Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH TENTANG PRILAKU JUJUR

DAN JANJI

DISUSUN OLEH : 1. AUDREY AMALIA PINKAN


2. FADHLAN RAIHAN R
3. IKHSAN ARDIANSYAH
4. PUTRI AYU AMANDA
5. ZAIDAN HAKIM
KELAS : 9C
SMP NEGERI 19 TANGERANG
KATA PENGANTAR
Nabi Muhammad SAW. Diutus ke bumi untuk
menyempurnakan ahlak manusia. Keluruhan ahlak merupakan cermin
kepribadian seseorang. Di dalam Al-Qur’an telah dijelaskan dalam ayat-
ayat suci Allah SWT tentang ahlak-ahlak terpuji yang wajib dijalankan
oleh setiap mukmin yang beriman. Nabi Muhammad SAW. Bersabda
“orang yang paling baik islamnya dalah orang yang paling baik islamnya”,
dengan kata lain hanya ahlak mulia yang dipenuhi dengan sifat kasih
sayang sajalah yang bisa menjadi bukti kekuatan akidah dan kebaikan
ibadah.
Sifat jujur merupakan salah satu ahlak yang tepuji bahkan menjadi
sifat wajib bagi setiap nabi dan rasul. Jujur adalah sikap yang tulus dalam
melaksanakan sesuatu yang diamanatkan, seseorang yang jujur disebut al-
Amin. Sifat jujur merupakan sesuatu yang sangat penting dalam segala
aspek kehidupan, sehingga perilaku jujur harus senantiasa diterapkan
dalam kehidupan sehari-hari agar segala sesuatu yang dilaksanakan
senantiasa memperoleh ridah dari Allah SWT. Amin YaRabbal Alamin.

Tangerang, 28 Agustus 2016

Penyusun
DAFTAR ISI

Kata Pengantar……………………………………………………………………….. 2

Daftar isi……………………………………………………………………………… 3

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………… 4

A. Latar Belakang……………………………………………………………….. 4

B. Rumusan Masalah……………………………………………………………. 5

C. Tujuan Penulisan…………………………………………………………….. 5

BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………… 6

A. Pengertian Perilaku Jujur……………………………………………………. 6

B. Pembagian Perilaku Jujur……………………………………………………. 7

C. Ayat Dan Hadis Tentang Perilaku Jujur……………………………………..


8

D. Manfaat Perilaku Jujur………………………………………………………. 12

E. Pesan Teladan Rasulullah Tentang Perilaku Jujur…………………………... 14

F. Contoh Perilaku Jujur………………………………………………………... 19

BAB III PENUTUP…………………………………………………………………. 20

A. Kesimpulan…………………………………………………………………... 20

B. Saran…………………………………………………………………………. 20

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………... 21
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penulis kitab al-Manazil mengatakan bahwa jujur adalah istilah untuk


mengungkapkan hakikat sesuatu yang berwujud kejadian yang sesuai dengan
kenyataannya. Makna lain kejujuran adalah tercapainya sesuatu dengan sempurna,
beserta kekuatan dan seluruh elemennya.

Seorang hamba wajib berperilaku jujur ketika ia bermunajat kepada Tuhannya.


Misalkan ketika ia berikrar, “sesungguhnya aku hanya menyembah Tuhan yang telah
menciptakan langit dan bumi,” tetapi ternyata hatinya tidak pernah mengingat Allah
SWT, dan sibuk dengan kepentingan duniawinya. Itu berarti dia telah mendustai
Allah SWT. Kejujuran bergantung pada keikhlasan seseorang. Jika amalannya tidak
murni untuk Allah Swt., tetapi demi kepentingan nafsunya berarti dia tidak jujur
dalam berniat, bahkan bisa dikatakan telah berbohong. Ini adalah perkara yang
berkaitan dengan niat yang tulus adalah pondasi untuk setiap amal.

Namun jika kita melihat realita disekitar kita, kejujuran kini menjadi sesuatu yang
langka. Banyak sekali orang-orang yang menyimpang dari jalan Allah dengan
kebohongan yang dilakukannya. Seperti para pejabat pemerintahan yang telah diberi
kepercayaan menjadi Al-Wakil bagi rakyat malah memanfaatkan amanat tersebut
untuk kepentingan pribadinya.

Oleh karna itu, perlu pemahaman yang lebih mendalam tentang hakikat perilaku
jujur. Karna sesungguhnya dalam ayat-ayat Al-qur’an dan Hadis telah dijelaskan pula
tentang sifat jujur. Bahkan Nabi Muhammad SAW banyak memberikan pesan-
pesan mulia melalui perilaku jujur beliau.

Kejujuran seseorang akan mendatangkan banyak mudarat baik bagi dirinya, orang
lain, maupun lingkungan disekitarnya, bahkan kejujuran bisa menjadi cirri khas
seseorang. Seperti Nabi Muhammad yang diberi gelar Al-Amin karna kejujuran
Beliau yang luar biasa.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dari makalah ini, rumusan masalah yang akan dikaji
sebagai berikut:

1. Bagaimana pengertian perilaku jujur

2. Apa saja pembagian sifat jujur

3. Bagaiman Ayat Al-Qur’an dan Hadis tentang perilaku Jujur

4. Apa saja manfaat dari perilaku jujur

5. Apa saja contoh pesan-pesan mulia Nabi Muhammad SAW melalui perilaku
jujur

6. Apa saja contoh perilaku mulia dalam kehidupan sehari-hari berkaitan dengan
perilaku jujur

C. Tujuan Penulisan

Berkaitan dengan rumusan masalah diatas, tujuan penulisan dari makalah ini antara
lain:

1. Sebagai bahan diskusi

2. Mengkaji pengertian Ahlak mulia Jujur

3. Menguraikan pembagian perilaku sifat jujur

4. Memaparkan ayat Al-Qur’an dan Hadis tentang perilaku jujur

5. Menguraikan Manfaat Perilaku Jujur

6. Memberikan contoh pesan teladan Nabi Muhammad SAW melalui perilaku


jujur

7. Menguraikan contoh perilaku jujur dalam kehidupan sehari-hari


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Sifat Jujur

Dalam bahasa Arab, kata jujur sama maknanya dengan “ash-shidqu” atau “shiddiq”
yang berarti nyata, benar, atau berkata benar. Lawan kata ini adalah dusta, atau
dalam bahasa Arab ”al-kadzibu”. Secara istilah, jujur atau ash-shidqu bermakna:

(1) kesesuaian antara ucapan dan perbuatan;

(2) kesesuaian antara informasi dan kenyataan;

(3) ketegasan dan kemantapan hati; dan

(4) sesuatu yang baik yang tidak dicampuri dengan kedustaan.

Jujur adalah sikap atau sifat seseorang yang menyatakan sesuatu dengan
sesungguhnya dan apa adanya, tidak ditambahi ataupun dikurangi. Sifat jujur harus
dimiliki oleh setiap manusia, karna sifat ini merupakan prinsip dasar dari cerminan
ahlak seseorang. Bahkan jujur dapat menjadi kepribadian sesorang atau bangsa,
sehingga kejujuran bernilai tinggi dalam kehidupan manusia.

Sikap jujur, merupakan salah satu fadhilah yang menentukan status dan kemajuan
perseorangan dan masyarakat. Menegakkan prinsip kejujuran adalah salah satu sendi
kemaslahatan dalam hubungan antara manusia dengan manusia dan antara satu
golongan dengan golongan yang lain.

Dampak dari sifat jujur adalah menimbulkan rasa berani, karena tidak ada orang
yang merasa tertipu dengan sifat yang diberikan kepada orang lain dan bahkan orang
merasa senang dan percaya terhadap pribadi orang yang jujur. Pepatah ada
mengatakan “berani karena benar, takut karena salah”.

Sifat Jujur tidak dapat dimiliki dan dilaksanakan dengan baik dan sempurna oleh
orang yang tidak kukuh imannya. Orang beriman dan takwa, karena dorongan iman
dan taqwanya itu merasa diri wajib selalu berbuat dan bersikap benar serta jujur.
Orang yang mempunyai sifat jujur akan dikagumi dan dihormati banyak orang.
Karena orang yang jujur selalu dipercaya orang untuk mengerjakan suatu yang
penting. Hal ini disebabkan orang yang memberi kepercayaan tersebut akan merasa
aman dan tenang.

Jujur adalah sikap yang tidak mudah untuk dilakukan jika hati tidak benar-benar
bersih. Namun sayangnya sifat yang luhur ini belakangan sangat jarang kita temui,
kejujuran sekarang ini menjadi barang langka. Saat ini kita membutuhkan teladan
yang jujur, teladan yang bisa diberi amanah umat dan menjalankan amanah yang
diberikan dengan jujur dan sebaik-baiknya. Dan teladan yang paling baik, yang patut
dicontoh kejujurannya adalah manusia paling utama yaitu Rasulullah saw. Kejujuran
adalah perhiasan Rasulullah saw. dan orang-orang yang berilmu.

B. Pembagian Sifat Jujur

Kejujuran menjadi buah bibir banyak orang. kejujuran hadir dengan gaung yang
membahana. Kita seakan baru mengenal kata dan sifat mulia, “jujur”. Entah karena
seringnya ber dusta dan kebohongan oleh perilaku kita sendiri ataukah karena
seringnya kita dibohongi sehingga kita menjadi heboh dengan “kejujuran.” Padahal,
melakukan dan mengucapkan kebenaran telah diajarakan dalam Al-qur'an.
Melaksanakan dan melafalkan dengan penuh kejujuran telah diungkap oleh
Rasulullah Shallallahu'Alaihi Wasallam. Padahal, mengamalkan dan melontarkan
kebenaran telah disinggung oleh para Ulama".

Para Ulama berkata, “Langkah awal kejujuran itu adalah menjauhi dusta di semua
ucapan. Kejujuran menjadi pintu masuk dalam perbuatan, niat, kenyataan hidup,
dan di semua lini kedudukan.”

Jujur bukan hanya dalam perkataan, namun kejujuran juga dinilai mulai dari niat
seseorang, perbuatan, bahkan pikiran seseorang.

Imam Al-Ghazali menyebut ada Lima Bentuk Kejujuran. Yaitu :

1. Jujur dalam ucapan

Tiap kata yang meluncur dari bibir dan lisan seseorang wajib memuat dan
mengandung kebenaran. Bukan gunjingan, gosip, dan fitnah.
Jujur dalam perkataan adalah bentuk kejmasyhur. Setiap hamba berkewajiban
menjaga lisannya, yakni berbicara jujur dan dianjurkan menghindari kata-kata
sindiran karna hal itu sepadan dengan kebohongan, kecuali jika sangat dibutuhkan
dan demi kemaslahatan pada saat-saat tertentu.

Jujur dalam perkataan hanya boleh dilanggar dalam 3 hal, yakni ketika Istri memuji
suaminya atau sebaliknya, ketika mengatakan orang yang dicari tidak ada ketika
orang tersebut hendak dihakimi namun tidak bersalah, dan ketika menyalahi
kejujuran untuk mendamaikan orang yang sedang berselisih hingga damai kembali.

Rasulullah Shallallahu'Alaihi Wasallam bersabda: “Barangsiapa yang beriman


kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata yang baik atau diam.” (HR.
Bukhari-Muslim)

2. Jujur dalam berniat

Tanda niat yang benar, salah satu tandanya, berbanding lurus dengan perbuatan di
lapangan kehidupan. Niat saja belum cukup jika tidak diiringi dengan kemauan dan
kejujuran bahwa dirinya akan berupaya sekuat tenaga mewujudkan niatnya tersebut.

Allah Swt. Mengingatkan orang-orang yang berjihad di jalan-Nya bahwa jika mereka
berniat mendapatkan Ridha-Nya, mengorbankan harta dan jiwanya demi tegaknya
Agama Islam berarti dia telah mempersembahkan yang terbaik bagi agama, dunia,
dan akhirat mereka.

Misalnya jika seseorang telah berniat dan berikrar bahwa ia senantiasa menyembah
kepada Allah SWT., namun ternyata ia jarang mengingat Allah karna kepentingan
Duniawinya maka dikatakan orang tersebut tidak jujur dalam niatnya.

3. Jujur dalam kemauan dan merealisasikannnya

Jujur dalam kemauan merupakan usaha agar terhindar dari kesalahan-kesalahan


dalam menyampaikan kebenaran. Berpikir masak-masak sebelum bertindak,
menimbang baik-buruk dengan ‘kacamata’ Allah adalah tanda jujur dalam kemauan
ini.

Pada saat seseorang telah jujur dalam kemauan, tidak ada hal yang ingin ia gapai
selain melakukan perkara yang dibenarkan oleh Allah dan Rasul-Nya.
Kemauan atau tekad yang dimaksudkan adalah seperti perkataan seseorang, “jika
Allah memberiku harta, aku akan menginfakkan semuanya”. Keinginan seperti ini
adakalanya benar-benar jujur dan ada kalanya pula masih diselimuti kebimbangan.
Kejujuran dalam merealisasikan keinginan, seperti apabila seseorang bertekad
dengan jujur untuk bersedekah. Tekad tersebut bisa terlaksana juga bisa tidak karna
tiba-tiba ia memiliki kebutuhan mendesak, sehingga tekadnya hilang. Atau lebih
mengedepankan kepentingan nafsunya. Berkaitan dengan hal ini Allah Swt.
Berfirman:

”Di antara orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka
janjikan kepada Allah Swt. Dan diantara itu ada yang gugur, dan ada pula yang
menunggu-nunggu dan mereka tidak sedikitpun mengubah (janjinya).” (Al-Ahzab
33/23.

4. Jujur dalam menepati janji

Janji adalah hutang, demikian kalimat yang sering terngiang. Karena hutang, maka
wajib untuk dibayar sesuai dengan nilainya. Menepati janji bukan sembarang sikap.
Menepati janji berarti mempertaruhkan harkat dan martabat dirinya di hadapan
orang lain demi memberi keyakinan pada orang tersebut bahwa ia sanggup untuk
membayarnya. Dengan sikap jujur, janji akan tertunai dan amanah akan dijalankan.

5. Jujur dalam perbuatan

Sebagaimana Al-Ghazali menyatakan makna jujur dalam niat dan perkataan, pada
traktak bentuk kejujuran yang kelima ini, Ghazali menggaris bawahi agar kita
melengkapi diri dengan jujur dalam perbuatan.

Ucapan yang baik dan niat tulus akan menjadi semakin indah jika ada wujud amal
dalam kenyataan. Jujur dalam perbuatan artinya memperlihatkan sesuatu apa-
adanya. Tidak berbasa-basi. Tidak membuat-buat. Tidak menambah dan
mengurangi. Apa yang ia yakini sebagai kejujuran dan kebenaran, ia jalan dengan
keyakinan kuat bahwa Allah Subhannahu wa Ta'ala bersama orang-orang yang
benar-benar sebenar-benarnya.
C. Ayat-Ayat Al-Qur’an dan Hadis tentang perilaku jujur
Perilaku jujur bukan hanya diatur oleh aturan duniawi, namun di dalam Al-Qur’an
Allah Swt. Sudah secara khusus berfirman tentang kewajiban untuk berperilaku
jujur. Nabi Muhammad SAW. Juga mengungapkan perilaku jujur dalam Ucapan-
ucapan dan perbuatannya dalam bentuk Hadis.

D. Manfaat Perilaku Jujur


Sikap dan perilaku jujur membawa banyak manfaat bagi orang yan
melaksanakannya, diantaranya yaitu:
1. Perasaan enak dan hati tenang, jujur akan membuat pelakunya menjadi tenang
karena ia tidak takut akan diketahui kebohongannya. Baginda Rasul SAW bersabda,
‘’Tinggalkanlah apa yang meragukanmu menuju perkara yang tidak meragukanmu,
sesungguhnya jujur adalah ketenangan sedangkan dusta adalah keraguan.’’ (HR
Turmudzi dari riwayat Hasan bin Ali).
2. Mendapat pahala seperti pahala orang syahid di jalan Allah SWT. Rasulullah
SAW bersabda, ‘’Barang siapa meminta mati syahid dengan jujur, maka Allah akan
mengantarkannya ke dalam golongan orang-orang syahid, walaupun ia mati di atas
kasurnya.’’ (HR Muslim) .
3. Selamat dari bahaya. Orang yang jujur walaupun pertama-tama ia merasa berat
akan tetapi pada akhirnya ia akan selamat dari berbagai bahaya. Rasulullah SAW
telah bersabda, ‘’Berperangailah selalu dengan kejujuran! Jika engkau melihatnya
jujur itu mencelakakan maka pada hakikatnya ia merupakan keselamatan.’’ (HR
Ibnu Abi Ad-Dunya dari riwayat Manshur bin Mu’tamir).
4. Dijamin masuk surga, sebagaimana sabda Rasulullah Muhammad SAW,
‘’Berikanlah kepadaku enam perkara niscaya aku akan jamin engkau masuk surga:
jujurlah jika engkau bicara, tepatilah jika engkau berjanji, tunaikanlah jika engkau
diberi amanat, jagalah kemaluanmu, tundukkan pandanganmu, dan jagalah
tanganmu.’’ (HR Ahmad dari riwayat ‘Ubadah bin Ash-Shamit).
5. Dicintai oleh Allah dan Rasul-Nya. Rasulullah SAW bersabda, ‘’Jika engkau ingin
dicintai oleh Allah dan Rasul-Nya, maka tunaikanlah jika engkau diberi amanah,
jujurlah jika engkau bicara, dan berbuat baiklah terhadap orang sekelilingmu.’’ (HR
Ath-Thabrani). Demikianlah, jujur penting sekali, terutama di masa ketika segala
aspek kehidupan dipenuhi kepalsuan dan dusta. Di manapun berada, kejujuran
harus di atas segalanya. Jujur adalah simbol profesionalisme kerja dan inti dari
kebaikan hati nurani seseorang.
6. Dampak sikap jujur dalam keluarga tentunya membuat anggota keluarga tersebut
menjadi nyaman, karena antar keluarga dapat berinteraksi tanpa beban dan saling
membantu apabila ada maslah dalam satu pihak keluarga.
7. Dalam menjalani kehidupan sehari-hari tak merasa di bebani. Maksudnya bila
kita jujur tentunya tidak ada kebohongan yang harus di tutup-tutupi. Dalam hal lisan
secara otomatis dapat berbicara tanpa ada larangan atau pantangan yang harus
dibicarakan dan bisa mengungkapkan kata-kata secara leluasa dan mencritakan
segala yang terjadi. Sedangkan dalam hal perbuatan tidak ada yang harus
disembunyi-sembunyikan. Secara leluasa dapat bebas melakukan sesuatu tanpa takut
ketahuan oleh siapapun.
8. Timbul rasa percaya diri pada diri sendiri. Merasa optimis mampu melakukan
sesuatunya tanpa ada rasa ragu dalam benak dengan dasar-dasar yang kuat walaupun
hasil yang tidak memuaskan. Segala apapun, apabila dilakukan dengan rasa percaya
diri akan terasa senang karena dapat sebagai ukuran kemampuaannya. Tentunya
dimasa yang akan datang akan sangat mempengaruhi dalam kehidupan di dalam
banyak hal, mulai dari pekerjaan, hubungan keluarga, hubungan masyarakat,
hubungan pertemanan dan banyak lagi.
9. Bersikap jujur dalam kehidupan masyarakat tentunya akan banyak membawa
dampak positif. Misal saja jika kita jujur dalam hal pemilu pasti akan tidak ada lagi
yang suap menyuap. Fakta dalam masyarakat kalau ada pemilihan pemimpin baru,
entah itu Presiden atau Gubernur atau Bupati hingga sampai pemilihan ketua
RTpun banyak yang melakukan suap agar memenangkan dalam pemilihan. Bahkan
yang menerima itu termasuk sama dengan yang menyuap. Karena dengan menerima
suap tadi, maka dengan terpaksa harus memilih yang sudah diperintahkan orang
yang meyuap, dan bukan dari hati nurani sendiri.
10. Bagi seorang pelajar tentunya mempunyai angan-angan untuk mendapatkan sebuah
pekerjaan yang enak tetepi dapat menghasilkan uang banyak. Nah, dengan
mempunyai perilaku yang jujur tentunya akan mempermudah untuk mendapatkan
dan lebih-lebih menciptakan sebuah pekerjaan yang di inginkan. Hal ini
dikarenakan seseorang yang mempunyai sikap jujur maka ia akan mudah mengerti
jika diberikan sebuah persoalan-persolan yang ditugaskannya kepada seseorang
tersebut. Kemungkinan besar akan mempermudah menyelesaikan tugas-tugasnya
dan cepat tanggap dengan segala masalah-masalah yang menghadang.
E. Pesan-Pesan Teladan Nabi Muhammad SAW Melalui Perilaku
Jujur
Seperti dikatakan pada awal pembahasan, bahwa Nabi Muhammad SAW telah
mencontohkan perilaku Jujur dalam kehidupan sehari-hari melalui kisah-kisah
teladan yang memberikan pesan-pesan mulia bagi umatnya. Berikut beberapa kisah-
kisah teladan tentang perilaku jujur:

1. Kisah Teladan kejujuran Nabi Muhammad SAW

Pada masa sebelum kenabian Rasulullah Muhammad SAW, terjadi banjir di


Makkah yang mengakibatkan Baitullah Ka'bah rusak total. Penduduk Quraisy di
Makkah sepakat untuk merenovasi Ka'bah bersama-sama. Ketika renovasi sampai ke
tahap akhir, terjadi perselisihan dalam menentukan siapa yang akan meletakkan
Hajar Aswad di tempatnya. Setiap kabilah yang terlibat masing-masing merasa bahwa
golongan mereka paling pantas dan paling terhormat untuk melakukan tugas
tersebut. Perselisihan nyaris berlanjut ke arah baku hantam antar kabilah. Untunglah
ada seorang tua yang bijak yang mengusulkan agar masalah tersebut diselesaikan
oleh orang yang muncul pertama kali di pintu masjid. Mereka pun akhirnya sepakat.
Dengan berdebar-debar mereka pun menunggu.

Tak lama kemudian muncullah Muhammad di pintu itu. Setiap orang yang di
tempat itu pun akhirnya bernapas lega karena Muhammad terkenal dengan
panggilan Al-Amin karena ia selalu berkata jujur dan menjaga amanah dengan baik.
Dan memang setelah itu Muhammad membuat keputusan yang sangat adil yang
mencakup setiap keinginan para kabilah. Sifat jujur yang dimiliki Muhammad
(sebelum kenabian) membuat ia disenangi oleh kaumnya dan dipercaya dalam setiap
urusan.
F. Contoh Penerapan Perilaku Jujur Dalam Kehidupan Sehari-Hari

Perilaku jujur bukan hanya dijadikan teori, namun harus dipahami dan diterapkan
dalam kehidupan sehari-hari kita. Penerapan perilaku jujur dalam kehidupan sehari-
hari baik di lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat misalnya sebagai
berikut:

1. Meminta izin atau berpamitan kepada orang tua ketika akan pergi kemanapun,
sehingga orang tua kita akan percaya dan yakin bahwa kita pergi ketujuan yang baik.

2. Tidak meminta sesuatu diluar kesanggupan orang tua kita agar orang tua tidak
terbebani.

3. Mengembalikan uang sisa belanja meskipun kedua orang tua tidak


mengetahuinya, sehingga orang tua akan percaya dan kadang memberi kita uang
yang lebih lagi.

4. Melaporkan hasil belajar meskipun dengan nilai yang kurang memuaskan.

5. Tidak memberi atau meminta jawaban kepada teman ketika sedang ulangan
atau ujian sekolah meskipun teman akrab.

6. Mengatakan dengan sejujurnya alasan keterlambatan datang atau


ketidakhadiran ke sekolah, bukan dengan mengarang alasan.

7. Mengembalikan barang-barang yang dipinjam dari teman atau orang lain


meskipun barang tersebut tampak tidak begitu berharga.

8. Memenuhi undangan orang lain ketika tidak ada hal yang menghalangi.

9. Tidak menjanjikan sesuatu yang tidak dapat kita penuhi.

10. Mengembalikan barang temuan kepada pemiliknya atau melalui pihak yang
bertanggung jawab.
11. Membayar sesuatu sesuai dengan harga yang telah disepakati. Misalnya ketika
membayar makanan yang diambil tanpa mengurangi meskpiun si penjual tidak
mengetahui.

MAKALAH TENTANG JANJI

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Dalam pergaulan kita sehari-hari, ada satu jenis bumbu pergaulan yang disebut
dengan ‘‘janji”. Janji sering digunakan oleh orang yang mengadakan transaksi
perdagangan, oleh politikus yang tengah berkampanye, oleh orang yang memiliki
hutang tetapi sampai waktunya dia belum bisa memenuhinya, bahkan janji dilakukan
pula oleh ibu-ibu kepada anak-anaknya di saat mau pergi ke pasar tanpa mengajak
mereka dengan maksud agar si anak rela untuk tidak ikut ke pasar. Mereka begitu
menganggap enteng untuk mengucapkan janji.

Ujung-ujungnya, ada di antara mereka yang konsisten dengan janjinya, sehingga dia
berupaya untuk memenuhi janjinya itu. Namun ada dan banyak pula di antara
mereka yang ingkar janji, sehingga membuat kecewa berat bagi orang yang mendapat
janji tadi.

Padahal Rasulullah Saw dengan tegas mengatakan bahwa janji itu adalah hutang dan
Allah SWT sendiri telah mengingatkan melalui Al Quran surat Al Isra’ 34 bahwa
janji itu harus ditepati, karena janji itu akan dimintai pertanggungjawabannya.

Di dalam makalah ini, sedikit kami jelaskan tentang tuntutan menepati janji. Kami
berharap dengan adanya makalah ini, semoga dapat membantu menghadapi
berbagai persoalan yang berkaitan dengan masalah ini.
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN MENEPATI JANJI

Janji menurut Kamus Bahasa Indonesia adalah perkataan yang menyatakan


kesediaan dan kesanggupan untuk berbuat. Pengertian lain menyebutkan, bahwa
yang disebut dengan janji adalah pengakuan yang mengikat diri sendiri terhadap
suatu ketentuan yang harus ditepati atau dipenuhi. Al Quran, menggunakan tiga
istilah yang maknanya berjanji, yaitu :

wa ’ada. Contohnya : Allah telah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman


dan yang beramal saleh, (bahwa) untuk mereka ampunan dan pahala yang besar

ahada. Contohnya : Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang


dipikulnya) dan janjinya (Q.S.Al: Mu’minun ).

aqada. Contohnya : Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad itu. Aqad
(perjanjian) di sini mencakup janji prasetia hamba kepada Allah dan perjanjian yang
dibuat oleh manusia dalam pergaulan sesamanya.

Selanjutnya, janji dalam Arti ’aqad/’aqada menurut Abdullah bin Ubaidah ada 5
macam :

‘aqad iman / kepercayaan yang biasa disebut ‘aqidah.

‘aqad nikah

‘aqad jual beli

‘aqad dalam arti perjanjian umuni

‘aqad sumpah.
Satu sifat lagi yang hampir identik dengan dua sifat sebelumnya (shiddiq dan
amanah) adalah menepati janji. Menepati janji berarti berusaha untuk memenuhi
semua yang telah dijanjikan kepada orang lain di masa yang akan datang. Orang yang
menepati janji orang yang dapat memenuhi semua yang dijanjikannya. Lawan dari
menepati janji adalah ingkar janji. Menepati janji merupakan salah satu sifat terpuji
yang menunjukkan keluhuran budi manusia dan sekaligus menjadi hiasan yang dapat
mengantarkannya mencapai kesuksesan dari upaya yang dilakukan. Menepati janji
juga dapat menarik simpati dan penghormatan orang lain. Rasulullah Saw. tidak
pernah mengingkari janji dalam hidupnya, sebaliknya beliauselalu menepati janji-
janji yang pernah dilontarkan. Kita pun sebagai umat Nabi sudahselayaknya
meneladani beliau dalam hal menepati janji ini sehingga kita selalu dipercaya oleh
orang-orang yang berhubungan dengan kita.Dalam beberapa ayat al-Quran, Allah
menegaskan kewajiban orang yang beriman untuk menepati janji. Dalam QS. al-
Maidah (5): 1 Allah Swt. berfirman:

َْ َّ‫ام بَ ِهي َم َةُ لَ ُكم أ ُ ِحل‬


‫ت ۚ بِ ْالعُقُو َِد أ َ ْوفُوا آ َمنُوا الَّذِينََ أَيُّ َها يَا‬ َِ َ‫َل ْاْل َ ْنع‬
َ َّ ِ‫علَ ْي ُك َْم يُتْلَىَ َما إ‬
َ ‫ْر‬ َ ‫ص ْي َِد ُم ِح ِلِّي‬
ََ ‫غي‬ َّ ‫ۚ ُح ُرمَ َوأَنت ُ َْم ال‬
ََّ ‫[ ي ُِري َدُ َما َيحْ ُك َُم‬٥:١]
ََّ ‫َللاَ ِإ‬
‫ن‬

Artinya :“Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad itu. dihalalkan


bagimu binatang ternak, kecuali yang akan dibacakan kepadamu. (yang demikian itu)
dengan tidak menghalalkan berburu ketika kamu sedang mengerjakan haji.
Sesungguhnya Allah menetapkan hukum-hukum menurut yang dikehendaki-Nya.”
(QS. Al-Maidah: 1)

Firman Allah dalam surat Al-Isra’:34

[١٧:٣٤] َ‫وَل َكانََ ْال َع ْه َدَ ِإ َّن‬


َ ً ُ ‫َل ۚ ِب ْال َع ْه َِد َوأ َ ْوفُوا ۚ َم ْسئ‬
َ َ ‫ل ت َ ْق َربُوا َو‬ َِ ِ‫َل ْال َيت‬
ََ ‫يم َما‬ َ َّ ‫ِي ِبالَّتِي ِإ‬
ََ ‫ه‬
َ َْ‫شدََّهُ يَ ْبلُ ََغ َحتَّىَ أَح‬
َُ ‫س‬
‫ن‬ ُ َ‫أ‬

Artinya :“Dan janganlah kamu mendekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang
lebih baik (bermanfaat) sampai ia dewasa dan penuhilah janji; Sesungguhnya janji itu
pasti diminta pertanggungan jawabnya.” (QS. Al-Isra’: 34)
Janji memang ringan diucapkan namun berat untuk ditunaikan. Betapa banyak
orangtua yang mudah mengobral janji kepada anaknya tapi tak pernah
menunaikannya. Betapa banyak orang yang dengan entengnya berjanji untuk
bertemu namun tak pernah menepatinya. Dan betapa banyak pula orang yang
berhutang namun menyelisihi janjinya. Bahkan meminta udzur pun tidak. Padahal,
Rasulullah telah banyak memberikan teladan dalam hal ini termasuk larangan keras
menciderai janji dengan orang-orang kafir. Manusia dalam hidup ini pasti ada
keterikatan dan pergaulan dengan orang lain. Maka setiap kali seorang itu mulia
dalam hubungannya dengan manusia dan terpercaya dalam pergaulannya bersama
mereka, maka akan menjadi tinggi kedudukannya dan akan meraih kebahagiaan
dunia dan akhirat. Sementara seseorang tidak akan bisa meraih predikat orang yang
baik dan mulia pergaulannya, kecuali jika ia menghiasi dirinya dengan akhlak-akhlak
yang terpuji. Dan di antara akhlak terpuji yang terdepan adalah menepati janji.

B. MACAM-MACAM JANJI

Sayyid Ridha dalam tafsir Al Manar, membagi janji itu ke dalam tiga bagian, yaitu :
janji kepada Allah janji kepada diri sendiri janji kepada sesama manusia. Bagi kita
insan beriman, ketiga-tiganya biasa kita lakukan :

JanjikitakepadaAllahSWT

Ketika kita menjalankan shalat, pada doa iftitah kita mengucapkan :

Sesungguhnya shalatku. ibadahku, hidup dan matiku, hanyalah untuk/milik Allah


Tuhan Semesta Alam “.Ini adaiah merupakan janji manusia terhadap Allah yang
harus ditepati. yakni dengan jalan melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi
larangan-Nya. yang menurut syari’ah dinamakan taat, karena manusia ataupun jin
diciptakan manusia memang untuk beribadah kepada-Nya.

JanjiTerhadapDiriSendiri

Misalnya seorang mahasiswa mengatakan, “Jika saya lulus ujianku, aku akan
menyembelih kambing untuk dibagikan kepada orang lain”.

Seorang yang sakit yang serius, kala itu dia mengucapkan Jika aku sembuh dari
penyakitku, aku akan berpuasa tiga hari. “ Kedua hal itu merupakan janji manusia
terhadap diri sendiri yang harus ditunaikan, yang dalam bahasa agama disebut
dengan nadzar. Ini harus dilaksanakan karena Allah telah berfirman : “ …Dan
hendaklah menyempurnakan (memenuhi) nazar mereka… “ (Q.S.Al Hajj 29). Tentu
saja nadzar yang harus dipenuhi adalah nadzar yang yang tidak menyimpang dari
syari’at agama Islam. Tapi misalnya ada orang yang mengatakan,’’Kalau saya lulus
ujian, aku akan potong tangan ibuku.” itu haram dilaksanakan, karena manusia oleh
Allah tidak diperkenankan untuk menyiksa diri sendiri ataupun orang lain.

JanjiTerhadapSesamaManusia

Ini banyak ragamnya. Ada yang beijanji dengan seseorang untuk hidup semati, ada
yang janji mau membayar hutang setelah rumahnya laku terjual, ada yang janji
memberangkatkan haji kepada orang tuanya nanti setelah proyeknya seselai.dll
seperti yang sudah kami sebut.

Dan janji ini berlaku dalam berbagai segi kehidupan, sejak dilingkungan keluarga,
kehidupan dalam masyarakat hingga urusan kenegaraan. Yang jelas, selagi orang
bergaul dan saling membutuhkan dan sementara apa yang dibutuhkan belum
terwujud, maka janjilah yang dianggap sebagai solusi sementaranya.

C. HUKUM MEMENUHI JANJI

Pada dasamya segala janji yang baik yakni janji yang tidak bertentangan dengan
ajaran agama, wajib ditunaikan, wajib dipenuhi. Namun boleh jadi hukum janji itu
bisa berubah. Ini menurut M.Yunan Nasution dalam khutbahnya, menjadi :

Sunnah memenuhinya. Artinya boleh ditinggalkan. Misalnya orang yang berjanji


untuk meninggalkan sesuatu yang tidak diperintahkan agama. Misainya, sejak hari ini
saya tidak akan makan sambal.

Sunnah tidak memenuhinya. Contohnya seperti orang yang berjanji dan bersumpah
akan melakukan suatu perbuatan, misalnya jika saya lulus SLTA saya mau kursus
menjahit. Ternyata dia berubah pikiran untuk melanjutkan kuliah dan ternyata
diridhai orang tua. Maka kursus menjahitnya pun dibatalkan, karena melanjutkan
kuliah. Konsekuensinya dia harus membayar kafarat sumpahnya itu. yaitu puasa
kafarat 3 hari berturut- turut.

Wajib tidak memenuhi janjinya. Yakni janji untuk berbuat jahat.

D. HIKMAH MENEPATI JANJI

Ketika semua orang, apa pun status, profesi dan pekerjaannya senantiasa menepati
janji yang telah diikrarkannya, maka kehidupan ini akan damai dan indah. Saling
percaya, menghormati, dan mengasihi akan merebak di semua sisi kehidupan
manusia. Semoga Allah SWT memberi kemampuan kepada kita untuk menjadi
orang-orang yang senantiasa menepati janji sebagai wujud ketaatan kepada Allah
SWT. Serta dapat memuliakan dan membina jalinan antar sesama. Beberapa
hikmah menepati janji yaitu:

1. Dengan menepati janji, kita terhindar dari sifat munafik. Sebab, perilaku orang
yang munafik salah satunya adalah ingkar janji.

2. Dengan menepati janji dapat menjadi jalan untuk masuk surga Firdaus. Surga
Firdaus ini hanya diperuntukkan bagi orang yang memiliki sifat-sifat baik.

3. Dengan menepati janji, kita akan terbebas dari tuntutan baik di dunia maupun
di akhirat. Setiap janji akan diminta pertanggungjawabannya.

4. Dengan menepati janji, kita meneladani sifat Allah, yang tidak pernah
mengingkari janji-Nya.

5. Dengan menepati janji, kita akan dipercaya orang lain. Salah satu sifat Nabi
SAW. yang mengantarkannya dipilih Allah menjadi Nabi dan Rasul-Nya adalah
karena ia adalah orang yang tepercaya.

6. Dengan menepati janji, kita akan menjadi pribadi yang berwibawa, tidak
dilecehkan, dan akan mendapatkan prasangka baik dari orang lain.
7. Dengan menepati janji kita akan terhindar dari dosa besar dan akan meraih
keutamaan. Mengingkari janji antara sesama Muslim hukumnya haram, sekalipun
terhadap orang kafir, lebih-lebih terhadap sesama Muslim. Jadi, memenuhi janji
termasuk keutamaan, sedangkan mengingkarinya dosa besar.

8. Dengan menepati janji, jalinan antar individu akan terjalin harmonis dan
semakin erat. Menepati janji merupakan wujud dari memuliakan, menghargai, dan
menghormati manusia.

9. Dengan menepati janji, kita digolongkan menjadi golongan Nabi Muhammad


SAW.

E. BAHAYA INGKAR JANJI

Ingkar janji alias berbuat kebohongan. Hampir setiap orang yang pernah
berhubungan dengan orang lain kami kira sudah pernah merasakan, betapa pahitnya
dibohongi orang lain dengan ingkar janji. Memang ingkar janji itu penuh dengan
madharat, banyak sisi negatif yang akan timbul akibat ingkar janji ini. Di antaranya :

1. Dengan mengingkari janji, orang itu termasuk orang yang munafik. Sebab,
perilaku orang yang munafik salah satunya adalah ingkar janji.

2. Dengan mengingkari janji maka semakin dijauhkan dari surga Firdaus. Sebab,
surga Firdaus hanya diperuntukkan bagi orang yang memiliki sifat-sifat baik.

3. Dengan mengingkari janji, tidak akan dipercaya orang lain. Bahkan orang-
orang terdekat pun juga tidak akan percaya.

4. Dengan mengingkari janji, kita tidak memiliki wibawa, sering dilecehkan, dan
selalu mendapatkan prasangka buruk dari orang lain

5. Dengan mengingkari janji, berarti telah melakukan dosa besar.

6. Dengan mengingkari janji, jalinan antar individu akan terputus bahkan bias
saling bermusuhan. Jika orang yang diingkari itu tidak rela, maka akan bereaksi dan
timbul kemarahan. Jika marah tak terkendali, bisa menimbulkan pertengkaran,
perkelahian, bahkan bisa menyebabkan pembunuhan.

7. Jika pemimpin ingkar janji terhadap rakyatnya, maka bukan mustahil akan
terjadi pemberontakan dan prahara di negerinya. Jika periodenya habis, jangan
harap bisa terpilih lagi sebagai pemiumpin. Jika yang ingkar janji suatu perusahaan
terhadap karyawannya. sering menimbulkan demo yang bisa membangkrutkan
perusahaan itu sendiri.

Allah SWT akan mengutuk keras dan melaknat serta menimpakan bencana
terhadap orang yang ingkar janji, baik itu berjanji kepada Allah maupun berjanji
terhadap saesama manusia. Ingkar janji adalah merupakan indikasi orang munafiq,
karena ciri-ciri orang Munafiq adalah suka berdusta, suka ingkar janji dan suka
mengkhianati teman.

Anda mungkin juga menyukai