Anda di halaman 1dari 48

THALAQ DALAM ISLAM

A. Pengertian Talak
B. Hukum dan Batas Talak
C. Macam-Macam Talak
D. Ta’lik Talak
E. Hikmah Talak
A. Pengertian Talak
 Melepaskan ikatan (secara bahasa).
 Berasal dari kata ithlaq, yang berarti
melepaskan atau meninggalkan.
 Melepaskan ikatan perkawinan (secara syar’i)
 Artinya membubarkan hubungan suami-istri
sehingga berakhirlah perkawinan atau terjadi
perceraian.
 Sayyid Sabiq, apabila telah terjadi perkawinan,
yang harus dihindari adalah perceraian,
meskipun perceraian bagian dari hukum
adanya persatuan atau perkawinan itu sendiri.
 Mazhab Syafi’i, talak sebagai pelepasan akad
nikah dengan lafal talak atau yang semakna
dengan lafal itu.
 Talak dalam Islam merupakan jalan keluar
dalam perkawinan yang tidak mungkin lagi
dipertahankan.
 Ibnu Qudamah al-Maqdisi, para ulama sepakat
akan bolehnya talak.
 Imam Hafizh Ibnu Hajar, Sabda Rasul saw
“ tidak akan memukul, orang-orang terbaik
kalian” menunjukkan bahwa memukul istri pada
umumnya diperbolehkan.
QS. An-Nisa : 34-35
Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, maka
nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di
tempat tidir mereka, dan pukullah mereka. Kemudian
jika mereka mentaatimu, maka janganlah lamu
mencari-cari jalan untuk menyusahkannya.
Sesungguhnya Allah Maha Tinggi Lagi Maha Besar.
Dan jika kamu khawatirkan ada persengketaan antara
keduanya, maka kirimlah seorang hakam dari
keluarga laki-laki dan seorang hakam dari keluarga
perempuan. Jika kedua orang hakam itu bermaksud
mengadakan perbaikan, niscaya Allah memberi taufik
kepada suami-istri itu. Sesungguhnya Allah Maha
mengetahui lagi Maha Mengenal.
 Beberapa pendapat ulama tentang talak
yang dijatuhkan karena sebab-sebab sbb:
a. Talak karena paksaan.
hukumnya sama dengan kinayah, yaitu kalau
memang hatinya membenarkan, maka
jatuhlah talak itu, dan kalau tidak, maka
talak itu belum dianggap jatuh.
HR. Al-Bukhari dan Abu Daud
‫رفع عن أمتى الخطأ والنسيان ومااستكرهوا عليه‬
b. Talak karena dalam keadaan mabuk
 Para fuqaha: orang mabuk mengucapkan
talak hukumnya sah, karena mabuknya
disebabkan oleh keinginannya sendiri.
 Ulama lainnya berpendapat: talak orang
mabuk tidak sah, karena orang tersebut
sedang hilang ingatan dan sama hukumnya
dengan orang gila, karena kedua-duanya
sama-sama kehilangan pikiran. Talak orang
mabuk tidak sah.
QS. An-Nisa’: 43
Hai orang-orang yang beriman, janganlah
kamu shalat, sedang kamu dalam Keadaan
mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang
kamu ucapkan,
c. Talak karena main-main.
 Talak yang dilakukan dengan main-main
dipandang sah, sebagaimana nikah dengan
main-main.
 HR. Ahmad, Abu Dawud, Ibnu Majah dan at-
Turmudzi.
‫ النكاح والطالق والرجعة‬:‫ثالثة جدهن جد وهزلهن جد‬.
Tiga perkara, kesungguhannya dipandang benar
dan main-mainnya dipandang benar pula,
yaitu nikah, thalaq, dan ruju’.
d. Thalak pada waktu marah.
 Marah dalam keadaan sadar, akal dan pikiran
tidaklah berubah, masih normal.
 Mengetahui maksud talak yang diutarakannya.
 Marah seperti ini jatuh talak.
 Marah sampai dalam keadaan tidak
mengetahui apa-apa atau hilang kesadaran
dan tidak paham apa yang diucapkan atau
yang dimaksudkan.
 Marah seperti ini ulama sepakat bahwa tidak
jatuh talak.
e. Talak dengan surat.
 Talak dengan surat yang ditulis suami sendiri
dan dibaca, hukumnya sama dengan lisan,
 Tetapi jika surat itu tidak dibaca sebelum
dikirim kepada istrinya, maka sama dengan
kinayah.
B. Hukum Talak
 Hukum asal talak adalah makruh.
 HR. Abu Dawud.
‫أبغض الحالل إلى الله الطالق‬
(Perbuatan) halal yang paling dibenci Allah
Ta’ala adalah Thalaq.
QS. Al-Baqarah: 230.
Kemudian jika si suami mentalaknya (sesudah
Talak yang kedua), Maka perempuan itu tidak
lagi halal baginya hingga Dia kawin dengan
suami yang lain. kemudian jika suami yang
lain itu menceraikannya, Maka tidak ada dosa
bagi keduanya (bekas suami pertama dan
isteri) untuk kawin kembali jika keduanya
berpendapat akan dapat menjalankan
hukum-hukum Allah. Itulah hukum-hukum
Allah, diterangkan-Nya kepada kaum yang
(mau) mengetahui.
QS. Al-Baqarah: 231
Apabila kamu mentalak isteri-isterimu, lalu mereka
mendekati akhir iddahnya, Maka rujukilah mereka dengan
cara yang ma'ruf, atau ceraikanlah mereka dengan cara
yang ma'ruf (pula). janganlah kamu rujuki mereka untuk
memberi kemudharatan, karena dengan demikian kamu
Menganiaya mereka[145]. Barangsiapa berbuat demikian,
Maka sungguh ia telah berbuat zalim terhadap dirinya
sendiri. janganlah kamu jadikan hukum-hukum Allah
permainan, dan ingatlah nikmat Allah padamu, dan apa
yang telah diturunkan Allah kepadamu Yaitu Al kitab dan
Al Hikmah (As Sunnah). Allah memberi pengajaran
kepadamu dengan apa yang diturunkan-Nya itu. dan
bertakwalah kepada Allah serta ketahuilah bahwasanya
Allah Maha mengetahui segala sesuatu.
Al-Baqarah: 236
Tidak ada kewajiban membayar (mahar) atas
kamu, jika kamu menceraikan isteri-isteri
kamu sebelum kamu bercampur dengan
mereka dan sebelum kamu menentukan
maharnya. dan hendaklah kamu berikan suatu
mut'ah (pemberian) kepada mereka. orang
yang mampu menurut kemampuannya dan
orang yang miskin menurut kemampuannya
(pula), Yaitu pemberian menurut yang patut.
yang demikian itu merupakan ketentuan bagi
orang-orang yang berbuat kebajikan.
Al-Baqarah: 237.
Jika kamu menceraikan isteri-isterimu sebelum kamu
bercampur dengan mereka, Padahal
Sesungguhnya kamu sudah menentukan
maharnya, Maka bayarlah seperdua dari mahar
yang telah kamu tentukan itu, kecuali jika isteri-
isterimu itu mema'afkan atau dima'afkan oleh
orang yang memegang ikatan nikah[151], dan
pema'afan kamu itu lebih dekat kepada takwa.
dan janganlah kamu melupakan keutamaan di
antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha melihat
segala apa yang kamu kerjakan.
QS.at-Talak: 1
Hai Nabi, apabila kamu menceraikan isteri-isterimu
Maka hendaklah kamu ceraikan mereka pada waktu
mereka dapat (menghadapi) iddahnya (yang wajar)
[1481] dan hitunglah waktu iddah itu serta
bertakwalah kepada Allah Tuhanmu. janganlah
kamu keluarkan mereka dari rumah mereka dan
janganlah mereka (diizinkan) ke luar kecuali mereka
mengerjakan perbuatan keji yang terang[1482].
Itulah hukum-hukum Allah, Maka Sesungguhnya Dia
telah berbuat zalim terhadap dirinya sendiri. kamu
tidak mengetahui barangkali Allah Mengadakan
sesudah itu sesuatu hal yang baru[1483].
QS.al-Ahzab: 49
Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu
menikahi perempuan- perempuan yang
beriman, kemudian kamu ceraikan mereka
sebelum kamu mencampurinya Maka sekali-
sekali tidak wajib atas mereka 'iddah
bagimu yang kamu minta
menyempurnakannya. Maka berilah mereka
mut'ah[1225] dan lepaskanlah mereka itu
dengan cara yang sebaik- baiknya.
 Dilihat dari segi kemaslahatan dan
kemudaratannya, hukum nikah ada 4.
1. Wajib :
 Bagi suami yang meng-ila’ istrinya setelah
masa penangguhannya selama 4 bulan telah
habis, bila ia enggan kembali kepada
istrinya.
 Hakim berwenang memaksanya untuk
menalak istrinya pada keadaan ini,
 Atau hakim yang menjatuhkan talak
tersebut.
 Atau apabila terjadi perselisihan
(pertengkaran) antar suami istri, sedangkan
dua pihak yang mengurus perkara ini tidak
sanggup lagi mengurusnya dan keduanya
sudah memandang perlu suami istri
tersebut supaya bercerai.
QS. Al-Baqarah: 226, 227
Kepada orang-orang yang meng-ilaa'
isterinya[141] diberi tangguh empat bulan
(lamanya). kemudian jika mereka kembali
(kepada isterinya), Maka Sesungguhnya
Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.
Dan jika mereka ber'azam (bertetap hati untuk)
talak, Maka Sesungguhnya Allah Maha
mendengar lagi Maha mengetahui.
2. Sunat.
 Apabila suami tidak sanggup lagi memberi
nafkahnya, atau
 Perempuan tidak menjaga kehormatan
dirinya.
 Talak hukumnya sunat ketika dijatuhkan oleh
suami demi kemaslahatan istrinya serta
mencegah kemudharatn jika tetap bersama
dengan dirinya,
 meskipun sesungguhnya suaminya masih
mencintainya.
QS. Al-Baqarah: 195
...dan berbuat baiklah, karena Sesungguhnya
Allah menyukai orang-orang yang berbuat
baik.
HR. An-Nasa’i
‫روي أن رجال أتى النبي صلعم فقال إن امرأتى ال ترد يد المس‬
‫فقال النبي صلعم طلقها‬.
Seorang laki-laki yang datang menghadap
rasulullah lalu berkata, ya Rasulullah, saya
memiliki wanita yang tidak menolak tangan
orang yang menyentuh. Maka Rasulullah
saw bersabda kepadanya, “ceraikan dia”.
3. Haram. Dalam dua keadaan;
Pertama, menjatuhkan talak sewaktu si istri
dalam keadaan haid.
Kedua, menjatuhkan talak sewaktu suci yang
telah dicampurinya dalam waktu suci
tanpa diketahui hamil/tidak.
HR. Muttafaq Alaihi
Suruhlah anakmu supaya dia rujuk kepada
istrinya itu, kemudian hendaklah dia teruskan
pernikahan itu sehingga ia suci dari haid,
kemudia haid kembali, kemudian suci pula
dari haid yang kedua itu. Kemudian jika ia
menghendaki, boleh ia teruskan pernikahan
sebagaimana yang lalu atau jika
menghendaki, ceraikan ia sebelum dicampuri.
Demikianlah iddah yang diperintahkan Allah
supaya perempuan ditalak ketika itu.
4. Mubah. (hukum asal talak)
 Ketika suami berhajat atau mempunyai
alasan untuk menalak istrinya.
 Seperti karena suami tidak mencintai
istrinya, atau
 Karena perangai dan kelakuan yang buruk
yang ada pada istri sementara suami tidak
sanggup bersabar kemudian
menceraikannya.
 Namun bersabar lebih baik.
QS. An-Nisa’: 19
....kemudian bila kamu tidak menyukai mereka,
(maka bersabarlah) karena mungkin kamu
tidak menyukai sesuatu, Padahal Allah
menjadikan padanya kebaikan yang banyak.
C. Macam-Macam Talak
 Dilihat dari segi pengaturannya, 2 macam:
1. Ta’liq
 Menggantungkan talak dengan sesuatu,
 Misalnya, suami berkata: “Engkau tertalak
apabila engkau pergi dari rumah ini tanpa
izin saya”, atau
 Ucapan lain yang semacam itu.
 Jika si istri meninggalkan rumah tanpa izin
suami maka jatuhlah talaknya.
2. Talak yang dijatuhkan bila telah terpenuhi
syaratnya.
 Talak seperti ini disebut dengan “talak
syarat”
 Umpamanya, seorang suami berkata kepada
istrinya, “jika engkau (tidak) membebaskan
dari membayar sisa maharnya, engkau
tertalak.
 Dilihat dari dua macam ketentuan, yaitu:
1. Talak Sunnah.
 Talak yang berjalan sesuai dengan ketentuan agama,
yaitu seorang suami menalak istri yang telah digaulinya
dengan sekali talak pada masa suci dan belum ia sentuh
kembali pada masa suci itu.
2. Talak Bid’i.
 Talak yang menyalahi ketentuan agama,
 Mis: talak yang diucapkan dengan 3x talak pada waktu
bersamaan, atau
 Talak dengan ucapan talak 3, atau
 Menalak istri dalam keadaan sedang haid atau istri dalam
keadaan suci, tetapi sudah digauli pada masa suci itu.
 Rahmat Hakim, talak bid’i jatuhnya sah juga,
hanya talak jenis ini jika dilakukan akan
berdosa.
 Dilihat dari berat ringannya akibat talak,
dibagi 2 jenis:
1. Talak Raj’i.
 Talak yang dijatuhkan suami kepada istri
yang telah digauli, bukan karena tebusan,
bukan pula talak yang ketiga kalinya.
 Suami dapat kembali kepada istrinya yang
dalam masa iddah tanpa harus melakukan
akad nikah baru.
2. Talak Ba’in.
 Talak yang tidak dapat dirujuk oleh suami,
kecuali dengan perkawinan baru walaupun
dalam masa iddah,
 Seperti talak perempuan yang belum digauli.
 Talak ba’in dapat dibagi 2, yaitu:
a. Talak Ba’in Sughra (kecil), adalah
• talak yang dijatuhkan suami kepada istrinya
yang belum pernah digauli.
• Talak dengan tebusan (khulu’)
• Talak raj’i yang telah habis masa iddahnya
b. Talak Ba’in Kubra (besar), yaitu talak tiga.
 Bekas suami boleh menikah kembali kepada
bekas istrinya setelah kawin dengan laki-laki
lain, dan
 Sesudah dicerai dan setelah habis iddhnya
dari perceraian suami yang kedua itu.
QS. Al-Baqarah: 230.
Kemudian jika si suami mentalaknya (sesudah
Talak yang kedua), Maka perempuan itu tidak
lagi halal baginya hingga Dia kawin dengan
suami yang lain. kemudian jika suami yang
lain itu menceraikannya, Maka tidak ada dosa
bagi keduanya (bekas suami pertama dan
isteri) untuk kawin kembali jika keduanya
berpendapat akan dapat menjalankan
hukum-hukum Allah. Itulah hukum-hukum
Allah, diterangkan-Nya kepada kaum yang
(mau) mengetahui.
 Dilihat dari kalimat yang dipakai untuk
perceraian ada 2 macam, yaitu:
1. Sharih (terang).
 Kalimat yang tidak ragu-ragu lagi bahwa
yang dimaksud adalah memutuskan ikatan
perkawinan,
 Seperti kata suami, engkau tertalak, atau
 Saya ceraikan engkau.
 Kalimat yang sharih (terang) ini tidak perlu
dengan niat.
2. Kinayah (sindiran),
 Kalimat yang masih ragu-ragu, boleh
diartikan untuk perceraian nikah atau yang
lain,
 Seperti kata suami, “pulanglah engkau
kerumah keluargamu”, atau
 Pergilah dari sini, dsb.
 Kalimat sindiran ini bergantung pada niat.
D. Ta’lik Talak
 Ta’lik talak ialah menyandarkan jatuhnya
talak kepada sesuatu perkara, baik kepada
ucapan, perbuatan maupun waktu tertentu.
 Hal itu dimaksudkan untuk menjaga
perbuatan sewenang-wenang dari pihak
suami atau istri.
 Dengan taklik talak berarti suami
menggantungkan talaknya kepada perjanjian
yang ia setujui.
 Apabila perjanjian itu dilanggar, dengan
sendirinya jatuh talak kepada istrinya.
 Seperti suami berkata kepada istrinya, jika
engkau keluar rumah, engkau tertalak.
 Namun menurut Sulaiman Rasyid bahwa
dengan adanya taklik tersebut akan
membawa kerusakan (kekacauan),
 Sehingga hukumnya menjadi terlarang
(haram).
E. Hikmah Talak
1. Talak adalah suatu rahmat dari Allah kepada
hamba-Nya yang membuka pintu
penyelesaian terakhir kepada perselisihan
dan pertengkaran suami istri apabila tidak
ada jalan yang lain lagi yang dapat
menyelamatkan mereka.
2. Dengan sebab salah seorang suami istri
mengidap penyakit berat yang tidak
tertanggung serta tidak mungkin akan
sembuh.
3. Dengan sebab kemandulan oleh salah
seorang suami istri yang tidak mungkin
sembuh akan membawa kepada hilang kasih
sayang, menimbulkan kemarahan dan
kebencian.
4. Apabila ikatan dan hubungan kemesraan dan
kasih sayang antara suami istri semakin
meruncing, tidak lagi sehaluan dan tiada lagi
ada kesepahaman, sehingga tiada lagi jalan
penyelesaian kecuali dengan perceraian.
‫والله اعلم بالصواب‬

Anda mungkin juga menyukai