Anda di halaman 1dari 16

KONSEP KEADILAN SOSIAL :

PELAJARAN DALAM KISAH INTERAKSI NABI DAUD DAN NABI


SULAIMAN

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah:


Kajian Sejarah Dalam Al-Qur’an Dan Hadits

Dosen Pengampu:
Prof. Dr. Nuwadjah Ahmad EQ, MA
Dr. Asep Supianudin, M.Ag

Oleh:
Sopian Suprianto
2230120017

PASCA SARJANA
PROGRAM MAGISTER STUDI SEJARAH PERADABAN ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2023
KONSEP KEADILAN SOSIAL :
PELAJARAN DALAM KISAH INTERAKSI NABI DAUD DAN NABI
SULAIMAN

Sopian Suprianto
Program Studi Sejarah Peradaban Islam
Pascasarjana UIN Sunan Gunung Djati Bandung
e-mail : sopian.scr@gmail.com

Abstract
Social justice is a fundamental principle that emphasizes the fair and equitable
distribution of rights, resources and opportunities within society. This concept
includes efforts to create conditions in which every individual has an equal right to
benefit from the policies of a leadership. This research aims to reveal the example
of the implementation of social justice contained in one of the stories in the Qur'an.
The method used in writing this research is the historical research method through
four stages. The stages that are passed are heuristic, criticism (external and
internal), interpretation, and the last is writing or historical reconstruction. In the
story of the interaction between Prophet David and Prophet Sulaiman, it provides
an example of how a leader or king resolves problems through deliberation so as
to provide social justice for his community.
Key Word : Social Justice, Prophet David, Prophet Sulaiman

Abstrak
Keadilan sosial adalah prinsip dasar yang menekankan distribusi yang adil dan
merata atas hak, sumber daya, dan peluang di dalam masyarakat. Konsep ini
mencakup upaya untuk menciptakan kondisi di mana setiap individu memiliki hak
yang sama untuk mendapatkan manfaat dari kebijakan suatu kepemimpinan.
Penlitian ini bertujuan untuk mengungkap keteladan dari pelaksanaan keadilasn
sosial yang tercantum pada salah satu kisah di dalam Al-Qur’an. Metode yang
digunakan dalam penulisan penelitian ini adalah metode penelitian sejarah dengan
melalui empat tahapan. Tahapan yang dilalui yaitu heuristic, kritik (ekstern dan
intern), interpretasi, dan yang terakhir adalah penulisan atau rekonstruksi sejarah.
Dalam kisah interkasi Nabi Daud dan Nabi Sulaiman memberikan keteladanan
bagaimana seorang pemimpin atau raja menyelesaikan permasalahan melalui jalan
musyawarah sehingga mampu memberikan keadilan sosial bagi masyarakatnya.
Kata kunci : Keadilan Sosial, Nabi Daud, Nabi Sulaiman

Pendahuluan
Manusia dianggap sebagai makhluk sosial karena memiliki kecenderungan
alamiah untuk hidup bersama, berinteraksi, dan membentuk kelompok-kelompok
sosial. Karakteristik ini menciptakan kebutuhan untuk saling berkomunikasi,
bekerja sama, dan membentuk struktur sosial. Untuk menjadi angota masyarakat
yang ideal, interaksi sosial antar individu atau kelompok harus sesuai dengan norma
dan nilai di dalam masyarakat. Tujuan tersebut agar dalam kehidupan
bermasyarakat sesuai seperti apa yang diharapkan, yaitu hidup damai dan sejahtera.
Salah satunya adalah bersifat adil kepada siapapun atau dimanapun tentang sesuatu
yang terjadi disekitar lingkungan kita. Keadilan di dalam masyarakat merupakan
nilai yang harus dimiliki dan ditegakkan oleh setiap manusia khususnya umat Islam.
Keadilan dalam Islam bertujuan mendorong masyarakat kearah yang lebih maju
untuk memperbaiki kehidupan tapa membedakan bentuk, ras, budaya dan etnis.
Karena pada hakikatnya manusia itu setara dan selalu mempunyai kesempatan
dalam mengembangkan potensi-potensinya.1
Mengenai pelaksaan keadilan, hal tersebut secara ekplisit telah ditertuang
dalam Al-Qur'an. Banyak ayat-ayat al-Qur' an yang menjadi landasan agar kita
sebagai manusia selalu bersikap adil kepada siapapun, dimanapun kita berada,
bahkan kepada orang kafir pun kita harus selalu bersikap adil. Hal tersebut
menegaskan bahwa keadilan merupakan sesuatu tujuan yang luhur bagi semua umat
Muslim dan nilai-nilai yang harus ditegakkan ole setiap individu. Dalam al-Qu'an,
kata adil disebut sebanyak 87 kali dengan beberapa ragam kata sesuai dengan
objeknya, seperti al-'adl, al-Qisth, dan al-Mizan. " Selain itu juga terdapat cerita
tentang kisah-kisah umat terdahulu tentang berbuat adil. Seperti kisah Nabi Daud
yang menjadi seorang raja dari Bani Isra'il sekaligus seorang hakim bagi umatnya.

1
Roro Fatihin, Keadilan Sosial Dalam Presfektif Al-Qur’an Dan Pancasila, Penangkaran: Jurnal
Penelitian Agama dan Masyarakat 1, no 2 (2017) hlm 295
Ia selalu memutuskan sebuah perkara dengan musyawarah kepada kaumnya agar
tidak ada pihak yang merasa rugi terhadap keputusan tersebut.2
Al-Qur'anul Karim adalah mukizat Islam yang kekal dan muk- jizatnya
selalu diperkuat oleh kemajuan ilmu pengetahuan. Ia diturunkan Allah kepada
Rasulullah, Muhammad s.a.w. untuk menge- luarkan manusia dari suasana yang
gelap menuju yang terang, serta membimbing mereka ke jalan yang lurus.
Rasulullah s.a.w. menyam- paikan Qur'an itu kepada para sahabatnya - orang-orang
Arab asli - sehingga mereka dapat memahaminya berdasarkan naluri mereka.
Apabila mereka mengalami ketidakjelasan dalam memahami suatu ayat, mereka
menanyakannya kepada Rasulullah s.aw.3
Al-Qur’an merupakan salah satu sumber sejarah yang tidak akan pernah
terbantahkan kebenarannya. Didalamnya terdapat kisah-kisah yang menarik untuk
menjadi bahan kajian ilmiah dalam mengungkap makna-makna didalamnya.
Sebagaimana disinggung dalam Al-Qur’an surat Yusuf ayat ke 111,

ْ َ ‫ب ۗ◌ َﻣﺎ َﻛﺎَن َﺣِﺪﯾﺜ ًﺎ ﯾُْﻔﺘ ََﺮٰى َو ٰﻟَِﻜْﻦ ﺗ‬


‫ﺼِﺪﯾَﻖ اﻟﱠِﺬي ﺑَْﯿَﻦ‬ ِ ‫ﺼِﮭْﻢ ِﻋْﺒَﺮة ٌ ِﻷ ُوِﻟﻲ اْﻷ َْﻟﺒَﺎ‬ َ َ‫ﻟَﻘَْﺪ َﻛﺎَن ﻓِﻲ ﻗ‬
ِ ‫ﺼ‬
‫ﺷْﻲٍء َوُھﺪًى َوَرْﺣَﻤﺔً ِﻟﻘَْﻮٍم ﯾُْﺆِﻣﻨُﻮَن‬ ِ ‫ﯾَﺪَْﯾِﮫ َوﺗ َْﻔ‬
َ ‫ﺼﯿَﻞ ُﻛِّﻞ‬

“Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-


orang yang mempunyai akal. Al Quran itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan
tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala
sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang
beriman [Yûsuf/12:111]”

Kisah-kisah yang disampaikan di dalam al-qur’an termasuk kisah-kisah para nabi


dan rasul. Sebagaimana di singgung dalam al-qur’an surat Hud pada ayat ke 120, sebagai
berikut,

2
Ibid,
3
Manna’ Khalil al-Qattan, Studi Ilmu-Ilmu Qur’an, (Bogor : Litera Antar Nusa – Halim Jaya,
2007).hlm 1
َ ‫ﺖ ﺑِِﮫ ﻓَُﺆادََك ۚ◌ َوَﺟﺎَءَك ﻓِﻲ َٰھِﺬِه اْﻟَﺤﱡﻖ َوَﻣْﻮِﻋ‬
ٌ ‫ﻈﺔ‬ ُ ‫ﻋﻠَْﯿَﻚ ِﻣْﻦ أ َْﻧﺒَﺎِء اﻟﱡﺮ‬
ُ ِّ‫ﺳِﻞ َﻣﺎ ﻧُﺜ َﺒ‬ ‫َوُﻛ^ﻼ ﻧَﻘُ ﱡ‬
َ ‫ﺺ‬
‫َوِذْﻛَﺮٰى ِﻟْﻠُﻤْﺆِﻣﻨِﯿَﻦ‬

“Dan semua kisah dari rasul-rasul Kami ceritakan kepadamu, ialah kisah-kisah
yang dengannya Kami teguhkan hatimu; dan dalam surat ini telah datang
kepadamu kebenaran serta pengajaran dan peringatan bagi orang-orang yang
beriman [Hûd/11:120]”
Allah mengutus para Nabi dan Rasul sebagai pemberi peringatan bagi
manusia. Jumlah mereka tidak terbatas, hanya Allah yang mengetahui secara pasti.
Sebagian Allah sebutkan dan kisahkan dalam Al Qur’an sedangkan sebagian
lainnya tidak. Allah berfirman,

‫ﻋﻠَۡﯿ َؕﻚ َوَﻣﺎ َﻛﺎَن‬


َ ‫ﺺ‬ ۡ ‫ﺼ‬ ُ ‫ﻋﻠَۡﯿَﻚ َوِﻣۡﻨُﮭۡﻢ ﱠﻣۡﻦ ﻟﱠۡﻢ ﻧَۡﻘ‬
َ ‫ﺼﻨَﺎ‬ ۡ ‫ﺼ‬ َ َ‫ﺳًﻼ ِّﻣۡﻦ ﻗَۡﺒِﻠَﻚ ِﻣۡﻨُﮭۡﻢ ﱠﻣۡﻦ ﻗ‬ ُ ‫ﺳۡﻠﻨَﺎ ُر‬َ ‫َوﻟَﻘَۡﺪ ا َۡر‬
‫ﻖ َوَﺧِﺴَﺮ ُھﻨَﺎِﻟَﻚ اۡﻟُﻤۡﺒِﻄﻠُ ۡﻮَن‬ ِ ّ ‫ﻰ ﺑِﺎۡﻟَﺤ‬
َ ‫ﻀ‬ِ ُ ‫ِ ﻗ‬t ‫ﻰ ﺑِٰﺎﯾٍَﺔ اِﱠﻻ ﺑِِﺎۡذِن ﱣ‬
‫ِۚ ﻓَِﺎذَا َﺟﺎ َٓء ا َ ۡﻣُﺮ ﱣ‬t ۡ
َ ِ‫ﺳ ۡﻮٍل ا َۡن ﯾﱠﺎﺗ‬
ُ ‫ِﻟَﺮ‬

“Dan sesungguhnya telah Kami utus beberapa orang rasul sebelum kamu, di
antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antara mereka ada
(pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu.” (QS. Ghafir: 78)
Ada sebanyak 25 nama Nabi dan Rasul yang dengan jelas namanya
disebutkan dalam Al Qur’an. Diantaranya ada 18 yang disebutkan namanya dalam
surat Al An’am ayat 83-86 berikut,

َ َ ‫ ﱠ‬6 َ ‫ﱠ‬ َ َ َ َ Iَ P ٰ َI Pَُ َ T


‫ٌﻢ‬%ۡ‫ٌﻢ ﻋِﻠ‬%ۡ‫ﻚ َﺣِﻜ‬-‫ﺸﺎُء ؕ ِان َ ﱠر‬3 ‫ ﻗۡﻮِﻣٖﻪؕ ﻧۡﺮﻓُﻊ دَرٰﺟٍﺖ ﱠﻣۡﻦ‬H‫َﻢ ﻋ‬%ۡ‫ﻨَﻬﺎ ِاۡﺑٰﺮِﻫ‬Mۡ‫َوِﺗﻠﻚ ُﺣﱠﺠﺘﻨﺎ اﺗ‬
W W َ َ ُ َ َ َ َ ُ َ َ َ db ُ َ ۤٗ W َ َ
‫ٰﻤَﻦ َواﱡﻳۡﻮَب‬%ۡ‫ُﻞ َوِﻣۡﻦ ذ ﱢ ﱠر]ِﺘٖﻪ داٗود َوُﺳﻠ‬iۡ‫ﻼ ﻫﺪۡﻳﻨﺎ ۚ َوﻧۡﻮًﺣﺎ ﻫﺪۡﻳﻨﺎ ِﻣۡﻦ ﻗ‬a ؕ‫َوَوﻫۡﺒﻨﺎ ﻟﻪ ِاۡﺳٰﺤﻖ َوَ]ۡﻌﻘۡﻮَب‬
wۡ x ‫ﻟُﻤۡﺤِﺴ‬T‫ٰﺬ ِﻟَﻚ َﻧۡﺠﺰى ا‬qW‫ َو ٰﻫُﺮۡوَنؕ َو‬pٰ‫ﻒ َوُﻣۡﻮ‬ َ ‫َوُ]ۡﻮُﺳ‬
yِ t
ۙ َx ۡ ‫ ﱞ ﱢ َ ﱣ‬b َ َ T َ ٰ ۡ َ ٰ ۡ َ َ ‫ ﱠ‬W َ َ
ƒ | ‫ﻞ ﻣﻦ اﻟﺼِﻠِﺤ‬a ؕ‫ﺎس‬%‫ وِﻋ}~ وِاﻟ‬w|‫{]ﺎ و]ﺤ‬tq‫وز‬
ۙ َx ۡ W ٰ T W َ َ T ‫ َ ﱠ‬d b َ ً ۡ b َ َ ُ ۡ ُ َ َ َ َ T َ َ ۡ ٰ ۡ َ
ƒ | ‫ اﻟﻌﻠِﻤ‬H‫ﺲ وﻟﻮﻃﺎ ؕ و‡ﻼ ﻓﻀﻠﻨﺎ ﻋ‬3‫ﻞ واﻟ}ﺴﻊ و]ﻮ‬%‫وِاﺳﻤِﻌ‬
“Dan itulah hujjah Kami yang Kami berikan kepada Ibrahim untuk menghadapi
kaumnya. Kami tinggikan siapa yang Kami kehendaki beberapa derajat.
Sesungguhnya Tuhanmu Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui (83). Dan Kami
telah menganugerahkan Ishak dan Yaqub kepadanya. Kepada keduanya masing-
masing telah Kami beri petunjuk; dan kepada Nuhsebelum itu (juga) telah Kami
beri petunjuk, dan kepada sebahagian dari keturunannya (Nuh)
yaitu Daud, Sulaiman, Ayyub, Yusuf, Musa dan Harun. Demikianlah Kami
memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik (84).
Dan Zakaria, Yahya, ‘Isa dan Ilyas. Semuanya termasuk orang-orang yang shaleh
(85). Dan Ismail, Alyasa‘, Yunus dan Luth. Masing-masing Kami lebihkan
derajatnya di atas umat (di masanya) (86).” (QS. Al-An’am: 83-86)
Kisah yang menarik untuk diungkap adalah tentang kisah nabi Daud dan
nabi Sulaiman sebagai seorang ayah dan anak. Nabi Daud AS. adalah scorang Nabi
yang berasal dari Bani Isra'il keturunan dari Yahuza bin Ya'qub bin Ishaq bin
Ibrahim, Ia juga merupakan rasul yang diturunkan kitab samawi setelah Nabi Musa,
Allah menurunkan kitab Zabur kepada Nabi Daud, sebagaimana yang tercantum
dalam al-Qur' na surat al-Isra' ayat 55,

ٍ ‫ﻋﻠَٰﻰ ﺑَْﻌ‬
َ‫ﺾ ۖ َوَءاﺗ َْﯿﻨَﺎ دَاُوۥد‬ َ ‫ﻀْﻠﻨَﺎ ﺑَْﻌ‬
ّ ِ‫ﺾ ٱﻟﻨﱠﺒ‬
َ ‫ﻲۦ َِن‬ ِ ‫ت َوٱْﻷ َْر‬
‫ض ۗ َوﻟَﻘَْﺪ ﻓَ ﱠ‬ ‫َوَرﺑﱡَﻚ أ َْﻋﻠَُﻢ ﺑَِﻤﻦ ﻓِﻰ ٱﻟ ﱠ‬
ِ ‫ﺴَٰﻤَٰﻮ‬
‫َزﺑُﻮًرا‬

“Dan Tuhan-mu lebih mengetahui siapa yang (ada) di langit dan di bumi. Dan
sesungguhnya telah Kami lebihkan sebagian nabi-nabi itu atas sebagian (yang
lain), dan Kami berikan Zabur kepada Daud.” (QS Al-Isra’: 55)
Sulaiman adalah putra Nabi Dawud. Sejak usia muda sudah Nampak
kecerdasan dan kebijaksanaan Sulaiman dibidang hukum. Sering terjadi jika
seseorang tidak puas mendengar pengadilan dari Nabi Dawud, maka mereka akan
puas jika jika pengadilan dipimpin oleh Nabi Sulaiman karena ia benar-benar dapat
menetapkan hukum dengan seadil-adilnya. Sebagaimana ayahnya, setelah dewasa
Sulaiman juga diangkat oleh Allah menjadi Nabi dan Rasulnya, untuk
menggantikan tugas-tugas ayahnya.4
Berdasarkan pemaparan diatas penulis juga menemukan hasil penelitian
yang sudah dilakukan diantaranya, Nehru Millat Ahmad dengan judul Keadilan
Sosial :Studi Kisah Nabi Daud Dalam Tafsir Ibnu Kathir, yang menjelaskan tentang
keadilan sosial yang terdapat dalam kisah Nabi Daud merujuk pada penafsiran Ibnu
Kathir.
Hal itulah yang menjadi latar belakang penulis tertarik untuk membahas
Konsep Keadilan Sosial berdasarkan kisah interaksi Nabi Daud dan Nabi Sulaiman
yang merupakan kisah interaksi hubungan antara ayah dan anak. Penelitian ini
untuk mengungkap Riwayat nabi Daud dan Nabi Sulaiman serta hikmah atas ajaran
keadilan sosial yang pernah dicontohkan oleh mereka berdua.

Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penulisan penelitian ini adalah metode


penelitian sejarah dengan melalui empat tahapan. Tahapan yang dilalui yaitu
heuristic, kritik (ekstern dan intern), interpretasi, dan yang terakhir adalah
penulisan atau rekonstruksi sejarah (historiografi).5

Pembahasan
a. Biografi Nabi Daud AS
Nama Nabi Daud AS adalah Daud bin Yisya yaitu salah seorang dari tiga
belas bersaudara turunan ketiga belas dari Nabi Ibrahim AS. Ia tinggal bermukim
di kota Baitlehem, kota kelahiran Nabi Isa AS bersama ayah dan tiga belas
saudaranya.6 Dalam sumber yang lebih detail sementara ini disebutkan, bahwa
nama lengkap Nabi Daud AS bin Isya bin Ubaid bin Bu’az bin Salmun bin Hasyun
bin Aminadab bin Aram bin Hashrun bin Farish bin Yahudza bin Ishaq. Perkiraan

4
Ishom El-Saha, Saiful Hadi, Sketsa Al-Qur,a: tempat, tokoh, nama, dan istilah dalam al-Qurann,
(Jakarta: Lista Fariska Putra, 2005), hlm.698
5
Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah (Yogyakarta: Penerbit Tiara Wacana, 2018). Hlm. 64.
6
Syamsul Rijal Hamid, Buku Pintar Agama Islam, Edisi Senior, Bogor: Cahaya Salam, Cet. XVI,
2005, hal. 85
periode sejarah tahun 1041–971 SM, perkiraan tahun diutus 1010 SM di Palestina,
dan wafat di Baitul Maqdis, dengan mempunyai seorang anak, Nabi Sulaiman AS.7
Nabi Daud AS merupakan keturunan Yahudza bin Ya’qub bin Ishaq bin
Ibrahim al-Khalil. Perawakannya tidak terlalu tinggi, bermata biru, be-rambut tidak
lebat, berhati suci dan bersih. Dia sangat dicintai oleh Bani Israil. Allah
menganugerahi Nabi Daud AS dengan kerajaan dan kenabian, kebaikan dunia dan
akhirat. Kerajaan itu istimewa, begitu juga dengan kenabian. Dan keduanya
disatukan pada diri Nabi Daud AS.
Usia Nabi Daud AS sampai 100 tahun. Setelah penciptaan Adam AS, Allah
SWT memberikan 40 tahun usia Adam AS kepada keturunannya, yaitu Nabi Daud
AS. Rasa cemburunya sangat tinggi. Ketika dia keluar, pintu rumahnya selalu
dikunci. Dengan begitu, tidak seorangpun bisa masuk yang mengganggu isterinya
hingga dia pulang kembali. Suatu hari, dia keluar dan mengunci pintu. Ketika
pulang, tiba-tiba dia mendapati seorang lelaki berdiri di dalam rumahnya. Nabi
Daud AS lantas bertanya kepadanya: ”Siapa kamu?” Lelaki itu menjawab: ”Aku
tidak dianugerahi kerajaan dan tidak ada dinding yang mampu menghalangiku”.
Nabi Daud AS berkata: ”Demi Allah, engkau adalah malaikat maut. Selamat datang
membawa perintah Allah”. Beliaupun wafat.8
Dalam sumber lain disebutkan dalam riwayat Abu Hurairah RA, bahwa
Rasulullah SAW bersabda, yang artinya:
“Nabi Daud AS adalah seorang yang amat cemburu sehingga apabila dia
keluar rumah dia selalu menutup seluruh pintu agar tidak seorangpun bisa
masuk menemui isterinya dan sampai dia kembali lagi ke rumahnya, beliau
melanjutkan lagi: ”Pada suatu hari, Nabi Daud AS keluar rumah dan
seperti biasanya dia menutup seluruh pintu. Isterinya yang tinggal di rumah
memantau sekeliling rumah, tiba-tiba dia melihat seseorang berdiri di
tengah ruang tamu, melihat hal itu diapun berteriak memanggil: ”Siapa-
kah disitu? Dia berpikir sejenak, dari manakah orang ini dapat masuk

7
Sami bin Abdullah al-Maghluts, Atlas, Sejaran Para Nabi & Rasul, Menggali Nilai-nilai
Kehidupan Para Utusan Allah, Penerjemah: Qasim Shaleh dan Dewi Kournia Sari, Cet, I, Jakarta:
Almahira, 2008, hal. 48 dan 150.
8
Ibid. hal. 151
sedangkan seluruh pintu rumah tertutup rapat, demi Allah ini merupakan
bencana besar bagi Daud”. Maka pulanglah Daud menuju rumahnya,
ketika dia memasuki rumahnya tiba-tiba dia dikejutkan dengan seorang
yang berdiri di ruang tamunya seraya Daud berkata kepadanya: ”Siapakah
kamu?” Dia menjawab: ”Aku adalah yang tidak dicegah raja manapun dan
tidak bisa dihalangi dengan tembok manapun”. Mendengar jawaban ini,
Daud AS berkata: ”Kamu demi Allah adalah Malaikat Maut, selamat
datang atas perintah Allah”. Kemudian Malaikat Maut berdiam sejenak
dan mencabut roh Daud AS. Setelah dimandikan dan dikafankan dan selesai
seluruh urusan mayitnya maka terbitlah matahari, dan Sulaiman berkata
kepada burung-burung: ”Naungilah ayahku Daud, maka burung-burung
itupun menaungi hingga bumi terlihat gelap, lalu Sulaiman berkata kepada
burung-burung itu: ”Rapatkanlah sayap-sayap kamu!”9

Dalam hadits lain Abu Hurairah RA berkata: ”Rasulullah SAW


mempraktekkan kepada kami bagaimana burung-burung itu melakukannya,
kemudian Rasulullah SAW menggenggam tangannya. Naungan yang dibuat
burung-burung itu melebihi luas kuburan Daud AS. (HR. Ahmad). Menurut Ibnu
Katsir: ”Riwayatnya Hasan dan kuat. perawi-perawinya tsiqat”. Makna ungkapan:
”Dan naungan yang dibuat burung-burung itu melebihi kuburan Daud AS”, atau
”Naungan yang dibuat burung-burung itu melebihi tempat kuburan Nabi Daud AS”.
Burung-burung itu adalah burung-burung gagak yang memiliki sayap sangat
panjang. Menurut al-Jauhari: ”Ia adalah burung gagak yang memiliki sayap yang
sangat panjang”. Diriwayatkan dari sebagian mereka, bahwa Malaikat Maut men-
datangi Daud ketika keluar dari mihrabnya dan Daud berkata kepada Malaikat
Maut: ”Biarlah aku turun atau naik”. Malaikat Maut berkata: ”Wahai Nabi Allah!
Bertahun-tahun telah berlalu, berbulan-bulan, umur-mu telah panjang dan rezekimu

9
Syaikh Ahmad At-Thahir Al-Basyuni, Kisah-kisah dalam Al-Qur’an, Penerjemah: Muhyiddin
Mas Rida dan Muhammad Khalid Al-Sharih, Cet. I, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2008, hal. 640-
641
sangat banyak”. Ditambahkan lagi: ”Daud AS langsung tersungkur sujud di atas
tangga di mana dia berpijak dan Malaikat Maut langsung mencabut nyawanya
sedang Daud dalam keadaan sujud”. Semoga Allah SWT memberikan kepadanya
dan nabi kita Muhammad SAW sebaik-baik shalawat dan salam. Nabi Daud AS
wafat pada umur genap 100 tahun dan Allah sekali-kali tidak merubah takdir-Nya
karena kelupaan hamba-Nya Adam AS”.10

b. Kisah Nabi Daud Dalam Ayat-ayat Al-Qur’an


Dalam al-Qur’an digital dengan menggunakan program software diperoleh
ayat-ayat al-Qur’an yang menceritakan tentang Nabi Daud AS dengan berbagai
peristiwanya dalam 37 ayat secara berulang-ulang atau 23 ayat secara tidak
berulang-ulang, sedangkan dari sumber yang lain disebutkan dalam 16
tempat.11Berikut ini ayat-ayat al-qur’an yang dimaksud:
1. Keutamaan Nabi Daud AS: QS. Thaha: 79, QS. an-Naml: 15. QS. Saba’:
10, dan QS. Shad: 17-21, 24-26.
2. Kenabian Nabi Daud AS: QS. al-Baqarah: 251, QS. al-An’am: 84.
3. Nabi Daud AS mengasuh anaknya dengan baik: QS. al-Anbiya’: 78-79.
4. Nabi Daud AS menerima kitab Zabur: QS. an-Nisa’: 163, QS. al-Isra’: 55.
5. Penyebutan Kitab Zabur: QS. Ali Imran: 184, QS. an-Nisa’: 163, QS. an-
Nahl: 44,QS. al-Isra’: 55, QS. al-Anbiya’: 55.
6. Nabi Daud AS sebagai panutan orang bertaqwa: QS. Shad: 17.
7. Sengketa Nabi Daud AS dan ujiannya: QS. Shad: 21-24.
8. Kekuatan perang Nabi Daud AS: QS. al-Baqarah: 251.
9. Nabi Daud AS makan dari hasil keringat sendiri: QS. al-Anbiya’: 80, QS.
Saba’: 13.
10. HikmahNabiDaudAS:QS.al-Baqarah:251,QS.Shad:20.
11. Kerajaan Nabi Daud AS: QS. al-Baqarah: 251, QS. al-Anbiya’: 79, QS.
Saba’:10, QS. Shad: 26.

10
Ibid., hal. 641.
11
Sami bin Abdullah al-Maghluts, Op. Cit., hal. 48
c. Biografi Nabi Sulaiman AS
Al-Hafizh Ibnu Asakir mengatakan, “Nama lengkapnya adalah Sulaiman
bin Daud bin Isai bin Obed bin Boas bin Salma bin Nahason bin Aminadab bin Ram
bin Hezron bin Peres Yehuda bin Ya’qub bin Ishaq bin Ibrahim.”12
Sulaiman adalah putra Nabi Dawud. Sejak usia muda sudah Nampak
kecerdasan dan kebijaksanaan Sulaiman dibidang hukum. Sering terjadi jika
seseorang tidak puas mendengar pengadilan dari Nabi Dawud, maka mereka akan
puas jika jika pengadilan dipimpin oleh Nabi Sulaiman karena ia benar-benar dapat
menetapkan hukum dengan seadil-adilnya. Sebagaimana ayahnya, setelah dewasa
Sulaiman juga diangkat oleh Allah menjadi Nabi dan Rasulnya, untuk
menggantikan tugas-tugas ayahnya.13 Sebagai putra nabi Daud yang merupakan
keturunan nabi Ibrahim yang ke-13. Menurut Al-Hafizh ibnu Asakir mengatkan
”nama lengkapnya adalah Sulaiman bin Dawud bin Isai bin Obed bin Boas bin
Salma bin Nahason bin Aminadab bin Ram bin Hezron bin Peres bin Yehuda bin
Ya’qub bin Ishaq bin Ibrahim.14
Ibnu Katsir menyebutkan dengan riwayat dari banyak ulama salaf bahwa
jumlah istri nabi Sulaiman ada seribu wanita. Mereka ada yang berasal dari kaum
bangsawan dan ada juga yang dari kalangan hamba. Hal tersebut sudah menjadi
suatu hal yang lumrah pada masa itu. Diantara kebiasan raja-raja saat itu adalah
mendamaikan bangsa- bangsa dengan cara menyambung kekeluargaan melalui
pernikahan. Oleh karena itu nabi Sulaiman memiliki hubungan keluarga melalui
pernikahan dengan berbagai suku seperti: suku Moab, suku Amon, suku Edom,
suku Sidon, suku Het, dan keluarga Fir’aun.
Nabi Sulaiman memerintah selama 40 tahun, 33 tahun menjadi raja
dikerajaan Israel yang masih bersatu. Dan 7 tahun menjadi raja atas kota Al-Kholil.
Putranya menggantikannya sebagaimana telah disebutkan dalam perjanjian lama.
Adapun dalam al-Qur’an menyebutkan nabi Sulaiman menjadi raja atau pemimpin

12
Ibnu Katsir, Kisah Para Nabi, terj,Dudi Rosyadi (Jakarta: Pusataka al-Kautsar, 2002), hlm.828.
13
Ishom El-Saha, Saiful Hadi, Sketsa Al-Qur,a: tempat, tokoh, nama, dan istilah dalam al-Qurann,
(Jakarta: Lista Fariska Putra, 2005), hlm. 698.
14
Ibnu Katsir, Kisah Para Nabi, terj,Dudi Rosyadi, 828
setelah meninggalnya nabi Dawud. Dan nabi Sulaiman mewarisi pusaka nabi
Dawud.
Nabi Sulaiman wafat dan dimakamkan di Baitulmakdis pada tahun 923
SM.15 Dalam Tarikh –nya, Al-Thabari menyebutkan umur nabi Sulaiman adalah 50
tahun lebih. Saat itu, tahun keempat pemerintahan dan kekuasaannya sejak
pembangunan Bait al-Maqdis. Kisah tentang meninggalnya nabi Sulaiman
tercantum dalam firman Allah dalam QS.Saba’[34]:14. Sebagai berikut:

َ ‫ض ﺗ َﺄ ُْﻛُﻞ ِﻣﻨ‬
‫ﺴﺄ َﺗ َﮫۥُ ۖ ﻓَﻠَﱠﻤﺎ َﺧﱠﺮ‬ ِ ‫ﻋﻠَٰﻰ َﻣْﻮﺗِ ِ ٓﮫۦ إِﱠﻻ دَآﺑﱠﺔُ ٱْﻷ َْر‬ َ ‫ت َﻣﺎ دَﻟﱠُﮭْﻢ‬ َ ‫ﻋﻠَْﯿِﮫ ٱْﻟَﻤْﻮ‬ َ َ‫ﻓَﻠَﱠﻤﺎ ﻗ‬
َ ‫ﻀْﯿﻨَﺎ‬
‫ب ٱْﻟُﻤِﮭﯿِﻦ‬ِ ‫ﺐ َﻣﺎ ﻟَﺒِﺜ ُﻮ۟ا ﻓِﻰ ٱْﻟﻌَﺬَا‬ َ ‫ﺖ ٱْﻟِﺠﱡﻦ أ َن ﻟﱠْﻮ َﻛﺎﻧُﻮ۟ا ﯾَْﻌﻠَُﻤﻮَن ٱْﻟﻐَْﯿ‬ِ َ‫ﺗ َﺒَﯿﱠﻨ‬

Artinya, “maka ketika kami telah menetapkan kematian atasnya (Sulaiman), tidak
ada yang menunjukkan kepada mereka kematiannya itu, kecuali rayap yang
memakan tongkatnya. Maka ketika ia telah tersungkur, tahulah jin itu bahwa
sekiranya mereka mengetahui yang gaib, tentu mereka tidak tetap dalam siksa yang
menghinakan”. (QS. Saba 34 : 14)
Ayat tersebut menjelaskan kondisi nabi Sulaiman ketika meninggal yaitu
dalam keadaan duduk bersandar pada tongkatnya sambil mengawasi dan
memerhatikan jin yang bekerja.16 Adapun sebabnya ialah Allah hendak member
tahu manusia bahwa jin tidak mengetahui hal gaib.
Para Ahli Tafsir memiliki banyak pendapat dalam menafsirkan nash al-
Qur’an ini. Sebagian pendapat mengatakan “ Bahwa Sulaiman sedang berada
didalam mihrabnya kemudian maut menjemputnya dalam keadaan duduk bersandar
dengan tongkatnya dan datanglah rayap yang memakan tepi tongkatnya maka
termakanlah sebagiannya dan bagian yang dimakan roboh dan hilanglah
keseimbangannya hingga dia pun terjatuh maka itulah tanda atas kematiannya.
Maka datanglah keluarganya kemudian mengebumikannya. Tidak begitu
lama diketahui kematian Sulaiman baru saja terjadi, ketika jin yang menghadapi

15
Syauqi Abu Khalil, Atlas Al-Qur’an(Amakin, Aqwam, A’lam), terj. Ahsin Sakho Muhammad
dan Sayuti Anshari Nasution (Jakarta: Kharisma Ilmu).hlm. 121
16
Amirullah Kandu, Ensiklopedi Dunia Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2010), hlm.757.
kerja berat mengetahui kematian Sulaiman maka mereka menyadari kalau mereka
mengetahui perkara ghaib tentulah mereka tidak tetap dalam siksa yang
menghinakan dalam jarak waktu antara matinya Sulaiman dengan tahunya mereka
akan kematiannya.
Pendapat yang mendekati kebenaran bahwa Sulaiman apabila masuk
kedalam mihrabnya dia menyendiri dan ber’iktikaf untuk beribadah kapada
Tuhannya dan tidak seorangpun boleh masuk kecuali setelah mendapat ijin
darinya.17

d. Kisah Nabi Sulaiman Dalam Ayat-ayat Al-Qur’an


Didalam al-Qur’an terdapat beberapa kisah tentang nabi Sulaiman. Setelah
dilakukan penelitian secara manual dalam kamus Mu’jam Mufahras li alfaz al-
Qur’an dengan menggunakan kata kunci ‫ ﺳﻠﯿﻤﺎن‬atau Sulaiman, maka ditemukan
hasilnya ada 17 term, dalam 16 ayat dan tersebar dalam 7 surat.18
Adapun hasil penelitian ayat-ayat tentang pengulangan nama nabi Sulaiman
dengan kata kunci Sulaiman tersebut antara lain: 1). QS, Al- Baqarah[2]: 102. 2).
QS.An-Nisa’[4]:163. 3). QS.Al-An’am[6]:84. 4). QS. Al Anbiya’[21]:78, 79, 81.
5).QS. An Naml[27]:15, 16, 17, 18, 30, 36, 44. 6).QS. Saba’[34]:12. 7).QS.
Sad[38]:30, 34.19

e. Kisah Keadilan Sosial Dalam Kisah Interaksi Nabi Daud & Nabi Sulaiman
Banyak kisah tentang bagaimana Nabi Daud dan Nabi Sulaiman dengan
posisinya sebagai raja dan penguasa saat itu dalam memberikan rasa keadilan sosial
bagi rakyatnya. Salah satunya yaitu yang terdapat dalam al-qur’an surat Al-Anbiya
Ayat 78-79,

17
Syaikh Hamid Ahmad Ath-Thahir Al-Basyuni, Kisah-Kisah dalam Al-Qur’an, terj, Muhyiddin
Mas Rida, Muhammad Khalid Al-Shahir (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2008), 690.
18
Muhammad Fuad Abd al- Bāqi, al- Mu’jam al- Mufahras Li Alfāẕ al-Qur’an al- Karim, (Kairo:
Dār al-kutub al-miṣriyah, 1364), hlm.315-316.
19
Ishom El-Saha, Saiful Hadi, Sketsa Al-Qur,a: tempat, tokoh, nama, dan istilah dalam al-
Qurann, hlm. 698
َ ٰ ‫ﻏﻨَُﻢ ٱْﻟﻘَْﻮِم َوُﻛﻨﱠﺎ ِﻟُﺤْﻜِﻤِﮭْﻢ‬
‫ﺷِﮭِﺪﯾَﻦ‬ ْ ‫ﺸ‬
َ ‫ﺖ ﻓِﯿِﮫ‬ ِ ‫ﺳﻠَْﯿَٰﻤَﻦ إِْذ ﯾَْﺤُﻜَﻤﺎِن ﻓِﻰ ٱْﻟَﺤْﺮ‬
َ َ‫ث إِْذ ﻧَﻔ‬ ُ ‫َودَاُوۥدَ َو‬

“Artinya, Dan (ingatlah kisah) Daud dan Sulaiman, di waktu keduanya


memberikan keputusan mengenai tanaman, karena tanaman itu dirusak oleh
kambing-kambing kepunyaan kaumnya. Dan adalah Kami menyaksikan keputusan
yang diberikan oleh mereka itu,” (QS Al-Anbiya : 78).

َ ُ‫ﺳﱠﺨْﺮﻧَﺎ َﻣَﻊ دَاُوۥدَ ٱْﻟِﺠﺒَﺎَل ﯾ‬


‫ﺴﺒِّْﺤَﻦ َوٱﻟ ﱠ‬
‫ﻄْﯿَﺮ‬ ُ ‫ۚﻓَﱠﮭْﻤ ٰﻨََﮭﺎ‬
َ ‫ﺳﻠَْﯿَٰﻤَﻦ ۚ َوُﻛ^ﻼ َءاﺗ َْﯿﻨَﺎ ُﺣْﻜًﻤﺎ َوِﻋْﻠًﻤﺎ ۚ َو‬
‫َوُﻛﻨﱠﺎ ٰﻓَِﻌِﻠﯿَﻦ‬

“Artinya, Maka Kami telah memberikan pengertian kepada Sulaiman tentang


hukum (yang lebih tepat); dan kepada masing-masing mereka telah Kami berikan
hikmah dan ilmu dan telah Kami tundukkan gunung-gunung dan burung-burung,
semua bertasbih bersama Daud. Dan kamilah yang melakukannya.” (QS Al-
Anbiya : 79).
Dalam avat diatas, terdapat sebuah kisah yaitu ketika kebun atau tanaman
seseorang petani di rusak ole hewan peternak yang sedang mengambala. Tanaman
tersebut adalah pohon anggur yang siap untuk di panen, dan campa sengaja dirusak
oleh kambing seorang pengembala. Melihat situasi tersebut, petani kebun langsung
pergi menemui Nabi Daud untuk meminta kesaksian dan keadilannya. Mendengar
laporan dari petani tersebut, Nabi Daud memutuskan agar semua kambing milik
peternak itu diserahkan kepada petani sebagai ganti ruginya. Mendengar keputusan
tersebut Nabi Sulaiman berkata, "Bukan seperti demikian, wahai Nabi Allah". Lalu
Nabi Daud bertanya, "Lalu bagaimanakah menurutmu agar mereka sama-sama
tidak dirugikan?" Nabi Sulaiman member saran, bahwa akan lebih baik kebun itu
untuk sementara kepada pemilik ternak kambing sampai tanaman itu berbuah lagi
dan siap untuk di panen, kemudian ternak kambing tersebut diserahkan kepada
pemilik kebun, untuk dimanfaatkan susunya untuk dijual. Hal itu untuk mengganti
rugi agar petani tidak dirugikan atas perbuatan kambing peternak karena kebunnya
siap untuk dipanen. Nabi Sulaiman kemudian berkata; ketika kebun itu telah
kembali berbuah seperti sebelumnya, maka kebun tersebut diserahkan kepada
pemiliknya, begitu pula ternak kambing, diserahkan kepada pemiliknya.20
Perihal ayat di atas serta kisah yang terdapat pada surat itu, dapat
dikemukakan tentang Nabi Daud dengan kebijaksanaannya dalam menyelesaikan
perselisihan di kalangan umatnya. Peristiwa tersebut dapat kita jadikan ibrah ketika
kita mengalami siatuasi yang serupa, bahwa bermusyawarah sebelum memutuskan
perkara menjadi kunci agar tidak ada pihak yang dirugikan atas kebijakan tersebut.
Keridakadilan bisa dilihat ketika terjadinva sebuah unjuk rasa atau demo, kondisi
tersebut memang tidak dapat dihindari pasalnya masyarakat merasa dirugikan
terhadap sebuah keputusan. Oleh karena itu, berbuat adil kepada apapun dan
siapapun merupakan kewajiban bagi siapa saja tanpa melihat individu tersebut,
misalnya seperti suku, ras, etnis, orang kaya, miskin dan jangan memutuskan
keadilan dengan hawa nafsu atau harga diri.21

Kesimpulan
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Pentingnya pemimpin
dalam berlaku adil memiliki dampak yang signifikan terhadap stabilitas dan
keadilan dalam suatu masyarakat atau komunitas sosial. Pemimpin yang berlaku
adil dapat membantu mengelola konflik dengan lebih efektif. Keadilan dalam
pengambilan keputusan dan penanganan situasi konflik dapat mengurangi
ketegangan dan meminimalkan potensi konflik yang merugikan. Al-Qur’an
mengajarkan kepada manusia untuk berbuat adil kepada siapapun. Berdasarkan
kisah interaksi antara Nabi Daud dengan Nabi Sulaiman dapat diambil pelajaran
bahwa dalam memutuskan kebijakan untuk menyelesaikan suatu permasalahan
dilakukan dengan jalan musyawarah yang melibatkan anggota komunitas sosial
dengan melihat kebaikan dari keputusan tersebut.

Daftar Pustaka
Amirullah Kandu, Ensiklopedi Dunia Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2010)

20
Albasri, Tafsir Al-Quran Al Azim. Nehru Millat Ahmad, Keadilan Sosial : Studi Kisah Nabi
Daud Dalam Tafsir Ibnu Kathir, Volume 9, Nomor 1, April 2022 (jurnal.walisongo.ac.id).hlm.39
21
Ibid, 39
Albasri, Tafsir Al-Quran Al Azim. Nehru Millat Ahmad, Keadilan Sosial : Studi
Kisah Nabi Daud Dalam Tafsir Ibnu Kathir, Volume 9, Nomor 1, April 2022
(jurnal.walisongo.ac.id)
Ibnu Katsir, Kisah Para Nabi, terj,Dudi Rosyadi (Jakarta: Pusataka al-Kautsar,
2002)
Ishom El-Saha, Saiful Hadi, Sketsa Al-Qur,a: tempat, tokoh, nama, dan istilah
dalam al-Qurann, (Jakarta: Lista Fariska Putra, 2005)
Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah (Yogyakarta: Penerbit Tiara Wacana, 2018)
Manna’ Khalil al-Qattan, Studi Ilmu-Ilmu Qur’an, (Bogor : Litera Antar Nusa –
Halim Jaya, 2007)
Muhammad Fuad Abd al- Bāqi, al- Mu’jam al- Mufahras Li Alfāẕ al-Qur’an al-
Karim, (Kairo: Dār al-kutub al-miṣriyah, 1364)
Muhyiddin Mas Rida dan Muhammad Khalid Al-Sharih, Cet. I, (Jakarta: Pustaka
Al-Kautsar, 2008)
Roro Fatihin, Keadilan Sosial Dalam Presfektif Al-Qur’an Dan Pancasila,
Penangkaran: Jurnal Penelitian Agama dan Masyarakat 1, no 2 (2017)
Sami bin Abdullah al-Maghluts, Atlas, Sejaran Para Nabi & Rasul, Menggali Nilai-
nilai Kehidupan Para Utusan Allah, Penerjemah: Qasim Shaleh dan Dewi Kournia
Sari, Cet, I, (Jakarta: Almahira, 2008)
Syamsul Rijal Hamid, Buku Pintar Agama Islam, Edisi Senior, (Bogor: Cahaya
Salam, Cet. XVI, 2005)
Syaikh Ahmad At-Thahir Al-Basyuni, Kisah-kisah dalam Al-Qur’an, Penerjemah:
Syaikh Hamid Ahmad Ath-Thahir Al-Basyuni, Kisah-Kisah dalam Al-Qur’an, terj,
Muhyiddin Mas Rida, Muhammad Khalid Al-Shahir (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar,
2008)
Syauqi Abu Khalil, Atlas Al-Qur’an(Amakin, Aqwam, A’lam), terj. Ahsin Sakho
Muhammad dan Sayuti Anshari Nasution (Jakarta: Kharisma Ilmu)

Anda mungkin juga menyukai