Anda di halaman 1dari 13

KATA PENGANTAR

Pertama sekali penulis mengucapkan puji syukur kehadirat Allah Swt, yang hanya dengan limpahan rahmat, taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Kepada junjungan Nabi Besar Muhammad Saw, Semoga beliau memberikan syafaatnya kepada kita umat Islam seluruhnya. Amin

Pada kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk memenuhi tugas dalam mata kuliah Perkawinan, talak, dan rujuk dalam penulisan ini, penulis banyak mengalami rintangan sehingga penulisan ini jauh dari kesempurnaan. Hal itu karena masih sedikit sekali pengetahuan yang penulis dimiliki. Akan tetapi, atas bimbingan, dukungan, dan saran dari Dosen dan teman-teman akhirnya makalah ini dapat di selesaikan dengan baik.

Demikianlah yang dapat kami sampaikan, penulis berharap saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan makalah ini pada masa yang akan datang dan semoga makalah ini memberikan hikmah yang sempurna.

Batam, 21 Desember 2013

Penyusun

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Talak ialah melepaskan ikatan nikah dari pihak suami dengan mengucapkan lafazh yang tertentu, misalnya suami berkata kepada istrinya. Pada dasarnya talak hukumnya boleh, tetapi sangat dibenci menurut pandangan syara. Ucapan untuk mentalak istri ada dua yaitu ucapan sharih, yaitu ucapan yang tegas maksudnya untuk mentalak, dan ucapan yang kinayah yaitu ucapan yang tidak jelas maksudnya.

1.2 Pembahasan 1. 2. 3. 4. 5. 6. Talak Macam- Macam Talak Jumlah Talak Yang Berhak Menjatuhkan Talak Wanita yang dapat di talak Wanita yang tidak dapat di talak

1.3 Tujuan Pembahasan Adapun tujuan pembahasan dalam makalah ini adalah memberikan penjelasan tentang 1. Talak 2. Macam- Macam Talak 3. Jumlah Talak 4. Yang Berhak Menjatuhkan Talak 5. Wanita yang dapat di talak 6. Wanita yang tidak dapat di talak

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Talak Talak di ambil dari kata itlak artinya melepaskan atau meninggalkan. 1Talak menurut bahasa adalah membuka ikatan, baik ikatan nyata seperti ikatan kuda atau ikatan tawanan atau pun ikatan manawi seperti nikah. A. Pengertian Talak

Talak menurut istilah adalah menghilangkan ikatan pernikahan atau menguranggi pelepasan ikatan dengan mengunakan kata-kata tertentu 2Talak menurut syara ialah melepaskan taali perkawinan dan mengakhiri tali pernikahan suami istri 3. Langgengnya kehidupan dalam ikatan perkawinan merupakan suatu tujuan yang di utamakan dalam iman. Akad nikah di adakan untuk selamanya dan seterusnya agar suami istri bersama-sama dapat mewujudkan rumah tangga sebagai tempat berlindung. Oleh karna itu dapat di katakana bahwa ikatan antara suami istri adalah ikatan yang paling suci dan kokoh dan tempaat mencurahkan kasih sayang dan dapat memelihara anak-anaknya sehingga mereka tumbuh dengan baik.

Begitu kuat dan kokohnya hubungan antara suami istri maka tidak sepantasnya apabila hubungan tersebut di rusak dan di sepelekan, setiap usaha untuk menyepelekan hubungan pernikahan dan melemahkannya sangat dibenci oleh Islam karna ia merusak kebaikan dan menghilangkan kemaslahatan antara suami istri. Sebuah hadist menjelaskan bahwa meskipun talak itu halal tetapi sesumgguhnya perbuatan itu di benci oleh Allah SWT.

Rasullullah SAW bersabda Artinya : dari Ibnu Umar, bahwa Rasullullah SAW. Bersabda: perbuatan halal yang di benci oleh Allah adalah talak4 Siapapun yang merusak hubungan antara suami istri dia tidak mempunyai tempat terhormat dalam islam. Demikian dijelaskan dalam sebuah hadist Nabi Saw Artinya: Rasulullah SAW bersabda bukan dari golongan kami seseorang yang merusak hubungan seseorang perempuan dari suaminya5

B.

Macam-Macam Talak Secara garis besar ditinjau dari segi boleh atau tidaknya rujuk kembali, talak dibagi menjadi 2 macam yaitu: Talak Raji Talak Bain

1. 2.

1. Talak RajI yaitu talak dimana suami masih mempunyai hak untuk merujuk kembali istrinya. Setelah itu di jatuhkan lafal-lafal tertentu dan istri benar benar sudah di gauli Jelasnya talak RajI adalah talak yang dijatukan suami kepada istrinya sebagai talak atau talak dua .Allah berfirman dalam (surat al-baqarah 228) Yang atinya: Istri-istri yang di talak, hendaklah memelihara dirinya selama 3Quru. Mereka tidak halal menyembunyikan apa yang telah diciptakan Allah dala kandungan rahim mereka. Jika mereka beriman kepada Allah dan hari kiamat dan bekas suami mereka lebih berhak kembali kepadanya dalam massa iddah itu jika mereka para suami itu menghendaki ishlah (surat Al_baqarah :228) Yang termasuk dalam kategori talak RajI adalah sebagai berikut: a. Talak mati, tidak hamil Artinya : orang-orang yang meninggalkan dunia di antaramu dengan meninggalkan istri-istri (hendaklah para istri itu ) menangguhkan dirinya6 (Al-baqarah: 234) b. Talak hidup dan hamil Artinya : dan perempuan_perempuan yang hamil, waktu iddah mereka iyu adalah sampai mereka mereka melahirkan kandungannya (Qs At-talaq) 7 c. Talak mati dan hamil d. Talak hidup dan talak hamil e. Talak hidup dan belum haid atau pun haid 2. Talak Bain Apabila istri bersetatus talak bain, maka suami tidak boleh rujuk kepadanya, suami boleh melaksanakan akad nikah baru kepada bekas istrinya itu dan membayar mahar baru dengan mengunakan rukun dan syarat yang baru pula. 8 Fuqoha sependapat bahwa talak bain terjadi karena belum terdapatnya pe rgaulan suami

istri karena adanya bilangan talak tertentu karena adanya penerimaan ganti pada khulu.9 Talak bain ada dua macam yaitu talak bain sughra dan talak baiin kubra : a. Talak bain sughra yaitu talak yang terjadi kurang dari tiga kali kedua nnya tidak hak rujuk dalam massa iddah, akan taetapi boleh dan bisa menikah kembali dengan akad nikah yang baru. Talak bain sughra begitu di ucapkan dapat memutuskan hubungan suami istri. Karena ikatan perkawinannya telah putus maka istrinya kembali menjadi orang asing bagi suaminya. Oleh karena itu, ia tidak boleh bersenang-senang dengan perempuan itu apalagi sampai mengaulinya dan jika salah satunya meninggal sebelum atau masi iddah, maka yang lain tak mendapat memperoleh warisannya. Akan tetapi, pihak perempuan masih behak atas sisa pembayaran mahar yang tidak di berikan secara kontan, sebelum di talak atau sebelum suami meninggal sesuai yang telah dijanjikan . Mantan suami boleh atau berhak kepada kembali kepada, mantan istri yang telah ditalak bain su ghraadalah akad nikah dan mahar baru. Selama ia belum menikah dengan laki-laki lain.10 Adapun yang termasuk kedalam bagian talakbain sughra adalah 1. 2. 3. Talak karena fasakh yang di jatukan oleh hakim di pengadilan agama Talak pakai iwad (ganti rugi) atau talak tebus berupa khuluk Talak karena belum dikumpuli11 Talak bain kubra Talak bain kubra yaitu talak yang terjadi sampai 3x penuh dan tidak ada rujuk dalam massa iddah maupun dalam nikah baru, kecuali kalau bekas istrinya telah nikah lagi dengan orang lain dan telah berkumpul sebagai sua,I istri secara nyata dan sah

b.

Artinya: kemudian jika suami mentalaknya, sesudah talaknya yang ke dua maka perempuan itu tidak hallal baginya sampai dia kawin dengan suaminya yang lain12 (QS. Al-baqarah :230)

Yang ter,masuk talak kubra adalah sebagai berikut: 1. Talak lian Talak lian yaitu talak yang terjadi karena suaminya menuduh istrinya berbuaat zina atau suaminya tidak mengakui anak yang ikandung oleh istrinya kemudian suaminya bersumpah sampai lima kali dalam hal ini tidak hak untuk rujuk dan menikahinya lagi 2. Talak tiga Bagi istri yang ditalak 3X, tidak ada rujuk untuk massa iddah. Mantan suami bisa kembali dengan pernikahan baru apabila; a. b. c. Mantan istri telah menikah lagi dengan laki-laki lain Telah digauli dengan suami yang kedua (suami baru) Sudah dicerai suami yang kedua

d. Telah habis masa iddahnya 3. Talak Sunni dan Talak Bidy Fuqoha sepakat membolehkan seorang suami menjatuhkan talak sunni terhadddap istrinya yaitu apabila ia menjatuhkan talak satu kepada istrinya ketika dalam keadaan suci dan belum di gauli. Apabila suami yang menjatuhkan talak ketika istri dalam keadaan haid atau suci tapi sudah di gauli maka termasuk talak bidy. Jika talak sunni adalah talak yang di jatuhkan ketika istri telah sucidari haidnya dan belum di campuri sejak saat berhenti dari haid ini, maka ia telah masuk kedalam iddahnya dan pada saat ini suami boleh.

Allah SWT berfirman Artinya : Hai Nabi, apabila kamu menceraikan isteri-isterimu Maka hendaklah kamu ceraikan mereka pada waktu mereka dapat (menghadapi) iddahnya (yang wajar) dan hitunglah waktu iddah itu serta bertakwalah kepada Allah Tuhanmu ( Q.S AT Thalaaq : 1 )13 Sedangkan talak bidy yaitu talak yang dijatuhkan ketika sedang haid atau nifas atau dalam keadaan suci tapi sudah di campuri kembali. Kesepakatan tersebut berdasarkan pada hadis Nabi SAW yang diceritakan oleh Ibnu Umar r.a

Talak ditinjau dari segi waktu menjatuhkan talak: a. Talak Sunni

Talak sunni adalah talak yang terjadi manakala seorang suami mentalak istri yang telah dicampurinya dengan sekali talak, yang dia jatuhkan ketika istrinya dalam keadaan suci dari haidh dan pada masa itu dia belum mencampurinya. Jadi, suami menjatuhkan talak ketika istrinya dalam keadaan suci dari haidh dan belum pernah dicampuri sejak masa haidh terakhir istrinya berakhir. Allah Taala berfirman, Talak (yang dapat dirujuk) itu dua kali. (Setelah itu suami dapat) menahan dengan baik, atau melepaskan dengan baik (Qs. Al-Baqarah: 229) Wahai Nabi! Apabila kamu menceraikan istri-istrimu maka hendaklah kamu ceraikan mereka pada waktu mereka dapat (menghadapi) iddahnya (yang wajar) (Qs. Ath-Thalaq: 1) Nabi shallallahu alaihi wa sallam telah menafsirkan ayat ini, yaitu tatkala Ibnu Umarradhiyallahu anhuma mentalak istrinya dalam keadaan haidh. Kemudian Umar bin Al-Khaththab radhiyallahu anhu menanyakan hal tersebut kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, maka beliau bersabda,

. Perintahkan agar ia kembali kepada (istri)nya, kemudian menahannya hingga masa suci, lalu masa haidh dan suci lagi. Setelah itu bila ia menghendaki ia boleh tetap menahannya menjadi istri atau bila ia menghendaki ia boleh menceraikannya sebelum bersetubuh dengannya. Itu adalah masa iddah yang diperintahkan Allah untuk menceraikan istri. [Hadits shahih. Riwayat Bukhari (no. 5332), Muslim (no. 1471), Abu Dawud dalam "Aunul Ma"bud (VI/227 no. 2165) dan An-Nasa"i (VI/138)]

b.

Talak Bidi

Talak bidi ialah talak yang dijatuhkan pada waktu dan jumlah yang tidak tepat. Talak bidI merupakan talak yang dilakukan bukan menurut petunjuk syariah, baik mengenai waktunya maupun cara-cara menjatuhkannya. Dari segi waktu, ialah talak terhadap istri yang sudah dicampuri pada waktu ia bersih atau terhadap istri yang sedang haid. Dari segi jumlah talak, ialah tiga talak yang dijatuhkan sekaligus. Ulama sepakat bahwa talak bidi, dari segi jumlah talak, ialah tiga sekaligus, mereka juga sepakat bahwa talak bidi itu haram dan melakukannya berdosa. Talak bidI antara lain: 1) Talak yang dijatuhkan terhadap istri pada waktu istri tersebut haid

(menstruasi). 2) Talak yang dijatuhkan terhadap istri pada waktu istri dalam keadaan

suci, tetapi sudah pernah dikumpuli suaminya ketika dia dalam keadaan suci tersebut. Firman Allah Swt. dalam surat Al-Talak ayat 1 berkenaan dengan hal di atas yang artinya: Wahai Nabi apabila kamu menceraikan istri-istri, maka ceraikanlah dalam keadaan idah. Para ulama berbeda pendapat tentang jatuh tidaknya talak bidI itu, yaitu : 1) Pendapat mazhab Abu Hanifah, Imam Syafii, Imam Maliki, dan Imam Hambali menyatakan bahwa talak bidI walaupun talaknya haram, tetapi hukumnya adalah sah dan talaknya jatuh. Namun sunnah untuk merujuknya lagi.pendapat ini adalah pendapat Imam Abu Hanifah dan Syafii. adapun menurut Imam Maliki hukum merujuknya justru wajib. 2) Segolongan ulama yang lain berpendapat bahwa tidak sah, mereka menolak memasukkan talak bidah dalam pengertian talak pada umumnya, karena talak bidah bukan talak yang diizinkan oleh Allah Swt., bahkan diperintahkan oleh Allah Swt. untuk meninggalkannya.

Menurut Ibnu Taimiyah, Ibnu Qoyim, dan Ibnu Hazm, talak bidah adalah talak haram. Talak yang haram adalah talak yang tidak sah dan tidak jatuh, karena termasuk talak yang tidak sesuai dengan sunnah Rasulullah.

Pendapat yang telah dikemukakan oleh Peunoh Daly tersebut adalah tepat, bahwa apabila dianggap sah talak pada waktu istri haid atau pada waktu suci dari haid namu telah dicampuri, maka hal itu terdapat adanya unsure penganiayaan. Maka, dapat dipahami perintah Rasulallah kepada Ibnu Umar yang mentalak istrinya yang sedang haid agar ia rujuk kyang berarti menambah lebih panjang masa idahnya, ini adalah suatu penganiayaan.

c.

Talak la sunni wala bidi

Talak ditinjau dari segi lafaz atau kata-kata yang digunakan untuk menjatuhkan talak a. b. Talak Sharih Talak Kinayah atau kiasan

2.2

Bilangan Talak

Orang yang merdeka berhak mentalak istrinya dari satu sampai tiga kali talak. Talak satu atau dua boleh rujuk kembali sebelum habis masa iddahnya dan boleh kawin kembali sesudah iddah.

Ketika seorang suami menjatuhkan talaq satu atau pada istrinya, maka suami masih bisa untuk rujuk lagi dengan istrinya selama masa iddahnya belum habis. Apabila masa iddahnya telah habis, diperbolehkan bagi suaminya untuk menikahi mantan istrinya tersebut dengan melaksanakan akad nikah baru, dengan ketentuan bahwa suami tinggal memiliki sisa talaq dari talaq sebelumnya, maksudnya jika sebelumnya ia menceraikan istrinya dengan talaq satu, maka ia masih memiliki dua talaq, dan bila ia menceraikan istrinya dengan dua talaq, maka ia tinggal memiliki satu talaq lagi.

Ketentuan bahwa suami tinggal memiliki sisa dari talaq yang telah dijatuhkan sebelumnya tersebut berlaku bagi suami baik ia menikahi mantan istrinya setelah masa iddahnya habis dan belum dinikahi laki-laki lain atau setelah istrinya dinikahi oleh orang lain. Sebab keberadaan suami baru bagi mantan istrinya tidak mempengaruhi jatah talaq suami pertama sebelum ia menuntaskan bilangan talaqnya.

Hukum diatas berdasarkan fatwa Umar bin Khoththob sebagaimana diriwayatkan oleh Abu Hurairoh rodhiyAllahu "anhuma ; : "Aku bertanya pa Umar mengenai seorang lelaki dari Bahroin yang menceraikan istrinya dengan satu atau dua talaq, Kemudian mantan istrinya menikah lagi, namun akhirnya bercerai. Lalu suami yang pertama menikahinya lagi, berapakah (jatah talaq) wanita tersebut bagi suaminya ?", beliau menjawab : "Wanita tersebut memiliki sisa talaq (suami yang pertama)".
16

2.3

Wanita yang dapat di talak dan haram untuk ditalak

a. Wanita yang dapat ditalak Ketika suami berhajat atau mempunyai alasan untuk menalak istrinya. Seperti karena suami tidak mencintai istrinya, atau karena perangai dan kelakuan yang buruk yang ada pada istri sementara suami tidak sanggup bershabar kemudian menceraikannya. Namun bershabar lebih baik . Di jatuhkan oleh suami demi kemaslahatan istrinya serta mencegah kemudharatan jika tetap bersama dengan dirinya, meskipun

sesungguhnya suaminya masih mencintainya. Seperti sang istri tidak mencintai suaminya, tidak bisa hidup dengannya dan merasa khawatir tidak bisa menjalankan tugasnya sebagai seorang istri. Talak yang dilakukan suami pada keadaan seperti ini terhitung sebagai kebaikan

terhadap

istri.

Hal

ini

termasuk

dalam

keumuman

firman

Allah subhaanahu wataala : Dan berbuat baiklah, karena Sesungguhnya Allah menyukai orang orang yang berbuat baik. (Qs. Al Baqarah :195) Bagi suami yang meng-ila istrinya (bersumpah tidak akan menggauli istrinya, -ed.) setelah masa penangguhannya selama empat bulan telah habis, bilamana ia enggan kembali kepada istrinya. Hakim berwenang memaksanya untuk menalak istrinya pada keadaan ini atau hakim yang menjatuhkan talak tersebut. (Silahkan lihat Taudiihul Ahkam : 5/488, Al-Mulakhos Al-Fiqhiy, hlm. 410, Fiqih Muyyasar, hlm. 306)

b. Wanita yang haram untuk di talak Talak yang hukumnya haram yaitu ketika di jatuhkan tidak sesuai petunjuk syari. Yaitu suami menjatuhkan talak dalam keadaan yang dilarang dalam agama kita. dan terjadi pada dua keadaan:

Pertama : Suami menjatuhkan talak ketika istri sedang dalam keadaan haid Kedua : Suami menjatuhkan talak kepada istri pada saat suci setelah digauli tanpa diketahui hamil/tidak.

MASA 'IDDAH WANITA YANG DITALAQ SAAT HAMIL

Markaz al Fatwa didalam fatwanya No. 8018 menyebutkan bahwa sesungguhnya IDDAH seorang wanita hamil berlangsung hingga ia MELAHIRKAN kandungannya itu.

Demikian kesepakatan para fuqaha berdasarkan firman Allah Subhanahu Wa Ta'ala, yang artinya : "Dan perempuan-perempuan yang hamil, waktu iddah mereka itu ialah sampai mereka melahirkan kandungannya" (QS. Ath-Thalaq :4) Seorang wanita yang ditalak suaminya disaat hamil maka tidak boleh menikah dengan lelaki lain hingga masa iddahnya berakhir, yaitu hingga ia

melahirkan kandungannya. Jika terjadi pernikahan di masa iddahnya maka pernikahannya dianggap batal dan mereka berdua harus dipisahkan. Dan jika keduanya ingin melanjutkan hubungannya maka haruslah dilakukan setelah masa iddah wanita tersebut berakhir yaitu melahirkan kandungannya dengan akad nikah yang baru.

Karena seorang wanita yang hamil tidaklah berakhir 'iddahnya kecuali dengan melahirkan kandungannya dan menikahi wanita yang sedang dalam masa iddah adalah haram menurut ijma' ulama.

- TALAQ SAAT NIFAS

Semua ulama fiqih sepakat bahwa ketika diceraikan, perempuan itu harus suci dari haid dan nifas. Dalam hal ini tidak ada perbedaan pendapat.

Talak yang dilarang adalah talak sebagaimana yang disebutkan dalam hadits, yaitu talak ketika haid atau nifas. Selama wanita sedang haid atau nifas maka tidak boleh seorang suami yang muslim mentalaknya.

Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda, yang artinya : "Silahkan talak istrimu, dalam kondisi suci atau ketika sedang hamil" (HR. Ahmad dan Muslim)

Abu az-Zubair ditanya tentang seorang laki-laki yang menceraikan istrinya dalam masa haid. la menjawab, Abdullah bin 'Umar ra. menceraikan istrinya dalam masa haid pada zaman Rasulullah. 'Umar ra. memberitahukan kepada Rasulullah, Abdullah bin 'Umar menceraikan istrinya dalam masa haid. Rasulullah menjawab, Hendaklah ia kembali kepada istrinya. la

mengembalikannya kepadaku dan berkata, Jika ia telah suci, maka ceraikanlah ia atau tahanlah. 'Umar berkata, Rasulullah membaca ayat, "Hai Nabi, apabila kamu menceraikan istri-istrimu maka hendaklah kamu ceraikan mereka pada waktu mereka dapat (menghadapi) iddahnya (yang wajar)" (QS. Ath- Thalaq 65 : 1) Karena itu, talak yang dijatuhkan pada saat isteri

menjalani nifas, talak tidak jatuh dan tidak sah. Sehingga keadaannya tetap seperti sediakala sebagai suami isteri.

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan dalam makalah ini adalah: 1. Talak menurut bahasa adalah membuka ikatan, baik ikatan nyata seperti ikatan kuda atau ikatan tawanan atau pun ikatan manawi seperti nikah. 2. Talak menurut syara ialah melepaskan taali perkawinan dan mengakhiri tali pernikahan suami istri. 3. Talak yang dijatuhkan oleh suami dianggap sah apabila memenuhi syarat-syarat sebagai berikut: orang yang menjatuhkan talak itu sudah mukallaf balig, dan berakal sehat dan talak itu hendaknya dilakukan atas kemauan 4. Iddah berasal dari kata Adad yang artinya menghitung maksudnya adalah perempuan menghitung hari-harinya dan masa bersihnya. Menurut istilah agama yaitu lamanya perempuan (Istri) menunggu tidak boleh kawin setelah kematian suaminya atau setelah berpisah dengan suaminya.

3.2

Saran Didalam kehidupan kita sering kita mendengar kata talak dan iddah serta yang berkaitan tentang itu, tetapi kebanyakan kita tidak mengetahui secara benar apa yang dimaksud dengan talak, iddah dan rujuk. Untuk itu kami menyusun makalah ini agar dapat memberikan pelajaran tentang talak dan iddah supaya pemahami dan pengetahuan dapat bertambah.

Anda mungkin juga menyukai