Anda di halaman 1dari 6

Asbabun Nuzul Makro

Hud: 15

Mereka menapaki apa yang mereka ketahui kebahagiaan dan kemakmuran kehidupan dunia
ini dan kenikmatan kemakmuran, kekayaan dan keamanan di dalamnya saja, karena mereka
dapat memperoleh pahala atas pekerjaan mereka di dalamnya tanpa berkurang atau
kekurangan apapun, tetapi perbuatan2 mereka tidak akan menguntungkan mereka di akhirat
karena mereka terkurung di dunia ini dan tujuan-tujuannya dan menargetkan manfaat yang
mendesak dan kesedihan yang cepat. Adapun akhirat , maka ia tidak sah dan pengaruhnya
terbatas, dan pemiliknya tidak lain hanyalah neraka, karena ia tidak berasal dari keimanan
kepada Allah dan keinginan untuk menyenangkan-Nya, takut kepada-Nya, dan menjalankan
perintah-Nya.

Jelas dari isi dan ruh ayat-ayat tersebut bahwa perbuatan-perbuatan yang disebutkan di
dalamnya adalah perbuatan-perbuatan saleh dan kebaikan yang dilakukan sebagian orang
hanya untuk mencari pahala dan ingatan dalam kehidupan dunia ini.

Al-Tabrasi meriwayatkan dari Al-Jabai bahwa yang dimaksud dengan penyebutan itu
(azzikri) adalah orang-orang munafik biasa berperang bersama Nabi untuk harta rampasan
tanpa mendukung agama, dan tidak ada perbedaan pendapat tentang ayat-ayat tersebut. Dan
pepatah ini didasarkan dengan penerapan yang terakhir.

Dan kehadiran dua ayat setelah ayat sebelumnya (munasabah) memberi inspirasi bahwa
mereka berada dalam konteks orang kafir dan dalam konteks apa yang terjadi antara mereka
dan nabi dalam hal argumen dan perdebatan, dan mereka berdua merupakan kelanjutan dari
konteksnya. Dan ternyata orang-orang kafir itu suka membual tenang melakukan beberapa
hal yang terhormat, dan mereka berpikir bahwa apa yang Allah mudahkan bagi mereka dalam
hal uang, prestise, dan kesejahteraan, dengan demikian saya ingin menanggapi mereka
dengan pernyataannya. Sebegaimana terdapat dalam QS. Al Mu’minun 54-56 yang menjadi
isyarat:

54: Maka biarkanlah mereka -wahai rasul- berada dalam kejahilan dan kebingungan hingga
datangnya azab yang ditentukan bagi mereka. Yakni biarkanlah mereka dalam kejahilan dan
kesesatan mereka, janganlah dadamu menjadi sempit karena siksaan bagi mereka
ditangguhkan, biarkan sampai mereka mati agar disiksa di neraka.
55: di antara kaum yang durhaka itu ada yang diberi kehidupan mewah. Ini menjadikan
mereka menduga bahwa Allah menyayangi mereka sehingga mereka tidak akan diadzab.

56. Kami segera memberikan kebaikan-kebaikan kepada mereka ? (Tidak), tetapi mereka
tidak menyadarinya.

Dan kedua ayat tersebut selain sebagai tanggapan terhadap orang-orang kafir dan mencela
mereka, maka pesan menjadi nasehat bagi setiap manusia. Termasuk muslim.

1. Penentuan niat menjadi dampak pada pekerjaan seseorang dan hasilnya.


2. Dakwah seseorang pada amalan baik dan tersembunyi di jalan kebenaran dan hidayah,
tidak dengan niat mengharapkan pahala duniawi, karena ini bisa terjadi bisa juga
tidak, dan jika memang terjadi, itu bukanlah bukti bahwa nia berbuat baik dirinya itu
sendiri itu tulus dan ikhlas.
3. Menetapkan gagasan akhirat dan menetapkan keharusan beriman kepada Tuhan,
menaati-Nya, dan takwa dalam apa yang dilakukan di dunia ini, mengharap ridha
Allah, ampunan, dan kebahagiaan di akhirat. Jadi jika seseorang melanjutkan
pekerjaannya dari tujuan dan harapan ini dengan iman yang menyertainya, maka sama
untuk memperoleh pahala duniawi atau tidak dan dia melanjutkan untuk berbuat baik
demi kepentingannya sendiri, mencari kesenangan dan kesenangan Tuhan.

Al-Baghawi menyebutkan dalam konteks keluasan ayat dari sebuah hadis yang diriwayatkan
Anas bin Malik, dengan penjelasan dan kabar gembira di dalamnya: “Rasulullah bersabda
Allah tidak menzalimi seorang mukmin dengan suatu kebaikan, yang baginya dibalas dengan
rezeki di dunia dan dibalas di akhirat.”

Keputusan tentang apa yang diputuskan oleh ayat itu diulangi berulang kali dengan berbagai
cara, contohnya ditrnasmisikan dalam surah yang ditafsirkan sebelumnya, karena ini
menunjukkan bahwa kebijaksanaan wahyu telah memberikan keseriusan pada masalah ini
karena indoktrinasi seorang yang mulia. Dan At-Thabari menyebutkan dalam konteksnya
sebuah hadis yang diriwayatkan Abu Hurairah yang menyatakan bahwa apa yang saya
putuskan termasuk atau berurusan dengan orang-orang Muslim yang melakukan perbuatan
baik karena riya’, apapun perbuatan mereka.

Dan diriwayatkan Muslim, An-Nasa’i dan At Tirmizi hadits-hadits tersebut dari At-Tabari,
Abu Hurairah, dan telah sampai hadis At-Tirmizi: “Rasululullah bersabda, orang yang
pertama diadili di hari kiamat adalah seorang laki-laki yang mati syahid, maka dia dibawa
kepadanya dan dia mengetahui nikmatnya, lalu dia mengenalinya dan berkata, “Apa yang
kamu lakukan?” Dia berkata, “Aku berjuang untukmu dan aku mati syahid. Dia bilang kamu
bohong, tapi kamu melawan karena katanya berani. Dan berkata: Kemudian dia diseret dan
dibuang ke dalam neraka.” Dan seorang lelaki yang mempelajari ilmu dan mengajarkannya,
dan membaca Al-Qur’an dan dia dibawa kepadanya, dan dia mengenali nikmat-nikmatnya,
maka dia mengenalinya. Dia berkata, kamu berbohong, tapi kamu belajar ilmu utnuk
dikatakan ilmuwan. Dan kamu membaca Al-Qur’an agar dikatakan sebagai Qari’,kemudian
dia dilemparkan ke neraka. Dan seorang lelaki, Alla cukupkan baginya, dan memberinya
berbagai macam harta, kemudian dia membawanya dan mengenali nikmat-nimatnya, lalu dia
mengetahuinya, dan dia berkata, “Aku tidak tahu tentang mereka.” Dia berkata, “Engkau
jangan tinggalkan cara apa pun yang engkau sukai untuk dibelanjakan, kecuali bahwa saya
membelanjakannya untuk engkau.”- darwazah, 513-515. Jilid 2

Al-Baqarah: 264

- Shafwan : ‫( الصخرة الملساء‬batu licin)


- Wabil : ‫( المطر الكثير المنهر‬Hujan yang mengguyur)
- Shaldaa : Gundul atau licin
- ‫ون َع لَ ٰى َش ْي ٍء مِم َّ ا َك َس بُ وا‬
َ ‫ِر‬
ُ ‫ اَل َي ْق د‬: Mereka tidak dapat memperoleh apa pun dari apa yang
telah mereka usahakan: mereka tidak mendapatkan apa pun dari apa yang telah
mereka tabur, dan mereka tidak mendapatkan manfaat darinya. Juz 6, 481.

Al-Baqarah : 271

Keterkaitan ayat 261-274

1. Permisalan pahala orang-orang yang menafkahkan uangnya di jalan Allah, sehingga


mereka seperti orang yang menabur benih yang dari setiap seratus butir tumbuh tujuh
bulir gandum. Dan dia berkomentar dengan cara mendesak, karena Allah
melipatgandakan pahala perbuatan baik seperti yang Dia kehendaki dari karunia-Nya,
dan Dia sangat luas dalam karunia, mengetahui perbuatan dan nia seseorang.
2. Penafian bagi mereka yang menafkahkan hartanya di jalan Allah tanpa ada yang
dirugikan. Baik dengan isyarat atau tindakan, orang-orang ini mendapatkan pahala
yang besar di sisi Tuhan, dan mereka tidak akan menemukan apa pun yang membuat
mereka takut atau menyimpan mereka.
3. Dan melarang mengungkit-ungkit dan menyakiti dan memperingatkan bahwa kata-
kata yang baik dan menunjukkan kasih sayang dan kasih sayang kepada seseorang
yang membutuhkan sedekah lebih baik dari pada sedekah yang diberikan bersamaan
dengan rasa sakit dan marabahaya.
4. Penekanan kedua ditempatkan pada larangan itu, karena itu membatalkan pahala
sedekah, dan lebih baik bagi orang yang beriman untuk tidak mengeluarkannya dari
mereka. Dan perumpamaan yang terjadi darinya adalah seperti perumpamaan orang
yang membelanjakan hartanya dengan riya, dan tidak beriman kepada Tuhan dan hari
akhir, bahwa mereka mendapatkan keuntungan dari apa yang mereka keluarkan,
karena itu tidak berasal dari mereka. Karena cinta untuk mendekatkan diri kepada
Tuhan dan keinginan untuk kebaikan demi kebaikan itu sendiri.
5. Dan perumpamaan orang-orang yang membelanjakan uangnya untuk mencari wajah
Allah dan keridhaan-Nya, dengan keyakinan dan keinginan yang tulus untuk berbuat
baik, sehingga mereka seperti tanah kebun yang baik, subur yang menumbuhkan
tanamannya dengan baik dan menghasilkan buahnya dua kali lipat, serta hujan yang
jatuh di atasnya adalah hujan deras atau hujan gerimis.
6. Dia bertanya, permisalan seseorang yang ingin memiliki kebun pohon kurma dan
anggur dengan pertumbuhan dan buah yang baik dan di dalamnya terdapat cukup air.
7. Dan perintah yang ditujukan kepada umat Islam bahwa wajib bersedekah dari yang
terbaik dari apa yang mereka miliki berupa penghasilan dan hasil. Dan dia melarang
memberikan yang buruk, yang mereka sendiri tidak mau ambil kecuali dengan harga
rendah dan dengan penghinaan dan paksaan.
8.

Mufassirin telah meriwayatkan munasabah turunnya beberapa ayat

261 : salah satu munasabah ayat yang telah diturunkan, dari kisah perjuangan usman bin
affan dan abdurrahman bin auf, yang telah menghabiskan uang untuk perang tabuk. At
Thabari dan lainnya meriwayatkan bahwa beberapa orang anshar biasa membawa biji kurma
dan memasukkannya ke dalam apa yang mereka berikan sebagai zakat, atau mereka akan
menggantung tandan kurma di antara dua tiang masjid Rasulullah, agar orang miskin bisa
memakannya, sehingga ayat 267 diturunkan. At Thabari meriwayatkan bahwa ayat ini
diturunkan pada golongan yang biasa bersedekah dari riba di masa jahiliyah. At Thabari
meriwayatkan bahwa Nabi biasa menahan sedekah dari orang-orang musyrik yang
membutuhkan untuk membuat mereka masuk Islam, atau beberapa Muslim biasa melakukan
itu terhadap kerabay dan kerabat mereka, sehingga Allah menurunkan ayat 272. Dalam
konteks membolehkan sedekah diberikan kepada yang membutuhkan, meskipun mereka non
muslim. Ibnu Katsir meriwayatkan ayat 271 itu, diturunkan ayat tersebut karena Abu Bakat
dan Umar karena mereka berlomba-lomba bersedekah dan berbuat kebaikan. At Thabari dan
lainnya meriwayatkan ayat 273, ayat ini diturunkan kepada ahli shifah, mereka adalah
sekelompok kaum muslimin yang msikin, dan mereka maju dalam setiap pasukan atau
penaklukan jihadi, dan mereka menahan diri dari meminta, dan mereka tidak mampu mencari
nafkah. Dan di sana riwayat lainnya menyebutkan, diungkapkan tentang sekelompok umat
Islam ketika terjadi permusuhan terhadap orang-orang kafir yang berada di luar umat Islam
tanpa mencari dan keluar untuk mencari keuntungan. Maksudnya para pemilik kuda diikat di
jalan Allah karena mereka menafkahkan hewannya. At Tabarsi meriwayatkan bahwa ayat ini
diturunkan menyebutkan Ali bin Abi Thalib, karena dia biasa membelanjakan uangnya pada
malam dan siang hari, secara sembunyi-sembunyi dan terang-terangan, dan tidak satupun dari
riwayat ini termasuk dalam kitab shahih, kecuali hadits yang diriwayatkan oleh At-Tirmidzi
dalam ayat 267. Sebagaimana diriwayatkan Al Barra’: Kami, kaum Anshar, adalah pemilik
pohon kurma, dan seorang lelaki akan datang dari pohon kurma sesuai dengan banyaknya dan
kekurangannya, dan lelaki itu akan membawa setangkai dan dua tangkai dan
menggantungkannya di masjid. Dan ahlul shifah memakannya dan Anas tidak menginginkan
kebaikan. Maka Allah menurunkan ayat. Dan boleh jadi, dalam hal ini untuk memberikan
catatan atas beberapa riwayat seperti pada ayat 261 tentang Utsman dan Abdurrahman
menghabiskan dalam perang tabuk, yaitu di akhir hidup Nabi sedangkan ayat-ayatnya tampak
lebih awal. Dan riwayat pada perawi ayat 267, 272, 274, itu berlaku untuk ayat-ayat yang
benar, dan hadits Al-Barra’ mendukung keabsahan riwayat yang diriwayatkan dalam ayat
267.

Al-Anfal : 47
Bahwa Abu Sufyan dikirim ke Mekah dan tentara menyarankannya agar dia kembali, dan
kafilah itu berhasil, maka Abu Jahal berkata:

Anda mungkin juga menyukai