Anda di halaman 1dari 6

Tafsir

SURAT AT-THALAQ
(TALAK/CERAI)

Profil Surat:
Nama Surat dan Tujuannya. Surat ini dinamakan dengan Surat At-thalaq (cerai atau perceraian), maksusnya
adalah Thalaq yang dilakukan oleh Nabi saw kepada Hafshah ra karena Nabi saw marah kepadanya, lalu Nabi
saw merujuknya kembali1.
Sayid Qutb berkata: Tujuan surat ini adalah menjelaskan hukum-hukum talak atau perceraian secara detail
dan rinci yang belum dijelaskan dengan rinci dalam surat Al-Baqarah. Surat ini juga bertujuan menjelaskan
kondisi-kondisi yang berbeda dari surat lain terkait dengan masalah-masalah keluarga pasca perceraian, juga
menjelaskan waktu terjadinya talak dan sebagainya2.
Klasifikasi Surat: Surat ini menurut jumhur mufassir tergolong dalam surat Madaniyah. Menurutt Al-Qurthubi
sepakat para Ulama, surat ini turun di madinah atau madaniyah . Turun setelah surat Al-Insan, terdiri dari 11
atau 12 ayat 3.
Sebab Turun Surat: Surat ini turun ketika Rasulullah saw marah kepada Hafshah ra, ketika Nabi memintanya
untuk tidak membocorkan rahasia, tapi Hafshah ra menceritakannya kepada Aisyah ra, lalu Nabi saw
mentalaknya dengan talak satu, lalu Nabi merujuknya kembali karena Allah menginformasikan bahwa Hafshah
adalah isterinya di surga (HR. Ibnu majah, Abu daud, An-Nasa’I, Ad-Darimi, Ibnu Hibban dll). Menurut As-
Suddiy ayat pertama surat ini turun mengenai Ibnu Umar yang mentalak isterinya dalam keadaan haidh
dengan talak satu, lalu Nabi saw memerintahkannya untuk merujuknya kembali sampai isterinya bersih dan
haid serta bersih kembali, karena bila mentalak seseorang harus dalam keadaan suci” menurut As-Suyuthi,
ada empat sebab turun surat ini sesuai dengan ayatnya masing-masing”4.

Isi Kandungan Surat:


1. Hukum Talak dan jenisnya, adab mentalak, menjaga kelangsungan keluarga, manfaat takwa dan
mentalak wanita dalam keadaan suci (QS. At-Thalaq: 1-3)
2. Tidak segera mentalak Istri kecuali dalam keadaan dharurat, perintah memperhatikan masa iddah
dan hukumnya serta tidak menzalimi wanita dan menjaga hukum Allah swt (QS. At-Thalaq: 4-6)
3. Perintah memberi nafkah pada keluarga dan berinfak dalam semua keadaan, balasan
pembangkangan pada ajaran Allah, azab pedih bagi mereka dan perintah untuk bertakwa bagi orang
yang cerdas (QS. At-Thalaq: 7-10)
4. Tugas Rasul saw dan perintah mengikutinya serta balasan atas ketaatan pada Rasul. Allah pencipta
langit dan bumi dan dia pula yang mengatur seluruh urusan makhluk-Nya, bukan sekedar mencipta
(QS. At-Thalaq: 11-12)

1
Muhammad bin Ahmad Al-Qurthubiy, Tafsir Al-Qurtuhubiy, vol 10, (Kairo: Maktab Al-Iman, tt), hal 51
2
Sayid Qutb, Fii Dzilail Qur’an, Vol 6, (Kairo: Daar As-Syuruq, 1995), hal 3593
3
Muhammad bin Ahmad Al-Qurthubiy, Tafsir Al-Qurtuhubiy, vol 10, (Kairo: Maktab Al-Iman, tt), hal 37
4
Jalaluddin As-Suyuthi, Lubabun nuqul fi Asbabin Nuzul, (Beirut: Darul Kutub Al-Ilmiah, 2012), hal 194
HUKUM TALAK DAN JENISNYA, ADAB MENTALAK,
MENJAGA KELANGSUNGAN KELUARGA, MANFAAT TAKWA
DAN MENTALAK WANITA DALAM KEADAAN SUCI

   

                

                    

                

                  

                      

       


Kosa kata:
 : Waktu tertentu yang dengannya seorang wanita mengetahui keadaan rahimnya

 : Aturan, batasan atau hukum-hukum Allah

 : Kalian pegang kembali mereka atau rujuk kembali pada wanita-wanita itu

 : Tinnggalkanlah mereka, berpisahlah dengan mereka (wanita-wanita yang ditalak)

 : Jalan keluar atau solusi

 : Cukup Allah baginya, Allah mencukupinya

Terjemah Ayat:
1. Hai Nabi, apabila kamu menceraikan isteri-isterimu Maka hendaklah kamu ceraikan mereka pada waktu mereka dapat
(menghadapi) iddahnya (yang wajar) dan hitunglah waktu iddah itu serta bertakwalah kepada Allah Tuhanmu. janganlah
kamu keluarkan mereka dari rumah mereka dan janganlah mereka (diizinkan) ke luar kecuali mereka mengerjakan
perbuatan keji yang terang. Itulah hukum-hukum Allah, Maka Sesungguhnya Dia telah berbuat zalim terhadap dirinya
sendiri. kamu tidak mengetahui barangkali Allah Mengadakan sesudah itu sesuatu hal yang baru. 2. Apabila mereka
telah mendekati akhir iddahnya, Maka rujukilah mereka dengan baik atau lepaskanlah mereka dengan baik dan
persaksikanlah dengan dua orang saksi yang adil di antara kamu dan hendaklah kamu tegakkan kesaksian itu karena
Allah. Demikianlah diberi pengajaran dengan itu orang yang beriman kepada Allah dan hari akhirat. Barangsiapa
bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan Mengadakan baginya jalan keluar 3. dan memberinya rezki dari arah yang tiada
disangka-sangkanya. dan Barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya.
Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah Mengadakan ketentuan
bagi tiap-tiap sesuatu.

Tafsir Ayat:
1. At-Thabari berkata: Allah menjelaskan wahai orang-orang beriman bila kalian ingin mentalak istri-istri kalian,
maka talaklah mereka dalam keadaan suci yang dihitung dari masa iddah mereka, suci tanpa melakukan jimak
kepada mereka, jangan kalian metalak mereka dalam kondisi haidh dengan tidak melihat masa kotor mereka
atau suci mereka. Abdullah dan Mujahid berkata: thalak itu berdasarkan iddah, suci tampa jimak. Ibnu Abbas
berkata: sebelum masa iddahnya, atau jagalah masa iddahnya. Dan takutlah kalian kepada rab kalian jauhilah
durhaka pada-Nya dengan melangar aturan-aturan-Nya, jangan sekali-kali kalian mengeluarkan mereka dari
rumah mereka (sebelum kalian talak) dalam masa iddah mereka. As-suddiy berkata: sampai masa iddah
mereka selesai. Kecuali mereka melakukan kejahatan yang nyata, maka kalian boleh mengeluarkan mereka
dari rumah. Ibnu Abbas berekata: ayat ini menjelaskan tentang wanita yang ditalak yang tidak boleh keluar
dari rumahnya selama suaminya masih bisa rujuk kembali dan dalam masa iddah. Hal ini adalah aturan-aturan
dan hukum Allah yang diberikannya kepada kalian, maka janganlah kalian melanggarnya. Siapa yang
melanggar aturan Allah yang diwajibkannya pada makhluknya ini, maka dia telah menzalimi dirinya dengan
melakukan dosa dan pembangkangan. Ad-Dhahak berkata: siapa tidak melakukan aturan ini, maka dia telah
menzalimi dirinya. Kenapa Allah jelaskan ini?, karena kalian tidak tahu apa yang akan terjadi setelah kalian
mentalaknya apakah kalian akan rujuk kembali. Qatadah berkata: maksudnya adalah kemungkinan rujuk.
2. At-Thabari berkata: Allah menjelaskan bahwa bila masa iddah wanita yang ditalak itu hampir selesai, maka
kalian bisa memutuskan untuk rujuk kembali. Ad-Dhahak berkata: rujuk itu sebelum selesai masa iddah atau
sebelum mereka mandi pada haidh yang ketiga. Bila kalian rujuk, maka rujuklah dengan cara yang baik sesuai
perintah Allah swt, yaitu dengan memberikan hak-hak nafkah kepada mereka, atau kalian tidak rujuk dan
meninggalkannya secara baik-baik dengan menyelesaikan masa iddah serta memberikan hak-haknya yang
diwajibkan kepada kalian. As-Suddiy berkata: Maksudnya bila kalian mentalak satu dan dua, maka kalian bisa
kembali atau meninggalkannya. Hendaknya bila kalian akan rujuk kembali atau meningalkannya, maka harus
disaksikan oleh orang-orang yang adil diantara kalian (agamanya dan amanah bagus) dan jadilah saksi atas
kebenaran niat dan perbuatan kalian karena Allah. Semua penjelasan tentang talak, iddah dan cara rujuk yang
baik di atas adalah sebagai nasihat dan pelajaran bagi siapa yang beriman pada Allah dan hari akhir.itu semua
adalah nasihat dan bimbingan yang Kami berikan kepada kalian yang mempercayai dan meyakini Allah dan
hari akhir. Siapa yang takut pada Allah lalu mengerjakan apa yang diperintahkan-Nya dan meninggalkan apa
yang dilarang-Nya, maka Allah akan memberikan jalan keluar semua urusannya, sehingga dia mengetahui
bahwa apa yang telah Allah tetapkan, maka pasti akan terjadi, demikian pula orang yang ditalak dia akan
diceraikan bila telah ditalak yang disertai masa iddah. Bila telah ditalak tiga dan telah selesai masa iddahnya,
maka Allah akan memberikan solusi nikah yang baru bagi keduanya. Allah Maha memberi sebab bagi siapa
yang dikehendaki-Nya untuk mendapat rizki tanpa disadarinya. Masruq berkata: Solusi bagi orang bertakwa
maksudnya adalah “dia sangat paham bahwa Allah akan memberikan rizki bagi orang dikehendaki-Nya dan
menahannya bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Qatadah berkata: Rizki yang tidak diharapkan dan diprediksi
sebelumnya.
3. At-Thabari berkata: Allah menjelaskan bahwa siapa saja yang bertakwa dan bertawakkal pada Allah dalam
semua urusannya, maka Allah akan mencukupkan kebutuhannya, karena Allah pasti melaksanakan perintah-
Nya dan takdirNya adalah kenyataan dan perwujudan kehendak-Nya. Masruq berkata: engkau bertawakkal
pada-Nya atau tidak , namun orang yang bertawakkal pada-Nya, akan dihapus semua kesalahannya. Sungguh
Allah telah menjadikan semua masalah talak dan iddah ada ketentuan dan waktunya. As-Suddiy berkata: Masa
limit haid dan iddah.

TIDAK SEGERA MENTALAK ISTRI KECUALI DALAM KEADAAN DHARURAT, PERINTAH


MEMPERHATIKAN MASA IDDAH DAN HUKUMNYA SERTA TIDAK MENZALIMI WANITA
DAN MENJAGA HUKUM ALLAH SWT
                  

                       

                  
                 

   


Kosa Kata Ayat:
 : Putusnya harapan untuk haidh atau wanita yang berhenti/tidak haidh lagi (monopause)

 : Melepaskan kandungannya atau Melahirkan

 : Menghapus, mengampuni

 : Kalian mempersulit, menyusahkan

 : Wanita-wanita itu hamil, mengandung

 : Semampu kalian, seadanya

 : saling menerimalah kalian

 : (Isteri yang ditalak), menolak kalian atau tidak mau menyusukan

Terjemahan Ayat:
4. Dan perempuan-perempuan yang tidak haid lagi (monopause) di antara perempuan-perempuanmu jika kamu ragu-
ragu (tentang masa iddahnya), Maka masa iddah mereka adalah tiga bulan; dan begitu (pula) perempuan-perempuan
yang tidak haid. dan perempuan-perempuan yang hamil, waktu iddah mereka itu ialah sampai mereka melahirkan
kandungannya. dan barang -siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam
urusannya 5. Itulah perintah Allah yang diturunkan-Nya kepada kamu, dan Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah,
niscaya Dia akan menghapus kesalahan-kesalahannya dan akan melipat gandakan pahala baginya 6. Tempatkanlah
mereka (para isteri) di mana kamu bertempat tinggal menurut kemampuanmu dan janganlah kamu menyusahkan
mereka untuk menyempitkan (hati) mereka. dan jika mereka (isteri-isteri yang sudah ditalaq) itu sedang hamil, Maka
berikanlah kepada mereka nafkahnya hingga mereka bersalin, kemudian jika mereka menyusukan (anak-anak)mu
untukmu Maka berikanlah kepada mereka upahnya, dan musyawarahkanlah di antara kamu (segala sesuatu) dengan
baik; dan jika kamu menemui kesulitan Maka perempuan lain boleh menyusukan (anak itu) untuknya.

Tafsir Ayat:
4. At-Thabari berkata: Allah menjelaskan bahwa wanita-wanita yang tidak dapat lagi haidh, atau menopause
dari ister-isteri kalian, lalu kalian ragu tentang darah yang keluar dari mereka apakah itu haidh atau istihadhah
(penyakit), maka iddah (masa tunggu) mereka adalah tiga bulan juga. Mujahid berkata: Bila kalian ragu dan
tidak dapat mengetahui haidh isteri-isteri kalian atau mereka tidak haidh lagi, maka masa iddah mereka adalah
tiga bulan. Az-Zuhri berkata: Tidak haidh karena usia tua wanita, bila ragu maka masa iddahnya 3 bulan.
Qatadah berkata: Wanita yang haidhnya tidak lagi teratur setiap bulan, atau dalam beberapa bulan baru haidh,
maka masa iddahnya 3 bulan. Demikian pula wanita-wanita yang tidak haidh karena masih karena masih
muda, lalu ditalak oleh suaminya setelah di dukhul, maka masa iddahnya juga 3 bulan. Ibnu Katsir berkata:
Wanita yang masih muda yang belum diketahui haidh, maka masa iddahnya juga 3 bulan. Karenanya ayat ini
turun disebabkan pertanyaan para wanita anshar tentang masa iddah selain dalam surah Al-baqarah, maka
turunlah ayat ini (HR.Ibnu Abi Hatim). Dan wanita-wanita yang hamil apabila telah ditalak, maka masa iddah
mereka adalah ketika mereka melahirkan. Ini adalah Ijma’ ulama kecuali masa iddah wanita yang ditinggal
mati suaminya terdapat perbedaan. Oleh karena itu siapa yang takut pada Allah dengan mengerjakan peintah-
Nya dan menjauhi larangan-Nya serta tidak menentang Allah dalam masalah talak ini, maka Allah akan
memudahkan semua urusannya dalam masalah talak, yaitu dengan dibolehkannya kembali rujuk sebelum
masa iddahnya, bila telah selesai iddahnya, maka boleh dia melamarnya kembali.
5. At-Thabari berkata: Allah menerangkan bahwa penjelasan tentang hukum thalak, rujuk, dan iddah adalah
perintah Allah yang diberikannya pada kalian agar kalian laksanakan dan praktekkan. Siapa yang takwa dan
takut pada-Nya, dengan meninggalkan yang diharamkan-Nya serta mengerjakan perintah-Nya, maka Allah
akan mengahapuskan kesalahannya dan mengampuni dosanya. Allah juga akan memberikan padanya pahala
dan ganjaran yang besar dengan memasuki surga-Nya.
6. At-Thabari berkata: Allah memerintahkan kepada para suami, agar memberikan tempat tinggal bagi wanita-
wanita yang ditalak itu dirumah-rumah yang kalian tinggali, sesuai dengan kemampuan kalian atau seadanya.
Allah memerintahkan para suami untuk memberi tempat tinggal pada isteri-isteri mereka yang telah ditalak
sesuai kemampuan mereka sampai masa iddahnya selesai. Ibnu Abbas, Qatadah dan Mujahid berkata: tempat
tinggal sesuai kemapuan. Qatadah berkata: bila suami tidak punya rumah lain selain yang ditinggalinya, maka
boleh mereka tinggal dirumah itu. As-Suddiy berkata: juga menafkahinya. Dan jangan kalian menyusahkan
mereka padahal kalian memiliki tempat tinggal untuk mempersulit mereka. Mujahid berkata: mempersulit
masalah tempat tinggal sehingga mereka keluar dari sana. Sufyan berkata: ayat ini terkait wanita yang ditalak
rujuk atau tidak. Dan apabila wanita-wanita yang ditalak itu sedang hamil, maka suaminya harus menafkahinya
selama masa iddahnya yaitu sampai bayinya lahir, bila dia menyusui, maka sampai anaknya disapih. Menurut
Ali ra dan Ibnu Abbas ra: Apabila wanita itu ditalak bain, maka dia tetap mendapat tempat tinggal sampai
selesai iddahnya tanpa nafkah. Ulama lain berkata: Umar dan Abdullah ra memberikan tempat tinggal, nafkah
dan mut’ah kepada wanita yang ditalak tiga. Allah menjelaskan bahwa bila wanita-wanita itu menyusui anak-
anak kalian setelah ditalak 3, dan mereka mengeluarkan biaya untuk itu, maka kalian harus membayar
upahnya atas susuan mereka. Qatadah berkata: sang isteri lebih berhak menerima upah dari menyusui
anaknya. Hendaknya kalian wahai manusia saling menerima anatar kalian tentang suatu urusan diantara
kalian dengan baik. Bila wanita yang ditalak itu mempersulit atau menolak permintaan suaminya untuk
menyusui anaknya, maka dia tidak dapat dipaksa oleh suaminya, akan tetapi suami harus mencarikan wanita
lain yang dapat menyusuinya.

PERINTAH MEMBERI NAFKAH PADA KELUARGA DAN BERINFAK DALAM SEMUA KEADAAN,
BALASAN PEMBANGKANGAN PADA AJARAN ALLAH, AZAB PEDIH BAGI MEREKA DAN PERINTAH
UNTUK BERTAKWA BAGI ORANG YANG CERDAS

                       

                  

                   

       

Kosa Kata Ayat:


 : Luas, lapang atau mampu
 : Membebani

 : Berat, besar dan mengerikan

 : Kerugian, kecelakaan

Terjemah Ayat:
7. Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut kemampuannya. dan orang yang disempitkan rezkinya
hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya. Allah tidak memikulkan beban kepada seseorang
melainkan sekedar apa yang Allah berikan kepadanya. Allah kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan 8.
Dan Berapa banyaknya (penduduk) negeri yang mendurhakai perintah Tuhan mereka dan rasul-rasul-Nya, Maka Kami
hisab penduduk negeri itu dengan hisab yang keras, dan Kami azab mereka dengan azab yang mengerikan 9. Maka
mereka merasakan akibat yang buruk dari perbuatannya, dan adalah akibat perbuatan mereka kerugian yang besar 10.
Allah menyediakan bagi mereka azab yang keras, Maka bertakwalah kepada Allah Hai orang-orang yang mempunyai
akal; (yaitu) orang-orang yang beriman. Sesungguhnya Allah telah menurunkan peringatan kepadamu,

Tafsir Ayat:
7. Hendaknya suami yang mampu dalam ekonomi yang mentalak isterinya itu berinfak dari hartanya untuk
biaya penyusuan anaknya dan anak-anak-nya yang lain. Bila suami tidak memiliki harta, atau hidupnya sempit,
maka hendaknya ia mengeluarkan infak apa saja yang diberikan Allah padanya. Mujahid berkata: berinfak
semampunya kepada istri yang ditalaknya apabila sedang menyusui. Sesungguhnya Allah tidak membebani
seseorang untuk memberikan nafkah kepada kerabatnya dan keluarganya, bila dia orang mampu, maka dia
berikan nafkanya dan bila dia tidak mampu dan susah, maka dia berikan apa yang ada yang telah diberikan
Allah padanya. Karena Allah tidak membebani orang miskin memberi nafkah seperti orang kaya atau mampu.
As-Suddiy berkata: Allah tidak membebani orang miskin seperti orang kaya. Bagi orang yang miskin dan tidak
mampu, maka Allah akan memberikan padanya kemudahan setelah kesulitan dan kekayaan setelah miskinnya.
8. At-Thabari berkata: Allah menerangkan bahwa berapa banyak penduduk sebuah negeri melampaui batas
dan melannggar perintah Tuhan mereka dan menentang-Nya juga menentang perinah para Rasul mereka, lalu
mereka keras kepala, durhaka dan kafir. As-Suddiy berkata: durhaka dan merubah perintah Allah. Ibnu Zaid
berkata “atat: Kafir dan menolak. Lalu Kami hisab mereka atas rasa syukur atas nimat Kami dengan hisab yang
berat dan sulit. Ibnu Zaid berkata: Hisab yang tidak ada maaf dan ampunan dari Allah. Lalu Kami azab mereka
dengan azab yang besar dan mengerikan, itulah azab neraka jahannam.
9. At-Thabari berkata: Allah menerangkan, maka negeri yang kafir dan menolak perintah Tuhan dan Rasul
mereka itu merasakan akibat perbuatan mereka dan kekufuran dan penolakan mereka. Mujahid berkata:
balasan perbuatan mereka. Dan balasan perbuatan seperti ini adalah kerugian yang sangat besar dan dahsyat,
karena mereka telah menjual nikmat akhirat dengan dunia yang sedikit dan hina.
10. At-Thabari berkata: Allah menerangkan bahwa Allah telah menjanjikan pada orang-orang tersebut azab
yang sangat besar dan dahsyat. Oleh karenanya takutlah kalian kepada Allah, berhati-hatilah atas murka-Nya
bila kalian meninggalkan perintah-Nya dan mengerjakan larangan-Nya wahai orang-orang yang menggunakan
akalnya, yaitu orang-orang yang percaya dan beriman pada Allah SWT dan Rasul-Nya. Karena sungguh Dia
telah ,enurunkan kepada kalian peringatan berupa Al-Qur’an. As-Suddiy berkata: Dzikran maksudnya adalah
Al-Qur’an.

Anda mungkin juga menyukai