Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

“HIDUP NYAMAN DENGAN PERILAKU JUJUR”


Disusun Untuk memenuhi tugas Mata pelajaran AGAMA ISLAM
Yang dibina oleh : Ibu. SUMA ATUN, S.Pd.I.

DISUSUN OLEH KELOMPOK :


 Achmad Afandi
 Alfian Nur
 Uswatun Hasanah
 Eka Sasmita Sari

DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR


SMA NEGERI 1 ARJASA
AGUSTUS 2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah
memberikan kekuatan dan kemampuan sehingga makalah ini bisa selesai tepat
pada waktunya. Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk
memenuhi tugas dengan judul “MAKALAH HIDUP NYAMAN DENGAN
PERILAKU JUJUR”

Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah


membantu dan mendukung dalam penyusunan makalah ini.

Penulis sadar makalah ini belum sempurna dan memerlukan berbagai


perbaikan, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat dibutuhkan.

Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan
semua pihak.

Arjasa, 06 Agustus 2018

Penulis,
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................4
I.  LATAR BELAKANG MASALAH..............................................................4
II. RUMUSAN MASALAH..............................................................................4
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................6
A.    PENGERTIAN JUJUR DAN PENTINGNYA PERILAKU JUJUR...........6
B.     MACAM-MACAM  JUJUR.......................................................................8
1. Jujur dalam berbicara....................................................................................8
2. Jujur dalam niat dan kehendak.....................................................................9
3.  Jujur dalam berkeinginan dan dalam meralisaikannya..............................11
4. Jujur dalam bertindak.................................................................................11
C.     KEUTAMAAN JUJUR.............................................................................12
D.    HIKMAH DARI PERILAKU JUJUR........................................................15
E.     PENGARUH JUJUR DAN BOHONG PADA KEHIDUPAN.................16
BAB III PENUTUP...............................................................................................18
A. KESIMPULAN...........................................................................................18
BAB I
PENDAHULUAN

 I.  LATAR BELAKANG MASALAH
Jujur adalah sifat terpuji yang merupakan faktor terbesar tegaknya agama 
dan dunia. Kehidupan dunia tidak akan baik, dan agama juga tidak bisa tegak diat
as kebohongan, penghianatan serta perbuatan curang.
Jujur dan mempercayai kejujuran, merupakan ikatan yang amat erat denga
n para rosul dan orang-orang yang beriman. Sebagaimana Allah telah berfirman d
alam surat Az-zumar ayat 33-34 yang artinya: “Dan orang yang membawa kebena
ran (Muhammad) dan membenarkannya, mereka memperoleh apa yang mereka ke
hendaki pada sisi tuhan mereka. Demikianlah balasan orang-orang yang berbuat b
aik,”
Sebagaimana telah dijelaskan dalam firman Allah SWT diatas bahwasanny
a jujur mempunyai kedudukan yang amat tinggi dimata Allah SWT, juga dalam p
andangan islam juga dalam pandangan islam serta dalam pandangan orangorang b
eradab dan juga akibatnya yang baik, serta betapa bahayanya berbohong dan men
dustakan kebenaran.
Akan tetapi jikalau kita lihat dan perhatikan tentang kehidupan sosial sekar
ang bahwa kejujuran sudah jarang ditanamkan pada jiwa dan karakter seseorang, s
udah jarang kejujuran diaplikasikan dan diterapkan pada kehidupan keseharian ses
eorang. Bahkan sekarang kebohongan, lawan dari kejujuran malah secara tidak la
ngsung diajarkan kepada anakanak. Seorang guru disekolah dengan terangteranga
n mengajarkan anak didiknya untuk bebohong, membiarkan anak didiknya menco
ntek ketika ujian, bahkan yang sangat memprihatinkan adalah sekarang banyak se
kolah-sekolah yang mengkoordinasi pembelian kunci jawaban atas para siswanya 
sebagai jalan pintas dan  sebagai bahan mencontek untuk menjawab soal ujian neg
ara.  Karena itu dalam makalah ini saya akan mencoba membahs tentang kejujura
n.

II. RUMUSAN MASALAH
1.Apa pentingnya berperilaku jujur?
2.Apa keutamaaan berperilaku jujur?
3.Apa macam-macam sifat jujur?
4.Apa petaka kebohongan?
5.Apa hikmah berperilaku jujur?
BAB II
PEMBAHASAN

A.    PENGERTIAN JUJUR DAN PENTINGNYA PERILAKU JUJUR


Dalam bahasa Arab, jujur merupakan terjemahan dari kata shidiq yang arti
nya benar, dapat dipercaya. Dengan kata lain, jujur adalah perkataan dan perbuata
n sesuai dengan kebenaran. Jujur merupakan induk dari sifatsifat terpuji (mahmud
ah).Jujur juga disebut dengan benar atau sesuai dengan kenyataan.
Jujur adalah mengatakan sesuatu apa adanya. Jujur lawannya dusta. Berdu
sta adalah menyatakan sesuatu yang tidak sesuai dengan kenyataan sebenarnya.
1.Adapula yang berpendapat bahwa jujur itu tengah-tengah antara menyembunyik
an dan terus terang. Dengan demikian, jujur berarti keselarasan antara berita deng
an kenyataan yang ada. Jadi kalau suatu berita  sesuai dengan  keadaan yang ada, 
maka dikatakan benar atau jujur, tetapi kalau tidak maka dikatakan dusta.
Kata jujur adalah kata yang digunakan untuk menyatakan sebuah
kebenaran atau bisa dikatakan sebuah pengakuan akan sesuatu yang benar.
Semisal apabila ada seseorang  yang  menceritakan informasi tentang  gambaran
suatu kejadian atau peristiwa kepada orang lain tanpa ada “perubahan” (sesuai
dengan realitasnya ) maka sikap yang seperti itulah yang disebut dengan jujur.
Jujur memilik arti kesesuaian antara apa yang diucapkan atau diperbuat
dengan kenyataan yang ada.Menurut al-Raghib,jumhur ulama’berkata : “
kebenaran atau kejujuran adalah bila sesuai denagn realitas,sedangkan kedustaan
adalah ketika berbeda dengan realitas”. Ulama lain berkata : “kebenaran adalah
apa yang sesuai dengan keyakinan,sedangkan kedustaan adalah apa yang berbeda
dengan keyakinan”. Kejujuran (kebenaran) ialah nilai dari keutamaan yang utama-
utama dan pusat akhlak,dimana dengan keujuuran maka suatu bangsa menjadi
teratur,segala urusan menjadi tertib dan perjalanannya adalah perjalanan yang
mulia.dengan ini Rasulullah SAW memerintahkan kita untuk berlaku
jujur,sebagaimana juga AL-Qur’an memerintahakan kepada kita dalam firmannya
Artinya :”Hai orang-orang yang beriman,bertakwalah kepada Allah,dan
bersamalah kalian dengan orang-orang yang benar atau jujur”.(9/Al-Taubah
119.)Kebenaran(kejujuran)berada pada ucapan,akidah dan perbuatan.
Imam Ibnul Qayyin berkata,Iman asasnya adalah kejujuran(kebenaran) dan nifaq
asasnya adalah kedustaan.Allah mengabarkan bahwa tidak ada yang bermanfaat
bagi seorang hamba dan yang mampu menyelamatkan dari azab,kecuali
kejujurannya (kebenarannya).
            Kebenaran (kejujuran) berada  pada ucapan, akidah dan perbuatan.
Kebenaran dalam ucapan adalah ketika sinergi dengan isi hati atau realitas.
Kebenaran akan membawa anda berkeberanian bicara dan berkehati-hatian
sebelumnya dan tidak mengatakan tanpa dasar pengetahuan.
Ketika membicarakan tentang niatan maka jadikanlah pembicaraan itu sejalan
dengan niatan kita. Dan jika berjanji maka jadikanlah niatan memenuhinya
sebagai kawan setia kemauan. Janganlah meminta pemahaman tentang sesuatu
ketika anda sudah mengetahui dengan maksud membujuk orang-orang yang
mendengarkan.
                  Allah Swt. Memrintahkan kepada kita untuk berlaku benar baik dalam
perbuatan maupun ucapan,sebagimana firmannya: artinya: “wahai orang-orang
yang beriman! Bertakwalah kepada allah,dan bersamalah kamu dengan orang-
orang yang benar.(Q.S at-Taubah/9:119)
Kejujuran itu ada pada ucapan,juga ada pada perbuatan,sebagaiman seorang yang
melakukan suatu perbuatan,tentu sesuai dengan ada pada batinnya.ketika berani
mengatakan “tidak” untuk korupsi,berusahalah menjauhi perilaku korupsi.jangan
sampai mengatakan tidak,kenyataannya ia melakukan korupsi.
Demikian juga seorang munafik tidaklah dikatakan sebagai seorang yang jujur
karena dia menampakkan dirinya sebagai seorang yang bertauhid,padahal hatinya
tidak.yang jelas,kejuuran merupakan sifat seorang ynag beriman,sedangkan
lawannya.dusta,merupakn sifat orang yang munafik.ciri-ciri orang munafik adalah
dusta,ingkar janji,dan khianat,sebagaimana sabda Rasulullah saw.berikut ini:
Artinya : “Dari Abu Hurairah ra.dari Nabi Muhammad saw.bersabda “Tanda
orang munafik itu ada 3,yaitu : Apabila berbicara dusta,apabila berjanji
mengingkari,dan apabila dipercaya khianat”(HR.Bukhari Muslim)
Artinya :’Allah berfirman,”inilah saat orang yang benar memperoleh manfaat dari
kebenarannya.mereka memperileh surge yang mengalir dibawahnya sunga-
sungai,mereka kekal didalamnya selama-lamanya.
Allah rida kepada mereka dan mereka pun rida kepadanya.itulah kemenangan
yang agung.”(Q.S.al-Midah/5:119)

B.     MACAM-MACAM  JUJUR


Penulis kitab al-Manazil mengatakan bahwa jujur adalah istilah untuk
mengungkapkan hakikat sesuatu yang berwujud dan kejadian yang sesuai dengan
kenyataannya. Makna lain kejujuran adalah tercapainya sesuatu dengan sempurna,
berikut kekuatan dan seluruh elemennya.
1. Jujur dalam berbicara.
            Jujur dalam perkataan adalah bentuk kejmasyhur.Setiap hamba
berkewajiban menjaga lisannya , yakni berbicara jujur dan dianjurkan
menghindari kata-kata sindiran karena hal itu sepadan dengan kebohongan,
kecuali jika sangat dibutuhkan dan demi kemaslahatan pada saat-saat tertentu.
            Ketika hendak pergi berperang, Rasulullah saw. selalu menyembunyikan
maksudnya agar tidak terdengar oleh pihak musuh karena dikhawatirkan mereka
akan siaga untuk memerangi beliau. Rasulullah saw. Bersabda: "Tidaklah
(dikatakan) pendusta orang yang mendamaikan manusia, berkata baik, dan
menyampaikan (berita) baik." (HR Bukhari dan Muslim)
            Seorang hamba wajib jujur ketika dia bermunajat kepada Tuhannya.
Misalkan jika dia berikrar, "Sesungguhnya aku hanya menyembah Tuhan yang
telah menciptakan langit dan bumi," tetapi ternyata hatinya tidak pernah
mengingat Allah swt.
dan sibuk dengan kepentingan dunia. Itu berarti dia telah berbohong. Ini adalah
perkara yang berkaitan dengan niat yang tulus adalah fondasi setiap amal.
              Setiap muslim dituntut untuk selalu berkata jujur, walau pun bercanda.
Rasulullah saw. Bersabda: "Aku akan menjamin rumah dipinggiran surga bagi
orang yang meninggalkan perdebatan walau pun (dalam posisi) benar, dan (aku
akan menjamin) rumah di tengah-tengah surga bagi orang yang meninggalkan
kata dusta dalam keadaan bercanda, dan (aku akan menjamin) rumah di surga
yang paling tinggi bagi orang yang berbudi pekerti tinggi bagi orang yang berbudi
pekerti mulia." (HR Abu Dawud; hadits hasan).
               Setiap muslim wajib jujur ketika berjual beli. Dengan kata lain, dia harus
berkata jujur, tidak menyuap dan tidak menipu. Tersebarnya Islam di seluruh
belahan negara Afrika, bahkan di seluruh pelosok dunia, disebabkan oleh
kejujuran orang-orang muslim dalam praktik jual-beli mereka. Orang-orang non
muslim takjub dengan kejujuran dan toleransi yang ada pada tubuh umat Islam.
Itulah yang menyebabkan mereka berbondong-bondong memeluk Islam. Kini,
umat Islam. Kini umat Islam sangat membutuhkan etika dan transaksi yang telah
diatur oleh Islam demi mewujudkan kebahagiaan seluruh umat manusia.Kekasih
Allah swt. Ibrahim a.s., telah memohon Allah swt. agar menganugerahinya lisan
yang jujur. Sebagaimana firman-Nya :"Dan jadikanlah aku buah tutur yang baik
bagi orang-orang (yang datang) kemudian." (asy-Syu'ara[26]:84)
               Allah swt  pun memuliakannya sebagaimana diceritakandi dalam Al-
Qur'an : "Maka ketika dia (Ibrahim) sudah menjauhkan diri dari mereka dan dari
apa yang mereka sembah selain Allah, Kami anugerahkan kepadanya Ishaq dan
Ya'acub. Dan masing-masing Kami angkat menjadi nabi. Dan Kami anugerahkan
kepada mereka sebagian dari rahmat Kami dan Kami jadikan mereka buah tutur
yang baik dan mulia." (Maryam [19]:49-50
               Nabi Ibrahim a.s. memohon kepada Allah swt. dengan doa tadi agar bisa
mendapatkan keampunan-Nya dan perantara yang dapat membantu seorang
hamba untuk beramal saleh. Allah swt. berfirman: "Wahai orang-orang yang
beriman! Bertakwalah kamu kepada Allah dan ucapkanlah perkataan yang benar,
niscaya Allah akan memperbaiki amal-amalmu dan mengampuni dosa-dosamu.
Dan barang siapa menaati Allah dan Rasul-Nya, maka sungguh, dia  menang
dengan kemenangan yang agung." al-Ahzab [33]:70-71). Sebagaimana dijelaskan
dalam beberapa kitab tafsir, maksud dari 'perkataan yang benar' adalah perkataan
yang jujur atau kalimat la ilaha illallah.
2. Jujur dalam niat dan kehendak.
             Kejujuran  bergantung pada keikhlasan seseorang. Jika amalnya tidak
murni untuk Allah swt., tetapi demi kepentingan nafsunya berarti dia tidak jujur
dalam berniat, bahkan bisa dikatakan telah berbohong, seperti kisah tiga orang
yang terdapat di dalam hadits berikut ini.
           Rasulullah saw. Bersabda :"Sesungguhnya orang yang pertama kali akan
dimasukkan ke neraka adalah orang yang mati syahid. (pada hari Kiamat kelak),
dia akan dihadapakan (kepada Allah untuk dihisab), lalu nikmat-nikmat (yang
telah diberikan kepadanya ketika di dunia) akan diperlihatkan kepadanya, maka
dia pun mengetahuinya. Allah bertanya kepadanya, 'Apa yang kamu lakukan
terhadap nikmat-nikmat ini?' Orang terebut menjawab, 'Hamba berperang di jalan-
Mu (untuk menegakkan agama-Mu) hingga hamba gugur sebagai syahid." Allah
berfirman, 'Kamu bohong,sebenarnya tujuan kamu berperang agar kamu
dikatakan sebagai pemberani (pahlawan) dan kamu sudah mendapat gelar itu.'
Kemudian Allah memerintahkan (malaikat-Nya) untuk memasukkannya (ke
neraka). Kemudian diseretlah wajahnya (kepalanya) dan dilemparkan ke dalam
api neraka. Berikutnya, seorang laki-laki penuntut ilmu, lalu dia mengajarkan
ilmunya kepada orang lain, dan dia pun gemar membaca Al-Quran. (Pada hari
Kiamat kelak, dia akan dihadapkan (kepada Allah untuk dihisab), lalu nikmat-
nikmat (yang telah diberikan kepadanya ketika di dunia) akan diperlihatkan
kepadanya, maka dia pun mengetahuinya. Allah bertanya kepadanya, "Apa yang
kamu lakukan terhadap nikmat-nikmat ini?' Orang tersebut menjawab , '(Hamba
gunakan nikmat tersebut) untuk menuntut ilmu, lalu hamba mengajarkan ilmu
(yang hamba peroleh kepada orang lain), dan hamba juga gemar membaca Al-
Qu'ran ikhlas kerana engkau.' Allah berfirman, 'Kamu bohong, sebenarnya
tujuanmu menuntut ilmu agar kamu dikatakan orang alim, dan tujuanmu
membaca Al-Qu'ran agar kamu dikatakan qari, dan kamu sudah mendapatkan
(gelar itu).' Kemudian Allah memerintahkan (malaikat-Nya) untuk
memasukkannya ( ke neraka), lalu diseretlah wajahnya (kepalanya) dan
dilemparkanlah dia ke dalam api neraka. Selanjutnya, seorang laki-laki yang
dilapang-kan rezekinya oleh Allah dan Ia memberinya semua jenisharta. (Pada
hari Kiamat kelak), dia akan dihadapkan (kepada Allah untuk dihisab), lalu
nikmat-nikmat (yang telah diberikan kepadanya ketika di dunia) akan
diperlihatkan kepadanya, maka dia pun mengetahuinya. Allah bertanya
kepadanya, 'Apa yang kamu lakukan terhadap nikmat-nikmat ini?' Orang tersebut
menjawab, 'Ham-ba tidak pernah meninggalkan satu jalan (jihad) pun yang Tuhan
kehendaki agar (hamba) berinfak di jalantersebut, kecuali hamba berinfak dengan
ikhlas karena engkau. Allah befirman kepadanya, 'Kamu bohong, sebenarnya
tujuan kamu berinfak agar kamu disebut sebagai dermawan, dan kamu sudah
mendapatkan gelar itu.' Kemudian Allah memerintahkan (malaikat-Nya) untuk
memasukkan (ke neraka) lalu diseretlah wajahnya (kepalanya) dan dilemparkan
dia ke dalam api neraja." (HR Muslim)
3.  Jujur dalam berkeinginan dan dalam meralisaikannya.
            Keinginan atau tekad yang dimaksudkan adalah seperti perkataan
seseorang, "Jika Allah memberiku harta, akau akan menginfakkan semuanya."
Keinginan seperti ini ada kalanya benar-benar jujur dan da kalanya pula masih
diselimuti kebimbangan. Kejujuran dalam merialisasikan keinginan, seperti
apabila seseorang bertekad dengan jujur untuk bersedekah. Tekas tersebut bisa
terlaksana bisa juga tidak. Penyebab tidak terealisainya tekad tersebut bisa saja
karena dia memiliki kebuntuan yang mendesak, tekadnya hilang, atau lebih
mengedepankan kepentingan nafsunya. Berkaitan dengan hal ini Allah swt.
Berfirman : "Di anatara orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa
yang telah mereka janjikan kepada Allah. Dan di anatar me yang gugur, dan di
ada (pula) yang menunggu-nunggu dan mereka tidak sedikit pun tidak mngubah
(janjinya)." (al-Ahzab [33]: 23)
              Berkaitan dengan sifat jujur dalam menepati janji, Allah swt. memuji
Nabi Ismail a.s. dan memerintahkan kita agar meneladaninya. Sebagaimana
firman-Nya:"Dan ceritakanlah (Muhammad) kisah Ismail di dalam Kitab (Al-
Qur'an). Dia benar-benar seorang yang benar janjinya, seorang rasul dan nabi."
(Maryam [19]:54)
4. Jujur dalam bertindak
              Kejujuran dalam bertindak berarti tidak ada perbedaan antara niat dan
perbuatan. Jujur dalam hal ini juga bisa berarti tidak berpura-pura khusyu dalam
beramal sedangkan hatinya tidaklah demikian.
              Salah seorang sahabat pernah berkata, "Aku berlindung kepda Allah swt.
dari khusyu munafik." Para sahabat yang lain bertanya, "Apa yang kamu maksud
dengan khusyu yang munafik?' Sahabat itu menjawab, "Itu adalah jika kalian
melihat gerakan tubuh khusyu, padahal tidak demikian dengan hatinya." Muthraf
berkata, "Apabila niat dan amalan seorang hamba tidak berbeda, Allah swt. akan
berfirman, 'Inilah hamba-Ku yang sebenarnya.' Kejujuran adalah dasar keimanan
dan syarat diterima amal dan ketaatan. Allah swt. menjanjikan pahala dan
kedudukan khusus bagi orang-orang yang senantiasa bersikap jujur. Kejujuran
adalah dasar keimanan dan syarat diterimanya amal dan ketaatan Allah swt.
menjanjikan pahala dan kedudukan khusus bagi oprang-orang yang senantiasa
bersikap jujur. Kejujuran adalah kunci setiap kebaikan, pembeda antara orang
yang beriman dan orang munafik, serta pintu dan jalan untuk sampai ke derajat
orang-orang yang jujur, yaitu derajat yang paling bagi makhluk setelah derajat
para nabi dan rasul."
1.    Jujur dalam hal keagamaan.
        Jujur dalam agama adalah derajat kejujuran tertinggi, seperti jujur dalam rasa
takut kepada Allah swt., mengharap ridha-Nya, zuhud, rela dengan pemberi-Nya,
cinta dan tawakal. Semua perkara tadi memiliki fondasi yang menjadi tolok ukur
kejujuran seseorang dalam menyikapinya. kejujuran juga memiliki tujuan dan
hakikat. Orang yang jujur adalah mereka yang mampu mencapai hakikat semua
perkara tadi dan mampu mengalahkan keinginan nafsunya. Sebagaimana
dijelaskan oleh Allah swt. di dalam firman-Nya: "Kebajikan itu bukanlah
menghdapkan wajahmu ke arah timur dan ke barat, tetapi kebajikan itu ialah
(kebajikan) orang yang beriman kepada Allah, hari akhir, malaikat-malaikat,
kitab-kitab, dan nabi-nabi serta memberikan harta yang dicintainya kepada
kerabat, nak yatim, orang-orang miskin, orang-orang yang dalam perjalanan
(musafir), peminta-minta, dan untuk memerdekakan hamba sahaya, yang
melaksanakan shalat dan menunaikan zakat, orang-orang  yang menepati janji
apabila berjanji, dan orang yang sabar dalam kemelaratan, penderitaan, dan pada
masa peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar dan mereka itulah orang-
orang yang bertakwa."(al-Baqarah [2]:177)
  
C.     KEUTAMAAN JUJUR
Sifat jujur merupakan tanda keislaman seseorang dan juga tanda
kesempurnaan bagi si pemilik sifat tersebut. Pemilik kejujuran memiliki
kedudukan yang tinggi
di dunia dan akhirat. Dengan kejujurannya, seorang hamba akan mencapai derajat
orang-orang yang mulia dan selamat dari segala keburukan.
Dapat kita saksikan dalam kehidupan sehari-hari bahwa orang yang jujur
akan dipermudah rezeki dan segala urusannya.
Contoh yang perlu diteladani,
karena kejujurannya, Nabi Muhammad saw. dipercaya oleh Siti Khadijah
untuk membawa barang dagangan lebih banyak lagi. Ini artinya Nabi Muhammad
saw. akan mendapatkan keuntungan yang lebih besar lagi, dan tentu saja apa yang
dilakukan Nabi akan mendapat kemudahan.Sebaliknya, orang yang tidak jujur
atau bohong akan dipersulit rezeki dan segala urusannya. Orang yang pernah
berbohong akan terus berbohong karena untuk menutupi kebohongan yang
diperbuat, dia harus berbuat kebohongan lagi. Bersyukurlah bagi orang yang
pernah berbohong sekali kemudian sadar dan mengakui kebohongannya itu
sehingga terputus mata rantai kebohongan. Kejujuran berbuah
kepercayaan,sebaliknya dusta menjadikan orang
lain tidak percaya. Jujur membuat
hati kita tenang, sedangkan berbohong membat hati jadi was-was. Contoh seorang
siswa yang tidak jujur kepada orang tua dalam hal uang saku, pasti nuraninya
tidak
akan tenang apabila bertemu. Apabila orang tuanya mengetahui ketidakjujuran
anaknya, runtuhlah kepercayaan terhadap anak tersebut. Kegundahan hati dan
kekhawatiran yang bertumpuk-tumpuk berisiko menjadi penyakit.
              Nabi menganjurkan umatnya untuk selalu jujur karena kejujuran
merupakan mukadimah akhlak mulia yang akan mengarahkan pemiliknya kepada
akhlak tersebut, sebagaimana dijelaskan oleh Nabi,
“Sesungguhnya kejujuran membawa kepada kebajikan.”
Kebajikan adalah segala sesuatu yang meliputi makna kebaikan, ketaatan kepada
Allah, dan berbuat bajik kepada sesama.
Sifat jujur merupakan alamat keislaman, timbangan keimanan, dasar
agama, dan juga tanda kesempurnaan bagi si pemilik sifat tersebut. Baginya
kedudukan yang tinggi di dunia dan akhirat. Dengan kejujurannya, seorang hamba
akan mencapai derajat orang-orang yang mulia dan selamat dari segala keburukan.
Kejujuran senantiasa mendatangkan berkah, sebagaimana disitir dalam hadist
yang diriwayatkan dari Hakim bin Hizam dari Nabi, beliau bersabda,
“Penjual dan pembeli diberi kesempatan berfikir selagi mereka belum berpisah.
Seandainya mereka jujur serta membuat penjelasan mengenai barang yang
diperjualbelikan, mereka akan mendapat berkah dalam jual beli mereka.
Sebaliknya, jika mereka menipu dan merahasiakan mengenai apa-apa yang harus
diterangkan tentang barang yang diperjualbelikan, maka akan terhapus
keberkahannya.”
                 Dalam kehidupan sehari-hari –dan ini merupakan bukti yang nyata–
kita dapati seorang yang jujur dalam bermuamalah dengan orang lain, rezekinya
lancar-lancar saja, orang lain berlomba-lomba datang untuk bermuamalah
dengannya, karena merasa tenang bersamanya dan ikut mendapatkan kemulian
dan nama yang baik. Dengan begitu sempurnalah baginya kebahagian dunia dan
akherat.
                Tidaklah kita dapati seorang yang jujur, melainkan orang lain senang
dengannya, memujinya. Baik teman maupun lawan merasa tentram dengannya.
Berbeda dengan pendusta. Temannya sendiripun tidak merasa aman, apalagi
musuh atau lawannya. Alangkah indahnya ucapan seorang yang jujur, dan
alangkah buruknya perkataan seorang pendusta.
Orang yang jujur diberi amanah baik berupa harta, hak-hak dan juga
rahasia-rahasia. Kalau kemudian melakukan kesalahan atau kekeliruan,
kejujurannya -dengan izin Allah- akan dapat menyelamatkannya. Sementara
pendusta, sebiji sawipun tidak akan dipercaya. Jikapun terkadang diharapkan
kejujurannya itupun tidak mendatangkan ketenangan dan kepercayaan. Dengan
kejujuran maka sah-lah perjanjian dan tenanglah hati. Barang siapa jujur dalam
berbicara, menjawab, memerintah (kepada yang ma’ruf), melarang (dari yang
mungkar), membaca, berdzikir, memberi, mengambil, maka ia disisi Allah dan
sekalian manusia dikatakan sebagai orang yang jujur, dicintai, dihormati dan
dipercaya. Kesaksiaannya merupakan kebenaran, hukumnya adil, muamalahnya
mendatangkan manfaat, majlisnya memberikan barakah karena jauh dari riya’
mencari nama. Tidak berharap dengan perbuatannya melainkan kepada Allah,
baik dalam salatnya, zakatnya, puasanya, hajinya, diamnya, dan pembicaraannya
semuanya hanya untuk Allah semata, tidak menghendaki dengan kebaikannya tipu
daya ataupun khiyanat. Tidak menuntut balasan ataupun rasa terima kasih kecuali
kepada Allah. Menyampaikan kebenaran walaupun pahit dan tidak mempedulikan
celaan para pencela dalam kejujurannya. Dan tidaklah seseorang bergaul
dengannya melainkan merasa aman dan percaya pada dirinya, terhadap hartanya
dan keluarganya. Maka dia adalah penjaga amanah bagi orang yang masih hidup,
pemegang wasiat bagi orang yang sudah meninggal dan sebagai pemelihara harta
simpanan yang akan ditunaikan kepada orang yang berhak.
Seorang yang beriman dan jujur, tidak berdusta dan tidak mengucapkan
kecuali kebaikan. Berapa banyak ayat dan hadist yang menganjurkan untuk jujur
dan benar, sebagaimana firman-firman Allah yang berikut,
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah
kamu bersama orang-orang yang benar.” (QS. at-Taubah: 119)
“Ini adalah suatu hari yang bermanfaat bagi orang-orang yang benar
kebenaran mereka. Bagi mereka surga yang di bawahnya mengalir sungai-sungai.
Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah ridha terhadap mereka dan
mereka pun ridha terhadap-Nya. Itulah keberuntungan yang paling besar.” (QS.
al-Maidah: 119)
“Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah
mereka janjikan kepada Allah. Di antara mereka ada yang gugur. Dan di antara
mereka ada (pula) yang menunggu-nunggu dan mereka sedikit pun tidak merubah
(janjinya).” (QS. al-Ahzab: 23)
“Tetapi jikalau mereka benar (imannya) terhadap Allah, niscaya yang demikian
itu lebih baik bagi mereka.” (QS. Muhammad: 21)
Nabi bersabda, “Tinggalkan apa yang meragukanmu kepada yang tidak
meragukanmu, sesungguhnya kejujuran, (mendatangkan) ketenangan dan
kebohongan, (mendatangkan) keraguan.”

D.    HIKMAH DARI PERILAKU JUJUR


Beberapa hikmah yang dapat dipetik dari
perilaku jujur, antara lain sebagai berikut.
1. Perasaan enak dan hati tenang, jujur akan membuat kita menjadi tenang, tidak
takut akan diketahui kebohongannya karena memang tidak berbohong.
2. Mendapatkan kemudahan dalam hidupnya.
3. Selamat dari azab dan bahaya.
4. Dijamin masuk surga.
5. Dicintai oleh Allah Swt. dan rasul-Nya.

E.     PENGARUH JUJUR DAN BOHONG PADA KEHIDUPAN


     Nilai-nilai kejujuran memang cukup sulit untuk diterapkan pada setiap
orang bila hatinya sudah dipengaruhi berbagai kepentingan dan keuntungan.
Orang yang sering berteriak-teriak tentang kejujuran saja ternyata banyak yang
berbulu musang. lidahnya bicara nilai-nilai kejujuran, namun pada saat lain
batinnya bicara kemunafikan. Lidah dan hati justru mudah mereka permainkan.
Dan memang dalam berbagai kehidupan sekitar saja mencari hal-hal jujur saja
boleh jadi sangat sulit, apalagi pada masa sekarang ini, mencari orang jujur, ibarat
mencari jarum ditumpukan jerami, sulit sekali!!!. Kejujuran saat ini sepertinya
merupakan harga yang sangat mahal dan langka untuk diketemui. Cobalah lihat
berapa banyak orang yang jujur dinegeri kita ini. Terjadinya krisis yang
berkepanjangan di negeri kita salah satu penyebabnya adalah kita sering
meninggalkan hal-hal yang jujur. Dengan ketidakjujuran mereka bangsa ini jadi
terpuruk, dengan ketidakjujuran mereka orang jadi tidak menghargai hukum,
Dengan ketidakjujuran mereka akhirnya moral tergadaikan. Yang paling
mengerikan adalah bahwa ketidak jujuran bangsa ini sudah menjadi sebuah
kesepakatan baik dalam bentuk lembaga maupun individual.
        "Katakan yang benar walau terasa pahit", saat ini sangat sulit untuk
dijalankan, kita semua terbelenggu dengan sebuah keraguan dan ketakutan dengan
ungkapan seperti itu, ketika kita akan mengungkapkan sebuah kejujuran kita pasti
berfikir akan adanya sebuah resiko. Padahal bagi orang yang sering menerapkan
prinsip-prinsip kejujuran, biasanya mereka terlihat tenang dan damai, mereka
tidak berfikir akan resiko karena mereka tahu bahwa mereka benar, mereka juga
tahu bahwa prinsip seperti ini justru merupakan ajaran hidup yang dipuji oleh
Tuhan, buat mereka kejujuran harus ada, mereka merasa bahwa mereka tidak ada
beban sama sekali dalam hidup ini. Hidup dijalani apa adanya, mengalir seperti
air. Orang-orang yang terbiasa jujur justru banyak yang segan dengan prilakunya,
boleh jadi saat dia hidup tidak dipandang, namun setelah ia wafat orang akan tersu
terkenang akan kebaikan dirinya karena ia terkenal dengan kejujurannya.
    Pengaruh kejujuran bagi orang yang menjalaninya dengan baik sangatlah
luar biasa. Orang yang terbiasa hidup jujur ketika akan melakukan kebohongan
tentu akan berfikir akibat dari kebohongan itu, minimal antara dirinya dengan
manusia, lihatlah contoh negara-negara yang menjunjung tinggi nilai-nilai
kejujuran, semua maju dengan pesat dalam segala bidang, padahal negara-negara
tersebut ada yang tidak beragama, kenapa mereka maju? karena mereka telah
mengedepankan nilai-nilai kejujuran dalam hidupnya, hanya mungkin yang
kurang pada diri mereka hubungan dirinya dengan Tuhan. Yakinlah bahwa
dengan kita menjungjung tinggi nilai kejujuran hidup kita tidak akan pernah
gelisah, apalagi kejujuran itu sangat diagungkan oleh Tuhan. Ingat para nabi
diturunkan dimuka bumi ini semua diperintahkan oleh Tuhan untuk jujur dalam
mengungkapkan kebenaran, mereka dilarang untuk takut dalam mengungkapkan
kebenaran, karena takut adalah merupakan sikap yang buruk dalam menjunjung
tinggi sebuah kejujuran.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Sebagai seorang muslim kita harus menjunjung tinggi kejujuran walaupun
kejujuran itu pahit dan kita senatiasa bersikap jujur dimanapun,dalam keadaan
apapun dan kepada siapapun.ingatlah Allah SWT menyukai oraang yang
senantiasa jujur. Dengan kita jujur maka kita juga akan mendapatkan pahala yang
berlimpah dari Allah SWT.Dan kita juga akan memperoleh nikamt bukan hanya
harta melainkan kebahagiaan didunia maupun diakhirat
      Kita juga bisa mencontoh para pencetus ide- ide islam modern yang rela
menyumbangkan pikirannya untuk memajukan bangsa dan Negara terutama untuk
memajukan agama islam.serta kita dapat menerapkan perilaku mulia diatas tanpa
ada kepalsuan didalamnya.

Anda mungkin juga menyukai