. Tidak bertentangan dengan hadits yang kualitasnya lebih kuat
3. Tidak bertentangan dengan akal sehat, panca indra dan fakta sejarah
4. Susunan pernyataannya yang menunjukkan ciri-ciri sabda kenabian
Dengan kriteria hadits yang perlu dikritik serta tolak ukur kelayakan suatu matan hadits di atas,
dapat dinyatakan bahwa walaupun pada dasarnya unsur-unsur kaidah keshahihan matan hadits
tersebut hanya dua item saja, tetapi aplikasinya dapat meluas dan menuntut adanya pendekatan
keilmuan lain yang cukup banyak dan sesuai dengan keadaan matan yang diteliti.
Contoh Matan
Misalnya perkataan Anas bin Malik ra. :

‫كنا نصلى مع رسول هللا صلى هللا عليه و سلم فى شدة الحر فإذا لم يستطع أحدنا أن يمكن جبهته من‬
‫األرض بسط وبه فسجد عليه‬

“ Kami shalat bersama-sama Rasulullah Saw. pada saat udara sangat panas, jika salah seorang dari kami
tidak sanggup menekankan dahinya di atas tanah, maka ia bentangkan pakaiannya lalu sujud di
atasnya”.
Macam-Macam Matan
1. AL-Qur’an
Al-Qur'an adalah kalam Allah yang diturunkan secara bertahap melalui malaikat Jibril kepada Nabi
Muhammad SAW dengan periwayatan yang mutawatir, terdapat dalam mushhot dan dimulai dari surat
al-Fatihah dan berakhir pada surat an-Nas.
2. Hadits Qudsi
Hadits qudsi adalah kalam yang maknanya dari Allah do; lafadnya dari Nabi saw. Atau dengan
ibarat lain, kalam yang I dinisbatkan kepada Nabi dan maknanya bersumber dari Allah. Hadits
Qudsi sering diistilahkan dengan hadits ilahi nisb,t kepada i1ali, atau hadits robbani nisbat kepada
Rabb. Penisbatan iio mengindikasikan adanya makna kemuliaan, karena disandark.m kepada kesucian
'Allah (ijadasatidiali).Dalam istilah ini, sebenarnya terdapat dua sisi lafaz 'hadits' dan qudsi. Lafad hadits
kembali kepada Nabi dan lafi,qudsi kembali kepada Allah. Penggabungan dua kata ini karell dalam
hadits qudsi terdapat perpaduan antara lafad yang i1i bersumber dari Nabi dan makna yang bersumber
dari Allah.
Gambaran bentuk ungkapan dari sebuah makna sepcil yang terdapat dalam hadits
Qudsi sebenarnya banyak didapatk,i contohnya dalam al-Qur'an. Misalnya saat Allah menceritakan
ucapan-ucapan para Nabi terdahulu, atau dialog mereka dengan kaumnya. Dialog itu kemudian
diceritakan kembali oleh Allah dalam al-Qur'an dengan menggunakan bahasa Arab, dan teks Al-Qur'an
saat mengungkapkan isi dialog tersebut tidak persis seperti teks dialog yang sebenarnya tapi sebatas
makna dan substansi yang terjadi dalam diolog saat itu.
Macam-Macam Matan
3. Hadits Nabawi
Sebagaimana telah disinggung di awal pembahason bahwa hadits adalah segala sesuatu yang dinisbatkan
kepada Nabi Muhammad saw. baik berupa ucapan, perbuatan, persetujuan atau sifat psikis dan fisik. Dalam
pembahasan ini, yang dilihat sebatas siapa menuturkan teks tersebut, dan tidak melihat bagaimana kualitas
lafadnya. Hadits ditinjau dari aspek penuturnya dapat dibedakan menjadi tiga bagian: marfu’, mauquf,dan
maqthu'
a.Marfu'
Definisi marfu' adalah hadits yang dinisbatkan kepada Nabi saw berupa ucapan, perbuatan, persetujuan atau
sifat, baik madnya bersambung maupun tidak. Sedangkan, yang menisbatkan kepada Nabi bisa sahabat atau
juga kita. Selama ada ungkapan 'Nabi bersabda' atau 'Nabi melakukan ini dan itu' maka dapat dinamakan
dengan marfu'.
b. Mauquf
Definisi hadits mauquf adalah ucapan atau perbuatan yang dinisbatkan kepada sahabat. Jika terdapat sebuah
teks dan Penuturnya seorang sahabat maka diistilahkan dengan mauquf, Imik bersambung sanad nya maupun
tidak. Jika bersambung maka dinamakan mauquf muttashil, dan jika tidak maka dinamakan mauquf munqathi.
c. Maqthu'
Definisi hadits maqthu' adalah ucapan atau perbuatan yang dinisbatkan kepada tabi’in. Jika terdapat sebuah
teks dan penuturnya seorang tabi’in maka diistilahkan dengan maqthu‟baik bersambung sanad nya maupun
tidak
Kedudukan Sanad dan Matan Hadits
Kedudukan sanad dalam hadits sangat penting karena hadits yang diperoleh/diriwayatkan akan
mengikuti siapa yang meriwayatkannya. Dengan sanad suatu periwayatan hadits, dapat diketahui hadits
yang dapat diterima atau ditolak dan hadits yang shahih atau tidak shahih, untuk diamalkan
Muhadditsin selalu berhati-hati ketika menerima hadits, kecuali jika mereka mengetahui bahwa
perawinya orang yang tsiqah. Hanya hadits yang diterima dari sahabat yang tidak dipersyaratkan untuk
diterima periwayatannya meskipun hal itu bukan tidak berhati-hati dalam menerima hadits. Hadits yang
diterima dari sahabat diterima bersandar pada kaidah yang mengatakan bahwa “seluruh sahabat adil.”
Beberapa persyaratan penerimaan hadits pada masa sahabat, yaitu:
1. penyampai hadits di kalangan sahabat;
2. berani bersumpah bahwa ia tidak berdusta;
3. harus menghadiri saksi yang mengetahui secara langsung perihal hadits yang disampaikan.
Dalam kaitannya dengan sanad, ada hadits dan atsar yang menerangkan keutamaan sanad, di antaranya
adalah yang diriwayatkan oleh Muslim dari Ibnu Sirin, bahwa beliau berkata, “Ilmu ini (hadits ini) merupakan
dalil agama. Oleh karena itu, telitilahorang-orang yang kamu mengambil agamamu dari mereka.”
Abdullah Ibnu Mubarak menjelaskan bahwa menerangkan sanad hadits termasuk tugas agama.
Perumpamaan orang yang mencari hukum agamanya tanpa memerlukan sanad bagaikan orang yang
menaiki loteng tanpa tangga. Sedangkan as Syafi’i berkata, “Perumpamaan orang yang mencari (menerima)
hadits tanpa sanad, sama dengan orang yang mengumpulkan kayu api pada malam hari.
Ibn Hazm mengatakan bahwa nukilan orang kepercayaan dari orang yang dipercaya hingga sampai kepada
Nabi SAW. dengan bersambung-sambung para perawinya adalah suatu keistimewaan dari Allah, khususnya
kepada orang-orang Islam.

Anda mungkin juga menyukai