Anda di halaman 1dari 12

ARTIKEL TENTANG TALAK

A. PENGERTIAN TALAK
Talak dalam bahasa Indonesia diartikan perceraian yang artinya terputusnya tali
perkawinaan yang sah akibat ucapan cerai suami terhadap istrinya. Maksudnya adalah
perceraian karena talak adalah seorang suami yang menceraikan isterinya dengan
menggunakan kata-kata cerai atau talak atau kalimat lain yang mengandung arti dan maksud
menceraikan isterinya, apakah talak yang diucapkan itu talak satu, dua atau tiga dan apakah
ucapan talak itu diucapkan talak dua atau tiga sekaligus pada satu kejadian atau peristiwa,
waktu dan tempat yang berbeda.Para ahli hukum Islam (fukaha) berpendapat bahwa bila
seseorang mengucapkan kata-kata talak atau semisalnya terhadap isterinya maka talaknya
dianggap sah dan haram hukumnya bagi keduanya melakukan hubungan biologis sebelum
melakukan rujuk atau ketentuan hukum lain yang membolehkan mereka bersatu sebagai suami
isteri.Para fukaha berbeda pendapat tentang kata-kata talak atau semisalnya yang diucapkan
oleh suami kepada isteri dalam kondisi sadar atau tidak misalnya suami dalam kondisi mabuk,
atau karena suami dalam kondisi tidak tenang atau ketika dalam kondisi marah yang dipicu
adanya pertengkaran yang dapat menghilangkan keseimbangan jiwa suami atau karena dalam
kondisi dipaksa.
Abdul Aziz Dahlan et.al dalam buku Ensiklopedi Hukum Islam menjelaskan bahwa
talak dalam bahasa arab artinya melepaskan dan meninggalkan suatu ikatan. Dalam istilah
hukum talak adalah perceraian antara suami isteri atas kehendak suami ( Abdul Aziz
Dahlan et.al 1996:1776 ).
Sayyid Sabiq dalam Fiqh as Sunnah memberi definisi bahwa talak dalam terminology
bahasa adalah al-irsalu wa al-taraku artinya melepaskan dan meninggalkan. Sedangkan
menurut istilah hukum talak adalah hillu rabithatin al zuwaj artinya melepaskan ( ikatan )
tali perkawinan. ( Sayyid Sabiq 1975:241)
Dalam Undang-undang Nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan (UU No.1/1974) dan
Peraturan Pemerintah Nomor. 9 Tahun 1975( PP.No 9/1975 ) tentang Pelaksanaan UU
No.1/1975 dalam pengertian umum tidak terdapat definisi talak, kecuali definisi talak dapat
dilihat pada pasal 117 Kompilasi Hukum Islam ( KHI ) yang berbunyi sebagai berikut :
Talak adalah ikrar suami di hadapan sidang Pengadilan Agama yang menjadi salah satu sebab
putusnya perkawinan, dengan cara sebagaimana dimaksud dalam pasal 129,130 dan 131
Bunyi pasal 129 KHI berbunyi sebagai berikut :
Seorang suami yang akan menjatuhkan talak kepada isterinya mengajukan permohonan baik
lisan maupun tertulis kepada Pengadilan Agama yang mewilayahi tempat tinggal isteri dengan
alasan serta meminta agar diadakan sidang untuk keperluan itu

B.

HUKUM TALAK
Ulama fikih ( fukaha) berpendapat bahwa talak dibagi kepada dua macam yaitu :

a. Wajib. Apabila terjadi peselisihan antara suami istri, sedangkan dua hakim yang mengurus
perkara keduanya sudah memandang perlu supaya keduanya bercerai
b.

Talak sunni, adalah talak yang dijatuhkan suami sesuai dengan petunjuk yang disyariatkan
Islam, yaitu :

1) Menalak isteri harus secara bertahap (dimulai dengan talak satu, dua dan tiga) dan diselingi
rujuk.
2) Isteri yang ditalak itu dalam keadaan suci dan belum digauli dan Isteri tersebut telah nyatanyata dalam keadaan hamil.
3.

Talak bidi adalah talak yang dijatuhkan suami melalui cara-cara yang tidak diakui
syariat islam yaitu:
1)

Menalak isteri dengan tiga kali talak sekaligus,

2)

Menalak isteri dalam keadaan haidh,

3)

Menalak isteri dalam keadaan nifas, dan Menjatuhkan talak isteri dalam keadaan suci

tetapi telah digauli sebelumnya, padahal kehamilannya belum jelas.


4.

Makruh. Yaitu Hukum Asal dari talak itu sendiri


Ulama fikih juga sepakat menyatakan bahwa menjatuhkan talak bidi hukumnya haram
dan pelakunya mendapat dosa. Akan tetapi apabila terjadi juga seperti tersebut di atas, maka
jumhur mengatakan talaknya tetap jatuh. Alasan mereka adalah talak bidi itupun termasuk
dalam keumuman ayat-ayat yang berbicara tentang talak, seperti surah al- Baqarah ayat 229230, at-Talak ayat 1-2, dan hadits Nabi SAW dalam kasus Abdullah bin Umar yang
menjatuhkan talak terhadap isterinya yang sedang haid. Rasulullah bersabda Suruh dia
kembali pada isterinya sampai ia suci, kemudian suci, lalu suci lagi setelah itu jika ia ingin
menceraikan isterinya itu, dan jika ingin menalak juga lakukanlah ketika itu (ketika suci
belum digauli ( H.R. Muslim, Abu Dawud , Ibnu Majash dan an Nasai ) ( Abdul Azizi
Dahlam et.al 1996:1783)Pengertian Talak Dalam Hukum Positif.
C. LAFADZ TALAK
Kalimat yang dipakai atau yang disahkan Ulama ada 2 macam yaitu

1.

Sarih ( Terang ) yaitu kalimat yang tidak ragu-ragu lagi bahwa yang dimaksud adalah
memutuskan tali perkawinan seperti kata sis suami Kamu Tertalak atau Saya Ceraikan
Kamu Kalimat tersebut tidak perlu dengan Niat. Jadi apabila contoh kalimat tersebut
dilafazkan oleh suami terhadap istrinya Niat atau tidak berniat maka keduanya harus bercerari
kecuali kalimat tersebut berupa HIKAYAT

2.

Kinayah (sindiran) yaitu kalimat yang masih ragu-ragu seperti kata suami pulanglah engkau
kerumah keluargamu atau pergi dari sini dsb. Kalimat sindiran ini tergantung Niat si suami,
kalu kalimat tersebut diniatkan utuk talak maka kuduanya harus bercerai.
2

D. BILANGAN TALAK
Setiap orang berhak menalak istrinya dari talak satu sampai dengan tiga. Talak satu,dua
masih bias untuk Rujuk sebelum habis masa Iddahnya dan boleh menikah lagi kalu masa
Iddahnya sudah habis tampa harus si perempuan menikah dengan orang lain dulu.
Sebagaimana Firman Allah
Talak (yang dapat dirujuk) Dua kali. Setelah itu boleh rujuk lagi dengan cara yang maruf
atau menceraikan dengan cara yang baik (Al-Baqaroh :229
Adapun talak tiga tidak boleh rujuk atau kawin kembali kecuali apabila si perepuan
telah menikah dengan orang lain dan telah di talak pula oleh suami yang kudua itu.
Sebagaimana Firman Allah:
Kemudian jika suami yang lain itu menceraikannya, maka tidak ada dosa bagi keduanya
(bekas suami pertama dan istri) untuk menikah kembali jika keduanya akan dapat
menjalankan hukum-hukum Allah (Al-Baqaroh : 230)
Jadi si perempuan yang sudah ditalak oleh suaminya talak tiga boleh menikah kembali
kepada suaminya apabila si istri menikah dengan yang lain dan sudah dicampuri suami
keduanya dan ditalak serta masa Iddahnya sudah habis dari talak suami yang kedua. Akan
tetapi perlu di ingat pernikahan tersebut benar-benar kehendak suami yang kedua dan
kesukaan istri terhadap suami yang kedua bukan karena kehendak suami yang pertama dan
perbuatan ini tidak diperbolehkan oleh Agama bahkan dimurkai oleh Allah dan Rasulnya
Adapun kalimat/cara talak tiga yang di sahkan oleh Ulama yaitu
1.

Menjatuhkan talak tiga pada masa yang berlainan contoh suami menalak istrinya yang
pertama kemudian rujuk, setelah itu suami kembali menalak istrinya yang kedua kemiad rujuk
lagi, kemudian si suami kembali menalak istrinya yang ketiga.

2.

Seorang suami menalak istrinya lalu menikahnya setelah masa iddahnya habis, begitu juga
dengan talak yang kedua si suami menalak istrinya lalu menikahinya seterlah masa iddahnya
habis, kemudian ditalak lagi ketiga kalinya.
Dalam dua cara tersebut para ulama sepakat talak tersebut menjadi talak tiga, dan berlaku
hukum talak tiga yang sudah dijelaskan diatas.

3.

Suami menalak istrinya dengan kalimat saya talak kamu talak tiga atau saya talak kamu,
saya talak kamu, saya talak kamu
Cara yang ketiga ini para Ulama berbeda pendapat yaitu:

a. Jatuh talak tiga dan berlaku segala hokum talak tiga


b. Tidak jatuh sama sekali dengan alasan Talak tiga bukan perintah Rasulullh bahkan dilarang
oleh beliau, talak tiga di tolak berarti tidak sah,
c. Jatuh talak satu, dalam hal ini berlaku hokum talak satu. Seuai sabda Rasulullah yang artinya :
dari Ibnu Abbas : Sesungguhnya Rakanah telah menalak istrinya dengan talak tiga pada satu
waktu kemudia ia sangat merasa bersedih atas perceraian itu maka Nabi SAW bertanya
3

kepadanya bagaiman caramu menalaknya? jawab Rakanah Talak tida pada satu
waktu(sekaligus). Rasulullah SAW bersabda Sesungguhnya talak yang demikian itu adalah
talak satu, rujuklah kamu kepadanya. (HR. Ahmad dan Abu Yala dan disahkannya)
Talak 3.
Adalah talak yang dijatuhkan sesudah talak 2 atau bisa dengan 1x talak secara jelas spt "aku
talak kamu dengan talak 3, dan hukum talak 3 tsb sah.
Ketika jatuh talak 3 maka suami istri tidak bisa rujuk sebelum istri menjadi janda orang lain.
Catatan.
Talak yang diucapkan 3x atau bahkan lebih namun dalam 1 waktu tanpa ada kejelasan ucapan
talak 3 maka dianggap masih talak 1.
Misalkan suami mengatakan "aku ceraikan kamu, aku ceraikan kamu, aku ceraikan kamu"
walau 3x ucapan maka dianggap talak 1. Begitu juga ketika untuk waktu kedua memberi
talak.
Jika seorang suami yang belum pernah memberi talak lalu menjatuhkan talak 3 sekaligus,
namun setelah itu suami merasa menyesal dan ingin kembali maka dianggap talak tsb adalah
talak 1. Ada kisah dibalik ini pada jaman Rosulullah, namun aku tidak bisa menjelaskan
karena komentarku akan terlalu panjang, silahkan cari di google saja.
Talak oleh istri.
Istri tidak bisa memberi talak tanpa dasar hukum yang jelas, dalak hal ini istri minta
dipecahkan pada orang yang mengetahui seluk beluk perceraian serta bersikap adil dan
amanah.
Sebagaimana keterangan jika seorang suami memukul/menyakiti badan atau hati istri, tidak
memberi nafkah lahir dan bathin lalu istri tidak RIDHO maka bisa jatuh talak.
Pengertian memukul/menyakiti badan atau hati mempunyai arti tersendiri, tentunya hal tsb
jika diluar batas ketentuan dalam Islam.
Aturan rujuk istri.
Sebagaimana rujuk seorang suami maka begitu pula rujuk seorang istri.
# Perceraian melalui PA.
Statusku duda cerai lewat PA (Pengadilan Agama).
Ketika seseorang yang mengajukan gugatan cerai melalui PA maka akan mengikuti prosedur
yang berlaku.
Jika jatuh vonis hakim dengan mengabulkan gugatan cerai tsb maka jatuh talak 1.
Hal ini RANCU. Dengan kekuatan hukum negara yang ada maka akan ada kesenjangan atau
permasalahan yang timbul. Aku menemui hal ini beberapa kali sebelum aku bercerai.
Sepasang suami istri yang sudah bercerai atas vonis hakim namun dikemudian hari mereka
rujuk kembali biasanya akan mengalami masalah. Mereka harus mengajukan ke PA lagi
4

tentang rujuk tsb.


Dari sebagian orang yang aku ketahui mereka mengajukan gugatan cerai ke-2 namun tanpa
pernikahan resmi yang terjadi karena mereka rujuk dimasa idah hanya disaksikan tetangga.
Hal tsb ditolak PA karena tidak ada rujukan surat nikah baru yang tanggalnya sesuai dengan
tanggal sesudah keluar akta cerai.
Ada sepasang suami istri ingin rujuk kembali di akhir masa idah istri namun karena
tersandung birokrasi akhirnya ketika sampai di PA masa idahnya sudah habis maka hal tsb
juga ditolak oleh PA atas dasar masa idah sudah habis.
Aku lebih mengutamakan hukum Allah sesuai tuntunan Syariat yang ada dan terkesan
mengabaikan aturan negara karena menikah dan bercerai adalah pertanggungan jawab
langsung pada Allah, jika kita cerai sah menurut Allah namun kita berpatokan pada hukum
negara maka akan mempersulit diri.
Sebagai contoh jika seorang suami telah memberikan talak 3 secara dengan aturan yang ada
maka sah mereka bercerai dan hukum dari persetubuhan mereka adalah HARAM, namun
karena belum pernah mengajukan gugatan cerai ke PA maka sesuai prosedur mereka belum
bercerai. Dan dalam kondisi tsb putusan hakim tetap talak 1 yang tertera pada akta cerai. Ini
dialami oleh teman dekatku sendiri sewaktu di Kalimantan, karena kami perantauan yang
tidak punya waktu untuk mengurus perceraian yang memakan waktu sementara kami hidup
ditengah rimba yang jauh dari kota. Dengan mengikuti aturan negara dia merasa belum
bercerai, namun ketika dia curhat padaku maka aku jelaskan dan aku berikan rujukan pada
alim ulama untuk memperjelasnya. Kesimpulannya dia telah berzinah selama 6 bulan dengan
istrinya karena sah di mata Allah telah memberi talak 3 sebelumnya.
E. Hukum Talak Tiga Dalam Satu Lafazh (Talak Tiga Sekaligus)
Hadits Pertama:
:

,



).

, :
(
Dari Ibn Abbas, dia berkata, Pada masa Rasulullah SAW, Abu Bakar dan 2 tahun pertama
masa kekhilafahan Umar talak tiga (sekaligus dengan satu lafazh) terhitung satu kali talak.
Maka berkatalah Umar bin al-Khaththab, Orang-orang terlalu terburu-buru dalam urusan
(menalak tiga sekaligus dalam satu lafazh) mereka yang dulu masih ada tempo waktunya.
Andaikatan kami jalankan apa yang mereka lakukan dengan terburu-buru itu (bahwa talak tiga
dalam satu kata (lafazh) itu jatuh talak tiga) niscaya hal itu dapat mencegah dilakukannya
talak secara berturut-turut (seperti yang mereka lakukan itu). Lalu ia memberlakukan hal itu
terhadap mereka. (HR.Muslim)
Hadits Ke-dua:
5

:


: :
( ) .
Dari Mahmud bin Labid, ia berkata, saat Rasulullah SAW diberitahu mengenai seorang lakilaki yang menalak isterinya dengan talak tiga sekaligus, maka berdirilah ia dalam kondisi
marah, kemudian berkata, Apakah ia ingin bermain-main dengan Kitabullah padahal aku
masih ada di tengah kalian.? Ketika itu ada seorang laki-laki berdiri seraya berkata, Wahai
Rasulullah, bolehkah aku membunuhnya.? (HR.an-Nasaiy, dan para periwayatnya adalah
para periwayat Tsiqat)
Kualitas hadits kedua ini adalah shahih.
Hadits Ke-tiga:
: : :

. :
Dari Ibn Abbas, ia berkata, Abu Rukanah telah menalak Ummu Rukanah, lalu Rasulullah
SAW berkata kepadanya, Rujuklah isterimu itu. Lalu ia menjawab, Sudah aku talak tiga
ia. Beliau berkata, Aku sudah tahu, rujuklah ia. (HR.Abu Daud)
Dalam riwayat Ahmad terdapat teks:
Abu Rukanah menalak isterinya dengan talak tiga dalam satu majlis (sekaligus), maka ia pun
menyesali kejadian itu (bersedih atasnya), maka Rasulullah SAW bersabda kepadanya, Ia
hanya (terhitung) satu kali.
Tetapi dalam sanad ini terdapat Ibn Ishaq yang perlu diberi catatan.
Abu Daud meriwayatkan dari jalur lainnya dengan riwayat yang lebih baik:
Bahwa Abu Rukanah telah menalak isterinya, Suhaimah dengan pasti (sekaligus dan
langsung talak tiga-red), lalu ia memberitahu Nabi SAW mengenai hal itu, lantas beliau
berkata, Demi Allah, kamu tidak menginginkan kecuali hanya satu kali saja.? Maka,
Rasululullah SAW mengembalikan isterinya kepadanya.
PESAN-PESAN HADITS
1. Hadits pertama menginformasikan bahwa tiga kali talak dengan satu kalimat (lafazh) tidak
dihitung (dinilai) selain sebagai satu kali talak saja; jika ia bukan merupakan talak yang ketiga
(terakhir), maka masih boleh rujuk. Hadits ini merupakan rujukan inti bagi pendapat yang
mengatakan demikian.
2. Hadits ke-dua menunjukkan bahwa tiga kali talak yang tidak diiringi rujuk dan nikah
(langsung talak tiga sekaligus-red), maka ia merupakan talak bidah yang diharamkan.
3. Bahwa bermain-main dengan hukum-hukum Allah dan melanggar aturan-Nya termasuk
dosa besar sebab Nabi SAW tidak marah kecuali terhadap kemaksiatan yang besar.
4. Bermain-main dengan Kitabullah dan sunnah Rasul-Nya adalah haram sekali pun dilakukan
sepeninggal Rasulullah SAW. Beliau mengucapkan kata-kata seperti itu tidak lain karena
merasa aneh dengan sangat cepatnya perubahan yang melanda berbagai perkara.
6

5. Indikasi dua riwayat Abu Daud dan Ahmad pada hadits ketiga adalah sama dengan hadits
pertama dari sisi penilaian bahwa tiga kali talak itu terhitung satu kali talak saja dan bahwa
seorang suami yang menalak isterinya boleh rujuk kepada isterinya selama talak itu bukan
merupakan akhir dari angka talak yang masih dimilikinya (talak ini bukan terhitung yang
ketiga kalinya dari talak yang pernah dilakukannya).
6. Sementara riwayat kedua dari Abu Daud di atas menunjukkan bahwa talak tiga sekaligus
berlaku sesuai dengan niat orang yang menalak; jika ia meniatkan tiga, maka ia jadi tiga dan
jika ia meniatkan hanya satu, maka ia jadi satu, yang memungkinkan untuk rujuk.
7. Riwayat talak tiga sekaligus dalam hadits Rukanah merupakan dalil Jumhur bahwa tiga
talak itu merupakan ucapan talak Bain Bainuunah Kubro yang tidak bisa lagi dirujuk kecuali
setelah si isteri yang ditalak itu menikah lagi dengan laki-laki lain (lalu bercerai lagi-red.).
Perbedaan Pendapat Para Ulama
Para ulama berbeda pendapat mengenai orang yang menalak dengan talak tiga sekaligus atau
mengucapkannya dengan tanpa diselingi rujuk dan nikah.
Artinya, apakah talak tiga itu harus dikomitmeninya sehingga isterinya menjadi tidak halal
lagi baginya kecuali setelah ia menikah lagi dengan laki-laki lain (lalu bercerai) dan menjalani
masa iddah darinya? Atau kah ia hanya terhitung satu kali talak saja sehingga ia boleh rujuk
dengan isterinya selama masih dalam iddah, lalu setelah iddah ia melakukan aqad baru
sekali pun isterinya tersebut belum lagi menikah dengan laki-laki lain.?
Masalah ini menjadi ajang perdebatan panjang para ulama, bahkan gara-gara mengatakan
boleh rujuk (dengan talak tiga sekaligus karena mengganggapnya terhitung satu kali talak-red)
ada beberapa ulama yang disiksa, di antaranya Syaikhul Islam Ibn Taimiyyah dan para
pengikutnya.
Ringkasan Dari Perselisihan Dan Perdebatan Panjang Itu Adalah:
1. Jumhur Ulama, di antaranya empat imam madzhab, jumhur shahabat dan tabiin
berpendapat bahwa tiga talak dengan satu kata (lafazh) adalah berlaku bila seorang suami
berkata, Kamu saya talak (tiga kali)! dan semisalnya atau dengan beberapa kata (kamu saya
talak, kemudian mengatakan lagi, kamu saya talak, kemudian mengatakan lagi, kamu saya
talak) sekali pun sebelumnya belum terjadi rujuk dan nikah.
Dalil
a. Hadits Rukanah bin Abdullah bahwasanya ia telah menalak isterinya secara pasti (talak
tiga sekaligus), lalu ia memberitahukan hal itu kepada Nabi SAW, lantas beliau berkata,
Demi Allah, kamu tidak menginginkan kecuali hanya satu kali saja.?
Hadits ini dikeluarkan oleh asy-Syafii, Abu Daud, at-Turmudzy, Ibn Hibban (dia menilainya
shahih) dan al-Hakim.
Sisi Pendalilan
Di dalam hadits tersebut, Rasulullah meminta kepada suami yang menceraikan itu agar
bersumpah bahwa ia tidak menginginkan dari ucapannya putus (talak tiga) tersebut kecuali
7

hanya satu kali saja. Ini menandakan bahwa seandainya ia (suami) menghendaki lebih banyak
dari itu (lebih dari satu kali) niscaya terjadilah apa yang diinginkannya.
b. Amalan para shahabat, di antaranya Umar bin al-Khaththab RA yang menilai talak tiga
dalam satu kata (lafazh) berlaku tiga seperti yang diucapkan suami yang menalak. Tentunya,
mereka cukup sebagai panutan.
Selain dalil di atas, masih banyak lagi dalil yang dikemukakan pendapat ini namun apa yang
kami sebutkan tersebut merupakan dalil yang lebih jelas dan secara terang-terangan.
2. Sekelompok ulama berpendapat tiga talak dalam satu kata (lafazh), atau tiga talak dalam
beberapa kata yang tidak diiringi rujuk dan nikah, tidak jatuh kecuali hanya satu kali saja (satu
talak). Pendapat ini didukung oleh riwayat dari beberapa shahabat, tabiin dan para tokoh
madzhab. Dari kalangan shahabat terdapat Abu Musa al-Asyari, Ibnu Abbas, Ibn Masud,
Ali, Abdurrahman bin Auf dan az-Zubair bin al-Awwam. Dari kalangan tabiin terdapat
Thawus, Atha, Jabir bin Zaid dan mayoritas pengikut Ibn Abbas, Abdullah bin Musa dan
Muhammad bin Ishaq. Dan dari kalangan para tokoh madzhab terdapat Daud azh-Zhahiri dan
kebanyakan sahabatnya, sebagian sahabat Abu Hanifah, sebagian sahabat Imam Malik,
sebagian sahabat Imam Ahmad seperti al-Majd bin Abdussalam bin Taimiyyah yang
memfatwakan hal itu secara sembunyi-sembunyi dan cucunya, Syaikhul Islam, Ibn Taimiyyah
yang memfatwakannya secara terang-terangan dengan memfatwakannya di majlis-majlisnya
serta kebanyakan pengikutnya, di antaranya Ibn al-Qayyim yang membela mati-matian
pendapat ini di dalam kitabnya al-Hadyu dan Ighaatsah al-Lahafaan. Di dalam kedua kitabnya
tersebut, beliau memaparkannya secara panjang lebar, menukil berbagai nash-nash dan
membantah pendapat para penentangnya dengan bantahan yang cukup dan memuaskan.
Dalil
Dalil pendapat ini terdiri dari nash-nash dan qiyas.
Dari nash, di antaranya:
Hadits yang diriwayatkan Muslim, bahwasanya Abu ash-Shahba berkata kepada Ibn Abbas,
Tahukah kamu bahwa yang tiga itu dulu dijadikan satu talak saja pada masa Rasulullah SAW,
Abu Bakar dan permulaan masa Umar.? Ia menjawab, Ya. Di dalam lafazh yang lain,
dikembalikan kepada satu talak.?, ia mejawab, Ya.
Ini merupakan nash yang shahih dan sangat jelas sekali, tidak bisa ditakwil-takwil atau pun
dirubah.
Sedangkan dari Qiyas:
Mengumpulkan tiga sekaligus adalah diharamkan dan merupakan bidah sebab Nabi SAW
bersabda, Barangsiapa yang melakukan suatu amalan (dalam agama) yang bukan berasal dari
kami, maka ia tertolak. Jadi, menjatuhkan (talak) tiga sekaligus bukan termasuk perkara yang
berasal dari Rasulullah SAW sehingga ia tertolak.
Bantahan Terhadap Pendapat Pertama

Pendapat ke-dua ini membantah dalil-dalil pendapat pertama sbb:


Mengenai hadits Rukanah; di dalam sebagian lafazhnya terdapat, Ia menalaknya tiga kali.
Dan di dalam lafazh yang lain, Satu kali. Sementara di dalam riwayat lain lagi terdapat
lafazh, al-Battah. (putus). Oleh karena itu, al-Bukhari berkata mengenainya, Ia
hadits Muththarib. (merupakan jenis hadits Dlaif/lemah-red)
Imam Ahmad mengatakan, semua jalur periwayatannya lemah. Sebagian mereka (ulama)
mengatakan, di dalam sanadnya terdapat periwayat yang tidak dikenal (majhul), di dalamnya
terdapat orang yang lemah dan ditinggalkan (periwayatannya tidak digubris).
Syaikhul Islam, Ibn Taimiyyah berkata, Kualitas hadits Rukanah menurut para imam hadits,
lemah. Dinilai lemah oleh Ahmad, al-Bukhari, Abu Ubaid dan Ibn Hazm sebab para
periwayatnya bukanlah orang-orang yang dikenal sebagai orang-orang yang adil dan kuat
hafalannya (Dhabith).
Sedangkan hadits Aisyah RHA tidak tepat untuk dijadikan dasar berdalil sebab bisa jadi yang
dimaksud dengan tiga tersebut adalah urutan terakhir bagi seorang suami yang manalak, dari
tiga talak yang dimilikinya. Manakala ada kemungkinan seperti itu, maka berdalil dengannya
pun menjadi batal. Hadits itu masih bersifat global (mujmal) sehingga dapat diarahkan kepada
hadits Ibn Abbas yang sudah dijelaskan (mubayyan) sebagaimana yang berlaku dalam ilmu
ushul fiqih.
Adapun berdalil dengan amalan para shahabat, maka perlu dipertanyakan; siapa di antara
mereka yang patut dan lebih utama untuk diikuti?
Kami katakan: bahwa jumlah mereka itu (para shahabat) lebih dari ratusan ribu. Bilangan
orang yang banyak ini di mana orang nomor satu mereka adalah nabi mereka sendiri, yakni
Rasulullah SAW menilai tiga talak tersebut sebagai jatuh satu kali. Hingga akhir hayat
Rasulullah, kondisinya tetap seperti itu; khalifah beliau, Abu Bakar ash-Shiddiq RA
memberlakukan hal itu hingga wafat, lalu ia digantikan khalifah Umar RA. Di awal
pemerintahannya, kondisi tersebut pun masih berlaku sebagai yang berlaku pada masa
Rasulullah SAW. Setelah itu lah baru tiga talak itu dijadikan tiga seperti angkanya
sebagaimana telah kami jelaskan sebabnya.
Jadi, mayoritas shahabat yang wafat sebelum kekhalifahan Umar tetap menjalankan dan
memberlakukan tiga talak itu dianggap satu kali saja.
Dengan begitu, kita ketahui bahwa berdalil dengan amalan para shahabat RA telah dibatalkan
dengan semi ijma mereka (para shahabat) pada masa Abu Bakar ash-Shiddiq RA.
Tentunya, Umar bin al-Khaththab amat jauh dari melakukan suatu amalan yang bertentangan
dengan amalan yang pernah dilakukan pada masa Rasulullah SAW. Yang ia lakukan, bahwa ia
melihat banyak orang yang terburu-buru dan sering sekali melakukan talak tiga padahal ini
merupakan perbuatan bidah yang diharamkan. Karena itu, ia melihat perlunya memberikan
pelajaran atas ucapan mereka tersebut sekaligus sebagai sanksi atas dosa yang mereka
lakukan. Demikian pula, atas tindakan mereka yang sengaja ingin menyulitkan diri sendiri
9

padahal sudah mendapat kelapangan dan toleransi yang tinggi. Apa yang dilakukan Umar ini
semata adalah sebuah ijtihad layaknya ijtihad yang dilakukan para ulama tokoh di mana bisa
berbeda seiring dengan perbedaan zaman dan tidak akan tetap sebagai sebuah produk syariat
yang mengikat, yang tidak dapat berubah. Yang tetap dan mengikat itu hanya syariat pokok
dari masalah ini (masalah talak-red).
Syaikhul Islam, Ibn Taimiyyah RAH berkata, Jika ia (suami) menalaknya (isterinya) dengan
talak tiga dalam masa suci baik satu kata atau beberapa kata seperti Kamu ditalak, kamu
ditalak, kamu ditalak atau kamu ditalak kemudian berkata lagi, kamu ditalak, kemudian
berkata lagi, kamu ditalak, menurut para ulama baik Salaf mau pun khalaf terdapat tiga
pendapat dalam hal ini, baik wanita yang ditalak itu sudah disetubuhi mau pun belum:
Pertama, Bahwa hal itu merupakan talak yang dibolehkan dan mengikat; ini adalah pendapat
asy-Syafii dan Ahmad dalam satu riwayat lamanya (dipilih oleh al-Kharqy)
Ke-dua, Bahwa hal itu merupakan talak yang diharamkan dan mengikat; ini adalah pendapat
Malik, Abu Hanifah dan Ahmad (yang dipilih oleh kebanyakan sahabatnya). Pendapat ini juga
dinukil dari kebanyakan ulama Salaf dan Khalaf dari kalangan para shahabat dan Tabiin.
Ke-tiga, Bahwa ia merupakan talak yang diharamkan dan hanya berlaku satu kali talak saja;
ini pendapat yang dinukil dari sekelompok ulama Salaf dan Khalaf dari kalangan para
shahabat. Pendapat ini juga diambil kebanyakan Tabiin dan generasi setelah mereka. Juga,
merupakan pendapat sebagian sahabat Abu Hanifah, Malik dan Ahmad.
Tarjih

10

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari tulisan tersebut di atas maka dapat diambil suatu kesimpulan (konklusi ) bahwa:
1. Talak adalah perceraian yang dilakukan dan diucapkan oleh suami terhadap isterinya di
depan persidangan Pengadilan setelah Pengadilan memberi izin kepada suami (Pemohon)
2. Talak yang diucapkan di luar persidangan Pengadilan merupakan talak liar, keabsahannya
secara hukum tidak sah karena dianggap tidak pernah terjadi perceraian.
3. Perceraian/talak yang dijatuhkan atau diucapkan melalui putusan atau dalam sidang
Pengadilan dimaksudkan untuk membela hak kewajiban, status suami isteri secara
hukum, sekaligus memberi pendidikan hukum agar perceraian/talak tidak sewenangwenang dilakukan tanpa adanya proses, pembuktian-pembuktian.
4. Sebagai hakim muslim perlu memberi pengertian kepada pihak-pihak yang telah
menjatuhkan talak liar ditinjau secara hukum serta memberi solusi terhadap perkara yang
diajukan.
Talak sunni, adalah talak yang dijatuhkan suami sesuai dengan petunjuk yang disyariatkan
Islam, yaitu :
a. Menalak isteri harus secara bertahap (dimulai dengan talak satu, dua dan tiga) dan
diselingi rujuk.
b. Isteri yang ditalak itu dalam keadaan suci dan belum digauli dan c. Isteri tersebut telah
nyata-nyata dalam keadaan hamil.

DAFTAR PUSTAKA

11

a. Rasjid H. Sulaiaiman, Fiqih Islam, Sinar Baru Algensido Bandung 42 : 2009


b. Taqiuddin Muhammad, Kifayatul Akhyar ,2009
c. Hakim Abdul Hamid, Muainul Mubin, 2007

12

Anda mungkin juga menyukai