Anda di halaman 1dari 2

Bekal Spritual yang harus Dipersiapkan

Karya: Muhammad Iqbal, M.Pd Pendidik Ponpes Al Kahfi Pasaman Barat


(Musim) haji itu (pada) bulan-bulan yang telah dimaklumi. Barangsiapa mengerjakan
(ibadah) haji dalam (bulan-bulan) itu, maka janganlah dia berkata jorok (rafats), berbuat
maksiat dan bertengkar dalam (melakukan ibadah) haji. Segala yang baik yang kamu
kerjakan, Allah mengetahuinya. Bawalah bekal, karena sesungguhnya sebaik-baik bekal
adalah takwa. Dan bertakwalah kepada-Ku wahai orang-orang yang mempunyai akal
sehat! (Q.S Al Baqarah: 197)
Umumnya dalam menempuh suatu perjalanan, seseorang pasti membutuhkan bekal. Bekal
tersebut ia pergunakan agar selamat sampai tujuan. Sama halnya dengan perjalanan
menuju kampung akhirat, seseorang mesti mempersiapkan bekal terbaik agar ia selamat
sampai ke tujuan akhir yang dituju oleh setiap muslim tersebut sebagaimana pada ayat
diatas.
Berdasarkan asbabun Nuzulnya, Al-Aufi meriwayatkan dari Ibnu Abbas, ada orang-orang
yang berangkat meninggalkan keluarga mereka tanpa membawa bekal. Mereka
mengatakan, "Kami akan melakukan ibadah haji, mengapa Allah tidak memberi kami
makan?" (yakni niscaya Allah memberi kami makan). Maka turunlah ayat tersebut yang
maknanya, "Berbekallah kalian untuk mencegah diri kalian dari meminta-minta kepada
orang lain."
Waki' ibnul Jarrah mengatakan di dalam kitab tafsirnya, telah menceritakan kepada kami
Sufyan, dari Muhammad ibnu Suqah, dari Sa'id ibnu Jubair sehubungan dengan makna
firman-Nya: Dan berbekallah (Al-Baqarah: 197) Yang dimaksud ialah bekal berupa tepung
dan sagon. Setelah perbekalan tersebut terpenuhi, kemudian Allah subhanahu wa ta’ala
memberikan petunjuk-Nya kepada mereka untuk memenuhi bekal lainnya agar
memperoleh kebahagiaan di negeri akhirat. Adapun bekal tersebut adalah takwa. Oleh
karena itu agar sesesorang dapat hidup bahagia di dunia dan akhirat, maka ia mesti
mempersiapkan bekal berupa takwa.
Melansir laman referenceworks.brillonline.com Takwa adalah istilah dalam Islam yang
merujuk kepada kepercayaan akan adanya Allah, membenarkannya, dan takut akan Allah.
Istilah ini banyak dijumpai dalam Al Qur'an, yakni Al Muttaqin yang merujuk orang-orang
bertakwa atau kalau menurut Ibnu Abbas adalah "orang-orang yang meyakini (Allah)
dengan menjauhkan diri dari perbuatan syirik dan patuh akan segala perintah-Nya."
Agar sikap takwa dapat tumbuh dalam diri seseorang, maka cara yang dapat dilakukan
diantaranya, yaitu : Pertama, Selalu melakukan perenungan atas perkara dunia dan akhirat.
Melalui proses perenungan tersebut kita mampu membandingkan kadar nilai keduanya,
sehingga kita dapat fokus mencari kesuksesan akhirat, yaitu dengan memperoleh berbagai
kenikmatan surgawi dan terselematkan dari neraka.
Kedua, senantiasa bermujahadah dalam melaksanakan perintah Allah dalam setiap situasi
dan kondisi. Meskipun ada banyak ujian yang akan dihadapi, namun semangat tidak boleh
berhenti, ia harus dipupuk selalu, agar terus bersemangat melaksanakan berbagai amal
kebaikan, baik dalam kondisi sempit dan lapang. Sehingga, apabila konsisten
melaksanakannya, maka Allah akan memberikan petunjuk berupa ketakwaan. Sebagaimana
firman Allah SWT
“Dan orang-orang yang mau menerima petunjuk, Allah akan menambah hidayah kepada
mereka dan memberikan balasan ketakwaan.” (Muhammad: 17).
Ketiga, selalu menunjukkan akhlak terbaik terhadap seluruh makhluk ciptaan Allah SWT.
Sebagaimana firman Allah SWT
“Bukanlah termasuk kebajikan menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat, akan
tetapi kebajikan itu adalah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-
kitab, nabi-nabi, dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak
yatim, orang-orang miskin, musafir yang memerlukan pertolongan ditengah perjalanannya,
dan orang yang meminta-minta dan memerdekakan budak, mendirikan shalat, dan
menunaikan zakat dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-
orang yang bersabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah
orang-orang yang jujur (keimanannya) dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa” (Al-
Baqoroh: 177).
Selain itu, dilansir dari laman Republika.id cara lain yang dapat dilakukan oleh seseorang
dalam menumbuhkan ketakwaan dalam dirinya adalah, dengan selalu bersama-sama para
shidiiqiin (orang yang benar) (QS. At-Taubah). Al-Qur’an menjelaskan pada QS. Bahwasanya
Shiddiiquun adalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya kemudian
mereka tidak ragu-ragu dan berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah.
Kemudian selalu berkata dengan perkataan yang benar (QS. Al-Ahzab : 70). Allah
menjelaskan dalam QS. Fusshilat : 30 bahwa sebenar-benar perkataan adalah orang yang
menyeru kepada Allah, mengerjakan amal shaleh dan berkata, “Sesungguhnya aku
termasuk orang yang berserah diri.”
Di dalam Al Qur'an, Allah telah menjelaskan bahwa dengan meningkatkan derajat takwa,
kita mampu selamat di dunia dan akhirat. Firman Allah SWT dalam Al Qur'an surat Fushilat
ayat 18 menyatakan bahwa Orang-orang yang bertakwa adalah golongan yang selamat dan
sukses di dunia dan akhirat. "dan kami selamatkan orang-orang yang beriman dan mereka
bertakwa”. Oleh karena itu membekali diri dengan takwa adalah sebuah keharusan untuk
dipenuhi, sebab takwa dalah bekal spritual yang harus dipersiapkan.

Anda mungkin juga menyukai