PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia (UUD NRI) 1945
mengamanatkan dengan tegas bahwa Indonesia adalah negara yang berdasar atas
hukum, tidak berdasarkan kekuasaan belaka, dan pemerintahan berdasar atas
sistem konstitusi (hukum dasar), tidak bersifat absolutisme (kekuasaan yang tidak
terbatas). Penegasan ini mengandung makna bahwa di dalam negara Republik
Indonesia, penyelenggaraan negara tidak boleh dan tidak akan dilakukan
berdasarkan atas kekuasaan belaka. Hukum harus menjalankan fungsinya, yakni
sebagai sarana untuk mendatangkan ketertiban dan kesejahteraan dalam rangka
membangun manusia Indonesia seutuhnya dengan keserasian, keselarasan, dan
keseimbangan antara kemajuan lahiriah dan kepuasan batiniah; dan sebagai sarana
untuk membangun masyarakat Indonesia seluruhnya yang berkeadilan.
Dengan menyadari arti pentingnya fungsi hukum bagi kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, maka pemerintah menyelenggarakan
pembangunan dan pembinaan terhadap semua unsur-unsur sistem hukum.
Pembangunan hukum pada dasarnya meliputi usaha mengadakan pembaruan pada
sifat dan isi dari ketentuan hukum yang berlaku dan usaha-usaha yang diarahkan
bagi pembentukan hukum baru yang diperlukan dalam pembangunan masyarakat.
(Satjipto Rahardjo di dalam Abd. G. Hakim Nusantara dan Nasroen Yasabari,
Beberapa Pemikiran Pembangunan Hukum di Indonesia, Bandung : Alumni,
1980, hlm 1.) Sasaran pembangunan dan pembinaan hukum selain materi hukum
dan lembaga hukum adalah juga pembinaan terhadap budaya hukum dalam
masyarakat.
Kesadaran akan perlunya pembangunan dan pembinaan hukum
dikarenakan berkembangnya pemikiran bahwa hukum baru akan mulai efektif
apabila masyarakat telah mengetahui, memahami dan melaksanakan aturan
hukum secara konsisten. Bahkan kemajuan suatu negara dilihat dari kesadaran
hukum masyarakatnya. Semakin tinggi kesadaran hukum penduduk suatu negara,
akan semakin tertib kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Sebaliknya, jika
kesadaran hukum penduduk suatu negara rendah, yang berlaku di sana adalah
hukum rimba. Indonesia adalah negara hukum. Dalam hidup di lingkungan
masyarakat tidak lepas dari aturan-aturan yang berlaku, baik aturan yang tertulis
maupun aturan yang tidak tertulis. Aturan-aturan tersebut harus ditaati
sepenuhnya. Adanya aturan tersebut adalah agar tercipta kemakmuran dan
keadilan dalam lingkungan masyarakat. Apabila aturan-aturan tersebut dilanggar,
akan mendapatkan sanksi yang tegas.
Di negara Indonesia masih banyak orang-orang yang melanggar hukum
atau peraturan. Peraturan-peraturan yang sudah disepakati dan ditulis ternyata
masih banyak yang dilanggar. Hal tersebut tidak hanya di kalangan pemerintah,
masyarakat, tetapi juga menyebar ke instansi-instansi termasuk lembaga
pendidikan atau sekolah-sekolah.
Kesadaran hukum dengan hukum itu mempunyai kaitan yang erat sekali.
Kesadaran hukum merupakan faktor dalam penemuan hukum (Lemaire, 1952;
46). Bahkan Krabbe mengatakan bahwa sumber segala hukum adalah kesadaran
hukum (v. Apeldoorn, 1954: 9). Menurut pendapatnya maka yang disebut hukum
hanyalah yang memenuhi kesadaran hukum kebanyakan orang, maka undang-
undang yang tidak sesuai dengan kesadaran hukum kebanyakan orang akan
kehilangan kekuatan mengikat.
Dalam hal ini, pembangunan dan pembinaan hukum tidak hanya
dilakasanakan pemerintah, namun harus ada timbal balik dari masyarakat berupa
kesadaran dan kepatuhan terhadap hukum yang dibuat pemerintah. Atas dasar itu,
makalah ini mencoba mengkajia peran pembangunan dan pembinaan hukum
dalam mewujudkan masyarakat yang sadar dan patuh terhadap hukum.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai
berikut.
1. Bagaimana pembangunan Hukum dalam Propenas?
2. Apa saja sektor-sektor Pembangunan Hukum?
3. Bagaimana pembinaan kesadaran dan kepatuhan hokum?
D. Manfaat Penulisan
Manfaat penulisan makalah ini diantaranya:
1. Dapat mengetahui pembangunan hukum dalam Propenas
2. Dapat mengetahui sektor-sektor Pembangunan Hukum
3. Dapat mengetahui pembinaan kesadaran dan kepatuhan hukum
E. Sistematika Penulisan
1. Lembar Judul
2. Kata Pengantar
3. Daftar Isi
4. Bab I Pendahuluan, berisi latar belakang masalah, rumusan masalah,
tujuan, manfaat serta sistematika penulisan makalah
5. Bab II Kajian Teori, berisi teori-teori yang berkaitan dengan hal yang
akan dibahas dalam makalah ini
6. Bab III Permasalahan/Kasus, berisi masalah yang berkaitan dengan
pembahasan
7. Bab IV Analisis dan Pembahasan, berisi analisa dan pembahasan
terhadap permasalahan/kasus yang diangkat.
8. Bab V Penutup, berisi kesimpulan dan saran.
9. Daftar Pustaka
KAJIAN TEORI
A. PEMBANGUNAN HUKUM
1. Pengertin Pembangunan Hukum
Pembangunan hukum berarti membangun suatu tata hukum, beserta
perangkat yang berkaitan dengan tegaknya kehidupan tata hukum tersebut. Suatu
tata hukum berarti seperangkat hukum tertulis (pada umumnya) yang dilengkapi
dengan hukum tidak tertulis sehingga membentuk suatu sistem hukum yang bulat
dan berlaku pada suatu tempat tertentu.
Pembanguan hukum nasional pada dasarnya merupakan upaya untuk
membangun suatu tatanan hukum nasional yang berlandaskan kepada jiwa dan
kepribadian bangsa. Dalam konkritisasinya pembangunan hukum nasional itu
berarti pembentukan kaidah-kaidah hukum baru untuk mengatur berbagai bidang
kehidupan masyarakat. Pembangunan hukum diarahkan untuk memenuhi
kebutuhan hukum masyarakat kita yang sedang membangun, mengarah dan
mengantisipasi perubahan sosial, dan mewujudkan cita-cita masyarakat adil dan
makmur.
B. PEMBINAAN KESADARAN DAN KEPATUHAN HUKUM
1. Pengertian
a. Pengertian pembinaan
1) Menurut arti kamus Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) pembianaan
berasal dari “bina” atau “membina” (kata kerja) berarti membangun,
mendirikan; mengusahakan supaya lebih baik (maju, sempurna dan
sebagainya). “Bina” (kata benda) antara lain berarti akumulasi dan akselerasi
secara bertahap dalam tempo, intensitas. Pembina berarti orang yang
membina, alat untuk membina, membangun. Pembinaan berarti proses,
perbuatan, cara membina (negara dan sebagainya); pembaharuan,
penyempurnaan, usaha, tindakan, dan kegiatan yang dilakukan secara berdaya
guna dan berhasil guna untuk memperoleh hasil yang lebih baik.
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pembanguan hukum nasional pada dasarnya merupakan upaya untuk
membangun suatu tatanan hukum nasional yang berlandaskan kepada
jiwa dan kepribadian bangsa.
2. Pembangunan hukum nasional itu berarti pembentukan kaidah-kaidah
hukum baru untuk mengatur berbagai bidang kehidupan masyarakat.
3. Pembangunan hukum diarahkan untuk memenuhi kebutuhan hukum
masyarakat kita yang sedang membangun, mengarah dan mengantisipasi
perubahan sosial, dan mewujudkan cita-cita masyarakatadil dan makmur
4. Pembangunan nasional, pembangunan hukum mempunyai hubungan kait
mengait dan interdependensi dengan perbagai sektor pembangunan
lainnya seperti ekonomi, politik, budaya dan pertahanan keamanan.
Dengan demikian pembangunan hukum bukanlah sebuah proses yang
otonom, melainkan sebuah proses yang heteronom. Artinya
pembangunan hukum tidak bisa dilepaskan dari sektor-sektor
pembangunan lainnya. Hubungan yang diharapkan antar berbagai sektor
pembangunan adalah hubungan yang saling menunjang dan saling
menopang untuk kemajuan masing-masing, tapi masih tetap berada
dalam alur pencapaian tujuan bersama.
5. Kesadaran hukum adalah kesadaran yang ada pada setiap manusia
tentang apa hukum itu atau apa seharusnya hukum itu, suatu kategori
tertentu dari hidup kejiwaan kita dengan mana kita membedakan antara
hukum dan tidak hukum (onrecht), antara yang seyogyanya dilakukan
dan tidak seyogyanya dilakukan
6. Ketaatan masyarakat terhadap hukum, dengan demikian sedikit banyak
tergantung apakah kepentingan-kepentingan warga masyarakat dalam
bidang-bidang tertentu dapat ditampung oleh ketentuan-ketentuan
hukum.