QS. Al-Baqarah : 43 QS. Al-Bayyinah : 5 QS. An-Nur : 56 QS. At-Taubah : 5 QS. At-Taubah : 103-104 QS. Al-Anam : 141
yang dikehendaki-Nya)." Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dia-lah Pemberi rezki yang sebaik-baiknya.7 Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih. Pada hari dipanaskan emas perak itu dalam Neraka Jahannam, lalu dibakar dengannya dahi mereka, lambung dan punggung mereka (lalu dikatakan) kepada mereka, inilah harta bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri, maka rasakanlah sekarang (akibat dari) apa yang kamu simpan itu.8 Sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil terhadap harta-harta yang Allah berikan kepada mereka sebagai karunia-Nya itu menyangka bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka. Sesungguhnya kebakhilan itu buruk bagi mereka. Harta yang mereka bakhilkan itu akan dikalungkan di lehernya kelak pada hari Kiamat. Dan kepunyaan Allah-lah segala urusan (yang ada) di langit dan di bumi. Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.9 Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar dia bertambah pada harta manusia, maka riba itu tidak menambah pada sisi Allah. Dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai keridhaan Allah, maka (yang berbuat demikian) itulah orang-orang yang melipat gandakan (pahalanya)10 Perumpamaan orang-orang yang menafkahkan hartanya dijalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.11 Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orangorang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana .12 Zakat artinya suci & tumbuh,harta pinjaman,Allah mnjadi bersih & rizkipn pdhal tumbuh smuanya brlimpah. milikNya.
(QS9:103).Infak
artinya
meminjam
lho
QS. Saba : 39 QS. At-Taubah : 34-35 QS. Ali-Imran : 180 QS. Ar-Ruum : 39 QS. Al-Baqarah : 261 QS. At-Taubah : 60
10 11
12
Allah,"ulaikahumulmu'minuunalhaq"(QS8:4).Kalau dmkn maknanya berarti kitalah yg butuh beramal,kitalah yg butuh faqir miskin,kitalah yg faqir sebenarnya.Krn semua berkah kembali kpd yg beramal. Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak dapat bagian.13 Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu. Dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu menafkahkan daripadanya, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan memincingkan mata terhadapnya. Dan ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.14 yaitu mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebagian rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka. orang yang tidak menunaikan zakat.16
15
I.2
Hadist :
Islam itu dibangun di atas lima perkara : bersaksi bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah melainkan Allah dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan shalat, menunaikan zakat, berpuasa Ramadhan, dan berhaji ke Baitullah (HR. Al-Bukhari no.8 dan Muslim no.16, Hadits ini telah disepakati keshahihannya) Bila zakat bercampur dengan harta lainnya maka ia akan merusak harta itu (HR. Al-Bazar dan Baehaqi) Tidaklah suatu kaum enggan menunaikan zakat dari hartanya, melainkan Allah juga akan enggan menurunkan hujan dari langit. (Shohih, HR. Ibnu Majah) Sedekah itu akan memadamkan dosa sebagaimana air dapat memadamkan api. (Shohih, HR. Tirmidzi, An Nasai, Ibnu Majah) Tidak ada kewajiban dalam harta kecuali zakat (HR. Ibnu Majah). Sedekah tidaklah mengurangi harta (HR. Muslim) Seorang mukmin bagi mukmin yang lain seperti satu bangunan, masingmasing bangunan saling menguatkan (HR. Bukhari, Muslim, Tirmidzi dan Nasai).
13 14 15 16
QS. Adz Dzariyat :19 QS. Al Baqarah : 267 QS. Al-Baqarah: 3 QS. Fushilat : 6-7
Setiap harta yang tidak ditunaikan zakatnya adalah simpanan, yang karenanya pemiliknya akan diadzab pada hari Kiamat, sebagaimana yang ditunjukkan oleh hadits shahih dari Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bahwa beliau bersabda. Setiap orang yang memiliki emas dan perak yang tidak menunaikan hak hartanya tersebut, pasti tatkala pada hari Kiamat kelak akan dibentangkan untuknya lempengan-lempengan terbuat dari api, lalu dia dipanggang di atasnya dalam Neraka Jahannam, kemudian lambung, kedua kening dan punggungnya diseterika dengannya. Setiap kali terasa dingin maka diulang lagi untuknya pada hari yang panjangnya 50.000 tahun hingga urusan di antara hamba diputuskan, lalu ia akan melihat jalannya ; apakah ke Surga atau ke Neraka.
Kemudian Nabi Shallallahu alaihi wa slam menyebut pemilik unta, sapi dan kambing yang tidak menunaikan zakatnya. Beliau mengabarkan bahwa ia akan diadzab dengan hartanya itu pada hari Kiamat kelak.
Telah diriwayatkan dengan shahih dari Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bahwa beliau bersabda. Barangsiapa yang diberi harta oleh Allah Azza wa Jalla, lalu ia tidak menunaikan zakatnya, (maka) pada hari Kiamat hartanya dijelmakan menjadi seekor ular jantan aqra (yang putih kepalanya, karena banyaknya racun pada kepala itu) yang berbusa di dua sudut mulutnya. Ular itu dikalungkan (di lehernya) pada hari Kiamat. Ular itu mencengkeram dengan kedua rahangnya, lalu ular itu berkata, Saya adalah hartamu, saya adalah simpananmu.
Bukhari meriwayatkan dari Abu Musa Asyari dari Nabi s.a.w.: Setiap orang Muslim wajib bersedekah. Mereka bertanya, Hai Nabi Allah, bagaimana yang tidak berpunya? Beliau menjawab, Bekerjalah untuk mendapat sesuatu untuk dirinya,lalu bersedekah. Mereka bertanya, Kalau tidak punya pekerjaan? Beliau bersabda, Tolong orang yang meminta pertolongan. sedekahnya. Sabda Rasulullah: Mereka bertanya, Bagaimana bila tidak bisa? Beliau menjawab, Kerjakan kebaikan dan tinggalkan kejelekan, hal itu merupakan
: :
Allah Azza wa Jalla berfirman: Berinfaqlah kamu, niscaya Aku memberi infaq kepadamu. [Muttafaq 'alaih]
Apabila seorang anak Adam meninggal dunia, maka terputuslah amal perbuatannya, kecuali tiga perkara: shadaqah jariyah (wakaf), ilmu yang bermanfaat, dan anak shalih yang mendoakannya. [HR. Muslim dan lainnya]
III.Makna Zakat
Zakat dalam bahasa Arab (lughat)mempunyai beberapa makna :
1.
Zakat bermakna At-Thohuru, yang artinya membersihkan atau mensucikan. Makna ini menegaskan bahwa orang yang selalu menunaikan zakat karena Allah dan bukan karena ingin dipuji manusia, Allah akan membersihkan dan mensucikan baik hartanya maupun jiwanya. Allah SWT berfirman dalam surat At-Taubah ayat 103: Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendo'alah untuk mereka. Sesungguhnya do'a kamu itu ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
2.
Zakat bermakna Al-Barakatu, yang artinya berkah. Makna ini menegaskan bahwa orang yang selalu membayar zakat, hartanya akan selalu dilimpahkan keberkahan oleh Allah SWT, kemudian keberkahan harta ini akan berdampak kepada keberkahan hidup. Keberkahan ini lahir karena harta yang kita gunakan adalah harta yang suci dan bersih, sebab harta kita telah dibersihkan dari kotoran dengan menunaikan zakat yang hakekatnya zakat itu sendiri berfungsi untuk membersihkan dan mensucikan harta.
3.
Zakat bermakna An-Numuw, yang artinya tumbuh dan berkembang. Makna ini menegaskan bahwa orang yang selalu menunaikan zakat, hartanya (dengan izin Allah) akan selalu terus tumbuh dan berkembang. Hal ini disebabkan oleh kesucian dan keberkahan harta yang telah ditunaikan kewajiban zakatnya. Tentu kita tidak pernah mendengar orang yang selalu menunaikan zakat dengan ikhlas karena Allah, kemudian banyak mengalami masalah dalam harta dan usahanya, baik itu
kebangkrutan, kehancuran, kerugian usaha, dan lain sebagainya. Tentu kita tidak pernah mendengar hal seperti itu, yang ada bahkan sebaliknya. Tapi, menurut ilmu Allah yang Maha Pemberi rizki, zakat yang kita keluarkan tidak mengurangi harta kita, bahkan menambah harta kita dengan berlipat ganda. Allah SWT berfirman dalam surat Ar-Rum ayat 39 : Dan sesuatu riba yang kamu berikan agar dia bertambah pada harta manusia, maka riba itu tidak menambah pada sisi Allah. Dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai keridhaan Allah, maka itulah orang-orang yang melipat gandakan . Dalam ayat ini Allah berfirman tentang zakat yang sebelumnya didahului dengan firman tentang riba. Dengan ayat ini Allah Maha Pemberi Rizki menegaskan bahwa riba tidak akan pernah melipat gandakan harta manusia, yang sebenarnya dapat melipat gandakannya adalah dengan menunaikan zakat.
4.
Keempat, zakat bermakna As-Sholahu, yang artinya beres atau keberesan, yaitu bahwa orang orang yang selalu menunaikan zakat, hartanya akan selalu beres dan jauh dari masalah. Orang yang dalam hartanya selalu ditimpa musibah atau masalah, misalnya kebangkrutan, kecurian, kerampokan, hilang, dan lain sebagainya boleh jadi karena mereka selalu melalaikan zakat yang merupakan kewajiban mereka dan hak fakir miskin beserta golongan lainnya yang telah Allah sebutkan dalam Al Quran.
Menurut Hukum Islam (istilah syara'), zakat adalah nama bagi suatu pengambilan tertentu dari harta yang tertentu, menurut sifat-sifat yang tertentu dan untuk diberikan kepada golongan tertentu (Al Mawardi dalam kitab Al Hawiy). Selain itu, ada istilah shadaqah dan infaq, sebagian ulama fiqh, mengatakan bahwa sadaqah wajib dinamakan zakat, sedang sadaqah sunnah dinamakan infaq. Sebagian yang lain mengatakan infaq wajib dinamakan zakat, sedangkan infaq sunnah dinamakan shadaqah. Sejarah zakat Setiap muslim diwajibkan memberikan sedekah dari rezeki yang dikaruniakan Allah. Kewajiban ini tertulis di dalam Al-Quran. Pada awalnya, Al-Quran hanya memerintahkan untuk memberikan sedekah (pemberian yang sifatnya bebas, tidak wajib). Namun, pada kemudian hari, umat Islam diperintahkan untuk membayar zakat. Zakat menjadi wajib hukumnya sejak tahun 662 M. Nabi Muhammad melembagakan perintah zakat ini dengan menetapkan pajak bertingkat bagi mereka yang kaya untuk meringankan beban kehidupan mereka yang miskin. Sejak saat ini, zakat diterapkan dalam negara-negara Islam. Hal ini menunjukan bahwa pada kemudian hari ada pengaturan pemberian zakat, khususnya mengenai jumlah zakat tersebut.
Pada zaman khalifah, zakat dikumpulkan oleh pegawai sipil dan didistribusikan kepada kelompok tertentu dari masyarakat. Kelompok itu adalah orang miskin, janda, budak yang ingin membeli kebebasan mereka, orang yang terlilit hutang dan tidak mampu membayar. Syari'ah mengatur dengan lebih detail mengenai zakat dan bagaimana zakat itu harus dibayarkan. Kejatuhan para khalifah dan negara-negara Islam menyebabkan zakat tidak dapat diselenggarakan dengan berdasarkan hukum lagi.
V. Yang berhak menerima Zakat (Mustahik) dan yang tidak berhak V.1 Ada delapan pihak (asnaf) yang berhak menerima zakat, yakni :
1. Fakir - Mereka yang hampir tidak memiliki apa-apa sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan pokok hidup. 2. Miskin - Mereka yang memiliki harta namun tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar untuk hidup. 3. Amil - Mereka adalah para petugas zakat yang mendapat tugas dan wewenang dari pemerintah untuk pengurusan zakat. Petugas yang memungut zakat dari para pemilik, dinamakan mushaddiq (mushaddiqun), sai (suat) atau jabi (jubat). Petugas yang menjaga zakat yang terkumpul, dinamakan hafizh (huffazh). Petugas yang membagi zakat, dinamakan qasim (qasimun). 4. Mu'allaf - Mereka yang baru masuk Islam dan membutuhkan bantuan untuk menyesuaikan diri dengan keadaan barunya. 5. Hamba sahaya yang ingin memerdekakan dirinya. Termasuk didalamnya pembebasan muslim yang ditawan oleh musuh (kaum kafir), yaitu dengan menebusnya dengan zakat yang diberikan kepada pihak kafir yang menawannya agar dia dibebaskan. Jika seorang budak saja dibantu dengan
zakat agar bebas dari perbudakan, tentu membantu pembebasan seorang muslim yang tertawan musuh dan terancam nyawanya lebih pantas. 6. Gharimin - Mereka yang berhutang untuk kebutuhan yang halal dan tidak sanggup untuk memenuhinya. 7. Fisabilillah - Mereka yang berjuang di jalan Allah (misal: dakwah, perang dsb) imam masjid 8. Ibnus Sabil - Mereka yang kehabisan biaya di perjalanan.
Orang kaya. Rasulullah bersabda, "Tidak halal mengambil sedekah (zakat) bagi orang yang kaya dan orang yang mempunyai kekuatan tenaga."17 Hamba sahaya, karena masih mendapat nafkah atau tanggungan dari tuannya. Keturunan Rasulullah. Rasulullah bersabda, "Sesungguhnya tidak halal bagi kami (ahlul bait) mengambil sedekah (zakat)."
18
2.
3.
4. 5.
Orang yang dalam tanggungan yang berzakat, misalnya anak dan istri. Orang kafir.
HR Bukhari. HR Muslim.
2.
Dapat diambil manfaatnya sesuai dengan ghalibnya. Misalnya rumah, mobil, ternak, hasil pertanian, uang, emas, perak, dll.
Yaitu : harta tersebut berada dalam kontrol dan kekuasaanya secara penuh, dan dapat diambil manfaatnya secara penuh. Harta tersebut didapatkan melalui proses pemilikan yang dibenarkan menurut syariat islam, seperti : usaha, warisan, pemberian negara atau orang lain dan cara-cara yang sah. Sedangkan apabila harta tersebut diperoleh dengan cara yang haram, maka zakat atas harta tersebut tidaklah wajib, sebab harta tersebut harus dibebaskan dari tugasnya dengan cara dikembalikan kepada yang berhak atau ahli warisnya.
VI.2.2.2
Berkembang
harta tersebut dapat bertambah atau berkembang bila
Artinya
VI.2.2.3
Cukup Nishab
Artinya harta tersebut telah mencapai jumlah tertentu sesuai dengan ketetapan syara'. sedangkan harta yang tidak sampai nishabnya terbebas dari Zakat
VI.2.2.4
Kebutuhan pokok adalah kebutuhan minimal yang diperlukan seseorang dan keluarga yang menjadi tanggungannya, untuk kelangsungan hidupnya. Artinya apabila kebutuhan tersebut tidak terpenuhi yang bersangkutan tidak dapat hidup layak. Kebutuhan tersebut seperti kebutuhan primer atau kebutuhan hidup minimum (KHM), misal, belanja sehari-hari, pakaian, rumah, kesehatan, pendidikan, dsb.
VI.2.2.5
Orang yang mempunyai hutang sebesar atau mengurangi senishab yang harus dibayar pada waktu yang sama (dengan waktu mengeluarkan zakat), maka harta tersebut terbebas dari zakat.
VI.2.2.6
Maksudnya adalah bahwa pemilikan harta tersebut sudah belalu satu tahun. Persyaratan ini hanya berlaku bagi ternak, harta simpanan dan perniagaan. Sedang hasil pertanian, buah-buahan dan rikaz (barang temuan) tidak ada syarat haul.
VI.2.3Binatang Ternak
Hewan ternak meliputi hewan besar (unta, sapi, kerbau), hewan kecil (kambing, domba) dan unggas (ayam, itik, burung). Unta meliputi unta irab (unta Arab) yang berpunuk satu dan unta bakhathil yang berpunuk dua. Sapi meliputi seluruh jenis sapi ternak dan kerbau. Ibnul Mundzir telah menukil ijma ulama dalam Al-Ijma (no. 91) bahwa kerbau termasuk jenis sapi yang terkena zakat. Syaikhul Islam menukilnya dari Ibnul Mundzir dalam Majmu Fatawa (25/37). Ibnu Qudamah berkata dalam Al-Mughni (2/373): Kami tidak
mengetahui khilaf dalam hal ini. Adapun sapi liar/banteng, tidak dikenai zakat menurut Ibnu Qudamah beserta jumhur (mayoritas) ulama. Hujjahnya, sapi liar/banteng tidak termasuk binatang ternak seperti halnya binatang liar lainnya yang tidak terkena zakat.
VI.2.3.1
Jenis hewan ternak sapi, kerbau dan kuda yang terkena zakat adalah yang bersifat saimah, yaitu diternak dengan cara digembalakan supaya makan rumput dan tumbuhan yang tumbuh secara liar sepuasnya, tanpa mengeluarkan tenaga dan biaya untuk melayani makannya. Adapun yang bersifat alufah, yaitu yang memakan tenaga dan biaya untuk melayani makannya, baik dengan cara disabitkan rumput, dibelikan atau ditanamkan rumput di suatu tempat dan digembalakan di situ, maka jenis ini tidak terkena zakat. Ini adalah pendapat Ahmad, Asy-Syafii, Abu Hanifah, dan jumhur ulama. Dipilih oleh Syaikhul Islam, Asy-Syaukani, dan Al-Utsaimin. Hadits Muawiyah bin Haidah, Rasulullah bersabda: Pada setiap unta yang bersifat saimah untuk setiap empat puluh ekor unta zakatnya bintu labun19 dst.20 Pertanyaannya, apakah dipersyaratkan saimah dalam setahun penuh atau tidak? Dalam hal ini ada khilaf: Asy-Syafii mempersyaratkan hal itu dan pendapat ini didukung oleh
Asy-Syaukani. Sepertinya yang rajih adalah pendapat Ahmad dan Abu Hanifah rahimahumallah yang mengatakan bahwa hal itu bukan syarat, dan pendapat ini didukung oleh Al-Utsaimin. Hujjahnya adalah keumuman dalil yang mewajibkan zakat pada hewan ternak, sedangkan sifat saimah pada ternak tidaklah menjadi
19
Bintu labun adalah anak unta betina yang umurnya telah sempurna dua tahun dan sudah masuk tahun ketiga.
20
(HR. Ahmad, Abu Dawud, dan An-Nasai, dari Bahz bin Hakim dari ayahnya dari kakeknya Muawiyah bin Haidah, dishahihkan oleh Al-Hakim dan dibenarkan oleh Adz-Dzahabi. Al-Albani berkata dalam Irwa Al-Ghalil [3/264]: Hadits ini hanya hadits hasan, karena adanya khilaf yang telah diketahui tentang Bahz bin Hakim.)
hilang dengan sekadar dilayani makanannya dalam kurun waktu yang singkat dalam setahun. Apalagi hal ini tidak mungkin terhindar pada pemeliharaan hewan ternak, sehingga jika hal ini dianggap membatalkan sifat saimah padanya akan berkonsekuensi tidak ada zakat sama sekali pada hewan ternak. Jadi yang diperhitungkan dalam menyifati saimah/tidaknya adalah yang mendominasi. Jika digembalakan untuk makan rumput secara bebas dalam kurun waktu lebih dari enam bulan, berarti disifati saimah karena hal itu yang mendominasi. Sebaliknya, jika dilayani makanannya dalam kurun waktu lebih dari enam bulan, berarti alufah dan bukan saimah, karena hal itu yang mendominasi. Jika sebanding enam bulan enam bulan, maka tidak terkena zakat, karena pada asalnya hewan ternak tidak terkena zakat hingga memiliki sifat saimah dan dalam hal ini tidak bisa disifati sebagai saimah. Berdasarkan hadits Muadz bin Jabbal : Bahwasanya Nabi mengutusnya ke negeri Yaman, maka beliau memerintahkan kepadanya untuk memungut zakat dari setiap 30 ekor sapi satu ekor tabi atau tabiah dan dari setiap 40 ekor satu ekor musinnah.21 Berdasarkan hadits Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh At Tarmidzi dan Abu Dawud dari Muadz bin Jabbal RA diatas, maka dapat dibuat tabel sbb :
Jumlah Ternak(ekor)
30-39 40-59 60-69 70-79 80-89 Keterangan :
Zakat
1 ekor sapi jantan/betina tabi' /jadza (a) 1 ekor sapi betina musinnah/ tsaniyyah (b) 2 ekor sapi tabi' 1 ekor sapi musinnah dan 1 ekor tabi' 2 ekor sapi musinnah
a. Sapi berumur 1 tahun, masuk tahun ke-2 b. Sapi berumur 2 tahun, masuk tahun ke-3 (bintu labun) Inilah rincian zakat sapi menurut pendapat yang benar, yaitu pendapat jumhur ulama. Wallahul muwaffiq. Nishab kerbau dan kuda disetarakan dengan
21
(HR. Ahmad, Abu Dawud, At-Tirmidzi, An-Nasai, Ibnu Majah, dihasankan oleh At-Tirmidzi dan dishahihkan oleh Ibnu Hibban, Al-Hakim, Adz-Dzahabi, Ibnu Abdil Barr, Syaikhul Islam dalam Majmu Al-Fatawa [25/36], serta Al-Albani dalam Irwa Al-Ghalil no [795])
nishab
sapi
yaitu
30
ekor.
Artinya
jika
seseorang
telah
memiliki
sapi
(kerbau/kuda) sejumlah tersebut, maka ia telah terkena wajib zakat. Selanjutnya setiap jumlah itu bertambah 30 ekor, zakatnya bertambah 1 ekor tabi'. Dan jika setiap jumlah itu bertambah 40 ekor, zakatnya bertambah 1 ekor musinnah.
VI.2.3.2
Kambing/domba
Kambing meliputi kambing biasa dan domba/biri-biri. Tidak ada khilaf di kalangan fuqaha bahwa kambing dan domba disatukan dalam perhitungan nishab dan zakat. Demikian pula seluruh jenis sapi dan kerbau yang beragam jenisnya disatukan dalam perhitungan nishab dan zakat. Juga seluruh jenis unta yang beragam jenisnya disatukan dalam perhitungan nishab dan zakat. Adapun yang berbeda jenis tidak disatukan antara satu dengan yang lainnya dan tidak ada khilaf pula dalam hal ini. Maka kambing tidak disatukan dengan sapi dan unta dalam perhitungan nishab dan zakat. Nishab kambing/domba adalah 40 ekor, artinya bila seseorang telah memiliki 40 ekor kambing/domba maka ia telah terkena wajib zakat. Dalilnya adalah hadits Anas bin Malik bahwa Abu Bakar Ash-Shiddiq menulis kitab zakat kepadanya ketika mengutusnya sebagai amil (petugas zakat) ke negeri Bahrain, di antara isinya: Pada zakat ghanam (domba/kambing) pada ghanam yang bersifat saimah. Jika jumlahnya 40-120 ekor, maka zakatnya satu ekor syah (kambing/domba). Jika jumlahnya lebih dari 120 hingga 200 ekor, maka zakatnya dua ekor syah. Jika jumlahnya lebih dari 200 hingga 300 ekor, maka zakatnya tiga ekor syah. Jika jumlahnya lebih dari 300 ekor, maka pada setiap seratus ekor zakatnya satu ekor syah. Jika jumlah saimah seseorang kurang satu ekor saja dari empat puluh, maka tidak ada zakatnya, kecuali jika pemiliknya menghendaki (untuk bersedekah).22 Berdasarkan hadits Nabi Muhammad SAW, yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori dari Anas bin Malik diatas, maka dapat dibuat tabel sbb :
Jumlah Ternak(ekor)
40-120
Zakat
1 ekor kambing (2th) atau
domba (1th) 121-200 2 ekor kambing/domba 201-300 3 ekor kambing/domba Selanjutnya, setiap jumlah itu bertambah 100 ekor maka zakatnya bertambah 1 ekor.
22
Besar Zakat = 2,5 % x Rp.26.000.000,- = Rp 650.000 Catatan : Kandang dan alat peternakan tidak diperhitungkan sebagai harta yang wajib dizakati. Nishab besarnya 85 gram emas murni, jika @ Rp 25.000,00 Maka 85 x Rp 25.000,00 = Rp 2.125.000,00
VI.2.3.4
Unta
Nishab unta adalah 5 ekor, artinya bila seseorang telah memiliki 5 ekor unta maka ia terkena kewajiban zakat. Selanjtnya zakat itu bertambah, jika jumlah unta yang dimilikinya juga bertambah. Berdasarkan hadits Nabi SAW yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dari Anas bin Malik, maka dapat dibuat tabel sbb:
Jumlah(ekor)
5-9 10-14 15-19 20-24 1 2 3 4 ekor ekor ekor ekor
Zakat
kambing/domba (a) kambing/domba kambing/domba kambing/domba
1 1 1 1 2 2
bintu Makhad (b) bintu Labun (c) Hiqah (d) Jadz'ah (e) bintu Labun (c) Hiqah (d)
(a) Kambing berumur 2 tahun atau lebih, atau domba berumur satu tahun atau lebih. (b) Unta betina umur 1 tahun, masuk tahun ke-2 (c) Unta betina umur 2 tahun, masuk tahun ke-3 (d) Unta betina umur 3 tahun, masuk tahun ke-4 (e) Unta betina umur 4 tahun, masuk tahun ke-5 Selanjutnya, jika setiap jumlah itu bertambah 40 ekor maka zakatnya bertambah 1 ekor bintu Labun, dan setiap jumlah itu bertambah 50 ekor, zakatnya bertambah 1 ekor Hiqah.
VI.2.3.5
Pada rincian di atas kita mendapati ada jumlah hewan ternak yang tidak terkena zakat, yaitu kelebihan dari nishab yang tidak mencapai nishab berikutnya. Jumlah antara dua nishab yang tidak terkena zakat ini dinamakan waqas. Sebagai contoh, waqas pada sapi antara 30 ekor dengan 40 ekor adalah 9 ekor, 9 ekor tersebut tidak ada zakatnya. Waqas pada kambing/domba antara 40 ekor dengan 121 ekor adalah 80 ekor, 80 ekor tersebut tidak ada zakatnya. Waqas ini hanya ada pada zakat hewan ternak dan tidak ada pada zakat harta lainnya.
VI.2.3.6
Tidak ada zakat pada sapi pekerja.23 Namun keshahihannya diperselisihkan oleh ahlul hadits. Al-Albani
menshahihkannya dalam Shahih Abi Dawud (no. 1572), sedangkan Al-Hafizh Ibnu Hajar mengatakan dalam Bulughul Maram: Yang rajih hadits ini mauquf atas Ali (perkataan Ali). Ada beberapa hadits yang lain, namun semuanya dhaif (lemah). Haditshadits didhaifkan oleh Al-Albani dalam Dhaif Al-Jami (no. 4904, 4905). Haditshadits ini juga didhaifkan oleh Asy-Syaukani dalam As-Sailul Jarrar (2/36-37). Hal ini dikuatkan dari sisi makna bahwa kedudukannya seperti halnya keledai, baghal (peranakan keledai dan kuda, red.), dan kuda yang digunakan sebagai tunggangan serta angkutan. Juga menyerupai budak-budak yang dimiliki dan perabot-perabot rumah, sementara harta-harta ini tidak ada zakatnya berdasarkan hadits Abu Hurairah : Tidak ada kewajiban zakat atas diri seorang muslim pada budak dan kudanya.24 Tidak ada yang menyelisihi jumhur dalam masalah ini selain Al-Imam Malik dan Al-Laits rahimahumallah yang berpendapat ada zakatnya.
b. susu tersebut masih dalam gudang atau masih dalam proses. Keduanya masuk dalam kategori objek wajib zakat. 3. Harga produksi setahun tersebut dikurangi pembiayaan dan
(HR. Abu Dawud dan Ad-Daraquthni) (HR. Al-Bukhari no. 1464 dan Muslim no. 982)
pajak, biaya penjualan dan distribusi, biaya dan administrasi, dan yang sejenisnya. 4. Harga produksi juga dikurangi hutang dan nafkah hidup jika belum ada sumber lain untuk pendapatan. 5. Hasil bersih produksi tersebut merupakan objek zakat yang dihitung dengan cara mengurangkan hasil produksi dengan biaya dan pelunasan utang serta pemenuhan kebutuhan pokok. 6. Nishab zakat dianalogikan dengan nishab emas (85 gram) sesuai harga pasar pada waktu pembayaran zakat. 7. Tarif zakatnya adalah 2,5 % bila menggunakan kalender hijriyyah, atau 2,575 % bila berpedoman pada kalender masehi. 8. Jumlah zakat dihitung dengan cara mengalikan objek zakat dengan tarifnya. Contoh perhitungan zakat produksi susu Informasi awal: Harga produksi hewan selama satu tahun Rp. 100.000.000. Harga dari anak ternak yang dijual selama satu tahun Rp. 40.000.000. Pemasukan lain dari peternakan tersebut Rp. 10.000.000. Biaya pakan ternak Rp. 25.000.000. Upak pekerja Rp. 15.000.000. Biaya pemasaran Rp. 3.000.000. Biaya administrasi Rp. 2.000.000. Pembayaran angsuran pembelian alat pemerah susu Rp. 10.000.000. Biaya kebutuhan pokok Rp. 15.000.000. Harga satu gram emas Rp. 50.000. Aktiva tetap Rp. 500.000.000. Masa haul menggunakan tahun hijriyyah. Peternak tidak memiliki sumber penghasilan lain. Jumlah (Rp) Total (Rp) Keterangan
100.000.000
- penjualan anak ternak - pendapatan lain Total pendapatan Biaya/pengeluaran: - biaya pakan - biaya pekerja - biaya pemasaran - biaya administrasi Hutang dan nafkah hidup: - hutang - nafkah hidup pokok Total tanggungan: Objek zakat Nishab:
Senilai 85 gram emas X Rp. 50.000 = Rp. 4.250.000 Objek zakat telah nishab Jumlah zakat: Rp80.000.000 X 2,5 % = Rp2.000.000.
Biaya operasional Rp. 50.000.000. Harga pembelian timbangan Rp. 20.000.000. Utang yang harus dilunasi Rp. 30.000.000. Kebutuhan hidup pokok Rp. 20.000.000. Masa haul menggunakan tahun hijriyyah . Jumlah (Rp) Total (Rp) Keterangan
Uraian Harga produksi setahun: - produk yang terjual - produk yang belum terjual Total pendapatan Biaya: - biaya ternak pembelian anak
250.000.000 150.000.000
400.000.00 0 Biaya riil dan pembayaran pembelian 180.000.000 kebutuhan kerja dipotongkan dari harta 50.000.000 20.000.000
- biaya operasional - biaya pembelian timbangan 30.000.000 - utang 20.000.000 - kebutuhan hidup pokok 300.000.00 0 100.000.00 0 Nishab: Andai harga satu gramnya Rp50.000. Senilai 85 gram emas X Rp50.000 = Rp4.250.000 Total tanggungan: Objek zakat Objek zakat telah nishab Jumlah zakat: Rp100.000.000 X 2,5 % = Rp2.500.000.
VI.2.4Hasil Pertanian
Hasil pertanian adalah hasil tumbuh-tumbuhan atau tanaman yang bernilai ekonomis seperti biji-bijian, umbi-umbian, sayur-mayur, buah-buahan, tanaman hias, rumput-rumputan, dedaunan, dll. Nishab hasil pertanian adalah 5 wasq, satu wasaq adalah 60 sha dengan sha Nabi Shallallahu alaihi wa sallam. Jadi ukuran satu nishab dengan sha Nabi
Shallallahu alaihi wa sallam, berupa kurma, kismis, gandum, beras dan sejenisnya ialah 300 sha dengan sha Nabi Shallallahu alaihi wa sallam, yaitu setiap satu sha setara dengan empat cakupan tangan orang berukuran sedang apabila kedua tangannya penuh (atau setara dengan 750 kg). Apabila hasil pertanian termasuk makanan pokok, seperti beras, jagung, gandum, kurma, dll, maka nishabnya adalah 750 kg dari hasil pertanian tersebut. Tetapi jika hasil pertanian itu selain makanan pokok, seperti buah-buahan, sayur-sayuran, daun, bunga, dll, maka nishabnya disetarakan dengan harga nishab dari makanan pokok yang paling umum di daerah (negeri) tersebut (di negeri kita = beras). Kadar zakat untuk hasil pertanian, apabila diairi dengan air hujan, atau sungai/mata/air, maka 10%, apabila diairi dengan cara disiram / irigasi (ada biaya tambahan) maka zakatnya 5%. Dari ketentuan ini dapat dipahami bahwa pada tanaman yang disirami zakatnya 5%. Artinya 5% yang lainnya didistribusikan untuk biaya pengairan. Imam Az Zarqoni berpendapat bahwa apabila pengolahan lahan pertanian diairidengan air hujan (sungai) dan disirami (irigasi) dengan perbandingan 50;50, maka kadar zakatnya 7,5% (3/4 dari 1/10). Pada sistem pertanian saat ini, biaya tidak sekedar air, akan tetapi ada biaya lain seperti pupuk, insektisida, dll. Maka untuk mempermudah perhitungan zakatnya, biaya pupuk, intektisida dan sebagainya diambil dari hasil panen, kemudian sisanya (apabila lebih dari nishab) dikeluarkan zakatnya 10% atau 5% (tergantung sistem pengairannya).
tujuan menyimpan uang dan sewaktu-waktu dapat di uangkan. Pada emas dan perak atau lainnya yang berbentuk perhiasan, asal tidak berlebihan, maka tidak diwajibkan zakat atas barang-barang tersebut.
VI.2.5.1
Zakat Emas
Ketentuan Umum: 1. Mencapai haul (sudah setahun) 2. Mencapai nishab 20 dinar (85 gram emas murni) 3. Besar zakat 2,5 % Cara Menghitung : 1. Jika seluruh emas/perak yang dimiliki, tidak dipakai atau dipakainya hanya setahun sekali. Zakat emas/perak = emas yang dimiliki x harga emas x 2,5 % 2. Jika emas yang dimiliki ada yang dipakai. Zakat = (emas yang dimiliki - emas yang dipakai) x harga emas x 2,5 %
VI.2.5.2
Zakat Perak
Ketentuan Umum: 1. Mencapai haul (sudah setahun) 2. Mencapai nishab 200 dirham (672 gr perak) 3. Besar zakat 2,5 % Cara Menghitung : 1. Jika seluruh perak yang dimiliki, tidak dipakai atau dipakainya hanya setahun sekali. Zakat = perak yang dimiliki x harga perak x 2,5 % 2. Jika emas yang dimiliki ada yang dipakai. Zakat = (perak yang dimiliki - perak yang dipakai) x harga emas x 2,5 % Catatan : Perhitungan harta yang wajib dizakati dilakukan setiap tahun pada bulan yang sama. Ada perbedaan pendapat tentang wajibnya zakat pada perhiasan wanita jika telah mencapai nishab dan tidak diproyeksikan untuk perdagangan. Yang benar adalah bahwa harus dikeluarkan zakatnya jika telah mencapai nishab walaupun hanya untuk dipakai dan hanya sebagai perhiasan.
Nishab emas adalah 20 dinar, kadar zakatnya 11 3/7 junaih Saudi (2,5%). Jika perhiasan itu kurang dari jumlah itu, maka tidak ada zakatnya, kecuali jika diproyeksikan untuk perdagangan maka secara mutlak ada zakatnya, baik berupa emas maupun perak. Dalil wajibnya zakat pada perhiasan yang berupa emas dan perak yang dialokasikan untuk dipakai adalah keumuman cakupan sabda Nabi shollallaahualaihi wasallam,
.
Siapa saja yang memiliki emas dan perak lalu tidak dikeluarkan zakatnya maka pada hari Kiamat nanti akan dibentangkan baginya lempengan dari api lalu dipanaskan dalam neraka kemudian dahi-dahi mereka, lambung dan punggung mereka dibakar dengannya.[1] (Al-Hadits). HR. Muslim, kitab az-Zakah (987) Hadits Abdullah bin Amr bin al-Ash rodhiallaahuanhu: Bahwa seorang wanita datang kepada Rasulullah shollallaahualaihi wasallam, wanita itu bersama puterinya yang mengenakan dua gelang emas yang besar di tangannya, maka beliau bertanya kepadanya,
Apakah engkau mengeluarkan zakatnya? Wanita itu menjawab, Tidak. Beliau bersabda,
Apakah engkau senang bila Allah mengenakan gelang padamu karena kedua gelang tersebut pada hari kiamat nanti dengan dua gelang yang terbuat dari api? Maka wanita itu pun langsung melepaskan kedua gelang tersebut lalu menjatuhkannya kepada Nabi shollallaahualaihi wasallam sambil mengatakan, Kedua gelang itu untuk Allah subhanahu wataala dan RasulNya.[2] Diriwayatkan oleh Abu Dawud, kitab azZakah (1563) dan an-Nasai, kitab az-Zakah (5/38) dengan isnad hasan. Hadits Ummu Salamah rodhiallaahuanha, ia berkata, Aku mengenakan gelang-gelang kaki yang terbuat dari emas, lalu aku berkata, Wahai Rasulullah, apakah ini termasuk harta simpanan? Beliau menjawab,
.
Barang apa saja yang telah mencapai nishab lalu dikeluarkan zakatnya maka tidak termasuk kanz (harta simpanan).[3] Diriwayatkan oleh Abu Dawud, kitab az-Zakah (1564) dan ad-Daru Quthni seperti itu (2/105), dishahihkan oleh al-Hakim (1/390). Beliau tidak mengatakan, Tidak ada zakat pada perhiasan. Adapun riwayat yang menyebutkan bahwa Nabi shollallaahualaihi wasallam mengatakan, Tidak ada zakat pada perhiasan, adalah hadits lemah, tidak boleh digunakan untuk dipertentangkan dengan yang pokok dan tidak juga dengan hadits-hadits shahih. Hanya Allah-lah pemberi petunjuk.
1. Kekayaan dalam bentuk barang 2. Uang tunai 3. Piutang Contoh : Sebuah perusahaan meubel pada tutup buku per Januari tahun 2010 dengan keadaan sbb : 1.Mebel belum terjual 5 set 2.Uang tunai 3. Piutang Jumlah Utang & Pajak
Pada harta perniagaan, modal investasi yang berupa tanah dan bangunan atau lemari, etalase pada toko, dll, tidak termasuk harta yang wajib dizakati sebab termasuk kedalam kategori barang tetap (tidak berkembang). Usaha yang bergerak dibidang jasa, seperti perhotelan, penyewaan apartemen, taksi, rental mobil, bus/truk, kapal laut, pesawat udara, dll, kemudian dikeluarkan zakatnya dapat dipilih diantara 2 (dua) cara:
1. Pada perhitungan akhir tahun (tutup buku), seluruh harta kekayaan perusahaan dihitung, termasuk barang (harta) penghasil jasa, seperti hotel, taksi, kapal, dll, kemudian keluarkan zakatnya 2,5 %. 2. Pada Perhitungan akhir tahun (tutup buku), hanya dihitung dari hasil bersih yang diperoleh usaha tersebut selama satu tahun, kemudian zakatnya dikeluarkan 10%. Hal ini diqiyaskan dengan perhitungan zakat hasil pertanian, dimana perhitungan zakatnya hanya didasarkan pada hasil pertaniannya, tidak dihitung harga tanahnya.
VI.2.8Zakat Hadiah, Komisi, Hibah, Undian dan Kuis Berhadiah VI.2.8.1 Terkait Gaji
Jika hadiah tersebut terkait dengan gaji maka ketentuannya sama dengan zakat profesi dan dikeluarkan pada saat menerima hadiah. Besar Zakat yang dikeluarkan 2.5%.
VI.2.8.2
Komisi
Jika komisi, terdiri dari 2 bentuk : Pertama, jika komisi dari hasil prosentasi keuntungan perusahaan kepada pegawai, maka zakat yang dikeluarkan sebesar 10%. Kedua, jika komisi dari hasil profesi misalnya makelar, maka zakatnya seperti zakat profesi.
VI.2.8.3
Hibah
Jika hibah terdiri dari 2 bentuk : Pertama, jika sumber hibah tidak diduga - duga maka zakat yang dikeluarkan sebesar 20%. Kedua, jika sumber hibah sudah diduga dan diharapkan, maka hibah tersebut digabung-kan dengan kekayaan yang ada, zakat yang dikeluarkan sebesar 2.5%.
VI.2.8.4
Harta yang diperoleh dari hasil undian atau kuis berhadiah merupakan salah satu sebab dari kepemilikan harta yang diidentikkan dengan harta temuan (rikaz). Oleh sebab itu jika hasil tersebut memenuhi kriteria zakat, maka wajib dizakati sebasar 20%. Contoh: Fitri memenangkan kuis berhadiah TEBAK OLIMPIADE berupa mobil sedan seharga Rp.52.000.000,- dengan pajak undian 20% ditanggung pemenang.Harta Rp.41.600.000,Zakat = 20% x Rp.41.600.000,- = RP.8.320.000,-. Fitri = Rp.52.000.000,-Rp.10.400.000,=
VI.2.9Zakat Simpanan
Uang simpanan dikenakan zakat dari jumlah saldo akhir bila telah mencapai haul. Besarnya nisab senilai 85 gr emas. Besar zakat yang harus dikeluarkan 2,5 %
VI.2.9.1
Saldo akhir : saldo akhir - Bagi hasil/bunga Besarnya zakat : 2,5 % x saldo akhir
VI.2.9.2 VI.2.10
Hasil
Zakat Profesi
profesi (pegawai negeri/swasta, konsultan, dokter, notaris, dll)
merupakan sumber pendapatan (kasab) yang tidak banyak dikenal di masa salaf (generasi terdahulu), oleh karenanya bentuk kasab ini tidak banyak dibahas, khusunya yang berkaitan dengan zakat. Lain halnya dengan bentuk kasab yang lebih populer saat itu, seperti pertanian, peternakan dan perniagaan, mendapatkan porsi pembahasan yang sangat memadai dan detail. Meskipun demikian bukan berarti harta yang didapatkan dari hasil profesi tersebut bebas dari zakat, sebab zakat pada hakekatnya adalah pungutan harta yang diambil dari orang-orang kaya untuk dibagikan kepada orang-orang miskin diantra mereka (sesuai dengan ketentuan syara'). Dengan demikian apabila seseorang dengan hasil profesinya ia menjadi kaya, maka wajib atas kekayaannya itu zakat, akan tetapi jika hasilnya tidak mencukupi kebutuhan hidup (dan keluarganya), maka ia menjadi mustahiq (penerima zakat). Sedang jika hasilnya hanya sekedar untuk menutupi kebutuhan hidupnya, atau lebih sedikit maka baginya tidak wajib zakat. Kebutuhan hidup yang dimaksud adalah kebutuhan pokok, yakni, papan, sandang, pangan dan biaya yang diperlukan untuk menjalankan profesinya.
Zakat profesi memang tidak dikenal dalam khasanah keilmuan Islam, sedangkan hasil profesi yang berupa harta dapat dikategorikan ke dalam zakat harta (simpanan/kekayaan). Dengan demikian hasil profesi seseorang apabila telah memenuhi ketentuan wajib zakat (telah mencapai nishab) maka wajib baginya untuk menunaikan zakat. Menurut Yusuf Qordhowi, sangat dianjurkan untuk menghitung zakat dari pendapatan kasar (brutto), untuk lebih menjaga kehati-hatian. Nisab sebesar 5 wasaq / 652,8 kg gabah setara 520 kg beras. Besar zakat profesi yaitu 2,5 %. Terdapat 2 kaidah dalam menghitung zakat profesi 1. Menghitung dari pendapatan kasar (brutto) Besar Zakat yang dikeluarkan = Pendapatan total (keseluruhan) x 2,5 % 2. Menghitung dari pendapatan bersih (netto) Pendapatan wajib zakat=Pendapatan total - Pengeluaran perbulan* Besar zakat yang harus dibayarkan=Pendapatan wajib zakat x 2,5 % Keterangan : Pengeluaran per bulan adalah pengeluaran kebutuhan primer (sandang, pangan, papan ) Pengeluaran perbulan termasuk : Pengeluaran diri , istri, 3 anak, orang tua dan Cicilan Rumah. Bila dia seorang istri, maka kebutuhan diri, 3 anak dan cicilan Rumah tidak termasuk dalam pengeluaran perbulan. Contoh : Akbar adalah seorang karyawan swasta yang berdomisili di kota Bogor, memiliki seorang istri dan 2 orang anak. Penghasilan bersih perbulan Rp. 1.500.000,-. Bila kebutuhan pokok keluarga tersebut kurang lebih Rp.625.000 per bulan maka kelebihan dari penghasilannya = (1.500.000 - 625.000) = Rp. 975.000 perbulan. Apabila saldo rata-rata perbulan 975.000 maka jumlah kekayaan yang dapat dikumpulkan dalam kurun waktu satu tahun adalah Rp. 11.700.00 (lebih dari nishab). Dengan demikian Akbar berkewajiban membayar zakat sebesar 2.5% dari saldo. Dalam hal ini zakat dapat dibayarkan setiap bulan sebesar 2.5% dari saldo bulanan atau 2.5 % dari saldo tahunan.
VI.2.11
Hasil dari keuntungan investasi saham, wajib dikeluarkan zakatnya sesuai dengan kesepakatan para ulama pada Muktamar Internasional Pertama tentang zakat di Kuwait (29 Rajab 1404.) Namun para ulama berbeda tentang kewajiban pengeluaran zakatnya :
VI.2.11.1
Pendapat pertama yang dikemukakan oleh Syeikh Abdurrahman Isa dalam kitabnya "al-Mu'amalah al-Haditsah wa Ahkmuha" mengatakan bahwa yang harus diperhatikan sebelum pengeluaran zakat adalah status perusahaannya, di mana:
Jika perusahaan tersebut hanya bergerak di bidang layanan jasa, misalnya biro perjalanan, biro iklan, perusahaan jasa angkutan (darat, laut, udara), perusahaan hotel, maka sahamnya tidak wajib dizakati. Hal ini dikarenakan saham-saham itu terletak pada alatalat, perlengkapan, gedung-gedung, sarana dan prasarana lainnya. Namun keuntungan yang diperoleh dimasukkan ke dalam harta para pemilik saham tersebut, lalu zakatnya dikeluarkan bersama harta lainnya jika telah mencapai haul dan nishab (jangka waktu dan jumlah tertentu).
Jika perusahaan tersebut adalah perusahaan dagang murni yang melakukan transaksi jual beli komoditi tanpa melakukan proses pengolahan, seperti perusahaan yang menjual hasil-hasil industri, perusahaan dagang dalam negeri, perusahaan ekspor-impor, dan lain lain, maka saham-saham perusahaan tersebut wajib dikeluarkan zakatnya di samping zakat atas keuntungan yang diperoleh. Caranya adalah dengan menghitung kembali jumlah keseluruhan saham kemudian dikurangi harga alat-alat, barang-barang ataupun inventaris lainnya. Besarnya kadar zakat adalah 2,5 persen dan bisa dikeluarkan setiap akhir tahun.
Jika
perusahaan
tersebut
bergerak
di
bidang
industri
dan suatu
perdagangan
sekaligus,
artinya
melakukan
pengolahan
komoditi dan kemudian menjual kembali hasil produksinya, seperti perusahaan Minyak dan Gas (MIGAS), perusahaan pengolahan mebel, marmer dan sebagainya, maka sahamnya wajib dizakatkan dengan mekanisme yang sama dengan perusahaan kategori kedua
VI.2.11.2
Pendapat kedua adalah pendapat Abu Zahrah. Menurutnya, saham wajib dizakatkan tanpa melihat status perusahaannya karena saham adalah harta yang beredar dan dapat diperjual-belikan, dan pemiliknya mendapatkan keuntungan dari hasil penjualan tersebut. Ini termasuk kategori komoditi perdagangan dengan besaran zakat 2,5 persen dari harga pasarnya. Caranya adalah setiap akhir tahun, yang bersangkutan melakukan penghitungan harga saham pada harga pasar, lalu menggabungkannya dengan dividen (keuntungan) yang
diperoleh. Jika besarnya harga saham dan keuntungannya tersebut mencapai nishab maka saham tersebut wajib dizakatkan.
VI.2.11.3
Yusuf Qardhawi sendiri mempunyai pendapat yang agak berbeda dengan kedua pendapat di atas. Beliau mengatakan jika saham perusahaan berupa barang atau alat seperti mesin produksi, gedung, alat transportasi dan lain-lain, maka saham perusahaan tersebut tidak dikenai zakat. Zakat hanya dikenakan pada hasil bersih atau keuntungan yang diperoleh perusahaan, dengan kadar zakat 10 persen. Hukum ini juga berlaku untuk aset perusahaan yang dimiliki oleh individu/perorangan. Lain halnya kalau saham perusahaan berupa komoditi yang diperdagangkan (tercatat di bursa saham), zakat dapat dikenakan pada saham dan keuntungannya sekaligus karena dianalogikan dengan urudh tijarah (komoditi perdagangan). Besarnya kadar zakat adalah 2,5 persen. Hal ini juga berlaku untuk aset serupa (surat-surat berharga lainnya) yang dimiliki oleh perorangan. Pendapat yang terakhir ini, sebagaimana disampaikan Yusuf Qaradawi nampaknya lebih mudah dalam aplikasinya. Zakat saham hanya diwajibkan pada saham yang berupa komoditi perdagangan dengan kadar zakat 2,5 persen. Untuk saham yang berupa alat-alat atau barang, zakatnya adalah pada keuntungan yang diperoleh dan bukan pada nilai saham itu sendiri. Kadar zakatnya 10 persen, dianalogikan dengan zakat hasil pertanian dan perkebunan. Contoh: Nyonya Salamah memiliki 500.000 lembar saham PT. ABDI ILAHI, harga nominal Rp.5.000/Lembar. Pada akhir tahun buku tiap lembar mendapat deviden Zakat = 2.5% x Rp. 2.650.000.000,- = Rp. 66.750.000,Rp.300,Total jumlah harta(saham) = 500.000 x Rp.5.300,- = Rp.2.650.000.000,-
VI.2.12
Harta yang diperoleh dari hasil penjualan rumah (properti) atau penggusuran, dapat dikategorikan dalam dua macam: 1. Penjualan rumah yang disebabkan karena kebutuhan, termasuk penggusuran secara terpaksa , maka hasil penjualan (penggusurannya) lebih dulu dipergunakan untuk memenuhi apa yang dibutuhkannya. Apabila hasil penjualan (penggusuran) dikurangi harta yang dibutuhkan jumlahnya masih melampaui nishab maka ia berkewajiban zakat sebesar
2.5% Contoh:
dari
kelebihan
harta
tersebut.
Pak Ahmad terpaksa menjual rumah dan pekarangannya yang terletak di sebuah jalan protokol, di Jakarta, sebab ia tak mampu membayar pajaknya. Dari hasil penjualan Rp.150.000.000,- ia bermaksud untuk membangun bekal rumah di pinggiran hari kota dan diperkirakan akan tua. menghabiskan anggaran Rp.90.000.000,- selebihnya akan ditabung untuk Zakat = 2.5% x (Rp.150.000.000,- - Rp.90.000.000,-) = Rp.1.500.000,-. 2. Penjualan rumah (properti) yang tidak didasarkan pada kebutuhan maka ia wajib membayar zakat sebesar 2.5% dari hasil penjualannya.
VI.2.13
Demikian pula harta anak yatim dan orang gila wajib dizakati, menurut jumhur ulama, apabila telah mencapai nishabnya dan telah genap setahun. Wajib atas para wali mereka untuk mengeluarkan zakatnya dengan niat dari mereka pada saat genap setahun, berdasarkan keumuman dalil-dalil.
kemanusiaan) dan mengikis sifat bakhil (kikir) serta serakah. Dengan begitu akhirnya suasana ketenangan bathin karena terbebas dari tuntutan Allah SWT dan kewajiban kemasyarakatan, akan selalu melingkupi hati. 4. Dapat menunjang terwujudnya sistem kemasyarakatan Islam yang berdiri atas prinsip-prinsip: Ummatn Wahidan (umat yang satu), Musawah (persamaan derajat, dan dan kewajiban), Ukhuwah Islamiyah (persaudaraan Islam) dan Takaful Ijti'ma (tanggung jawab bersama).
5. Menjadi unsur penting dalam mewujudakan keseimbangan dalam distribusi harta (sosial distribution), dan keseimbangan tanggungjawab individu dalam masyarakat. 6. Zakat adalah ibadah maaliyah yang mempunyai dimensi dan fungsi sosial ekonomi atau pemerataan karunia Allah SWT dan juga merupakan perwujudan solidaritas sosial, pernyataan rasa kemanusian dan keadilan, pembuktian persaudaraan Islam, pengikat persatuan ummat dan bangsa, sebagai pengikat bathin antara golongan kaya dengan yang miskin dan sebagai penimbun jurang yang menjadi pemisah antara golongan yang kuat dengan yang lemah. 7. Mewujudkan tatanan masyarakat yang sejahtera dimana hubungan seseorang dengan yang lainnya menjadi rukun, damai dan harmonis yang akhirnya dapat menciptakan situasi yang tentram, aman lahir batin. Dalam masyarakat seperti itu takkan ada lagi kekhawatiran akan hidupnya kembali bahaya komunisme & atheis) dan paham atau ajaran yang sesat dan menyesatkan. Sebab dengan dimensi dan fungsi ganda zakat, persoalan yang dihadapi kapitalisme dan sosialisme dengan sendirinya sudah terjawab. Akhirnya sesuai dengan janji Allah SWT, akan terciptalah sebuah masyarakat yang baldatun thoyibatun wa Rabbun Ghafur. 8. Pilar amal jama'i antara mereka yang berada dengan para mujahid dan da'i yang berjuang dan berda'wah dalam rangka meninggikan kalimat Allah SWT. 9. Ungkapan rasa syukur atas nikmat yang Allah SWT berikan. 10. Untuk pengembangan potensi ummat. 11. Dukungan moral kepada orang yang baru masuk Islam. 12. Menambah pendapatan negara untuk proyek-proyek yang berguna bagi ummat.
VIII.2
1. Menanamkan sifat kemuliaan, rasa toleran dan kelapangan dada kepada 2. Pembayar zakat biasanya identik dengan sifat rahmah (belas kasih) dan lembut kepada saudaranya yang tidak punya. 3. Merupakan realita bahwa menyumbangkan sesuatu yang bermanfaat baik berupa harta maupun raga bagi kaum Muslimin akan melapangkan dada dan meluaskan jiwa. Sebab sudah pasti ia akan menjadi orang yang dicintai dan dihormati sesuai tingkat pengorbanannya. 4. Di dalam zakat terdapat penyucian terhadap akhlak.
VIII.3
1. Zakat merupakan sarana untuk membantu dalam memenuhi hajat hidup para
2. Memberikan dukungan kekuatan bagi kaum Muslimin dan mengangkat eksistensi mereka. Ini bisa dilihat dalam kelompok penerima zakat, salah satunya adalah mujahidin fi sabilillah. 3. Zakat bisa mengurangi kecemburuan sosial, dendam dan rasa dongkol yang ada dalam dada fakir miskin. Karena masyarakat bawah biasanya jika melihat mereka yang berkelas ekonomi tinggi menghambur-hamburkan harta untuk sesuatu yang tidak bermanfaaat bisa tersulut rasa benci dan permusuhan mereka. Jikalau harta yang demikian melimpah itu dimanfaatkan untuk mengentaskan kemiskinan tentu akan terjalin keharmonisan dan cinta kasih antara si kaya dan si miskin. 4. Zakat akan memacu pertumbuhan ekonomi pelakunya dan yang jelas berkahnya akan melimpah. 5. Membayar zakat berarti memperluas peredaran harta benda atau uang, karena ketika harta dibelanjakan maka perputarannya akan meluas dan lebih banyak pihak yang mengambil manfaat.
Panduan Zakat
PENDAHULUAN Ummat Islam adalah ummat yang mulia, ummat yang dipilih Allah untuk mengemban risalah, agar mereka menjadi saksi atas segala ummat. Tugas ummat Islam adlah mewujudkan kehidupan yang adil, makmur, tentram dan sejahtera dimanapun mereka berada. Karena itu ummat Islam seharusnya menjadi rahmat bagi sekalian alam. Bahwa kenyataan ummat Islam kini jauh dari kondisi ideal, adalah akibat belum mampu mengubah apa yang ada pada diri mereka sendiri (QS. Ar-Ra'du : 11). Potensi-potensi dasar yang dianugerahkan Allah kepada ummat Islam belum dikembangkan secara optimal. Padahal ummat Islam memiliki banyak intelektual dan ulama, disamping potensi sumber daya manusia dan ekonomi yang melimpah. Jika seluruh potensi itu dikembangkan secara seksama, dirangkai dengan potensi aqidah Islamiyah (tauhid), tentu akan diperoleh hasil yang optimal. Pada saat yang sama, jika kemandirian, kesadaran beragama dan ukhuwah Islamiyah kaum muslimin juga makin meningkat maka pintu-pintu kemungkaran akibat kesulitan ekonomi akan makin dapat dipersempit. Salah satu sisi ajaran Islam yang belum ditangani secara serius adalah penanggulanagn kemiskinan dengan cara mengoptimalkan pengumpulan dan pendayagunaan zakat, infaq dan shadaqah dalam arti seluas-luasnya. Sebagaimana telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW serta penerusnya di zaman keemasan Islam. Padahal ummat Islam (Indonesia) sebenarnya memiliki potensi dana yang sangat
besar. Terdorong dari pemikiran inilah, kami mencoba untuk menuliskan risalah zakat yang ringkas dan praktis agar dapat dengan mudah dimengerti oleh pembaca. Meskipun kami sadar bahwa rislah ini masih jauh dari sempurna. Namun demikian kami berharap risalah ini dapat bermanfaat. Koreksi, kritik dan saran sangat kami harapkan demi kesempurnaan risalah zakat ini Semoga Allah SWT mengampuni kekurangan dan kesalahan yang ada dalam risalah ini, serta mencatatnya sebagai amal shaleh. Amin
Lainnya
Saudi Arabia: Department of Zakat and Income Tax Amerika Serikat: Zakat Foundation of America Australia: Bayt Al-Zakat Australia: The Islamic Associatian of Australia India: Zakat Foundation of India Kanada: Islamic Society of North America, Canada Johor: Majlis Agama Islam Negeri Johor Perak: Majlis Agama Islam Dan Adat Melayu Perak Trerengganu: Majlis Agama Islam Dan Adat Melayu Terengganu Kelantan: Majlis Agama Islam Kelantan Sabah: Pusat Zakat Sabah (PZS) Singapura: Majlis Ugama Islam Singapura Indonesia: Rumah Zakat Indonesia
Catatan dan referensi 1. 2. 3. 4. ^ Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pusat Bahasa Kementerian Pendidikan ^ Smith, Huston.2001.Agama-agama Manusia.Jakarta: Obor. ^ Heyneman, Stephen P.,2004.Islam and Social Policy. Nashville: Vanderbilt ^ Gibb, H. A. R., 1957.Mohammedanism.London: Oxford University Press.
University Press.
5. 6. 7.
^ Pass, Steven.2006. Beliefs and Practices of Muslims. Jakarta: GMP. ^ Panduan Pintar Zakat. H.A. Hidayat, Lc. & H. Hikmat ^ "Artikel Berjudul: Tuntunan Zakat Mal Pada MediaMuslim.Info".
Kurnia."QultumMedia. Jakarta. 2008.". http://www.qultummedia.com. http://www.mediamuslim.info/index.php? option=com_content&task=view&id=537&Itemid=39. 8. 9. Kewajiban Dan Urgensi Zakat, Selasa, 2 Oktober 2007 09:12:35 WIB [Disalin dari buku Fatawa Az-Zakah, edisi Indonesia Fatwa Seputar Zakat, Sumber : Majalah As-Sunnah, Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz Penyusun Muhammad Al-Musnid, Penerjemah Ahmad Syaikhu, Sag, Penebit Darul Haq, Cetakan I Syaban 1424H] 10. Syahatah, Husayn. 2004. Akuntansi Zakat Panduan Praktis Penghitungan Zakat Kontemporer
KEWAJIBAN DAN URGENSI ZAKAT Oleh MANFAAT ZAKAT Pertama : Menguatkan ikatan kasih sayang di antara orang yang kaya dan orang yang miskin, karena jiwa itu ditakdirkan untuk mencintai siapa yang berbuat baik kepadanya. Ketiga : Membiasakan seorang muslim memiliki sifat dermawan dan lemah lembut kepada orang yang membutuhkan. Dan berbagai manfaat lainnya. Ada ancaman yang sangat keras terhadap orang yang bakhil dengan hartanya, atau lalai mengeluarkannya. Allah Subhanahu wa Taala berfirman. Artinya : Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih, pada hari dipanaskan emas perak itu dalam Neraka Jahannam, lalu dibakar dengannya dahi mereka, lambung dan punggung mereka (lalu dikatakan) kepada mereka, inilah harta bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri, maka rasakanlah sekarang (akibat dari) apa yang kamu simpan itu [At-Taubah : 34-35] Kemudian beliau membaca ayat ini :
Artinya : Sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil terhadap harta-harta yang Allah berikan kepada mereka sebagai karunia-Nya itu menyangka bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka. Sesungguhnya kebakhilan itu buruk bagi mereka. Harta yang mereka bakhilkan itu akan dikalungkan di lehernya kelak pada hari Kiamat. Dan kepunyaan Allah-lah segala urusan (yang ada) di langit dan di bumi. Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan [Ali-Imran : 180] Artinya : Setiap pemilik emas maupun perak yang tidak menunaikan zakatnya, pasti tatkala pada hari Kiamat kelak akan dibentangkan untuknya lempengan-lempengan dari api hingga akhir hadits. Telah sah dari Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bahwa beliau melihat pada tangan seorang wanita dua gelang terbuat dari emas, maka beliau bertanya, Apakah kamu telah memberikan zakatnya? Ia menjawab, Belum. Beliau bertanya : Apakah kamu merasa senang apabila Allah memakaikan kepadamu dengan keduanya pada hari Kiamat, yaitu dua gelang terbuat dari api?. Maka ia pun menjatuhkan keduanya seraya berkata, Keduanya untuk Allah dan RasulNya [HR Abu Daud dan An-Nsai dengan sanad hasan] Telah sah pula dari Ummu Salamah Radhiyallahu anha bahwa ia memakai perhiasan terbuat dari emas, lalu ia bertanya, Wahai Rasulullah, apakah ini simpanan? Beliau menjawab, Sesuatu yang semestinya dizakati lalu dizakati, maka ia bukan simpanan. Dan hadits-hadits lainnya yang semakna dengannya. Adapun harta perniagaan, yaitu barang-barang yang disiapkan untuk dijual, maka dihitung di akhir tahun dan dikeluarkan zakatnya seilai 2,5% baik nilainya sama dengan harganya, lebih, atau kurang, berdasarkan hadits Samurah. Artinya : Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam memerintahkan kepada kami supaya mengeluarkan zakat dari barang yang kami siapkan untuk dijual [Abu Daud] Termasuk dalam kategorinya ialah tanah yang disiapkan untuk memperjual belikan, bangunan, mobil, tempat penampungan air, dan berbagai barang lainnya yang disiapkan untuk diperjual belikan.
Pendapat ulama yang shahih bahwa utang itu tidak menghalangi zakat, karena sebagaimana telah disinggung. Artinya : Sesungguhnya Allah telah mewajibkan zakat atas mereka yang diambil dari mereka yang kaya dan diberikan kepada mereka yang miskin. HAK ALLAH Zakat adalah hak Allah, tidak boleh memberikannya kepada orang yang tidak berhak menerimanya. Tidak boleh seseorang mengambil manfaat bagi dirinya sendiri atau menolak kemudharatan, dan tidak pula dengan zakat itu supaya hartanya terjaga atau terelakkan dari keburukan. Tetapi wajib atas setiap muslim memberikan zakatnya kepada yang berhak, karena merekalah yang berhak menerimanya, bukan karena tujuan lain, disertai dengan jiwa yang bersih dan ikhlas karena Allah, sehingga ia berbeda dari tanggungannya dan berhak mendapatkan pahala dan ganti yang lebih baik. SIAPA YANG BERHAK MENERIMA ZAKAT? Allah Subhanahu wa Taala telah mejelaskan dalam Al-Quran tentang golongan yang berhak menerima zakat. Dia berfirman. Artinya : Sesungguhnya zakat-zakat itu hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para muallaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berutang, untuk jalan Allah dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan, sebagai sesuatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana [At-Taubah : 60] Ayat ini ditutup dengan dua nama Allah ; Yang Maha Mengetahui dan Maha Bijaksana, sebagai peringatan dari Allah Subhanahu wa Taala kepada hamba-hambaNya bahwa Dia Maha Mengetahui perihal hamba-hambaNya ; siapa di antara mereka yang berhak menerima zakat dan siapa yang tidak berhak menerimanya. Dia Maha Bijaksana dalam syariat dan ketentuanNya, sehingga Dia tidak meletakkan sesuatu kecuali pada tempatnya yang layak, meskipun sebagian manusia tidak mengetahui sebagian rahasia-rahasia hikmahNya, agar para hamba merasa tentram dengan syariatNya dan ridha dengan hikmahNya. Allah-lah Dzat yang dimohon, semoga Dia memberikan taufik kepada kita dan umat Islam untuk memahami agamaNya, jujur dalam berinteraksi denganNya, berlomba-lomba kepada apa yang diridhaiNya, dan selamat dari murkaNya. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Mahadekat. Semoga Allah sampaikan shalawat dan salam kepada hamba dan
utusanNya, Muhammad serta keluarga dan para sahabatnya. Sucikanlah Hartamu dengan Zakat Diposting oleh admin 18 December 2008 Kirim komentar At Tauhid edisi III/11 Oleh: Muhammad Abduh Tuasikal Kaum muslimin yang semoga selalu mendapatkan rahmat Allah. Sesungguhnya zakat merupakan perkara penting dalam agama Islam sebagaimana shalat 5 waktu. Oleh karena itu, Allah Taala sering mengiringi penyebutan zakat dalam Al Quran dengan shalat agar kita tidak hanya memperhatikan hak Allah saja, akan tetapi juga memperhatikan hak sesama dengan mengurangi beban saudara-saudara kita yang tidak mampu melalui zakat. Namun saat ini kesadaran kaum muslimin untuk menunaikan zakat sangatlah kurang. Di antara mereka menganggap remeh rukun Islam yang satu ini. Ada yang enggan menunaikannya karena rasa bakhil dan takut hartanya akan berkurang. Padahal di balik syariat zakat ini terdapat faedah dan hikmah yang begitu banyak, yang dapat dirasakan oleh individu maupun masyarakat. Di antara faedah dan hikmah tersebut adalah: 1. Menyempurnakan keislaman seorang hamba. Zakat merupakan bagian dari rukun Islam yang lima. Apabila seseorang melakukannya, maka keislamannya akan menjadi sempurna. Hal ini tidak diragukan lagi merupakan suatu tujuan/hikmah yang amat agung dan setiap muslim pasti selalu berusaha agar keislamannya menjadi sempurna. 2. Menunjukkan benarnya iman seseorang. Sesungguhnya harta adalah sesuatu yang sangat dicintai oleh hati. Sesuatu yang dicintai itu tidaklah dikeluarkan kecuali dengan mengharap balasan yang semisal atau bahkan lebih dari yang dikeluarkan. Oleh karena itu, zakat disebut juga shodaqoh (yang berasal dari kata shidiq yang berarti benar/jujur, -pen) karena zakat akan menunjukkan benarnya iman muzakki (baca: orang yang mengeluarkan zakat) yang mengharapkan ridha Allah dengan zakatnya tersebut. 3. Membuat keimanan seseorang menjadi sempurna. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda yang artinya, Tidak sempurna iman seseorang di antara kalian sehingga dia mencintai saudaranya sebagaimana dia mencintai dirinya sendiri. (HR. Muslim). Wahai saudaraku, sebagaimana engkau mencintai jika ada saudaramu meringankan kesusahanmu. Begitu juga seharusnya engkau suka untuk meringankan kesusahan saudaramu. Maka pemberian seperti ini merupakan tanda kesempurnaan iman seseorang. 4. Memadamkan kemarahan orang miskin. Terkadang orang miskin menjadi marah karena melihat orang kaya hidup mewah. Orang kaya dapat memakai kendaraan yang dia suka (dengan berganti-ganti) atau tinggal di rumah mana saja yang dia mau. Tidak ragu lagi, pasti akan timbul sesuatu (kemarahan, -pen) pada hati orang miskin. Apabila orang kaya berderma pada mereka, maka padamlah kemarahan tersebut. Mereka akan Kirim buletin ini Cetak buletin ini
mengatakan,Saudara-saudara kami ini mengetahui kami berada dalam kesusahan. Maka orang miskin tersebut akan suka dan timbul rasa cinta kepada orang kaya yang berderma tadi. 5. Menghalangi berbagai bentuk pencurian, pemaksaan, dan perampasan. Karena dengan zakat, sebagian kebutuhan orang yang hidupnya dalam kemiskinan sudah terpenuhi, sehingga hal ini menghalangi mereka untuk merampas harta orang-orang kaya atau berbuat jahat kepada mereka. 6. Menambah harta. Terkadang Allah membuka pintu rizki dari harta yang dizakati. Sebagaimana terdapat dalam hadits yang artinya, Sedekah tidaklah mengurangi harta (HR. Muslim). 7. Merupakan sebab turunnya banyak kebaikan. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda yang artinya, Tidaklah suatu kaum enggan menunaikan zakat dari hartanya, melainkan Allah juga akan enggan menurunkan hujan dari langit. (Shohih, HR. Ibnu Majah) 8. Dosa akan terampuni. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda yang artinya, Sedekah itu akan memadamkan dosa sebagaimana air dapat memadamkan api. (Shohih, HR. Tirmidzi, An Nasai, Ibnu Majah) (Faedah-faedah di atas kami ringkaskan dari Kitab Syarhul Mumthi ala Zaadil Mustaqni yang ditulis oleh Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin -rahimahullah-) Jika telah mencapai nishab dan haul, segeralah tunaikan zakat. Kaum muslimin -yang selalu mengharapkan kebaikan dan mengharapkan surga Allahsegeralah tunaikan zakat yang wajib bagi kalian agar memperoleh berbagai faedah di atas. Ingatlah bahwa zakat bukanlah wajib ditunaikan hanya ketika akhir bulan Ramadhan saja berupa zakat fitri. Akan tetapi, zakat itu juga wajib bagi 5 kelompok harta yaitu: emas, perak, keuntungan perdangan, hewan ternak (yaitu unta, sapi, dan domba), dan hasil bumi (berupa tanaman, dll). Kelima kelompok harta tersebut ditunaikan ketika sudah mencapai nishab, yaitu ukuran tertentu menurut syariat) dan telah mencapai haul, yaitu masa 1 tahun (kecuali untuk zakat anak hewan ternak dan zakat tanaman). Wahai saudaraku, segeralah tunaikan zakat sebagai kewajiban bagi kalian di amil-amil zakat ketika telah memenuhi syarat nishab dan haul-nya. Berlombalah dalam kebaikan dan ingatlah selalu nasib saudaramun yang berada dalam kesusahan. Sesungguhnya dengan engkau mengeluarkan zakat akan meringankan beban mereka yang tidak mampu. Ingat pula, sebab bangsa ini sering tertimpa berbagai macam bencana dan cobaan adalah disebabkan kita enggan melakukan ketaatan kepada Allah, di antaranya kita enggan untuk menunaikan zakat. Semoga Allah selalu menganugerahi kita untuk selalu istiqomah dalam melakukan ketaatan kepada-Nya. [Muhammad Abduh Tuasikal] Posted by fatwaulama pada Januari 11, 2007
Pertanyaan: Apakah harus dikeluarkan zakat dari emas yang diproyeksikan wanita hanya sebagai perhiasan dan untuk dipakai, bukan untuk diperjualbelikan? Jawaban: Ada perbedaan pendapat tentang wajibnya zakat pada perhiasan wanita jika telah mencapai nishab dan tidak diproyeksikan untuk perdagangan. Yang benar adalah bahwa harus dikeluarkan zakatnya jika telah mencapai nishab walaupun hanya untuk dipakai dan hanya sebagai perhiasan. Nishab emas adalah 20 mitsqal, kadar zakatnya 11 3/7 junaih Saudi. Jika perhiasan itu kurang dari jumlah itu, maka tidak ada zakatnya, kecuali jika diproyeksikan untuk perdagangan maka secara mutlak ada zakatnya jika mencapai nishabnya, baik berupa emas maupun perak. Dalil wajibnya zakat pada perhiasan yang berupa emas dan perak yang dialokasikan untuk dipakai adalah keumuman cakupan sabda Nabi shollallaahualaihi wasallam,
.
Siapa saja yang memiliki emas dan perak lalu tidak dikeluarkan zakatnya maka pada hari Kiamat nanti akan dibentangkan baginya lempengan dari api lalu dipanaskan dalam neraka kemudian dahi-dahi mereka, lambung dan punggung mereka dibakar dengannya.[1] (AlHadits). HR. Muslim, kitab az-Zakah (987) Hadits Abdullah bin Amr bin al-Ash rodhiallaahuanhu: Bahwa seorang wanita datang kepada Rasulullah shollallaahualaihi wasallam, wanita itu bersama puterinya yang mengenakan dua gelang emas yang besar di tangannya, maka beliau bertanya kepadanya, Apakah engkau mengeluarkan zakatnya? Wanita itu menjawab, Tidak. Beliau bersabda, Apakah engkau senang bila Allah mengenakan gelang padamu karena kedua gelang tersebut pada hari kiamat nanti dengan dua gelang yang terbuat dari api? Maka wanita itu pun langsung melepaskan kedua gelang tersebut lalu menjatuhkannya kepada Nabi shollallaahualaihi wasallam sambil mengatakan, Kedua gelang itu untuk Allah subhanahu wataala dan RasulNya.[2] Diriwayatkan oleh Abu Dawud, kitab az-Zakah (1563) dan anNasai, kitab az-Zakah (5/38) dengan isnad hasan. Hadits Ummu Salamah rodhiallaahuanha, ia berkata, Aku mengenakan gelang-gelang kaki yang terbuat dari emas, lalu aku berkata, Wahai Rasulullah, apakah ini termasuk harta simpanan? Beliau menjawab, .
Barang apa saja yang telah mencapai nishab lalu dikeluarkan zakatnya maka tidak termasuk kanz (harta simpanan).[3] Diriwayatkan oleh Abu Dawud, kitab az-Zakah (1564) dan ad-Daru Quthni seperti itu (2/105), dishahihkan oleh al-Hakim (1/390). Beliau tidak mengatakan, Tidak ada zakat pada perhiasan. Adapun riwayat yang menyebutkan bahwa Nabi shollallaahualaihi wasallam mengatakan, Tidak ada zakat pada perhiasan. adalah hadits lemah, tidak boleh digunakan untuk dipertentangkan dengan yang pokok dan tidak juga dengan hadits-hadits shahih. Hanya Allah-lah pemberi petunjuk. Masail wa Fatawa fi Zakatil Huliy, Al-Lajnah Ad-Daimah, hal. 20-22. _________ Catatan kaki: [1] HR. Muslim, kitab az-Zakah (987). [2] Diriwayatkan oleh Abu Dawud, kitab az-Zakah (1563) dan an-Nasai, kitab az-Zakah (5/38) dengan isnad hasan. [3] Diriwayatkan oleh Abu Dawud, kitab az-Zakah (1564) dan ad-Daru Quthni seperti itu (2/105), dishahihkan oleh al-Hakim (1/390). Sumber: Fatwa-Fatwa Terkini Jilid 1, Penerbit Darul Haq.
VIII.4