Nikah menurut istilah syariat Islam adalah akad yang menghalalkan pergaulan antara laki -
laki dan perempuan yang tidak ada hubungan Mahram sehingga dengan akad tersebut
” Maka kawinilah wanita - wanita (lain) yang kamu senangi, dua, tiga atau empat.
Kemudian jika kamu takut tidak akan brlaku adil maka (kawinilah) seorang saja .” (An - Nisa :
3).
Ayat ini memerintahkan kepada orang laki - laki yang sudah mampu untuk
melaksanakan nikah. Adapun yang dimaksud adil dalam ayat ini adalah adil didalam
memberikan kepada istri berupa pakaian, tempat, giliran dan lain - lain yang bersifat lahiriah.
Ayat ini juga menerangkan bahwa islam memperbolehkan poligami dengan syarat - syarat
tertentu.
a. Sunnah, bagi orang yang berkehendak dan baginya yang mempunyai biaya sehingga
dapat memberikan nafkah kepada istrinya dan keperluan - keperluan lain yang mesti
dipenuhi.
b. Wajib, bagi orang yang mampu melaksanakan pernikahan dan kalau tidak menikah ia
akan terjerumus dalam perzinaan.
c. Makruh, bagi orang yang tidak mampu untuk melaksanakan pernikahan Karena tidak
mampu memberikan belanja kepada istrinya atau kemungkinan lain lemah syahwat.
d. Haram, bagi orang yang ingin menikahi dengan niat untuk menyakiti istrinya atau menyia -
nyiakannya. Hukum haram ini juga terkena bagi orang yang tidak mampu memberi belanja
kepada istrinya, sedang nafsunya tidak mendesak.
e. Mubah, bagi orang - orang yang tidak terdesak oleh hal - hal yang mengharuskan segera
nikah atau yang mengharamkannya.
Rukun nikah ada lima macam, yaitu :
a. Calon suami
b. Calon istri
c. Wali
d. Dua orang saksi
“Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak)
perempuan yang yatim (bilamana kamu menikahinya), maka nikahilah wanita-
wanita (lain) yang kamu senangi: dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu
takut tidak dapat berlaku adil, maka (nikahilah) seorang saja, atau budak-
budak yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak
berbuat aniaya.”(QS. An Nisaa: 3)
Ayat diatas menerangkan secara jelas bahwa Allah Ta’ala membolehkan
seorang pria untuk berpoligami. Hal ini bahkan diperkuat dengan adanya
praktek poligami yang dilakukan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam.
Banyak pria yang menjadikan dalil poligami agar ia bisa menikah lagi dan lagi
tanpa mengenal batasan. Bahkan tak sedikit pria-pria yang menikahi wanita
hingga 5 sampai 10 kali hanya sebagai pemuas nafsu belaka. Hal ini tentu tidak
benar. Berdasarkan syariat agama, poligami hanya boleh dilakukan sebanyak 4
kali, tidak lebih dari itu. Pendapat ini didasari oleh firman Allah SWT:
“Kemudian jika kamu bimbang tidak dapat berlaku adil (di antara isteri-isteri
kamu), maka (kahwinlah dengan) seorang sahaja, atau (pakailah) hamba-hamba
perempuan yang kaumiliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat (untuk
mencegah) supaya kamu tidak melakukan kezaliman.” (QS an-Nisaa’:3)
Syarat poligami menurut islam yang selanjutnya yakni suami harus bisa berlaku
adil terhadap istri-istrinya. Adil disini meliputi banyak hal, termasuk dalam
nafkah lahir dan batin. Apabila suami membelikan istri pertama rumah, maka
istri kedua juga harus dibelikan rumah. Dalam memberikan rasa kasih sayang
(termasuk kebutuhan seksual) kadarnya harus sama.
Terkadang ketika seorang pria memiliki banyak istri dan keturunan, mereka
lantas melupakan ibadahnya. Mereka terlalu sibuk bekerja menafkahi keluarga.
Terlalu sibuk bersenang-senang dengan istri dan anak-anaknya, kemudian
saling berbangga diri hingga melalaikan Allah Ta’ala. Seolah-seolah mereka
hidup di dunia selamanya. Berhati-hatilah. Jangan sampai kenikmatan dunia
melupakanmu dari akhirat. Allah subhanahu wa taala berfirman:
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu
melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barang siapa yang membuat demikian
maka mereka itulah orang-orang yang rugi.” (QS. Al-Munafiqun: 9)
“Wahai orang-orang yang beriman, jagalah diri-diri kalian dan keluarga kalian
dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu.” (At-Tahrim: 6)