I. LANDASAN HUKUM
1. Al-Qur’an dan Sunnah
Dan laksanakanlah Sholat, tunaikanlah zakat, dan ruku’lah bersama orang yang ruku’
(Al-Baqarah 2 : 43)
Dan (ingatlah) ketika kami mengambil janji dari Bani Israil, “jangankalah kamu
menyembah selain Allah dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua, kerabat, anak-
anak yatim, dan orang-orang miskin. Dan bertutur katalah yang baik kepada manusia,
laksanakanlah sholat dan tunaikanlah zakat”. Tetapi kemudian kamu berpaling
(mengingkari) kecuali sebagian kecil dari kamu dan kamu (masih menjadi)
pembangkang, (Al-Baqarah 2 : 83)
Dan laksanakanlah sholat dan tunaikanlah zakat. Dan segala kebaikan yang kamu
kerjakan untuk dirimu, kamu akan mendapatkannya (pahala) disisi Allah. Sungguh
Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. (Al-Baqarah : 110)
Kebajikan itu bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan ke barat, tetapi
kebajikan itu ialah (kebajikan) orang yang beriman kepada Allah, hari akhir, malaikat-
malaikat, kitaab-kitab dan nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada
kerabat, anak yatim, orang-orang miskin, orang-orang yang dalam perjalanan
(musafir), peminta-minta, dan untuk memerdekakan hamba sahaya, dan melaksanakan
sholat dan menunaikan zakat, orang-orang yang menepati janji bila berjanji, dan orang
yang bersabar dalam kemelaratan, penderitaan, dan pada masa peperangan. Mereka
itulah orang-orang yang benar dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa. (Al-
Baqarah : 177)
1
Positioning Dana Sosial Islam Pada Lingkup Negara Dan Masyarakat Indonesia
bagi orang-orang yang bertakwa (mendapat pahala turut berperang) dan kamu tidak
akan di zalimi sedikitpun”. (An-Nisa’ : 77)
Tetapi orang-orang yang ilmunya mendalam diantara mereka, dan orang-orang yang
beriman, mereka beriman kepada (Al-Qur’an) yang diturunkan kepadamu
(Muhammad), dan kepada (kitab-kitab) yang diturunkan sebelummu, begitupula
mereka yang melaksanakan sholat dan menunaikan zakat dan beriman kepada Allah
dan hari kemudian. Kepada mereka akan Kami berikan pahala yang besar. (An-Nisa’ :
162)
Dan sungguh, Allah telah mengambil perjanjian dari Bani Israil dan kami telah
mengangkat dua belas orang pemimpin diantara mereka. Dan Allah berfirman, “Aku
bersamamu”. Sungguh jika kamu melaksanakan sholat dan menunaikan zakat serta
beriman kepada Rasul-rasulku dan kamu bantu mereka dan kamu pinjamkan kepada
Allah pinjaman yang baik, pasti akan Aku hapus kesalahan-kesalahanmu, dan pasti
akan Aku masukkan ke dalam surga yang mengalir dibawahnya sungai-sungai. Tetapi
barangsiapa kafir diantaramu setelah itu, maka sesungguhnya dia telah tersesat dari
jalan yang lurus”. (Al-Ma’idah : 12)
Dan dialah yang menjadikan tanaman-tanaman yang merambat dan yang tidak
merambat, pohon kurma, tanaman yang berneka ragam rasanya, zaitun dan delima
yang serupa (bentuk dan warnanya) dan tidak serupa (rasaya). Makanlah buahnya
apabila ia berbuah dan berikanlah haknya (zakatnya) pada waktu memetik hasilnya,
tetapi jangalah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang
yang berlebih-lebihan. ( Al-An’am : 141)
Dan tetapkanlah untuk kami kebaikan di dunia dan di akhirat. Sungguh, kami kembali
(bertobat) kepada Engkau. (Allah) berfirman, “siksaku akan Aku timpakan kepada siapa
yang Aku kehendaki dan rahmat-Ku meliputi segala sesuatu. Maka akan Aku tetapkan
rahmat-Ku bagi orang-orang yang bertakwa, yang menunaikan zakat, dan orang-
orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami”. (Al-A’raf : 156)
Apabila telah habis bulan-bulan haram, maka perangilah orang-orang musyrik dimana
saja kamu temui, tangkaplah dan kepunglah mereka, dan awasilah ditempat
pengintaian. Jika mereka bertobat dan melaksanakan sholat serta menunaikan zakat,
maka berilah kebebasan kepada mereka. Sungguh Allah Maha Pengampun, Maha
Penyayang. (At-Taubah : 5)
2
Positioning Dana Sosial Islam Pada Lingkup Negara Dan Masyarakat Indonesia
Dan jika mereka bertobat, melaksanakan sholat dan menunaikan zakat, maka (berarti
mereka itu) adalah saudara-saudaramu seagama. Kami mnejelaskan ayat-ayat ini bagi
orang-orang yang mengetahui. (At-Taubah : 11)
Dan diantara mereka ada yang mencelamu tentang (pembagian) sedekah (zakat), jika
mereka diberi bagian, mereka bersenang hati, dan jika mereka tidak diberi bagian, tiba-
tiba mereka marah. (At-Taubah : 58)
Sesungguhnya zakat itu hanyalah untuk orang-orang fakir, orang miskin, amil,
mualaf, untuk memerdekakan hamba sahaya, untuk (membebaskan) orang-orang yang
berhutang, untuk jalan Allah, dan untuk musafir, sebagai kewajiban dari Allah. Allah
Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. (At-Taubah : 60)
Dan orang-orang yang beriman, laki-laki dan perempuan, sebagian mereka menjadi
penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh (berbuat) yang ma’ruf, dan
mencegah dari yang munkar, melaksanakan sholat, menunaikan zakat, dan taat kepada
Allah dan Rasul-Nya. Mereka akan diberi rahmat oleh Allah SWT. Sungguh Allah
Maha Perkasa lagi maha Bijaksana.(At-Taubah : 71)
Ambillah zakat dari harta mereka guna membersihkan dan menyucikan mereka dan
berdo’alah untuk mereka, sesungguhnya do’amu itu (menumbuhkan) ketentraman jiwa
bagi mereka. Allah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui. (At-Taubah : 103)
Kamu tidak akan memperoleh kebajikan sebelum kamu menginfakkan sebagian harta
yang kamu cintai. Dan apapun yang kamu infakkan sungguh Allah Maha Mengetahui
( Al-Imran : 92)
Mereka yang beriman kepada yang ghaib, melaksanakan sholat dan meninfakkan
sebagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka. ( Al-Baqarah : 3)
3
Positioning Dana Sosial Islam Pada Lingkup Negara Dan Masyarakat Indonesia
Yang menginfakkan hartanya (di jalan Allah) untuk membersihkan dirinya. ( Al-Lail
18)
“Hadits dari Abdulrahman bin Abdilah Umar bin Khatab berkata: Islam dibangun atas
lima (hal): bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah rasul-
Nya, melaksanakan shalat, menunaikan zakat, berpuasa pada bulan Ramadhan dan
melaksanakan ibadah haji bagi yang mampu.” (HR. Bukhari dan Musim)
“Dari Ibnu Abbas ra. Bahwasanya Nabi Saw mengutus Muadz ke Yaman, lalu
menuturkan isi hadisnya, dan di dalamnya disebutkan, “Sesungguhnya Allah telah
mewajibkan zakat kepada mereka pada harta mereka yag diambil dari orang kaya mereka
dan diberikan kepada orang-orang miskin mereka.” (HR. Bukhari Muslim.)
Barangsiapa diberi harta oleh Allah, lalu tidak membayarkan zakatnya, maka hartanya
itu akan diwujudkan dengan ular botak yang mempunyai dua titik hitam. Ular itu akan
melilitnya pada hari kiamat, mengambil dengan kedua lehernya, kemudian berkata 'Aku
hartamu, aku simpananmu', lalu membaca 'Sekali-kali janganlah orang-orang yang
bakhil dengan harta Allah berikan kepada mereka dari karunia-Nya menyangka bahwa
kebakhilan itu adalah buruk bagi mereka. Harta yang mereka bakhilkan itu akan
dikalungkan kelak di lehernya pad ahari kiamat. Dan kepunyaan Allah-lah segala
warisan yang ada di langit dan di bumi dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan."
(HR. Pemilik Kutubus Sittah selain at-Tirmidzi)
Dari Ibnu Abbas RA, ia berkata, Rasulullah SAW mewajibkan zakat fitrah untuk
membersihkan orang yang berpuasa dari perkataan sia-sia dan perkataan kotor, dan
sebagai makanan bagi orang-orang miskin. Barang siapa yang menunaikannya sebelum
shalat (Idul Fitri), berarti ini merupakan zakat yang diterima, dan barang siapa yang
menunaikannya setelah shalat (idul fitri) berati hal itu merupakan sedekah biasa”. (HR.
Abu Daud, Ibnu Majah)
4
Positioning Dana Sosial Islam Pada Lingkup Negara Dan Masyarakat Indonesia
5
Positioning Dana Sosial Islam Pada Lingkup Negara Dan Masyarakat Indonesia
6
Positioning Dana Sosial Islam Pada Lingkup Negara Dan Masyarakat Indonesia
7
Positioning Dana Sosial Islam Pada Lingkup Negara Dan Masyarakat Indonesia
8
Positioning Dana Sosial Islam Pada Lingkup Negara Dan Masyarakat Indonesia
II . LITERATUR
1
Yousuf Al Qardhawi, Fiqh And Zakah
9
Positioning Dana Sosial Islam Pada Lingkup Negara Dan Masyarakat Indonesia
hanya itu, di Khaibar juga terdapat cukup banyak pabrik besar diantaranya
pabrik sutra dan logam.
Sejarah Wakaf dalam Islam terjadi ditahun ketiga Hijriah dimana Nabi
mendapat warisan Wakaf kebun Kurma milik seorang Rabbi Yahudi bernama
Mukhairiq yang ikut berperang dan gugur di barisan kaum Muslim dalam perang
Uhud2. Hasil dari Wakaf tersebut sebagian digunakan untuk kebutuhan rumah
tangga Nabi dan sebagian lagi di gunakan untuk membuat peralatan perang
seperti kuda, panah, pedang, dsb. Wakaf selanjutnya berupa pembelian sumber
mata air oleh Utsman bin Affan dan diwakafkan atas saran Nabi. Berkat Wakaf
itulah untuk pertama kalinya air minum menjadi komoditas gratis bagi
masyarakat Madinah dari yang sebelumnya masyarakat harus membeli dengan
harga tinggi. Lahan perkebunan milik Umar bin Khatab di Khaibar menjadi Wakaf
yang berikutnya (juga atas saran Nabi) bagi masyarakat Madinah3. Pemanfaatan
Wakaf tersebut ditujukan untuk mendukung kebutuhan hidup kaum miskin dan
yang membutuhkan di Madinah tanpa mengenal suku dan agama, Nabi SAW
sebagai penguasa Madinah ingin menunjukkan bahwa siapapun masyarakat
Madinah harus terjamin kehidupannya, sebuah konsep pengentasan kemiskinan
dari sebuah ideologi baru di Madinah pada saat itu.
2
Ibn Hisham, Sirah of The Prophet (pbuh)
3
Reported by Al Bukhari
10
Positioning Dana Sosial Islam Pada Lingkup Negara Dan Masyarakat Indonesia
pemerintah pusat. Hal yang sama terjadi di Mesir dan beberapa Provinsi lainnya
selama masa Kekhalifaan Umar bin Abdul Aziz.
Pengentasan kemiskinan di Yaman pada masa Umar bin Khatab dan di
beberapa Provinsi dimasa Umar bin Abdul Aziz harus dilihat dari konteks
historisnya masing-masing. Ada beberapa faktor yang harus diperhatikan, prinsip
kemandirian dan self-satisfied menjadi landasan moral yang kuat yang tertanam di
komunitas Muslim ketika itu. Bahwa menjadi self-satisfied dan menolak pemberian
Zakat bukan berarti berstatus golongan mampu. Sebagai contoh seorang sahabat
bernama Salman yang tinggal di Irak yang statusnya termasuk kategori tidak
mampu yang berhak menerima zakat. Sekali waktu Salman kedatangan seorang
tamu dan dia menyuguhkan satu-satunya roti dan garam yang ia miliki kepada
tamunya, sang tamu meminta daun Thyme untuk pelengkap kudapan roti. Untuk
memenuhi keinginan tamunya Salman pun keluar rumah dan meminjam uang
kepada orang lain dengan menjaminkan kendi air miliknya untuk membeli daun
thyme guna mengakomodir keinginan tamunya. Salman tidak mempedulikan
kondisinya yang kurang mampu karena ingin mengamalkan sikap Qanaah
merasa puas dengan dirinya seberapapun keadaannya tidak berkecukupan.
Dalam kasus ini keimanaan dan penghayatan Salman akan ajaran Islam memberi
energi positif yang kuat bagi dirinya. Penghaytan yang kuat seperti inilah yang
membuat Islam berhasil menaklukkan dua Kekaisaran besar Byzantium dan
Persia dalam waktu kurang dari setengah abad, menaklukkan Spanyol dan Asia
tengah pada akhir tahun 80 Hijriah. Islam menghapuskan aturan-aturan pajak
yang tidak adil yang memberatkan di daerah-daerah yang di taklukkan sehingga
menciptakan iklim kerja dan investasi yang kondusif bagi masyarakatnya.
Pemangkasan tarif pajak yang memberatkan yang dibarengi dengan deregulasi
atas aturan-aturan yang menghambat produktifitas ditambah penghayatan rasa
11
Positioning Dana Sosial Islam Pada Lingkup Negara Dan Masyarakat Indonesia
menahan diri dan self satisfied menciptakan orang kaya-orang kaya baru di banyak
daerah taklukan.
Faktor yang berbeda terdapat pada modus pengentasan kemiskinan di era
Umar bin Abdul Aziz. Selama dua tahun Umar bin Abddul Aziz melakukan
pemberantasan korupsi dilingkungan birokrasi yang berakibat pada minimnya
“kebocoran” dalam penyaluran Zakat kepada Mustahik. Porsi terbesar yang
berkontribusi dalam pengentasan kemiskinan adalah perbaikan manajemen Zakat
dan sektor pendapatan publik lainnya yang berujung pada efisiensi penerimaan
dan penyaluran Zakat kepada Mustahik.
pada masa awal Islam di Madinah. Oleh karenanya ketentuan dalam Fiqh Zakat
pun menjadi stuck tidak bergerak dinamis hanya mengikuti dalil-dalil Fiqh klasik
secara tekstual hingga setelah masa keruntuhan kekhalifahan Turki Ottoman.
13
Positioning Dana Sosial Islam Pada Lingkup Negara Dan Masyarakat Indonesia
4
M Fahim Kahn, Macro Consumption Function in an Islamic Framework.
5
Mohammad Ibrahim al Suhaibani, “Effect of Zakah on the Utilization of Economic Resources”.
14
Positioning Dana Sosial Islam Pada Lingkup Negara Dan Masyarakat Indonesia
pada pasar barang dan pasar uang) dengan kesimpulan bahwa Zakat dapat
dijadikan instrumen kebijakan ekonomi untuk mengurangi pengangguran dan
mengurangi efek inflasi dan fluktuasi harga6. Pengenaan Zakat dalam ekonomi
kontemporer juga dapat membantu kelompok low income melalui subsidi upah7.
Pengaruh Zakat atas tingkat pertumbuhan ekonomi dan pengembalian
modal dipelajari dengan mengkontruksi model makro dimana total pendapatan
sama dengan pendapatan Muzakki dan Mustahik dengan asumsi tabungan
secara otomatis disalurkan ke investasi dan pinalty Zakat dikenakan pada
penimbun aset baik pada aset keuangannya atau paper maupun aset riilnya.
Kesimpulan dari model ini bahwa kehadiran Zakat dalam akan membawa pada
pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi, pengembalian modal yang lebih tinggi
dan kekayaan yang lebih terdistribusi8.
Zakat juga dipandang sebagai instrumen sentral dalam struktur dan
kebijakan fiskal. Zakat tidak hanya dikenakan terhadap pendapatan tapi juga
dikenakan pada kekayaan dan aset. Penghapusan kewajiban Zakat dikenakan
pada sebagian pendapatan yang dipakai untuk membayar hutang. Lebih jauh,
banyak aset tetap produktif dibebaskan dari Zakat, dengan demikian Zakat
dipandang sebagai instrumen penting dalam mendorong investasi dan
pembukaan lapangan kerja. Keunggulan fungsi Zakat tersebut memberi peran
signifikan sebagai pola dan teladan yang diikuti dan ditiru dalam membangun
sistim perpajakan pada komunitas Muslim9.
6
Mukhtar Mohammad Mutawalli, “General Equilibrium and Agregate Economic Policies in an Isamic Economy”.
7
Badal Mukherji, “A Macro Model of the Islamic Tax System”.
8
Mabid al Jarhi, “Towards an Islamic Macro Model”.
9
Mohammad Anas Zarqa, “Role of Zakah in the Economy (in general) and in Fiscal Policy”.
15
Positioning Dana Sosial Islam Pada Lingkup Negara Dan Masyarakat Indonesia
awalnya, yakni sekitar 6% dari GDP10. Anas Zarqa membuat estimasi penerimaan
Zakat di Syria pada tahun 1971 dan mendapatkan angka sekitar 3% dari GDP,
angka tersebut sudah termasuk Zakat Fitrah dan Zakat uang11.
Perhitungan estimasi lainnya dilakukan oleh Monzer Kahf, Muqbil Zuqair
dan Fuad al Omar. Monzer Kahf menghitung estimasi penerimaan Zakat untuk
delapan negara Muslim di dunia yang menggunakan tiga kategori yang berbeda
pada objek yang terkena Zakat. Kategori pertama, Z1 yang meliputi hasil
pertanian, perkebunan dan peternakan, persediaan barang perdagangan dan
uang, sesuai dengan pendapat Jumhur Fiqh klasik yang berlaku. Kategori kedua,
Z2 digunakan berdasarkan pendapat Jumhur Fiqh klasik yang diperluas dengan
mengakomodir pandangan Fuqaha kontemporer yang memasukkan Zakat dari
aset tetap yang digunakan dalam sektor industri, kontruksi dan transportasi,
pendapatan kaum profesional dan kaum pekerja lainnya dengan pengecualian-
pengecualian tertentu pada biaya hidup. Kategori ketiga, Z3 meliputi Zakat yang
berbasis pada nilai modal dari aset tetap di semua sektor dengan tarif Zakat 2,5%.
Bila kita hilangkan satu nilai ekstrim pada tiap-tiap sisi dari estimasi pada asumsi
nilai yang ekstrim akan menyebabkan error statistik atau error metodologi
tertentu, dimana estimasi erornya menurut Kahf berada dalam range antara 1%-
2% pada Z1, 3,1%-4,9% pada Z2 dan 3,2%-6,2% pada Z3. Estimasi penerimaan Zakat
uang di delapan Negara berkisar 40%-60% dai total penerimaan Zakat.
Dengan menggunakan statistik sub-sektoral dan statistik rata-rata, Muqbil
Zuqair mengestimasi penerimaan Zakat di Saudi Arabia mencapai 2,7% GDP,
sementara Fuad al Omar mengestimasi penerimaan Zakat di Kuwait 2,1% GDP.
Keduanya menggunakan basis perhitungan Zakat tradisional yang dalam
10
Monzer Kahf : “Financial potential and Economic Effect of Zakah in Selected Member Countries”, unpublished
Paper 1986
11
Ibid
17
Positioning Dana Sosial Islam Pada Lingkup Negara Dan Masyarakat Indonesia
Implementasi Zakat
Sebagai pilar ketiga ajaran Islam, Al-Qur,an berkali-kali memerintahkan
kaum Muslim menunaikan Zakat dengan sukarela sebagai bagian dari kewajiban
menjalankan ajaran agama. Inilah positioning Keempat Mazhab Fiqh. Pemerintah
berhak membebankan biaya dari pemungutan dan pendistribusian Zakat dan
penerimaan Zakat tersebut diserahkan pada Baitul Maal, jumhur Fuqaha
menekankan bahwa setiap individu menunaikan Zakat sebagai ketaatannya
kepada pemerintah. Hal ini sudah menjadi keputusan yang bulat dalam Fiqh
dimana Baitul Maal menyalurkan Zakat kepada yang berhak sebagaimana
disebutkan dalam Al-Qur’an.
Melihat implementasi pelaksanaan Zakat oleh pemerintah Islam, sejarah
mecatat pemerintah Yaman melanjutkan pengambilan taanggung jawab sejak
masa Nabi SAW yang mengirim Muadz bin Jabal memungut Zakat dari dan untuk
warga Yaman. Pelaksanaan Zakat juga dilakukan oleh pemerintah Arab Saudi
sebagai satu kewajiban bagi warganya sejak 1951, di Pakistan sejak 1981 dan di
Sudan sejak 1984. Pemerintah Malaysia dan Libya dengan otoritasnya menungut
Zakat Fitrah dan Zakat hasil pertanian & perkebunan.
18
Positioning Dana Sosial Islam Pada Lingkup Negara Dan Masyarakat Indonesia
agrikultur, tabungan dan deposito di bank beserta simpanan bank lainnya. Disisi
lain Daftar B merupakan daftar dari items yang tidak diwajibkan pemungutan
Zakat terhadapnya oleh pemerintah (to the government is not obligatory), daftar B
meliputi hasil ternak, persediaan barang dagang, simpanan domestik dalam
bentuk valas, aset warga Pakistan yang berada di luar negeri dan sebagainya.
Estimasi pengumpulan Zakat di Pakistan tidak lebih dari 0,3% dari statistik
tahunan GDP yang berturut-turut.
Dalam study implementasi Zakat terkini di Sudan12, menegasakan
pengumpulan Zakat di Sudan beasal dari hasil ternak, produk agrikultur, aset
lancar perusahaan, pendapatan golongan profesional baik yang bekerja secara
independen maupun yang bekerja sebagai karyawan yang digaji, uang yang
berasal dari penjualan aset pribadi, dsb. Satu-satunya items yang berpotensi
zakatable yang hampir diluar kewajiban adalah uang yang dipegang oleh individu
baik berupa uang fiat dalam dompet maupun yang tersimpan di bank. Ini
dikarenakan kekhawatiran ada instabilitas pada sistim moneter di Sudan.
Departemen Zakat tidak memberi yurisdiksi bank untuk memotong Zakat pada
rekening giro. Dengan kata lain otoritas moneter tidak mewajibkan pembayaran
Zakat kepada individu yang bekerja di sektor informal. Hasil pengumpulan Zakat
di Sudan tahun 1991-1996 berada pada kisaran 0.3%-0.5% GDP13.
Sebagai realitas boleh jadi ada alasan yang bagus untuk menerima
representasi empiris penerimaaan Zakat yang terjadi di negara-negara diatas
berdasarkan hal-hal sebagai berikut :
12
Dr. Abdel Munem Al Gusi, the general secretary of the Zakah department in Sudan, “Contemporary Govermental
Application of Zakah in Sudan”. Paper presented at the seminar on Contemporary Application of Islamic Economics,
organized by IRTI and the Moroccan Assosiation of Studies and Research in Islamic Economics, Casablanca, 5-8 May
1998
13
Ibid.
20
Positioning Dana Sosial Islam Pada Lingkup Negara Dan Masyarakat Indonesia
Kesimpulan
Membandingkan hasil aktual penerimaan dan analisa teoritis Zakat beserta
dampaknya sangat mengedukasi bila dilihat dari beberapa perspektif :
1. Jumlah penerimaan Zakat memperlihatkan hasil yang realistik untuk di
redistribusi dalam penerapan yang aktual. Dengan begitu kita dapat
merevisi dan membumikan analisa teoritis kita dan menjadikannya
compatible dengan aktualitas praktek Zakat dalam kehidupan nyata
2. Terlihat ada kesulitan yang serius dalam pengumpulan Zakat uang dan
akun tabungan milik individu di Sudan, Saudi dan Yaman.
Namun disisi lain sistim perbankan di Pakistan mengizinkan
memotong Zakat pada rekening tabungan ketika mendapat
kesulitan memungut Zakat dari persediaan barang dagang dan
tabungan milik individu dan perusahaan.
21
Positioning Dana Sosial Islam Pada Lingkup Negara Dan Masyarakat Indonesia
3. Kita bisa meninjau ulang hasil dari riset Zakat secara teoritis dengan adanya
perbedaan pada pelaksanaan Zakat yang sebenarnya atas dasar
pemahaman yang lebih mendalam pada cara penetapan item-items yang
Zakatable.
Dalam hal ini beberapa negara membebankan Zakat pada items
tertentu diluar ketentuan. Sebagai contoh, merupakan praktek
lumrah yang terjadi di Pakistan dan Yaman mempertahankan
pandangan tradisional yang mensyaratakan kepemilikan items
Zakat selama setahun untuk bisa dikategorikan Zakatable, hal
berbeda di Saudi yang memungut Zakat dari pendapatan kaum
profesional tanpa melihat lamanya kepemilikan. Pada sisi lain,
penghasilan yang didapat dari investasi aset tetap jangka
panjang seprti aset gedung, truk dan traktor merupakan
zaakatable items di Sudan tapi tidak temassuk zakatable items di
Saudi
4. Penerapan Zakat yang sebenarnya memperlihatkan bahwa jumlah
penerimaan Zakat lebih kecil dari estimasi teoritis. Karenanya di semua
negara yang mengimplementasikan Zakat dalam pendistribusiannya selalu
ada kebutuhan mendapatkan penerimaan tambahan dari negara. Ini
berlaku di negara kaya dan miskin. Hal ini memberi gambaran bahwa
study-study yang mengatakan Zakat dapat mengentaskan kemiskinan di
semua negara Muslim terlihat terlalu optimis.
5. Patut dipertimbangkan efek kerja dari Zakat bagi manajemen (Amil)
sebagai sebuah pekerjaan baru mengumpulkan dan mendistribusikan
Zakat. Terkadang hal ini menimbulkan banyak kasus seperti yan terjadi di
Sudan.
22
Positioning Dana Sosial Islam Pada Lingkup Negara Dan Masyarakat Indonesia
23
Positioning Dana Sosial Islam Pada Lingkup Negara Dan Masyarakat Indonesia
24
Positioning Dana Sosial Islam Pada Lingkup Negara Dan Masyarakat Indonesia
25
Positioning Dana Sosial Islam Pada Lingkup Negara Dan Masyarakat Indonesia
sama, Malaysia berhasil memungut RM. 3 Milyar (sekitar Rp. 11,5Trilyun) atau
sekitar 60% dari potensi Zakat14.
Pemungutan Zakat di Negara Bagian Malaka dilakukan oleh sektor swasta
dan penyalurannya dilaksanakan oleh pemerintah, (Wahid, 2014). Sejak tahun
2011, Negara Bagian Selangor telah memprivatisasi pengelolaan Zakat dimana
pendistribusian Zakat ditekankan pada empat Ashnaf utama yang teriri dari :
fuqara, masakin, fii sabilillah dan mu’allaf . Ada 31 program yang disiapkan
dimana dalam 5 tahun Ashnaf mu’allaf bisa menjadi Mukallaf (orang yang terkena
beban hukum syariat, menjalankan yang wajib dan mengharamkan yang haram)
syariat. Program utama untuk mu’allaf meliputi : manfaat libur Idul Fitri, manfaat
rutin bulanan, asistensi gratis pernikahan, grais biaya pemakaman, tunjangan jika
mu’allaf terkena PHK, bantuan penyelesaian hutang, bantuan hukum, bantuan
perumahan, pendidikan dan bantun kursus-kursus tertentu yang dibutuhkan
(pengembangan diri). Program-program ini dapat diperluas dalam empat
program utama mu’allaf yang meliputi : program mu’allaf dengan besaran RM.
20 – 5000, program mu’allaf dengan besaran RM. 500 – 10.000, program mu’allaf
dengan besaran lebih dari RM. 10.000 yang merupakan program spesial yang
disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan mu’allaf.
Kuala Lumpur menjadai salah satu daerah yang menjadai kontributor
terbesar dalam pengumpulan zakat selain Selangor. Distribusi terbesar Zakat di
Selangor dan teritori Federasi Malaysia (yang meliputi Kuala Lumpur, Putrajaya
dan Labuan) dalam tahun-tahun terakhir disalurkan untuk Ashnaf fi sabilillah.
Ashnaf fi sabilillah menerima dua program utama, yaitu pengembangan /
pembinaan pendidikan dan pembinaan institusi keagamaan. Pembinaan
14
Amran, pimpinan Pusat Pungutan Zakat Malaysi (PPZ), Malaysia Himpun Zakat Lebih Besar Dari Indonesia, 2017,
diakses http://mysharing.co/malaysia-himpun-zakatlebih-besar-dari-indonesia/
26
Positioning Dana Sosial Islam Pada Lingkup Negara Dan Masyarakat Indonesia
15
Canggih Clarista et al, “Potensi dan Realisasi dana Zakat Indonesia”, al-Uqud : Journalof Islamic Economics. 2017,
1(1). 14-26.
16
Monzer Kahf, “Zakah Potential in a Few Muslim Countries”, Unpublished Study in IRTI 1987.
28
Positioning Dana Sosial Islam Pada Lingkup Negara Dan Masyarakat Indonesia
17
Didin Hafidhuddin, “Zakat Dalam Perekonomian Modern”. Gema Insani Press 2008.
18
M. Hasbi As-Shiddieqy, “Pedoman Zakat”, Pustaka Rizaki Putra 2009.
29
Positioning Dana Sosial Islam Pada Lingkup Negara Dan Masyarakat Indonesia
19
AM. Syaifuddin, “Studi Nilai-nilai Ekonomi Islam”.
30
Positioning Dana Sosial Islam Pada Lingkup Negara Dan Masyarakat Indonesia
mengkaitkan sholat dan Zakat dengan kalimat perintah (QS Al-Baqarah 43 dan
110, At-Taubah : 103), di lain ayat dengan bahasa peringatan (QS. An-Nisa’ : 77),
dengan bahasa pujian (QS. Al-Baqarah : 3, At-Taubah : 11) dan motivasi (QS. Al-
A’raf : 156, Al-Maidah : 12). Gaya bahasa perintah digunakan sebagai penekanan
kepada mukallaf pentingnya Zakat dalam komunitas Muslim mengingat Islam
merupakan agama yang berjamaah / bermasyarakat, tidak berzakat akan
dianggap tidak berjamaah karena tidak peduli pada nasib sesama. Gaya bahasa
peringatan dalam Zakat dipakai sebagai penegasan adanya sangsi tegas bagi yang
tidak melaksanakan. Gaya motivasi di address kepada mereka yang sekiranya
masih ragu akan ajaran Al-Qur’an dan gaya bahasa pujian ditujukan sebagai
apresiasi bagi yang membayar Zakat.
Zakat dan Wakaf dalam Islam memiliki peran penting dalam hal
pemberdayaan dan pengembangan ekonomi umat, dimana Zakat berperan
sebagai sistem mekanisme distribusi pendapatan dan kekayaan diantara umat
manusia dan Wakaf berperan sebagai instrumen pengembangan ekonomi secara
berkelanjutan. Zakat dan Wakaf yang dikelola secara profesional dan akuntabel,
dapat digunakan untuk menciptakan pemerataan pendapatan dan pertumbuhan
ekonomi. Dalam sistem ekonomi Islam, Zakat dapat berperan sebagai distribusi
kapital bagi masyarakat. Dengan pendistribusian Zakat dari muzakki kepada
mustahik, berarti terjadi proses distribusi untuk pemerataan sumber daya
ekonomi. Sumber daya dari muzakki kepada mustahik akan membantu
kehidupan rakyat sehingga mendorong pertumbuhan dan peningkatan ekonomi.
Dampak zakat atas kemaslahatan masyarakat dan perekonomian Islam sangatlah
jelas. Karena dalam zakat itu sendiri terdapat unsur pemberian bantuan kepada
orang-orang fakir, di samping mewujudkan kepentingan yang bersifat umum. Ini
dapat dilihat secara jelas dari pos-pos pendistribusian zakat. Dengan cara seperti
ini, maka terdapat unsur pemerataan kekayaan, sehingga kekayaan tidak
31
Positioning Dana Sosial Islam Pada Lingkup Negara Dan Masyarakat Indonesia
20
Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin, “Fiqh Zakat Kontemporer”, Al-Qowam 2011.
32
Positioning Dana Sosial Islam Pada Lingkup Negara Dan Masyarakat Indonesia
kemaslahatan yang besar dari suatu amal maka modus amal tersebut akan ditiru
oleh orang saleh lainnya.
Pada sisi lain Monzer Kahf membuka mata kita betapa pentingnya peran
Ulama dalam mereformasi mental Muzakki dan Mustahik dalam pemgentasan
kemiskinan. Penanaman spirit qanaah (merasa cukup dengan yang dimiliki) akan
mengikis sifat kikir orang-orang mampu dan memotivasi Mustahik untuk tidak
merasa paling berhak atas pendistribusian Zakat. Para Muzakki diberi kesadaran
melihat kebawah dalam memandang harta yang dimiliki, status the have yang
dimiliki harus dibarengi dengan pandangan kebawah dimana banyak orang yang
kondisinya berada jauh dari rata-rata orang kebanyakan. Para Mustahik pun
diberi kesadaran betapa ditengah keterbatasan ekonominya sebetulnya masih
banyak yang kondisinya lebih memprihatinkan. Bila sikap qanaah sudah
terlembaga dengan kuat maka Zakat yang berhasil dipungut akan lebih banyak
dan pendistribusiannya akan lebih terukur sehingga akan tercapai pemerataan
ekonomi yang lebih cepat.
Monzer Kahf berpendapat porsi terbesar yang berkontribusi dalam
pengentasan kemiskinan adalah perbaikan manajemen Zakat dan sektor
pendapatan publik lainnya yang berujung pada efisiensi penerimaan dan
penyaluran Zakat kepada Mustahik. Tidak tertutup kemungkinan adanya
kebocoran dalam penerimaan dan pendistribusian Zakat baik kebocoran yang
tidak disadari atau kebocoran yang memang disengaja oleh oknum tertentu.
Pendapatan publik yang menjadi sumber penerimaan Zakat harus dijauhkan dari
inefisiensi yang tidak perlu seperti pungli yang menyebabkan produksi biaya
tinggi, iklim kerja yang tidak kondusif dan sebagainya. Inefisiensi yang dibiarkan
akan terus berkembang dan menurunkan pendapatan publik yang berakibat pada
penurunan penerimaan Zakat. Pada penyaluran Zakat harus ada audit ketat dan
33
Positioning Dana Sosial Islam Pada Lingkup Negara Dan Masyarakat Indonesia
penetapan skala prioritas pada delapan kelompok Ashnaf agar penyaluran Zakat
tidak tumpang tindih dan menguap tidak produktif.
Sejalan dengan ini Aris Puji Purwatiningsih dan Mukhlis Yahya dari IAIN
Sunan Kudus yang melakukan penelitian deskriptif pengelolaan Zakat di
Malaysia memberi gambaran besarnya Zakat yang disalurkan pada Ashnaf
fisabillah khuusnya di bidang pendidikan. LAZ di Selangor dan teritori Federasi
Malaysia (yang meliputi Kuala Lumpur, Putrajaya dan Labuan) dalam tahun-
tahun terakhir telah bertindak konkret melakukan pengentasan melalui intsrumen
Zakat. Karena tujuan Zakat adalah pemerataan ekonomi dengan indikator
berubahnya status Mustahik menjadi Muzakki dimasa yang akan datang maka
cara yang tepat adalah penyaluran Zakat untuk pedidikan dan pengembangan
diri golongan yang tidak mampu. Dari apa yang penulis lihat dan alami selama
bertahun-tahun penyaluran Zakat untuk pemenuhan kebutuhan dasar yang
bersifat konsumtif (pangan, sandang satu dan renovasi rumah) untuk Ashnaf fakir
miskin dan yatim sebagian besar tidak merubah status Mustahik dimasa yang
datang, statusnya tetap Mustahik, tidak memutus mata rantai kemiskinan.
Kesadaran kolektif untuk mengentaskan kemiskinan di Malaysia melalui Zakat
juga terlihat dari kerjasama antara lembaga Zakat swasta dengan pemerintah.
Pemungutan Zakat di Negara Bagian Malaka dilakukan oleh sektor swasta dan
penyalurannya dilaksanakan oleh pemerintah, satu bentuk kerjasama yang
mungkin belum bisa dijalankan di Indonesia.
Dalam perkembangan peradaban Islam selanjutnya Monzer Kahf
mengkritisi aturan Fiqh terkait Zakat yang tidak dinamis mengikuti
perkembangan zaman. Apa yang dikritisi Monzer Kahf tersebut rasanya masih
aktual dengan kondisi saat ini, penemuan metode baru dan perkembangan
teknologi secara perlahan namun pasti merubah sistim produksi barang dan jasa,
tidak hanya itu, selalu ada jenis bisnis baru yang muncul di setiap zaman dimana
34
Positioning Dana Sosial Islam Pada Lingkup Negara Dan Masyarakat Indonesia
yang pada zaman sebelumnya tidak terpikir sama sekali. Bila di awal peradaban
Islam seluruh jenis usaha bersifat padat karya seiring perkembangan zaman
banyak usaha yang bersifat padat modal dengan resiko yang tinggi. Dalam
konteks ini para Fuqaha harus selalu siap mengadaptasi ketentuan Fiqh agar
selalu inline dengan perkembangan zaman.
Adanya sikap pesimis Monzer Kahf atas peran Zakat dalam mengatasi
kemiskinan bisa dipahami dengan dua kemungkinan berikut: Pertama, objek
penelitian di lakukan pada negara-negara yang tidak demokratis dan tidak
transparan dalam pengelolaan anggaran seperti Saudi, Yaman, Kuwait, Pakistan
dan Sudan. Dinegara-negara tersebut Monzer Kahf memandang meski
penerimaan Zakat sudah optimal (semua Muzakki membayar Zakat) tetap saja
nominalnya relatif kecil untuk mengentaskan kemiskinan. Pernyataan Monzer
Kahf tersebut dapat dipahami sebagai pernyataan yang bersifat satire terhadap
kurangnya concern pemerintah di negara-negara tersebut dalam meningkatkan
kualitas sumber daya manusia warganya yang dapat meningkatkan
produktifitas. Kedua, Monzer Kahf berpandangan pengentasan kemiskinan
hanya bisa dilakukan melalui intstrumen filantropi Islam seperti Infak, Sedekah
dan Wakaf. Potensi pengumpulan ketiga jenis dana sosial Islam tersebut jauh
melebihi potensi penerimaan Zakat. Penyaluran Zakat untuk pengentasan
kemiskinan menjadi utopis tanpa adanya tambahan anggran pengentasan
kemiskinan yang signifikan dari negara. Zakat sebagai sistim pajak Islam menurut
Monzer Kahf belum bisa berbuat banyak dalam pemerataan ekonomi tanpa
didukung oleh dana filantropi.
Indonesia sendiri secara kenegaraan sebenarnya sudah membentuk
lembaga Zakat pada 1968 melalui Keppres. Pemungutan Zakat saat itu baru
dilakukan sangat terbatas dibeberapa daerah dan belum ada lembaga Zakat
formal nasional. Baru pada 1999 dibentuk Badan Zakat nasional melalui UU
35
Positioning Dana Sosial Islam Pada Lingkup Negara Dan Masyarakat Indonesia
Direktorat Jendral Pajak yang menjadi regulator dan eksekutor pemungut pajak
sebagai tulang punggung ekonomi, menjadi tidak ideal bila diberi peran
tambahan sebagai regulator atau pengawas dana sosial Islam. Memberi peran
pengawasan dana sosial Islam pada Kementrian Agama pun dirasa tidak ideal
karena tugas utama Kementrian Agama adalah menyelenggarakan urusan
pemerintahan dibidang agama untuk membantu Presiden dalam
menyelenggarakan pemerintahan negara.
Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syari’ah (KNEKS) sebenarnya
lembaga yang ideal untuk menjadi pengawas dan regulator dana sosial Islam dan
lembaga bisnis Syari’ah, semacam OJK Syari’ah. Dalam perannya dimasa yang
akan datang KNEKS juga mengambil alih peran Kementrian sebagai pengawa dan
regulator dana sosial Islam dan lembaga keuaangan Syari’ah. Untuk itu tentu
diperlukan perubahan atas berbagai ketentuan peraturan yang ada baik Undang-
Undang dan Peraturan Pemerintah yang saat ini berlaku.
Pembenahan manajemen pengeloaan Zakat dan Wakaf dirasa mendesak
mengingat rendahnya pengumpulan Zakat selama ini.
38
Positioning Dana Sosial Islam Pada Lingkup Negara Dan Masyarakat Indonesia
21
https://fiskal.kemenkeu.go.id/fiskalpedia/2021/03/12/202749458101924-wakaf-uang-dari-oleh-dan-untuk-
masyarakat
40