Anda di halaman 1dari 3

DALIL TENTANG INFAQ

Allah swt telah menurunkan banyak ayat-ayat yang berkaitan dengan anjuran
bersedekah bagi seluruh umat muslim dan juga Allah swt telah menggambarkan balasan bagi
orang-orang yang gemar bersedekah. Maka. banyak ayat yang menjelaskan bahwa dengan
bersedekah merupakan salah satu jalan menuju akhirat, serta dapat menyempurnakan amalan
seseorang tidak hanya di dunia saja tetapi juga sampai ke akhirat kelak. Oleh karena itu, dari
hadist Rasulullah saw, mengatakan bahwa kelak sejak awal kematiannya pahala sedekah itu
akan mengalir dengan terus menerus tanpa putus, sampai akhir perjalanannya menuju akhirat.
Dengan demikian, orang telah mati menginginkan hidup kembali kemudian bercita-cita ingin
bersedekah, karena pahalanya disegerakan sejak ia mulai mengawali hidup di alam kubur,
bahkan mereka berharap untuk hidup kembali karena mereka melihat bahwa pahala sedekah
itu dapat menaungi orang-orang yang senantiasa rajin dan senang bersedekah.
Sodaqoh juga merupakan salah satu konsep yang ditawarkan Islam bukan sebagai
sebuah kewajiban, namun sangat dianjurkan untuk bersedekah bagi setiap muslim terlebih
khusus bagi yang berlebihan hartanya, dan adapun sedekah tersebut wajib diberikan kepada
orang yang berhak menerimanya. Sedekah itu juga merupakan hak Allah swt yang
dikeluarkan oleh seorang muslim berupa harta, yang mana hartanya itu lebih dan diberikan
kepada orang yang berhak menerimanya salah satunya adalah fakir miskin. Namun demikian,
harta itu disebut dengan sedekah karena di dalamnya terdapat keberkahan, penyucian jiwa,
dan kunci untuk mudah mendapatkan rezeki dari Allah swt. Di samping sedekah yang wajib
dikeluarkan oleh setiap muslim, ada pula sedekah yang disunnahkan dan juga dianjurkan
untuk dikeluarkan kapan saja. Al-Qur’an juga menjelaskan perintah atau anjuran sedekah
yang berupa harta bagi orang lain terutama orang miskin, sebagai jalan untuk mendapatkan
kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Hal ini tidak hanya dirasakan oleh orang miskin yang
menerima harta, akan tetapi dirasakan juga oleh sang pemberi, bahkan juga akan dirasakan
oleh orang disekitar kita.
Dalam surat al-Baqarah ayat 261.

‫َم َثُل اَّلِذ يَن ُيْنِفُقوَن َأْم َو اَلُهْم ِفي َس ِبيِل ِهَّللا َك َم َثِل َح َّبٍة َأْثَبَتْت َس ْبَع َس َناِبَل ِفي ُك ِّل ُس ُنُبَلٍة ِم اَئُه َح َّبٍة َو ُهَّللا ُيَض اِع ُف ِلَم ْن َيَش اُء‬

‫َو ُهَّللا َو اِس ٌع َع ِليٌم‬


“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di
jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap
bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki.”
Maksud ayat tersebut adalah ilmu berinfaq tidak akan pernah rugi, jika kita berniaga dengan
ALLAH 1 sampai 700 kali lipat. Hal tersebut memberikan perumpamaaan orang-orang yang
menginfaqkan harta karena dorongan mendapatkan ridha Allah dan balasan yang baikdari-
Nya, seperti orang yang menanam satu biji ditanah yang sangat subur. Lalu, benih tersebut
akan membuahkan tujuh bulir (tangkai), yang setiap bulir akan menumbuhkan seratuis
bebijian. Hal ini seperti dapat kita saksikan dalam tetumbuhan yang berbiji, seperti jagung,
gandum,padi, dan lain sebagainya1.
Pada ayat 261, Allah swt menginformasikan bahwa nafkah yang diinfaqkan di jalan- Nya
akan dibalas dengan imbalan pahala yang berlipat ganda bagaikan sebutir benih yang
menumbuhkan tujuh butir dan terus ber-kembang dan berlimpa ruah. Pada ayat 262-264,
dijelaskanlah bahwa untuk mendapatkan pahala yang berlipat ganda itu, hendaklah dalam
berinfaq tidak sertai dengan riya.
Asbabun nuzul dari Qs. Al-Baqarah ayat 261-267 turun berkenaan dengan datangnya
Utsmän bin Affan dan Abdurrahman bin 'Auf, kepada Nabi muhammad saw membawa
dirham untuk dinafkahkannya kepada pejuang yang terlibat dalam perang Tabuk yang terjadi
pada tahun 631 M sebagai jawaban Nabi saw. atas serangan Heraclius yang terjadi di antara
Madinah dan Damaskus. Dimana Abdurrahman bin Auf membawa 4.000 dirham dan berkata
ke- pada Nabi saw.; aku memiliki 8.000 dirham lalu seperduanya ini aku per-sembahkan
kepada Allah. Sedangkan Utsmän bin Affân membawa 1.000 unta. Sikap kedermawanan
kedua sahabat tersebut disambut baik oleh Nabi saw, lalu turunlah ayat ‫الذين يتفقون أموالهم في‬
‫سبيل هللا‬.. (Effendi, 1994)
Sebagaimana ayat lain tentang infaq, juga disebutkan dalam QS. Al-Baqarah ayat 254 yaitu:

‫َيَأُّيَها اَّلِذ يَن َء اَم ُنوا َأنِفُقوا ِمَّم ا َر َز ْقَنُك م ِّم ن َقْبِل َأن َيْأِتَي َيْو ٌم اَّل َبْيٌع ِفيِه َو اَل ُخ ْلٌة َو اَل َشَفَع ٌة َو اْلَك اِفُروَن ُهُم الَّظاِلُم وَن‬
“Wahai orang-orang yang beriman, belanjakanlah (di jalan Allah) sebagian dari rezeki yang
telah kami berikan kepadamu sebelum datang hari yang pada hari itu tidak ada jual beli dan
tidak ada lagi syafa’at. Dan orang- orang kafir itulah orang-orang yang zalim”
Ayat 254 ini menjelaskan tentang orang mukmin harus menginfakkan sebagian dari harta
bendanya untuk kemaslahatan umum, baik berupa zakat, maupun sedekah, mereka harus
selalu menyadari bahwa suatu ketika akan dating suatu hari, saat mtidak dapat lagi
mengeluarkan zakat dan sedekahnya, dan tidak dapat lagi memanfaatkan harta bendanya,
yaitu hari kiamat. Kemudian yang dimaksud dengan “orang kafir” disiniadalah orang-orang
yang tidak mau menunaikan zakat, dengan demikian berarti mereka kafir terhadap nikmat
dan karunia Allah. Mereka itulah orang yang zalim, baik terhadap diri mereka sendiri,
maupun terhadap orang lain. Maka sewajarnya mereka mendapat azab dari Allah2.
Ibnu Katsir rahimahullah berkata dalam menafsirkan ayat di atas:”Allah Ta’ala
memerintahkan hamba-hamba-Nya untuk menginfakkan rizki yang telah Allah karuniakan
kepada mereka di jalan-Nya yaitu jalan kebaikan, supaya mereka menyimpan pahala
perbuatan tersebut di sisi Rabb mereka, Raja mereka (Allah), dan supaya mereka bersegera
untuk melakukan hal itu (infak) di kehidupan dunia ini, sebelum datang suatu hari, yaitu hari
Kiamat.

1
https://media.neliti.com/media/publications/287370-infaq-dalam-tafsir-al-quran-surat-al-baq-b380bb9e.pdf
Bagus Setiawan infaq dalam tafsir al-qur’an surat al-baqarah ayat 261
2
http://journals.ums.ac.id/indeksphp/abdipsikonomi.
Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di rahimahullah berkata:”Allah menganjurkan
kepada kaum mukminin untuk berinfak pada segala macam bentuk kebaikan, karena
menghilang-kan obyek kalimat menunjukkan pada keumuman, dan Allah juga mengingatkan
tentang nikmatNya atas mereka, bahwa Allah-lah yang telah memberi rizki kepada mereka,
dan memberikan berbagai macam nikmat atas mereka, dan Allah tidak memerintahkan
kepada mereka untuk mengeluarkan seluruh harta yang ada pada mereka, akan tetapi ayat ini
datang dengan kata “min” yang menunjukkan arti sebagian, maka hal ini di antara perkara
yang mengajak mereka untuk berinfak, dan juga di antara hal yang mengajak mereka untuk
berinfak adalah kabar Allah kepada mereka bahwa infak-infak ter-sebut akan tersimpan rapi
di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala pada suatu hari yang tidak ada gunanya lagi saling tawar
menawar untuk berjual beli dan semacamnya, tidak pula bantuan-bantuan sosial maupun
syafaat, setiap orang akan berkata apa yang telah saya persembahkan untuk kehidupan saya,
maka seluruh sebab-sebab akan lenyap, kecuali sebab-sebab yang berkaitan dengan ketaatan
kepada Allah dan keimanan kepadaNya.
Adapun isi kamdugan dari ayat diatas adalah3:
1. Keutamaan berinfak dari rizki yang telah Allah karuniakan kepada kita.
2. Bahwasanya infak adalah salah satu konsekwensi dari keimanan, dan kikir (belit/bakhil)
adalah kekurangan dalam iman
3. Peringatan bahwa seseorang tidak memperoleh rizki semata-mata dengan usahanya sendiri,
usaha hanyalah sebab namun yang menjadikan sebab itu adalah Allah Subhanahu wa Ta’ala
4. Bahwasanya pada hari itu (Kiamat) tidak ada lagi kemungkinan (kesempatan) untuk
sampai kepada apa yang diinginkan, dengan sarana/sebab apapun yang biasa mereka gunakan
di dunia untuk meraih apa yang mereka inginkan, seperti seperti jual beli, persahabatan,
syafa’at
5. Bahwasanya syafa’at tidak bermanfaat bagi orang kafir, karena Allah Subhanahu wa Ta’ala
mengakhiri firman-Nya ‫( َو َال َشَفاَع ٌة‬tidak ada syafa’at) dengan fiman-Nya :‫َو اْلَك اِفُروَن ُهُم الَّظاِلُم ون‬
(Dan orang-orang kafir itulah orang-orang yang zalim)

3
https://alsofwa.com/192-quran-tafsir-ayat-254-dari-surat-al-baqarah/

Anda mungkin juga menyukai