Muhasabah merupakan usaha seseorang muslim untuk menghitung mengkalkulasi diri seberapa banyak dosa yang telah dilakukan dan mana-mana saja kebaikan yang belum dilakukannya. Jadi Muhasabah adalah sebuah upaya untuk selalu menghadirkan kesadaran bahwa segala sesuatu yang dikerjakannya tengah dihisab, dicatat oleh Raqib dan Atib sehingga ia pun berusaha agar menghisab dirinya terlebih dahulu agar dapat bergegas memperbaiki diri apakah kita termasuk orang yang sehat imannya? Banyak parameter yang Allah sediakan untuk mengukur kadar keimanan seseorang. Salah satunya diungkap dalam Al-Quran; Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan kepada Tuhanlah mereka bertawakkal (Al-Anfal : 2 ) Sudah terdapatkah ciri-ciri tersebut pada diri kita. Bila kita digoda syaitan untuk berbuat maksiat, lalu diingatkan bahwa Allah melihat perbuatan kita, tergetarlah hati dan batalkah niat buruk kita? Bertambahkah iman kita bila mendengar ayat-ayat Allah dibacakan. Kita patut mempertanyakan hal itu karena iman harus selalu dirawat dan diperiksa kesehatannya. Perasaan khawatir akan keselamatan iman harusnya selalu ada, agar kita terus berusaha menguatkannya. Muhasabah yang paling baik adalah dengan tidak pernah membanggakan amalan-amalannya, baik amalan ibadah maupun amalan muamalah. Meskipun kebanggaaan itu tidak kita ucapkan kepada orang lain, hanya sekedar terbetik dalam hati, kalau kita merasa sudah memiliki amal yang besar atau memadai, berarti kita sudah membanggakan amalan kita. Waspadalah, karena perasaan demikian merupakan pintu masuk syaitan untuk mengobrak abrik hati dan kehidupan kita. Untuk mewujudkan kehidupan aman dan damai, sikap takabur demikian harus dihindari. Terjadinya ketidakamanan, ketidaktenangan dalam kehidupan ini bukan karena kurangnya fasilitas hidup, bukan karena kurangnya harta, tetapi karena adanya sifat takabur, tamak dan dengki. Hidup memang penuh persaingan dan perlombaaan. Ada orang yang bersaing mendapatkan kedudukan tinggi. Ada yang berlomba memperbanyak harta. Namun semua itu hanya perlombaan duniawi. Sedangkan orang yang beriman lebih berorientasi pada perlombaan strategis duniawi berperspektif ukhrawi. Yakni berlomba-lomba mendapatkan ridha, ampunan dan surga Allah. Sebagaimana ia perintahkan. Berlombalah kamu untuk mendapatkan ampunan dan Tuhanmu dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rosul-rosul-Nya. (Al-Hadid : 21) Iman inilah yang menentukan harga diri seseorang. Amal ibadah berfungsi meninggikan nilai iman. Sungguh merugi orang yang imannya kering tak dirawat dan diperiksa, sebagaimana peringatan Allah : Apakah akan kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya? Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini dan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya. Mereka itu orang yang kufur terhadap ayat-ayat Tuhan mereka dan (kufur terhadap) perjumpaan dengan Dia. Maka hapuslah amalan-amalan mereka, dan kami tidak mengadakan suatu penilaian bagi (amalan) mereka pada hari kiamat. (Al-Kahfi : 103-105). Rawatlah iman dengan muhasabah, karena disitulah kenikmatan hidup yang sesungguhnya. Muhasabah atau menghisab, menghitung atau mengkalkulasi diri adalah suatu usaha bersiap- siaga menghadapi dan mengantisipasi yaumal hisab (hari perhitungan) yang sangat dahsyat di akhirat kelak. Allah SWT : Hai orang-orang yang beriman bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri, memperhatikan bekal apa yang dipersiapkannya untuk hari esok (kiamat). Bertaqwalah kepada Allah sesungguhnya Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan (QS. 59 : 18). Persiapan diri yang dimaksud tentu saja membekali diri dengan taqwa kepada karena disisi Allah bekal manusia yang paling baik dan berharga adalah taqwa. Umar r.a pernah mengucapkan kata-katanya yang sangat terkenal : Haasibu anfusakum qabla antuhasabu (Hisablah dirimu sebelum kelak engkau dihisab). Allah SWT juga menyuruh kita bergegas untuk mendapat ampunan-Nya dan Syurga-Nya yang seluas langit dan bumi, diperuntukkan-Nya bagi orang-orang yang bertaqwa. (QS : 3 : 133) begitu pentingnya kita melakukan muhasabah sejak dini secara berkala karena segala perkataan dan perbuatan kita dicatat dengan cermat oleh malaikat Raqib dan Atid dan akan dimintakan pertanggungjawabannya kelak di hadapan Allah. (QS: 50:17-18). Setiap kebaikan sekecil apapun juga akan dicatat dan diberi balasan berupa azab-Nya. (QS.99:7-8). Kemudian bila ia juga gemar memuhasabahi dirinya karena takut pada perhitungan hari akhirat, maka bisa dipastikan akan terwujud masyarakat yang aman karena semua orang sudah memiliki pengawasan melekat. . PENULIS.MUH. IQBAL