i
ii
DAFTAR ISI Halaman
HALAMAN JUDUL i
LEMBAR PENGESAHAN ii
DAFTAR ISI iii
ABSTRAK v
ABSTRACT vi
PERNYATAAN KEASLIAN TESIS vii
KATA PENGANTAR viii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 9
C. Tujuan Penelitian 9
D. Manfaat Penelitian 10
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Kebijakan Publik 11
B. Implementasi Kebijakan 17
C. Teori-teori Implementasi 18
D. Pelabuhan 33
E. Penelitian Terdahulu yang Relevan 56
F. Kerangka Konsep 59
BAB III. METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian 60
B. Lokasi Penelitian 60
C. Fokus Penelitian 61
D. Jenis dan Sumber Data 65
E. Teknik Pengumpulan Data 66
F. Teknik Analisis Data 67
G. Faliditas Temuan 69
BAB IV. DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
A. Gambaran Umum Kota Makassar 71
B. Gambaran Umum PPN Untia 89
iii
BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian 93
B. Pembahasan Hasil Penelitian 115
BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan 130
B. Saran-saran 133
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................... 139
Lampiran-lampiran ......................................................................... 142
iv
ABSTRAK
v
ABSTRACT
vi
PERNYATAAN KEASLIAN TESIS
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tesis yang saya tulis ini benar
benar merupakan hasil karya saya sendiri dan bukan merupakan tulisan
atau pemikiran orang lain. Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat
dibuktikan bahwa sebagian atau keseluruhan tesis ini hasil karya orang
lain, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.
Yang menyatakan,
vii
KATA PENGANTAR
dari 6 (enam) variabel yang ditawarkan oleh Van Meter dan Van Horn
(1975).
kepada Bapak Prof. Dr. Haselman, M.Si, selaku Pembimbing Ketua dan
Ibu Dr. Hj. Hasniati, M.Si, selaku Pembimbing Anggota yang telah
viii
meluangkan waktu dan pikirannya dalam membimbing penulis mulai dari
diujikan.
Muhammad Akmal Ibrahim, M.Si dan Mama saya Dr. Hj. Andi Aslinda,
M.Si, atas curahan kasih sayang, perhatian dan dorongan baik moril
Almarhuma Tri Yayuk Pratiwi Akmal dan Kepada adik saya tercinta
2) Prof. Dr. Andi Alimuddin Unde, M.Si (Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
ix
3) Kepada Tim Penguji yang telah ditugaskan oleh Dekan Fisip
Dr. Hj. Hamsinah, M.Si dan Dr. Badu Achmad, M.Si atas segala
doanya kepada penulis yang tidak dapat penulis sebut satu persatu.
yang telah diberikan dapat menjadi amal ibadah di sisi Allah Rabbul
Alamin.
Penulis,
x
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
dan petani ikan. Potensi sumber daya ikan di perairan Indonesia cukup
pembangunan nasional.
dari misi ini adalah menumbuhkan wawasan bahari bagi masyarakat dan
1
terpadu dengan mengoptimalkan pemanfaatan sumber kekayaan laut
secara berkelanjutan.
2
Nomor 18/PERMEN-KP/2014 tentang Wilayah Pengelolaan Perikanan
antara lain, WPP-RI 571 meliputi perairan Selat Malaka dan Laut
Laut Sawu, dan Laut Timor bagian Barat, WPP-RI 711 meliputi perairan
Selat Karimata, Laut Natuna, dan Laut China Selatan, WPP-RI 712
Makassar, Teluk Bone, Laut Flores, dan Laut Bali, WPP-RI 714 Meliputi
perairan Teluk Tolo dan Laut Banda, WPP-RI 715 meliputi perairan Teluk
Tomini, Laut Maluku, Laut Halmahera, Laut Seram dan Teluk Berau,
WPP-RI 716 meliputi perairan Laut Sulawesi dan sebelah Utara Pulau
Samudera Pasifik, WPP-RI 718 meliputi perairan Laut Aru, Laut Arafuru,
penangkapan atau jumlah kapal perikanan pada suatu perairan dan pada
menjadi lokasi dalam penelitian ini berada pada WPPNRI 713. Perairan
3
selat Makassar merupakan wilayah yang memiliki karakteristik habitat
perairan bagian paling utara yaitu perairan laut Tarakan dan Nunukan
Flores.
estimasi potensi sumber daya ikan di WPPNRI 713 didominasi oleh ikan
adalah lobster.
sudah sangat padat, dermaga yang sempit, kumuh, dan fasilitas yang
sangat minim. Selain itu juga untuk mengantisipasi hasil dari perikanan
4
berkelas D. Sehingga dengan demikian diperlukan Pelabuhan Perikanan
ton per hari, dan terdapat industri pengolahan ikan dan industri penunjang
5
Barombong, PP Boddia, PP Lonrae, PP Birea, PP Bentenge, PP Kajang,
Nusantara (PPN) yang baru saja diresmikan oleh Presiden Joko Widodo.
Paotere; PPN Untia telah didukung oleh berbagai fasilitas yang terbilang
panjang 152 meter dan lebar 8 meter, serta fasilitas breakwater sepanjang
540 meter sebagai fasilitas pokok. Selain itu, Turap sepanjang 326,9
meter dan jalan kompleks dengan panjang 1.350 meter persegi dan lebar
keunggulan. Tidak hanya itu, PPN Untia juga memiliki fasilitas fungsional
luas, dan bahkan telah menarik minat Investor dari Rusia dan (Blackspace
Resources) yang akan membangun unit pengolahan ikan dan cold storage
tersebut. (antaranews.com)
6
sederetan permasalahan yang antara lain: Bahwa sejak di resmikan oleh
Selain itu permasalahan lain yang muncul adalah para nelayan dan
alasan mereka telah nyaman dengan situasi di PPI Paotere. Nilai historis
maka secara khusus permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini
7
terkait Pelabuhan Perikanan Nusantara Untia Kota Makassar adalah
sebagai berikut:
pengoperasian PPN Untian, hal ini terlihat aktifitas di PPN Untia belum
Makassar.
bersifat pembantuan.
Untia
pendekatan Van Meter and Van Horn (1975) yang mengemukakan bahwa
8
variabel tersebut yaitu: Sejauh mana standar-standar dan tujuan-tujuan
siapa yang bertanggung jawab atas apa. Model ini sangat memadai untuk
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
Makassar dengan menggunakan teori Van Meter dan Van Horn (1975)
9
D. Manfaat Penelitian
Dari aspek teoritis, penelitian ini memberikan kontribusi bagi literatur teori
kebijakan publik dalam studi administrasi publik. Oleh karena dewasa ini,
teori dan praktek administrasi publik sudah bergeser semakin jauh dari
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kebijakan Publik
adalah porsi dari ekonomi yang mencakup seluruh level pemerintahan dan
kebijakan pada sektor publik dibuat oleh pemerintah dan para pejabat
publik serta warganegara yang diwakilinya. Para aktor ini membuat pilihan
11
tindakan pemerintah tetapi juga tidak bertindaknya pemerintah. Definisi
dikemukakan juga oleh Kraft and Furlong (2004). Jadi, apabila pemerintah
pejabat pemerintah. Suatu kebijakan publik terdiri dari cara-cara atau pola-
lainnya.
definisi kebijakan publik adalah ”suatu proses atau rangkaian atau pola
12
pernyataan-pernyataan atau tindakan-tindakan otoritatif pemerintah yang
berbuat serta apa yang secara aktual mereka perbuat. Kebijakan publik
level: legislatif, kehakiman, agen birokrasi, dan kantor eksekutif pada level
13
untuk merespons masalah-masalah publik. Kebijakan publik dibuat secara
14
keamanan deposito dan menyediakan keamanan dalam industri
(2) Alasan moral atau etis: tanpa tekanan publik pemerintah dapat juga
karena selalu ada kondisi di mana pasar privat tidak efisien atau gagal.
15
Abidin (2004) membedakan kebijakan publik ke dalam tiga
MPR termasuk dalam kategori ini. Kedua, kebijakan publik yang dibuat
16
Instruksi Gubernur/Bupati/ Walikota, dan berbagai peraturan pelaksanaan
lainnya.
berorientasi masalah. Tidak akan ada kebijakan publik kalau tidak ada
pemerintahan tersebut.
B. Implementasi Kebijakan
(Pressman and Wildavsky, 1973). Kebijakan harus ada lebih dahulu, baru
yang beragam tentang implementasi, mulai dari definisi yang tegas dan
17
menekankan aktivitas struktural internal organisasi atau instansi
C. Teori-teori Implementasi
18
1990an, dan generasi ketiga dari 1990an sampai sekarang (Paudel,
19
Penelitian generasi kedua mengajarkan tentang pentingnya periode
waktu, yakni pada periode waktu mana dan pada titik kesejarahan mana
hubungan antar-organisasi.
a. Perspektif Top-Down
Meter and Horn (1975), model proses dari Edwards III (1980), model
implementasi top-down.
1) Model Sistem dari Donald. S Van Meter and Carl E Van Horn
20
dengan kinerja. Dalam model ini, variabel terikat adalah kinerja, yang
tersebut selain terkait dengan kinerja kebijakan, juga saling berkaitan satu
komunikasi, sumber daya, sikap atau sikap, dan struktur birokrasi. Faktor-
21
implementasi. Penekanan pada proses ini dilandasi asumsi bahwa kalau
22
Variabel ini lebih tepat dipotret ketika kita menjelaskan formulasi
bersifat luas dan umum. Proses implementasi hanya dapat dimulai apabila
pelaksanaannya.
berhasil atau gagal, yaitu: muatan kebijakan (policy content) dan Isi
sesuai rencana.
23
Model Grindle menyajikan struktur kebijakan yang desentralistik, di
24
Perspektif top-down dikritik antara lain sebagai berikut. Pertama,
tentang siapa yang bertanggung jawab atas apa. Model ini sangat
Van Meter dan Van Horn disebut dengan A Model of the Policy
25
publik. Model ini menjelaskan bahwa kinerja kebijakan dipengaruhi oleh
2. Sumber daya
pelaksanaan
dan dan sasaran kebijakan terlalu ideal (utopis), maka akan sulit
tersebut.
26
gagal (frustated) ketika para pelaksana (officials), tidak sepenuhnya
2) Sumber daya
Selain sumber daya manusia, sumber daya finansial dan waktu menjadi
Van Horn, 1974) bahwa: ”New town study suggest that the limited supply
Sumber daya kebijakan ini harus juga tersedia dalam rangka untuk
27
memperlancar administrasi implementasi suatu kebijakan. Sumber daya
ini terdiri atas dana atau insentif lain yang dapat memperlancar
sangat dipengaruhi oleh ciri yang tepat serta cocok dengan para agen
ketat dan displin. Pada konteks lain diperlukan agen pelaksana yang
demokratis dan persuasif. Selaian itu, cakupan atau luas wilayah menjadi
28
mengambat perubahan dalam kebijakan karena tidak sesuai dengan
pelaksanaan.
29
Agar kebijakan publik bisa dilaksanakan dengan efektif, menurut
Van Horn dan Van Mater (dalam Widodo 1974) apa yang menjadi standar
informasi.
terhadap suatu standar dan tujuan kebijakan, maka yang menjadi standar
dan tujuan kebijakan sulit untuk bisa dicapai. Dengan kejelasan itu, para
30
Dengan demikian, prospek implementasi kebijakan yang efektif,
secara akurat dan konsisten (accuracy and consistency) (Van Mater dan
sebaliknya.
kebijakan publik. Hal ini sangat mungkin terjadi karena kebijakan yang
kebijakan publik biasanya bersifat top down yang sangat mungkin para
31
dari pelaksana (implementors) dalam batas mana kebijakan itu
terhadap kebijakan.
kebijakan yang berhasil, bisa jadi gagal (frustated) ketika para pelaksana
terhadap standar dan tujuan kebijakan juga merupakan hal yang “crucial”.
dalam Van Mater dan Van Horn, 1974). Pada akhirnya, intesitas disposisi
32
(performance) kebijakan. Kurangnya atau terbatasnya intensitas disposisi
dan politik yang tidak kondusif dapat menjadi sumber masalah dari
D. Pelabuhan
1. Pengertian
33
dan di lengkapi dengan fasilitas terminal meliputi :Dermaga, tempat di
mana kapal dapat bertambat untuk bongkar muat barang., crane, untuk
tempat untuk menyimpan muatan dari kapal atau yang akan di pindah ke
2. Pelabuhan Perikanan
34
pengawasan dan pengendalian sumber daya ikan, pelaksanaan
hasil pelayanan sandar dan labuh kapal perikanan dan kapal pengawas
pengendalian lingkungan.
perairan lepas pantai, ZEE, dan perairan internasional. Jumlah ikan yang
untuk ekspor.
35
memasang atau mendorong industri perikanan untuk memasarkan hasil
bidang perikanan.
a. Pelindung:
- Breakwater panjang
- Revetment panjang
- Groin panjang
b. Tambat / labuh
- Dermaga panjang
- Jetty panjang
c. Perairan
d. Penghubung
- Jalan panjang
- Jembatan panjang
e. Pembatas lahan
36
2.2. PPN (Pelabuhan Perikanan Nusantara)
ZEE Indonesia dan perairan nasional. Jumlah ikan yang didaratkan sekitar
40-50 ton per hari atau 8.000- 15.000 ton per tahun.
a. Pelindung
- Breakwater panjang
- Revetment panjang
- Groin panjang
- Dermaga panjang
- Jetty panjang
c. Perairan
d. Penghubung
- Jalan panjang
- Jembatan panjang
37
e. Pembatas lahan
kelas II. Pelabuhan ini dirancang untuk melayani kapal perikanan yang
berukuran 5-15 GT. Pelabuhan ini dapat menampung 50 kapal atau 500
terdiri atas:
- Groin panjang
b. Tambat / labuh
- Dermaga panjang
- Jetty panjang
c. Perairan
d. Penghubung
- Jalan panjang
- Jembatan panjang
e. Pembatas lahan
38
- Pagar keliling panjang.
yan umumnya dikelola oleh Daerah ataupun yang diusahakan oleh pihak
nelayanjuga para bisnis sekalipun itu adalah para pemilik kapal (koperasi
dan paguyuban). PPI biasanya berskala kecil pada suatu perairan pantai.
b. Jumlah ikan yang didaratkan setiap hari sekitar 10 ton atau 2000 ton
per tahun
39
berukuran 30 GT) >300 GT (ekivalen dengan 30 buah kapal
3 GT).
h. Ekspor ikan.
adalah :
40
kapal perikanan, berukuran sekurang – kurangnya 30 GT, panjang
41
dan di darat ke dalam suatu sistem usaha dan berdayaguna tinggi.
tangkapan.
berlabuh kapal perikanan, (3) tempat pendaratan ikan hasil tangkapan, (4)
42
Pembangunan pelabuhan perikanan dimaksudkan untuk menjadi
multiplier effect secara lintas sector, lintas wilayah dan lintas pelaku bagi
yang selama ini masih didominasi oleh pemasaran ikan segar dan
sector perikanan.
43
Imbalan pelayanan jasa ini dapat berasal dari penggunaan fasilitas, jasa
antara lain :Tempat transaksi jual beli ikan., Sebagai terminal untuk
mendistribusikan ikan, Sebagai terminal ikan hasil laut. (3) Sebagai pusat
44
5.1. Jasa Tambat Labuh
Tambat
c. Uang tambat adalah imbalan jasa bagi kapal yang bersandar di tempat
Labuh
etmal
45
d. Tempat berlabuh merupakan kolam pelabuhan atau tempat yang
Ketentuan Lain
a. Kapal non perikanan yang akan tambat labuh harus seizing Kepala
melaut dapat dibebaskan dari biaya tambat dengan catatan tidak lebih
dari 6 jam
tariff
f. Kapal patroli, kapal bea cukai, kapal perang dan kapal-kapal sejenis
5.2. Pengadaan Es
dan lain-lain.
46
b. Sumber air tawar adalah sumur bor dan PAM
ke tempat penyimpanan
47
b. Jasa Penggunaan Slipway/Dock
- Ongkos satu kali naik dan turun kapal dihitung per ton
perbaikan dengan satuan ton (dalam hal ini dipakai GT kapal) per
etmal
- imbalan jasa bengkel di pelabuhan tidak boleh lebih tinggi dari tarip di
luar pelabuhan.
- listrik yang berasal dari generator milik pelabuhan dengan imbalan jasa
48
5.7. Sewa Tanah dan Bangunan
- Sewa tanah dan bangunan yang dipakai untuk kebutuhan yang sifatnya
Surat Perjanjian
per etmal
- Bakul ikan tetap dikenakan pas masuk berupa pas langganan yang
49
- Bagi bakul tidak tetap dikenakan pas masuk berupa pas seperti
pengunjung biasa.
6. Peredaran Uang
transportasi.
50
dalam bentuk pembelian es untuk penanganan ikan hasil pembeliannya.
pangkalan pendaratan ikan, yang terdiri dari 6 PPS, 13 PPN, 45 PPN dan
51
anggaran untuk membiayai pembangunan pelabuhan perikanan dan
jatah 25 kilo liter saat ini, kebutuhan nelayan kecil sudah tercukupi. Bagi
52
perikanan. Untuk mendukung dan membuat industri perikanan lebih
segar, ikan beku, dan ikan kering/asin, ikan pindang, ikan asap, dan ikan
lain dalam hal kebersihan dan kesehatan. Serta dilengkapi dengan unit
pendingin dan pabrik es. Pengembangan model pasar ikan modern dan
bisa dinikmati sendiri oleh nelayan. Sudah ada beberapa lokasi yang akan
sangat membantu pencapain program Pro Poor, Pro Job dan Pro Growth.
dibangun,uang beredar mencapai Rp. 9,3 Triliun per tahun, dan serapan
53
tenaga kerja sekitar 175.000 orang. Banyak investasi yang ditanamkan
Tegal Sari (Jawa Tengah), Glagah (DIY), Mayangan dan Pondok Dadap
54
Terkait dengan kedaulatan dan harga diri bangsa, setidaknya ada
(PPK) terluar dan pemberantasan IUU fishing PPK terluar tidak hanya
berkenaan dengan nilai ekonomi suatu pulau, akan tetapi lebih dari itu,
langsung sekitar Rp. 4 Triliun per tahun dan meneka aktivitas IUU fishing
sebesar Rp. 1,02 triliun per tahun. Pelabuhan Perikanan Lingkar Luar
ketika cuaca di laut sedang tidak bersahabat, salah satu peran pelabuhan
55
fishingtidak akan diperkenankan menggunakan fasilitas pelabuhan
fishing.
56
Judul Nama Hasil Penelitian Relevansi Perbeda
Penelitian Peneliti an
2. Implementasi Mahardik implementasi Penelitian Perbedaan
Ekspor di a Yudha ekspor di ini memiliki pada
Pelabuhan Setiawan pelabuhan lokus yang penelitian
Tanjung Emas Universit tersebut sama pada sebelumny
Semarang as dilaksanakan pelabuhan a berfokus
Dari Perspektif Muhamm dengan pedoman pada
Pelayanan adiyah sop (standard implement
Publik Surakarta operational asi ekspor
Tahun procedure). pada peti
2014. terbangunnya kemas dan
kaidah-kaidah penelitian
atau prosedur- ini
prosedur baku berfokus
pelayanan yang pada
memihak publik implement
serta standar asi
kualitas minimal kebijakan
yang semestinya pengopera
diketahui publik sian
sehingga lebih pelabuhan
jelas dalam perikanan
rincian tugas- Nusantara
tugas organisasi Unita.
pelayanan publik
secara lengkap.
implementasi
ekspor di
pelabuhan
tanjung emas
semarang
meliputi: proses
ekspor,
penerapan
metode ekspor
dengan sop,
kendala teknis
pihak bea cukai,
kendala teknis
yang dihadapi
eksportir, dan
waktu yang
dibutuhkan untuk
menyiapkan
dokumen ekspor.
57
Judul Nama Hasil Penelitian Relevansi Perbeda
Penelitian Peneliti an
3. Implementasi Armey Implementasi kedua Pada
Kebijakan Yudha kebijakan penelitian ini penelitian
Program Purwitasa dilakukan sedah sama-sama sebelumny
Jamersal Di ri berjalan dengan memiliki a berfokus
Kabupaten Universit baik hanya masih focus pada pada
Lebak Provinsi as ada hambatan implemen evektivitas
Banten Tahun Indonesia terkait kendala tasi implement
2011 2012 seperti laporan ke Program asi dan
dinas kesehatan faktor-
provinsi, faktor yang
rendahnya tarif, mempenga
ketersediaan ruhinya
fasilitas, sebagian sedangkan
bidan desa yang penelitian
tidak ada di ini
tempat dan memotret
geografis implement
asi
kebijakan
dengan
mengguna
kan teori
Van Mater
4. Analisis Misroji hasil penelitian ini Kedua Perbedaan
Faktor-faktor Universit dapat menjadi penelitian ini terpadapat
yang as Esa gambaran bagi sama- sama pada teori.
mempengaruh Unggul diskominfo kota menganalisi Penelitian
i Implementasi Jakarta depok untuk s faktor- sebelumny
Kebijakan 2014 memperbaiki faktor yang a
Penyebaran faktor sikap mempengar mengguna
Informasi seperti komitmen uhi kan
Publik para pegawainya implementa implement
mengenai untuk si kebijakan asi Edward
Depok Cyber menyukseskan publik III dan
City Pada program depok peneliti an
Diskominfo cyber city ini
Kota Depok mengguna
kan teori
Van Mater
dan Van
Horm yang
juga
memotret
Aspek
Ekosospol.
58
F. Kerangka Pikir
dan Van Horn, mengingat bahwa suatu model dasar yang mencakup
dalam memotret tentang siapa yang bertanggung jawab atas apa. Model
top-down. Berikut diagram kerangka pikir penelitian ini seperti dibawah ini:
Komunikasi Antar
Organisasi dan
Kegiatan Pelaksanan
Mo
Ukuran dan
del
Sasaran
Imp
lem
ent Karakteristik Badan Sikap PPN Untia
asi Pelaksanan Pelaksana Makassar
Keb Sumber
ijak Daya
an
Lingkungan, Sosial,
Ekonomi dan Politik
59
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
konteks yang lebih luas. Yin (2011) menyatakan bahwa sekarang ini
sampel tertentu atau kelompok orang tertentu, atau teori-teori yang ada
tidak diterapkan pada sampel atau kelompok tertentu yang akan diteliti.
B. Lokasi Penelitian
60
Nusantara (PPN) Untia adalah pelabuhan pertama berkelas B di WPPNRI,
Nopember 2016.
C. Fokus Penelitian
dengan kinerja. Dalam model ini, variabel terikat adalah kinerja, yang
memotret tentang siapa yang bertanggung jawab atas apa. Model ini
Van Meter dan Van Horn dalam model implementasi kebijakan yang terdiri
atas:
61
prosedurnya, dan apa outputnya. Tujuan menunjuk pada keadaan
kebijakan sulit untuk diidentifikasi dan diukur. Hal ini dapat bersumber
kontradiktif.
62
(3) Aktifitas Komunikasi Antar Organisasi dan Penguatan
dan atribut-atribut informal dari personilnya. Van Meter and Van Horn
kebijakan, yaitu:
63
(f) Keterkaitan formal dan informal organisasi dengan badan
64
(c) Bagaimana sifat pendapat publik; seberapa menonjol isu-isu
kebijakan?
mendukung kebijakan?
1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh oleh peneliti, berasal dari
informan.
2. Data Sekunder
65
E. Teknik Pengumpulan Data
Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulawesi Selatan dan (5) Dinas
Perikanan di Jakarta.
6. BUMN (Perindo)
66
F. Teknik Analisis Data
dari data dan informasi yang tersaji. Kesimpulan penelitian akan mengalir
mulai dari kesimpulan awal yang belum jelas dan relatif longgar, kemudian
67
Aktifitas dalam analisis data dilakukan antara lain:
peneliti.
68
3. Conclusion Drawing/ Verification (Menarik Kesimpulan)
69
berbagai informan atau dengan kata lain melakukan deskripsi yang
kaya dan padat (rich and thick description) tentang hasi penelitian.
orang yang tepat. Selain itu juga dapat memberikan dorongan dan
70
BAB IV
(WPP 173).
Tetapi pada pertengahan abad XVI, Kerajaan Tallo dan Kerajaan Gowa
bersatu dan melepaskan diri dari Kerajaan Siang, bahkan menyerang dan
71
Selain Benteng Somba Opu, pada masa pemerintahan Kerajaan
Gowa XVI, didirikan pula Benteng Rotterdam yang berada di bagian utara.
serta sektor pembangunan fisik. Hal ini merupakan masa dimana puncak
manufaktur asal Timur Tengah, India dan Cina di Nusantara Barat. Dari
Kota niaga terkemuka dunia yang dihuni lebih 100.000 jiwa (dan dengan
72
ini termasuk ke-20 kota terbesar dunia. Pada zaman itu jumlah penduduk
salah satu kota terpenting di Asia. 4 (empat) kota penting yaitu Ayyutia,
hutan.
73
Australia, dimana mereka tiga sampai empat bulan lamanya membuka
Polandia terkenal) dan menjadi salah satu „port of call‟ utama bagi baik
Maluku.
bawah pemerintahan kolonial itu adalah masa tanpa perang paling lama
meningkat sebanyak tiga kali lipat, dan wilayah kota diperluas ke semua
Kota Dunia yang berperan tidak hanya sebagai pusat perdagangan dan
74
jasa tetapi juga sebagai pusat kegiatan industri, pusat kegiatan
sarana prasarana publik yang lebih baru dan berkualitas, mulai dari
Negara RI. Semuanya itu menjadi ikon baru dan perubahan bagi Kota
ruang “kelas dunia” yang jauh lebih baik dari sebelumnya. Sebagai kota
yang terlahir dan menjadi bagian dari peradaban dunia, Kota Makassar
pergaulan global.
1. Letak Geografis
persimpangan jalur lintas, baik dari arah utara ke selatan maupun dari
arah barat ke timur. Dengan posisi ini Kota Makassar berpotensi besar
menjadi Ruang Tamu Indonesia Timur. Kota Makassar berada dalam titik
75
30,18" sampai dengan 5°14‟ 6,49" LS serta terletak di Pantai Barat Pulau
Sulawesi.
Mariso (1,82 km2). Untuk jelasnya dapat dilihat table luas wilayah kota
76
Luas Kota Makassar Berdasarkan Luas Wilayah
menurut Kecamatan
3. Lingkungan Fisik
faktor, meliputi :
a. Keadaan Iklim
b. Topografi
77
Berdasarkan topografinya, Kota Makassar memiliki ciri-ciri sebagai
penunjang lainnya.
ini dapat dilihat dari batuan hasil letusan gunung api dan endapan
itu, terdapat juga tiga jenis batuan lainnya seperti breksi dan
78
konglomerat yang merupakan batuan berkomponen kasar dari jenis
d. Hidrologi
bermuara di laut.
e. Ekosistem
79
f. Kondisi Oseanografi Perairan
1) Pasang Surut
saat air pasang dan kembali ke selatan saat air surut.Tipe pasang
2) Arus
dan sebagian kecil terjadi pada kecepatan lebih besar dari 2 m/det
(15,6%).
80
3) Gelombang/ombak
dengan tegak lurus arah normal pantai. Pada saat musim barat,
daya, barat, dan barat laut. Ombak yang terbangkit oleh angin
yang datangnya dari arah barat dan barat daya akan menginduksi
oleh angin yang datangnya dari barat laut akan menginduksi arus
Losari Makassar.
81
limbah yang dibuang mempengaruhi kondisi kualitas perairan
Makassar.
4. Struktur Ekonomi
82
perairan laut 944,06 km2, serta didukung oleh sumber daya manusia
perikanan laut, sektor lain yang juga penting adalah perikanan darat
sebesar 512,30 ton di tahun 2008 dan 453,20 di tahun 2009 (Tabel
1-12). Luas areal kawasan tambak yang ada di Kota Makassar yakni
2354,183 ha.
83
penggalian pasir di Sungai Jeneberang, yang termasuk tambang
c. Perindustrian
yaitu sebesar 22,24% per 2008. Pusat industri pengolahan ini berada
160.068.434.000.
84
rumah tangga maupun untuk industri sehingga diharapkan PLN
bisnis 9%, industri 1%, pemerintah 5%, dan sosial 4% (Gambar 1-8),
dengan pasokan air baku di Kota Makassar diperoleh dari Dam Bili-
IPA Antang, IPA Maccini Sombala, dan IPA Somba Opu. Sedangkan
sumber air bersih yang berasal dari sumur tawar dan selebihnya air
85
e. Perhubungan dan Komunikasi
86
5. Keunggulan dan Keunikan Lokal
jasa.
87
Ada beberapa peran yang memberikan keunggulan dan kelebihan
kota ini dalam letak dan posisinya sebagai pintu gerbang Indonesia
Hal tersebut didukung oleh letak dan posisi SulSel yang berada di
jarak dari Jakarta ke KTI yang ditempuh dalam waktu 5 jam (teori
aksesibilitas).
persaingan global.
88
c. Hub Air port Ikan Segar
ikan, positioning sebagai hub Air port “ikan segar” menjadikan daerah
ini pilihan yang sangat menarik sebagai salah satu pusat pengekspor
bagian dari perairan selat Makassar (WPP-RI 173) yang dilatar belakangi
200 Milyar.
yang didaratkan sekitar 40-50 ton per hari atau 8.000- 15.000 ton per
89
Makassar, tepatnya berada pada kawasan pengembangan yang
Makassar (ATKP). Selain itu lokasi pelabuhan juga tidak jauh dari
yang terbesar kedua yang dapat menampung 500 kapal setiap harinya
Utara.
90
Kabupaten Takalar yakni kecamatan galesong yang merupakan
91
Kementerian Kelautan dan Perikanan. Pengembangan pelabuhan
(Joko Widodo).
92
BAB V
A. Hasil Penelitian
Model implementasi Van Meter & Van Horn (1975) yang digunakan
menjadi tiga bagian, yaitu kebijakan itu sendiri, konteks implementasi, dan
kinerja. Standar dan tujuan serta sumber daya termasuk ke dalam dimensi
akan mengarah pada pemerintah pusat. Model ini sangat memadai untuk
konteks kebijakan yang bersifat multi tingkat ini interaksi antara variabel-
93
variabel yang berada di bawah kontrol pemerintah pusat dengan variabel-
standar dan sasaran tertentu yang harus dicapai oleh para pelaksana
94
hal yang “crucial”. Implementors mungkin bisa jadi gagal dalam
mengerti apa yang menjadi tujuan suatu kebijakan (Van Mater dan Van
Horn, 1975).
pelabuhan perikanan;
prasarana;
95
hasil penelitian, pemantauan wilayah pesisir, wisata bahari,
perikanan;
diatas, sudah cukup jelas dan hal ini diakui oleh informan Kepala
96
yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan pelayaran dan kegiatan
Indonesia (WPPN-RI).
97
ikan bagi pelabuhan perikanan untia melayani WPP 713 yang meliputi:
98
disposisi para pelaksana (implementors) terhadap standar dan tujuan
dioptimalkan.
2. Sumberdaya
suatu kebijakan. Sumber daya ini terdiri atas dana atau insentif lain
99
Dalam pengimplementasian kebijakan pengoperasian
rupiah) untuk satu tahun. Hal ini diakui oleh pelaksana tata usaha
“Kalau mau jujur, pelabuhan perikanan ini belum ada nama yang
sesuai, apakah itu pelabuhan nusantara atau pelabuhan
samudra. Pelabuhan ini belum bisa disebutkan sebagai
pelabuhan nusantara. Kenapa? Karena pelabuhan ini belum
tercatat pada Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara
Republik Indonesia. Buktinya sampai hari ini belum jelas
strukturnya termasuk personalia yang akan menduduki struktur
yang ada. Pantaslah kalau pelabuhan ini hanya mendapat
allokasi dana 1 Milyar satu tahun dari Kementeria Kelautan dan
Perikanan. Angka ini sangat kecil dan tidak rasional untuk
membiayai operasional pelabuhan yang sebesar di Untia ini”.
(Hasil Wawancara tanggal, 4 Mei 2018)
Apabila dibandingkan dengan PPN yang suda beroperasi seperti
Untia sebesar 1 Milyar rupiah, angka ini hanya cukup untuk membiayai
100
Sumberdaya Manusia yang akan ditempatkan di pelabuhan ini
sudah jelas orangnya, posisisnya dimana dan gaji beserta
tunjangannya suda jelas. ya kita tunggu saja.
(Hasil wawancara tanggal, 15 Mei 2018)
Laut Sukarno Hatta serta dekat pula denga Pelabuhan Udara Sultan
mendukung atau dengan kata lain rusak berat. Akibat dari rusaknya
“Dulu sudah pernah ada jual beli di pelabuhan untia ini, tetapi
banyak penjual ikan dan pengunjung yang jatuh dan terluka
karena jalannya becek dan berlubang, akhirnya mereka pada
tidak mau datang lagi dan kami sebagai pelaksanan pelabuhan
tida mau ambil resiko. Andaikan jalanan masuk ke pelabuhan
untia ini mulus, Masyarakat banyak tertarik berbelanja di
Pelabuhan untia, karena sambil berbelanja, juga bisa menikmati
obyek wisata yang ada disekitar pelabuhan.” (Hasil Wawancara
tanggal, 15 Mei 2018)
101
Gambar 5.1. Kondisi jalan masuk Pelabuhan Untia
hasil tangkapan, hal ini juga yang membuat nelayan enggan untuk
berkapasitas
ke luar negeri.
102
Gambar 5.2. Cold Storage Pelabuhan Untia
sampai saat ini air bersih belum tersedia, sehingga upntuk memenuhi
103
memang lebih kecil tapi lengkap fasilitasnya seperti pelabuhan
paotere, beba dan maros.” (Hasil Wawancara tanggal, 15 Mei
2018
jumlahnya, namun sampai saat ini belum juga ada tanda tanda dari
untia.
menurut Van Horn dan Van Mater bahwa apa yang menjadi standar
maka yang menjadi standar dan tujuan kebijakan sulit untuk bisa
mengetahui apa yang diharapkan darinya dan tahu apa yang harus
104
dilakukan. Dalam suatu organisasi publik, pemerintah daerah
105
Hasil penelitian menunjukkan bahwa upaya
terkait lainnya, belum berjalan dan bahkan mereka tidak mau tahu lagi
106
mengetahui. Saya mengerti kalau jawabannya seperti itu Karen
memang kita masih baru dan penuh keterbatasan. (Hasil
Wawancara tanggal, 15 Mei 2018)
107
memiliki struktur dan standar operasional prosedur (SOP) yang
diatas, belum ada yang berjalan maksimal, semua masih uji coba. Hal
108
pelabuhan perikanan untia menyampaikan secara berkala
kepada Direktur Jenderal Perikanan Tangkap melalui direktur
Pelabuhan Perikanan Kementerian Kelautan dan Perikanan”.
(Hasil Wawancara tanggal, 18 Mei 2018)
perikanan untia secara factual masih jauh dari cukup dan status
mendekati pensiun, satu orang dari PPN Ambon dan satu orang lagi
109
Tabel Struktur Organisasi Pelabuhan Untia Makassar
rupiah.
110
yang mengenal betul permasalahan dan persoalan yang mereka
harus diselesaikan.
111
merupakan hal yang “crucial”. Implementors mungkin bisa jadi gagal
112
ini, berpulang ke pusat, kami siap saja menjalankan. (Hasil
Wawancara tanggal, 18 Mei 2018)
bahkan senang dan optimis, hanya saja untuk saat ini pelabuhan
pelabuhan perikanan untia sudah lebih dari cukup, hanya saja untuk
113
prasarana memiliki keterkaitan antara satu dengan lainnya, sehingga
implementor kebiajakan.
„Begini pak, saya tidak terlalu yakin kalau pelabuhan ini bisa
berkembang cepat, karena tidak ada penduduk disini, kita datang
disini kalau ada pejabat datang, baru jalannya lagi jelek sekali.
Kalau kami disini mauji membantu pelabuhan ini, tapi
bagaimana caranya? Kalau saya pa‟ bikinki kegiatan yang bisa
penduduk disekitar disini datang untuk beraktifitas, sambil
menunggu pelabuhan ini dikunjungi oleh orang luar. Kalau
masyarakat disini bisa mencari penghidupan disini pasti mereka
pada mau datang membeli dan menjual serta bisa membantu
pihak pelabuhan seperti ikut menjaga dan membersihkan.
(Hasil Wawancara dengan tokoh masyarakat tanggal, 18 Mei
2018)
114
kelautan dan perikanan yang ada di Untia, malah DPR ikut mendorong
keseluruhan.
Makassar adalah model Van Meter and Van Horn (1975). Model Van
Meter & Van Horn memenuhi kriteria mengenai kejelasan konseptual dan
Model implementasi Van Meter & Van Horn ini, relatif sederhana
indikator implementasi.
115
Berpedoman pada model tersebut di atas serta hasil penelitian ini,
sebagai berikut.
116
dan/atau bongkar muat ikan yang dilengkapi dengan fasilitas
kemiskinan.
pelaksana (implementors).
117
Dengan demikian maka untuk mengoptimalkan pengoprasian
sudah tersedia.
2. Sumberdaya
Sumber daya ini terdiri atas dana atau insentif lain yang dapat
118
1.000.000.000,- (satu milyar rupiah) untuk satu tahun. Kalau
pelabuhan ini hanya mendapat allokasi dana 1 Milyar satu tahun dari
Kementeria Kelautan dan Perikanan, angka ini sangat kecil dan tidak
Untia ini”.
Laut Sukarno Hatta serta dekat pula denga Pelabuhan Udara Sultan
mendukung atau dengan kata lain rusak berat. Akibat dari rusaknya
hasil tangkapan, hal ini juga yang membuat nelayan enggan untuk
119
berkapasitas 30 ton sebagai jawaban atas permasalahan sulitnya
bahwa sampai saat ini air bersih belum tersedia, sehingga untuk
jumlahnya, namun sampai saat ini belum juga ada tanda tanda dari
untia.
menurut Van Horn dan Van Mater bahwa apa yang menjadi standar
120
karena itu standar dan tujuan harus dikomunikasikan kepada para
maka yang menjadi standar dan tujuan kebijakan sulit untuk bisa
mengetahui apa yang diharapkan darinya dan tahu apa yang harus
121
sumberdaya implementor saja secara structural belum terpenuhi
juga belum berjalan dan bahkan mereka tidak mau tahu lagi setelah
122
Berdasarkan pembahasan tersebut di atas dapat dipahami
yang berwenang.
123
ditetapkan oleh kementerian. Adapun tugas pokok dan fungsinya
diatas, belum ada yang berjalan maksimal, semua masih uji coba.
124
masing. Setiap tahap implementasi menuntut adanya sumber daya
perikanan untia secara faktual masih jauh dari cukup dan status
mendekati pensiun, satu orang dari PPN Ambon, satu orang dari DKP
rupiah.
125
Berdasarkan penjelasan di atas dapat diartikan bahwa untuk
harus diselesaikan.
126
dalam melaksanakan kebijakan, dikarenakan mereka menolak apa
untuk saat ini pelabuhan belum siap dijalankan maksimal. Masih perlu
127
6. Lingkungan sosial, ekonomi dan politik.
pelabuhan perikanan nusantara untia jauh lebih baik dan lebih modern
Selatan.
128
mendukung implementasi kebijakan pengoperasian pelabuhan untia.
kelautan dan perikanan yang ada di Untia, malah DPR ikut mendorong
keseluruhan.
129
BAB VI
A. Kesimpulan
tentang siapa yang bertanggung jawab atas apa. Model Van Meter dan
Van Horn, 1975 ini sangat memadai untuk menjelaskan tentang kebijakan
daerah.
130
publikasi hasil penelitian, pemantauan wilayah pesisir, wisata bahari,
131
pusat/kementerian kelautan dan perikanan terkait pengoperasian
juga belum berjalan dan bahkan mereka tidak mau tahu lagi setelah
untuk saat ini pelabuhan belum siap dijalankan maksimal, masih perlu
132
poilitik, bagaimana keterlibatan politik dalam mendukung implementasi
B. Saran-Saran
133
yang dimiliki tidak tanggung tanggung lebih 200 Milyar rupiah telah
Untuk lebih jelasnya berikut tabel hasil penelitian dan rekomendasi yang
134
demikian belum dapat kegiatan, standar
diimplementasikan out put yang akan
dengan baik, akibat dihasilkan dan lain
masih terbatasnya lain sebagainya.
sarana dan prasarana
pendukung yang
diperlukan dalam proses
implementasi.
135
penjelasan di atas
dapat direkomen
dasikan bahwa
untuk mencapai
kinerja kebijakan
yang optimal
diperlukan
ketegasan tentang
penyediaan sumber
daya, terutama
dana, dan
pengalokasi annya
secara konsisten.
- Perbaikan jalan
menuju pelabuhan,
penyediaan air
bersih, pengadaan
cold storage, dan
pengadaan stasiun
pengisian bahan
bakar bagi nelayan,
adalah sumberdaya
pendukung yang
mendesak untuk
dipenuhi.
136
komunikasi antar berskala besar ini.
organisasi, masih sangat - Perlu diberikan
sulit untuk dilakukan, pengarahan teknis
malahan mereka tidak kepada para
pernah berkomunikasi pengelola
dengan organisasi diluar pelabuhan
pelabuhan dimana perikanan
mereka ditempatkan. nusantara untia
terkait pentingnya
komunikasi antar
organisasi.
137
nusantara untia, ditugaskan dalam
termasuk berkatagori upaya mewujudkan
baik, oleh karena mereka pelabuhan
cukup menguasai dan perikanan
memahami tugasnya nusantara untia
masing-masing, bahkan yang
senang dan optimis sesungguhnya.
untuk jangka panjang
memperoleh kesuksesan
yang besar.
138
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik. 2009. Makassar dalam Angka 2009. Badan Pusat
Statistik Kota Makassar: Makassar
Badan Pusat Statistik. 2010. Makassar dalam Angka 2010. Badan Pusat
Statistik Kota Makassar: Makassar
Dye, Thomas R., 2001. Top Down Policymaking. New York: Chatham
House Publishers.
Goggin, Malcolm L., Ann O‟M. Bowman, James P. Lester and Lawrence
J. O‟Toole, Jr., 1990. Implementation Theory and Practice: Toward
A Third Generation. Illinois: Scott, Foresman.
Hill, Michael, and Hupe, Peter, 2002. Implementing Public Policy. London:
Sage Publication.
Imperial, M.T., 2001. Collaboration As An Implementation Strategy: An
Assessment of Six Watershed Management Programs. PhD
Dissertation in the School of Public and Environmental Affairs
Indiana University.
139
Keputusan Mentri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor
74/KEPMEN-KP/2006 tantang Pengelolaan Pelabuhan
Perikanan Unita, Makassar, Provinsi Sulawesi Selatan.
Keputusan Walikota Makassar Nomor: 781/kep/552.3/2006 Tentang
Peruntukan Tanah Pembangunan Pelabuhan Perikanan
Nusantara Seluas 38 H di Kelurahan Untia Kecamatan
Biringkanaya Kota Makassar
Kompas,2016.” Presiden Jokowi Resmikan Pelabuhan Perikanan Untia
Makassar.” Diakses 10/10.2017. Darihttp://nasional.kompas.com/
Kraft, M.E., and Furlong, S.R., 2004. Public Policy: Politics, Analysys, and
Alternatives. Washington: CQ Press.
Landau, Martin, Russell Stout, Jr.. 1979. “To Manage is Not to Control:
Or the Folly of Type II Errors.” Public Administration Review,
March/April: 148-156.
Robbins, Stephen P., 1994. Teori Organisasi: Struktur, Desain & Aplikasi.
Edisi 3. Jakarta: Penerbit Arcan.
140
Sabatier, Paul A., 1986. Top-down and Bottom-up Approaches to
Implementation Reserach: A Critical Analysis dan Suggested
Synthesis. Journal of Public Policy, 6:21-48.
Van Meter, Donald S., dan Carl E. Van Horn, 1975; ‟The Policy
Implementation Process: A Conceptual Framework‟. Administration
and Society, Vol.6 No.4, Februari 1975.
Wilson, Charter A., 2006. Public Policy: Continuity and Change. New York:
McGraw-Hill.
Yin, Robert K., 2011. Qualitative Research: From Start to Finish. New
York: The Guilford Press, A Division of Guilford Publications, Inc.
--------------------oo00oo------------------
141
CURRICULUM VITAE
I. Pendidikan Dasar
Pendidikan TK SD SMP SMA
Nama Sekolah Unhas Impres Negeri 30 Negeri 21
Unhas
Bidang Ilmu - - - IPS
Tahun Masuk 1998 2000 2006 2009
Tahun Tamat 2000 2006 2009 2012
Nama Kepala Ny. Drs. Safwan Munir, Drs.
Sekolah Sriwahyuratri S.Ag; Patahuddin,
Rasjid M.Ag AM.
Alamat Sekolah Makassar Makassar Makassar Makassar
142
Penyelenggaraan Pelabuhan Perikanan
Pendidikan (SPP) bagi Untia Kota Makassar
Mahasiswa Baru Dua Provinsi Sulawesi Selatan
Semester di Provinsi
Sulawesi Selatan
Nama 1. Dr. H. Badu Ahmad, 1. Prof. Dr. Haselman,
Pembimbing M.Si M.Si
2. Drs. La Tamba, M.Si 2. Dr.Hj. Hasniati, M.Si
V. Pengalaman Organisasi
143
4. 2016 -
HIPMI - PT – UNHAS Wakil Ketua
2017
5. Sekolah Tinggi Teknologi 2016
Wakil Ketua III Bidang
Kelautan (STITEK) Balik sampai
Kemahasiswaaan
Diwa Makassar sekarang
144
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini benar dan
dapat dipertanggungjawabkan. Apabila dikemudian hari ternyata terdapat
ketidak sesuaian dengan kenyataan. Saya sanggup menerima sanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk digunakan
sebagaimana mestinya.
145