ARIEF HIDAYAT
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2013
PENGEMBANGAN SIMPUL PERPINDAHAN
MODA ANGKUTAN UMUM DI PUSAT KOTA MAKASSAR
Tesis
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar Magister
Program Studi
Teknik Transportasi
ARIEF HIDAYAT
Kepada
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2013
iii
iv
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tesis yang saya tulis ini benar -
tulisan atau pemikiran orang lain. Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat
dibuktikan bahwa sebagian atau keseluruhan tesis ini hasil karya orang lain, saya
Yang menyatakan
Arief Hidayat
v
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas Berkat dan
langsung yang telah Kami terima, oleh karena itu penulis ingin mengucapkan
terima kasih yang tulus pada ALLAH SWT yang memberikan Kemudahan dan
Berkash selama penyusunan thesis ini. Ucapan terima kasih yang tak terhingga
saya haturkan buat orang tua saya Dra. Dewi Anggraini dan Drs. Syamsuddin
yang memberikan semangat, kasih lembut kepada penulis sehingga tesis ini
besarnya kepada Prof. Dr. Ir. Shirly Wunas, DEA dan Prof. Dr. H. Tahir Kasnawi,
SU, yang telah mau membimbing penulis dengan semangat dan ketulusan. Para
penguji yaitu Prof. Dr-Ing. M.Y. Jinca, M.STr, Dr. Ir. Ria Wikantari, M.Eng dan Dr.
Ir. Sumarni Hamid Aly, MT yang telah menguji dan memberikan saran dan
Ketua Prodi dan seluruh jajaran di Prodi Teknik Transportasi yang telah banyak
Sarjana Unhas yang telah memberikan pelayanan yang terbaik selama kami
vi
sebagai mahasiswa. Terima kasih buat istri dan anak tercinta yang telah
mendukung selama ini. Teruntuk semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu
masih jauh dari sempurna, baik dalam pengungkapan, pokok pikiran, tata
penelitian kami dalam thesis ini dapat berguna bagi yang membutuhkan.
Arief Hidayat
vii
ABSTRAK
ABSTRACT
DAFTAR ISI
SAMPUL i
SAMPUL II ii
PRAKATA v
ABSTRAK vii
DAFTAR ISI ix
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Masalah Penelitian 5
C. Tujuan Perencanaan 6
D. Manfaat Studi 6
F. Sistematika Penulisan 7
E. Penelitian Terkait 27
F. Kerangka Konsep 29
B. Jenis Penelitian 31
F. Defenisi Operasional 39
1. Batas Administrasi 44
2. Kondisi Demografi 47
4. Ketersediaan Fasilitas 55
a) Fasilitas Pendidikan 55
b) Fasilitas Kesehatan 56
c) Fasilitas Perekonomian 56
a) Jaringan Jalan 58
3. Kepemilikan kendaraan 67
Cara menempuhnya 70
6. Biaya Transportasi 72
Spasial 79
Sistem Transportasi 86
xii
1. Pemilihan Moda 86
2. Pemilihan Rute 87
3. Waktu Perjalanan 88
Sistem Transit 95
A. Kesimpulan 104
B. Saran 105
LAMPIRAN KUESIONER 1
LAMPIRAN KUESIONER 2
xiii
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
3 Kerangka Konsep 30
DAFTAR PETA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
prasarana transportasi yang ada, tetapi juga sudah ditambah lagi dengan
terjadinya pergerakan barang dan orang. Oleh karena itu, ukuran, bentuk
jaringan. Sistem aktivitas di dalam kota terdiri dari berbagai aktivitas seperti:
berlokasi pada sebidang lahan dan saling berinteraksi satu sama lain
(2002) pola perjalanan dibagi dua yaitu perjalanan tidak spasial dan
perjalanan spasial. Konsep mengenai ciri perjalanan tidak spasial (tanpa batas
(dengan batas ruang) di dalam kota berkaitan dengan distribusi spasial tata
guna lahan yang terdapat di dalam suatu wilayah. Dalam hal ini, konsep
tertentu di lokasi yang dituju, dan lokasi tersebut ditentukan oleh tata guna
Pertambahan volume dan frekuensi kegiatan yang ada juga akan diikuti
kota semakin menyusut, maka tidak semua pertambahan tuntutan akan ruang
yang letaknya tidak jauh dari kawasan perkotaan. Disinilah latar belakang
terjadi perluasan kenampakan fisikal kekotaan ke arah luar terjadi yang dikenal
kekotaan terbangun (urban built-up land) dan dari sinilah kawasan peri urban
peri urban adalah suatu zona yang didalamnya terdapat percampuran antara
perkembangan kota mendesak kearah tepi kota atau biasa disebut Pheri Urban.
Kawasan peri urban merupakan kawasan yang berdimensi multi, hal ini
urban sangat sulit jika dilihat dari dimensi non-fisikal, oleh karena itu pada tahap
maupun kekotaan dari segi fisik morfologi yang diindikasikan oleh bentuk
kawasan seperti ini yang bekerja di kawasan pusat kota tiap hari harus
(Makassar, Maros, Sungguminasa dan Takalar) yang menjadi pusat dari koridor
4
metropolitan dengan jumlah penduduk lebih dari 2,4 juta (BPS Kota Makassar,
yang didominasi oleh angkutan umum (pete-pete) dinilai tidak efektif dan
efisien. Hal tersebut disebabkan oleh terjadi tumpang tindih trayek, kapasitas
Kota Makassar 2008 memperlihatkan untuk pusat Kota terhadap 8 trayek yaitu
sangat tinggi dari segi pergerakan angkutan umum. Untuk setiap simpul saat ini
penumpang tanpa ada konsep yang jelas mengenai simpul angkutan umum di
Kota Makassar.
5
Pada tahun 2009 tercatat sekitar 553.035 unit kendaraan yang beredar di
Kota Makassar dan terjadi peningkatan sekitar 5-7% kendaraan pertahun. Dari
angka tersebut sebesar 360.122 unit adalah kendaraan roda dua (BPS Kota
Makassar). Saat ini telah terjadi penurunan tingkat pelayanan jalan dengan
(V/C ratio) dari 0,36 sampai 0,83 atau kondisi yang sangat berpotensi terjadinya
tundaan atau kemacetan (RTRW Kota Makassar, 2006). Dan diprediksi oleh
Dinas Perhubungan Tahun 2012 pada tahun 2020 tingkat pelayanan jalan
akan mencapai tingkat pelayanan F dimana arah arus terhambat, macet, terjadi
antrian panjang dan volume lalu lintas turun drastis. Tingkat kepadatan
2012). Demikian pula halnya dengan pola penyebaran penduduk terjadi secara
pertumbuhan kota.
baik berupa fasilitas terminal, halte maupun parkir yang berfungsi sebagai
B. Masalah Penelitian
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Studi
Makassar.
Ruang lingkup wilayah atau lokasi studi yang dijadikan objek penelitian
simpul atau tempat masyarakat naik dan turun moda angkutan umum di pusat
Kota Makassar.
Variabel system transportasi dengan indikator moda angkutan, rute, waktu dan
biaya perjalanan. Untuk indikator variabel spasial yaitu bangkitan dan aktifitas
ruang.
F. Sistematika Penulisan
bagian meliputi:
lokasi dan waktu perencanaan, jenis, sumber dan teknik pengumpulan data,
Bagian kelima, merupakan kesimpulan dan saran terhadap hasil penelitian dan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
menggunakan “output” dari model tata guna lahan sebagai “input”, dengan
asumsi bahwa tata guna lahan yang berbeda membangkitkan tingkat kegiatan
perencanaan tata guna lahan dapat dikatakan berkorelasi erat dengan sistem
kegiatan yang berlangsung pada lahan tersebut. Bangkitan lalu lintas yang
pemanfaatan lahan pada lahan yang masih kosong disuatu lingkup wilayah
Tata guna lahan tidak hanya mengatur pemanfaatan suatu lahan, akan tetapi
bagaimana aksesibilitas guna lahan yang satu dengan yang lainnya sehingga
pemanfaatan lahan dapat lebih efektif dan efisien. Untuk mewujudkan hal
yang dapat meningkatkan aksesibilitas dan mobilitas antar tata guna lahan.
b. Sarana (kendaraan)
komponen atau elemen tersebut diatas atau bisa juga ketiganya secara
melimpah.
guna lahan adalah salah satu faktor utama yang menentukan pergerakan dan
Selanjutnya menurut Blunden (1971) serta Blunden dan Black (1984) dalam
Khisty (2003), konsep yang mendasari hubungan tata guna lahan dan
meningkat dari sisi waktu atau uang ketika pergerakan menjadi lebih murah.
pergerakan menurun.
dimana sistem tata guna lahan yang terbentuk karena kebijakan pemerintah
tingkat kemudahan tertentu bagi berbagi zona (tata guna lahan) yang ada di
yang tinggi antara petak-petak lahan tersebut. Itu berarti tingkat kemudahan
dengan ekonomi, sosial, budaya, pendidikan dan agama (Tamin, 2002). Untuk
Pergerakan
Klasifikasi
Aktivitas Keterangan
Perjalanan
1. Ekonomi 1. Ke dan dari Jumlah orang yang bekerja tidak tinggi,
a. Mencari nafkah tempat kerja sekitar 40-50% penduduk. Perjalanan
b. Mendapatkan 2. Yang berkaitan yang berkaitan dengan pekerjaan
barang dan dengan bekerja termasuk:
pelayanan a. Pulang ke rumah
b. Mengangkut barang
c. Ke dan dari rapat
Ke dan dari toko dan
keluar untuk Pelayanan hiburan dan rekreasi di
keperluan pribadi klasifikasikan secara terpisah, tetapi
pelayanan medis, hukum dan
kesejahteraan termasuk disini.
2.Sosial 1. Ke dan dari Kebanyakan fasilitas terdapat dalam
Menciptakan, rumah teman lingkungan keluarga dan tidak
menjaga hubungan 2. Ke dan dari menghasilkan banyak perjalanan
pribadi tempat
pertemuan bukan
di rumah
3. Pendidikan 1. Ke dan dari Hal ini terjadi pada sebagian besar
sekolah, kampus penduduk yang berusia 5-22 tahun . di
dan lain-lain Negara sedang berkembang jumlahnya
sekitar 85% penduduk
dominan.
13
orang biasanya dihadapkan pada pilihan jenis angkutan seperti mobil, angkutan
umum, pesawat terbang atau kereta api. Dalam menentukan pilihan jenis
yang menggabungkan sistem tata guna lahan secara geografis dengan sistem
lahan yang menimbulkan zona dan jarak geografis di suatu wilayah atau kota,
perjalanan.
petak lahan yang telah diisi dengan berbagai macam kegiatan, akan
pencapaian tujuan.
14
aksesibilitas atau mobilitas terhadap aktivitas tertentu. Dalam hal ini, analisis
selanjutnya.
a. Jarak fisik dua tata guna lahan, tata guna lahan mempunyai jarak yang
jarak ini tidak dapat berdiri sendiri karena untuk mengukur tinggi rendahnya
tingkat aksesibilitas dua tata guna lahan, bias jadi bahwa dua kawasan
kapan saja.
d. Faktor intensitas guna lahan, padatnya suatu petak lahan yang telah diisi
tempuh berbagai kegiatan tersebut dan secara tidak langsung, hal tersebut
Bangkitan pergerakan adalah jumlah pergerakan dari zona atau tata guna
lahan dan jumlah pergerakan yang tertarik ke fungsi lahan atau zona. Bangkitan
lalu lintas ini meliputi lalu lintas yang meninggalkan suatu lokasi. Bangkitan
tarikan lalu lintas bergantung pada dua aspek tata guna lahan dan jumlah
16
aktifitas (intensitas) pada suatu tata guna lahan. Menurut Tamin (2002) bahwa
lain-lain.
tujuan pergerakan.
3. Berdasarkan jenis orang, hal ini dipengaruhi oleh atribut sosial ekonomi
orang.
pergerakan antar zona. Oleh karena itu adalah sangat penting dipahami pola
pergerakan yang terjadi pada saat sekarang dan masa yang akan datang.
diformulasikan kedalam bentuk Matriks Asal Tujuan (MAT). Hasil analisis ini
akan memperlihatkan tingkat pergerakan dari beberapa zona asal dan tujuan
dimasa mendatang.
17
untuk memperkirakan jumlah perjalanan yang berasal dari setiap zona dan
jumlah perjalanan yang akan berakhir disetiap zona untuk setiap maksud
menuju kesetiap zona akan diperkirakan atau diramalkan. Cara ini disebut
tujuan perjalanan dari pergerakan orang dan kendaraan pada waktu tertentu.
dan titik tujuan yang sama, serta teikat dengan peraturan trayek yang sudah
ditentukan dan jadwal yang sudah ditetapkan dan para pelaku perjalanan harus
umum ini sudah mereka pilih (Miro, 2005). Sedangkan menurut Warpani (2002)
dengan sistem sewa atau bayar. Yang termasuk dalam angkutan umum
penumpang adalah angkutan kota (bus, minibus, dsb), kereta api, angkutan air
dan udara.
trayek yang seluruhnya berada dalam satu daerah kota atau wilayah ibu
kota Kabupaten.
secara tetap; (c) Pelayanan angkutan secara terus menerus serta berhenti
c. Untuk kota berpenduduk > 500.000 jiwa, trayek utama dan trayek langsung
dilayani dengan bus besar, trayek cabang dengan bus sedang, dan trayek
dilayani dengan bus sedang, trayek cabang dengan bus kecil, dan trayek
e. Untuk kota yang berpenduduk < 100.000 jiwa, trayek utama dilayani
dengan bus kecil dan/atau mobil penumpang umum dan trayek cabang
2) Papan trayek yang memuat asal dan tujuan serta lintasan yang dilalui
3) Jenis trayek yang dilayani ditulis secara jelas dengan huruf balok,
“Angkutan Kota”;
pemilikan kendaraan serta terbaurnya peranan fungsi jalan arteri, kolektor, dan
lokal, sehingga jaringan jalan tidak dapat berfungsi secara efesien. Setiap
biaya (bahan bakar dan lainnya), kemacetan dan antria, jenis jalan raya (jalan
oleh Calthorpe (1993) adalah : “A mixed use community within an average 2000
foot walking distance of a transit stop and core commercial area. TOD mix
transit, bicycle, foot or car” diartikan bahwa tempat transit merupakan wilayah
atau kawasan yang berupa ruang terbuka, parker yang terhubung langsung
dengan aktivitas atau fungsi ruang yang mampu di jangkau dengan berjalan
kaki.
Terdapat beberapa istilah yang dekat dengan konsep TOD dan sering
dikaitkan satu sama lain seperti transit village, pedestrian pocket, dan new
compact, mixed use community, centered around the transit station that, by
design, invites residents, workers, and shoppers to drive their cars less and ride
mass transit more”. Konsep ini datang jauh sebelum TOD yakni pada tahun
1966 oleh Michael Bernick dan Robert Cervero. Namun konsep transit village
tidak distrukturkan menjadi zona zona dan tidak dibatasi pada area, densitas,
melandasi munculnya TOD, konsep ini diperkenalkan pada tahun 1988 sebagai
22
alternatif terhadap pola pembangunan berorientasi sub urban. Dalam konsep ini
urbanism yang datang setelah munculnya konsep TOD, yakni antara tahun
1993 hingga 1996 merupakan gerakan dengan konsep yang lebih luas dan
urban.
(mixed use) yang kompak dalam jangkauan lima hingga lima belas menit
fungsi-fungsi lain dalam sebuah distrik yang tersentralisasi. Akumulasi pola ini
Sebagai strategi untuk mencapai tujuan dari konsep TOD yakni memberi
Oriented Development.
menciptakan jaringan jalan yang ramah terhadap pejalan kaki yang secara
Metropoli.
desain stuktur TOD. Secara lebih detail, Struktur TOD dan daerah disekitarnya
terbagi menjadi area-area sebagai berikut: 1) fungsi publik (public uses). Area
fungsi publik dibutuhkan untuk memberi pelayanan bagi lingkungan kerja dan
jarak yang terdekat dengan titik transit pada jangkauan 5 menit berjalan kaki. 2)
pusat area komersial (core commercial area). Adanya pusat area komersial
sangat penting dalam TOD, area ini berada pada lokasi yang berada pada
jangkauan 5 menit berjalan kaki. Ukuran dan lokasi sesuai dengan kondisi
servis, dan hiburan. (3) area permukiman (residential area). Area permukiman
termasuk permukiman yang berada pada jarak perjalanan pejalan kaki dari area
pusat komersial dan titik transit. Kepadatan area permukiman harus sejalan
condominium, dan apartement (4) Area sekunder (secondary area). Setiap TOD
kawasan yang dipisahkan oleh jalan arteri. Area ini berjarak lebih dari 1 mil dari
jalan/akses langsung dan jalur sepeda menuju titik transit dan area komersial
dengan seminimal mungkin terbelah oleh jalan arteri. Area ini memiliki densitas
yang lebih rendah dengan fungsi single-family housing, sekolah umum, taman
rendah, dan area parkir. (5) fungsi-fungsi lain, yakni fungsi-fungsi yang secara
25
perkantoran yang sangat rendah yang berada di luar kawasan TOD dan area
sekunder.
Pemberhentian Bus Dirjen Perhubungan tahun 1996 ada beberapa hal menjadi
:
a. berada di sepanjang rute angkutan umum/bus;
b. terletak pada jalur pejalan (kaki) dan dekat dengan fasilitas pejalan (kaki);
a. Halte
2) rambu petunjuk
4) lampu penerangan
5) tempat duduk
1) rambu petunjuk
4) Fasilitas tambahan
5) telepon umum
6) tempat sampah
7) pagar
8) papan iklan/pengumuman
berikut ::
Penentuan jarak antara halte dan/atau TPB dapat dilihat pada tabel berikut :
27
Park and Ride, secara umum didefenisikan sebagai perilaku parkir pada
perjalanan ke satu tujuan. Sistem parkir ini banyak diterapkan sebagai bagian
Berdasarkan Dittmar dan Ohland (2004) penataan area parkir pada TOD,
menghasilkan lalu lintas, penerapan tarif parkir merupakan salah satu solusi
pribadi. Beberapa strategi yang dapat diterapkan antara lain; penataan ruang
parkir tidak dominan, biaya parkir, mengurangi parkir off-street dan penataan
parkir on-street (jangka waktu singkat dengan timer tanpa petugas parkir),
Penelitian yang membahas indikator pejalan kaki dan Halte (area transit)
mengevaluasi fungsi halte sebagai tempat henti angkutan umum studi kasus
dengan aspek jarak Pejalan Kaki. Selain itu variable kepadatan perumahan dan
upaya mengurangi pergerakan yang ditulis oleh Cervero dan Arrington (2008).
Adapun tulisan Muley, Bunker dan Ferreira (2009) yang meneliti pengaruh
ini menyajikan hasil survei penduduk di beberapa TOD Portland. Variabel yang
penggunaan lahan campuran, kemudahan bagi pejalan kaki, dan jarak terhadap
lokasi TOD. Penelitian berorientasi transit dengan variabel guna lahan dan
dengan variabel moda angkutan umum dan pribadi, Infrastruktur jalan, dan
pejalan kaki, serta guna lahan yang bertujuan untuk menentukan konsep simpul
angkutan umum massal di wilayah Hong Kong dapat disebabkan oleh beberapa
massal. Hasil analisis tersebut diperkuat oleh Reinhold dan Kearney (2008)
bahwa angkutan massal dapat mereduksi biaya dengan variabel ekonomi yang
guna lahan serta serta keterkaitan dengan simpul eksisting namun dengan
variabel terkait yaitu antara lain spasial (guna ruang) dan transportasi.
F. Kerangka Konsep
antara variabel dan indikator. Kondisi pusat Kota Makassar saat ini sangat
angkutan umum yang tidak teratur dengan tidak jelasnya simpul pindah moda
Adapun karakteristik simpul saat ini dengan variabel yang digunakan oleh
pemilihan rute, biaya dan waktu perjalanan. Variabel spasial yaitu bangkitan
perjalanan dan klasifikasi jalan. Hasil analisis keduanya akan dibuatkan konsep
Pergerakan di wilayah
Pusat Kota
Spasial :
Aktivitas Transportasi berupa :
1. Guna Lahan
(Perdagangan, 1. Pemilihan Moda
Pertemuan disimpul
Jasa,Perkantoran,Kes (Angkutan Umum,
ehatan,Pendidikan, Motor, Mobil Pribadi,
`
Perumahan) dll)
2. Bangkitan Perjalanan 2. Pemilihan Rute
Karakteristik Simpul 3. Biaya dan
(asal-tujuan)
4. Waktu Perjalanan
3. Klasifikasi Jalan
5. Pejalan Kaki
(arteri, kolektor , lokal)
6. Halte
BAB III
METODE PENELITIAN
pertimbangan adalah pada saat ini pusat Kota Makassar dianggap belum
sehingga untuk kajian penelitian difokuskan di wilayah pusat kota. Penelitian ini
dilakukan selama 5 bulan yaitu mulai bulan maret hingga agustus 2013.
B.Jenis Penelitian
serta yang berhubungan mengenai angka, rumus, tabulasi serta grafik dan
dan lainnya. data berikutnya yaitu data aktivitas guna lahan dengan
simpul.
a. Pilihan Moda
b. Pilihan Rute
di permukiman.
c. Waktu Perjalanan
permukiman.
1. Populasi
Wajo dan Kecamatan Ujung Pandang yang setiap hari akan melakukan
perjalanan baik inter maupun antar wilayah Kecamatan Wajo dan Kecamatan
Ujung Pandang.
2. Sampel
yang ada.
pendekatan sistem transportasi dan tata ruang (spasial), Oleh karena itu
sebagai berikut:
alternatif kondisi.
Zona 1 2 3 … N Oi
1 T11 T12 T13 … T1N O1
2 … T2N O2
3 … T3N O3
. . . . … . .
. . . . … . .
. . . . … . .
N TN1 TN2 TN3 … TNN ON
Dd D1 D2 D3 … DN T
sumber: Tamin, O. Z., (2002)
37
Dimana :
Tid = Pergerakan dari zona asal i ke zona tujuan d
Oi = Jumlah pergerakan yang berasal dari zona asal i
Dd = Jumlah pergerakan yang menuju ke zona d
{Tid} atau T = Total matriks
dengan fungsi atau kegiatan. Namun skalogram dan indeks sentralitas juga
melakukan pergerakan.
fasilitas, dan tanda (0) pada sel yang menyatakan ketiadaan suatu
fasilitas
perpindahan moda.
40
F. Defenisi Operasional
2. Aktivitas Spasial, dinilai dari aktivitas spasial yaitu guna lahan, bangkitan
(angkot, bis, becak) dalam setiap asal dan tujuan perjalanan (unit
tertentu (jumlah unit kendaraan untuk setiap rute) serta yang berhenti di
simpul tertentu.
7. Jarak, dinilai dari aksesibilitas asal dan tujuan dari permukiman di satuan
meter (m).
8. Rute adalah jalur trayek angkutan umum yang diukur dengan jarak
kilometer (km).
41
BAB IV
spasial Makassar memiliki wilayah berupa daratan, bukit, pantai dan laut
dengan luas wilayah yang mencapai 17577 Ha. Kota Makassar yang dikenal
sebagai pintu gerbang Indonesia Timur sekaligus menjadi “brand” yang lebih
baru yaitu sebagai ruang tamu/keluarga Indonesia. Selain itu menjadi wilayah
industri, jasa dan pelayanan sosial, pendidikan, kegiatan budaya dan pariwisata
km2, dihuni oleh penduduk sebesar 1.253.656 jiwa (BPS, 2009) belum termasuk
1.235.239 jiwa. Laju pertumbuhan penduduk Kota Makassar dari Tahun 2007
43
2.630 jiwa/km2 (lihat tabel 7). Demikian pula halnya dengan pola penyebaran
penduduk terjadi secara tidak merata. Data yang diperoleh menunjukkan pola
Wajo.
1. Batas Administrasi
luas wilayah penelitian adalah 4,62 km2, sedangkan luas wilayah Kota
Makassar adalah 175,77 km2. Luas wilayah Lokasi penelitian kurang lebih 2,6%
wilayah Lokasi penelitian dapat dilihat pada tabel berikut dan peta Administrasi
Lokasi penelitian.
2,63 km2 atau 56,94% dari total luas Lokasi penelitian, sedangkan Kecamatan
Wajo memiliki luas wilayah 1,99 km2 atau 43,06% dari total luas wilayah Lokasi
penelitian
2. Kondisi Demografi
Wilayah Lokasi penelitian memiliki luas 4,62 km2 dengan jumlah penduduk
pada tahun 2012 sebanyak 56.519 jiwa. Dimana pada Kecamatan Ujung
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dan gambar berikut :
100000
90000
80000
70000
60000
50000
40000
30000
20000 Kepadatan Penduduk
10000 (Jiwa/km2)
0
Butung
Mangkura
Pisang Utara
Malimongan Tua
Losari
Pisang Selatan
Lajangiru
Maloku
Baru
Melayu Baru
Mampu
Malimongan
Lae-Lae
Ende
Sawerigading
Bulogading
Pattunuang
Melayu
Gambar 4. Kepadatan Penduduk berdasarkan Tiap Kelurahan
sejumlah 89.750 jiwa/km2 diikuti oleh Kelurahan Melayu Baru sejumlah 45.686
Apabila dilihat dari kepadatannya, maka sebaran penduduk pada saat ini
terpusat pada Kelurahan Melayu, Kecamatan Wajo. Hal ini bisa dilihat
berjumlah 62.059 jiwa terdiri dari 30.238 jiwa laki-laki dan 31.840 jiwa
paling sedikit di Kelurahan Mangkura sebanyak 312 KK. Untuk lebih jelasnya
jumlah penduduk menurut jenis kelamin dan jumlah Kepala Keluarga dapat
3500
3000
2500
2000
1500
1000
Laki-laki
500
0 Perempuan
Malimongan…
Lajangiru
Bulogading
Butung
Lae-Lae
Mangkura
Losari
Pisang Selatan
Sawerigading
Maloku
Baru
Pattunuang
Melayu Baru
Melayu
Mampu
Malimongan
Pisang Utara
Ende
Gambar 5. Jumlah Penduduk berdasarkan Jenis Kelamin
di Wilayah Lokasi penelitian
12805 jiwa dan penduduk yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 14355
kelamin laki-laki sebanyak 14279 jiwa dan penduduk yang berjenis kelamin
wilayah Lokasi penelitian yang terdiri dari dua kecamatan yaitu Kecamatan
Ujung Pandang dan Kecamatan Wajo yaitu yang tertinggi adalah penduduk
yang berumur 20-24 tahun, di Kecamatan Ujung Pandang sebanyak 3.282 Jiwa
51
dan di Kecamatan Wajo sebanyak 3.832. Untuk lebih jelasnya jumlah penduduk
manusia dalam konteks ruang yang dipengaruhi oleh penduduk dan fisik
ada di kawasan ini. Mulai dari perdagangan dan jasa, perumahan, pendidikan,
dilihat pada tabel 11 dan peta Penggunaan Lahan di Lokasi penelitian berikut:
52
Tabel 10. Jenis dan Luas Penggunaan Lahan di Wilayah Lokasi penelitian
Tahun 2013
Jenis Penggunaan Lahan Luas Persentase
(Ha) (%)
5% 1% 1% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%
Perdagangan dan Jasa
3%
3% Permukiman
27%
Pendidikan
Kesehatan
Perkantoran
60%
Peribadatan
Ruang terbuka hijau
pemakaman
Dari tabel dan gambar diatas, terlihat bahwa jenis penggunaan lahan yang
sekitar 60.06% dan perdagangan dan jasa dengan luas 55.53 ha atau sekitar
27.43% dari total luas lahan di lokasi penelitian. sedangkan luas penggunaan
lahan yang terendah yaitu pemakaman dengan luas 0.05 ha atau sekitar
0.02%.
a b
Perkantoran Pendidikan
c d
4. Ketersediaan Fasilitas
a) Fasilitas Pendidikan
kanak (TK), Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah
Lae-Lae - 1 - -
Losari 4 3 2 2
Mangkura 4 3 2 2
Ujung Pandang
Pisang - 4 1 -
Selatan
Lajangiru - 1 1 -
Sawerigading 3 6 - 1
Maloku 1 - 2 1
Bulogading - 1 - -
Baru 6 6 6 3
Pisang Utara 1 4 2 1
Pattunuang 2 2 2 1
Ende - 2 - -
Melayu Baru 1 2 2 1
Melayu 1 7 3 3
Wajo
Butung 1 5 1 2
Mampu 2 - - -
Malimongan - - - -
Malimongan 1 - - -
Tua
Total 27 47 24 17
Sumber : BPS, Kecamatan Ujung Pandang dalam Angka 2012 dan Kecamatan Wajo
dalam Angka 2012
56
b) Fasilitas Kesehatan
Fasilitas kesehatan yang ada di Lokasi penelitian terdiri dari Rumah Sakit,
tiap desa sudah terlayani, baik melalui Rumah Sakit, Balai Pengobatan,
Kelurahan Malimongan.
Pisang Selatan 1 1 0 3
Lajangiru 0 0 1 7
Sawerigading 0 0 2 1
Maloku 1 0 1 3
Bulogading 0 0 0 0
Baru 0 1 0 2
Pisang Utara 1 0 0 4
Pattunuang 2 0 1 6
Ende 0 0 0 2
Melayu Baru 0 0 1 5
Melayu 0 1 1 0
Wajo
Butung 0 0 0 0
Mampu 0 0 0 0
Malimongan 0 0 1 0
Malimongan Tua 1 0 0 5
Total 8 4 8 44
Sumber : BPS, Kecamatan Ujung Pandang dalam Angka 2012 dan Kecamatan Wajo
dalam Angka 2012
c) Fasilitas Perekonomian
kedai dan supermarket, hotel serta bank. Sebaran dari fasilitas ini sudah cukup
57
baik sesuai kebutuhan dari tiap kelurahan. Salah satu upaya dalam
masyarakat. Jenis kegiatan usaha yang ada sangat berperan penting terhadap
Pisang Selatan - - 2
Lajangiru - - -
Sawerigading - - -
Maloku - - 1
Bulogading - - -
Baru - - 1
Pisang Utara - - -
Pattunuang - - 2
Ende 1 1 3
Melayu Baru - - 1
Melayu - - 1
Wajo
Butung - 1 2
Mampu - - -
Malimongan - - -
Malimongan Tua - - 1
Jumlah 1 2 12
Sumber : BPS, Kecamatan Ujung Pandang dalam Angka 2012 dan Kecamatan Wajo
dalam Angka 2012
Tabel 14. Jumlah Hotel dan Penginapan Di Lokasi penelitian Tahun 2012
Penginapan (Hestel, motel,
Kelurahan Hotel
losmen/ wisma)
Lae-Lae - -
Losari - -
Mangkura 1 -
Ujung Pandang
Pisang Selatan 1 3
Lajangiru - 2
Sawerigading 2 5
Maloku 4 1
Bulogading 3 -
Baru 5 -
Pisang Utara 2 1
58
Tabel 15. Jasa Perbankan dan Koperasi Di Lokasi penelitian Tahun 2012
Kelurahan
Bank Pemerintah/ Koperasi Simpan
Swasta Pinjam
Lae-Lae - -
Losari - -
Mangkura 3 -
Ujung Pandang
Pisang Selatan - -
Lajangiru - -
Sawerigading 1 -
Maloku 2 -
Bulogading 4 -
Baru 3 -
Pisang Utara 3 -
Pattunuang 16 1
Ende 5 -
Melayu Baru 1 -
Wajo
Melayu - -
Butung 4 -
Mampu - 1
Malimongan - -
Malimongan Tua 2 -
Jumlah 44 2
Sumber : BPS, Kecamatan Ujung Pandang dalam Angka 2012 dan Kecamatan
Wajo dalam Angka 2012
a) Jaringan Jalan
lokasi penelitian terdapat lima klasifikasi jalan yaitu jalan arteri primer, jalan
59
kolektor primer, jalan kolektor sekunder, jalan lokal dan jalan lingkungan. lebih
jelanya mengenai sistem jaringan jalan dapat dilihat pada Tabel 17 dan peta
oleh hampir semua trayek angkutan umum. Lapangan Karebosi sebagai titik
61
balik trayek, merupakan kawasan yang paling padat dengan jalur trayek ini.
Menurut data dari Dinas Perhubungan Darat Kota Makassar, jumlah trayek
angkutan umum pete-pete yang melewati kawasan studi sebanyak kurang lebih
10 trayek.
Pelajar, jalan Sulawesi, jalan Nusantara, jalan Ahmad Yani, jalan Ujung
angkutan umum yang melintas di lokasi penelitian dapat dilihat pada tabel 18
Penelitian ini tidak hanya terfokus di simpul atau di jalan yang menjadi
penelitian ini juga dilakukan pada penduduk yang berada di wilayah pemukiman
Kecamatan Wajo dan 190 responden untuk Kecamatan Ujung Pandang dengan
sampel berdasarkan kepala rumah tangga atau yang mewakili rumah tangga.
mata pencaharian di lokasi penelitian terdiri dari karyawan toko, PNS, buruh
industri, dan lain-lain. Untuk Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dan gambar
berikut:
Mata Pencaharian
Kecamatan Karyawan Karyawan Jumlah
PNS Wiraswasta TNI/ POLRI Buruh
Swasta Toko
Wajo 24 54 37 63 2 30 210
Ujung Pandang 15 30 34 50 20 31 180
Jumlah 39 84 71 113 22 61 390
(%) 10 22 18 29 6 16 100
65
sebagai wiraswasta yakni sekitar 29%, karyawan swasta sekitar 22% dan
besar rumah tinggal penduduk memiliki status sebagai hak milik. Untuk lebih
150
106 102 104
100 78
50
0
Milik Kontrak
Berdasarkan tabel dan gambar di atas, diketahui bahwa 136 dari 390 KK
penduduk memiliki status rumah tinggal sebagai hak milik pribadi, dimana untuk
rumah sendiri dan 102 KK untuk Kecamatan Ujung Pandang. Adapun keluarga
yang tinggal di rumah kontrak yakni sebesar 104 KK yang terdiri dari 78 KK
67
pandang.
3. Kepemilikan Kendaraan
perorangan (per unit rumah) dan juga dengan kerapatan penduduk. Untuk lebih
Jenis Kendaraan
Lokasi Penelitian Jumlah
Motor Mobil Motor+Mobil
Kec. Ujung
45 90 45 180
Pandang
Jumlah 179 131 80 390
yaitu sebanyak 179 orang atau sekitar 46%. Sedangkan Untuk lebih jelasnya
21%
45% Motor
34%
Mobil
Motor + Mobil
Kecamatan Wajo dan Ujung Pandang. Adapun yang memiliki Motor dan Mobil
pribadi sebanyak 186 penduduk atau 53% dari penduduk. Untuk lebih jelasnya
Moda Transportasi
Kecamatan Kendaraan Pete- Jumlah
Becak Berjalan
Pribadi pete
Wajo 110 71 16 13 210
Ujung
76 69 16 19 180
Pandang
Jumlah 186 140 32 32 390
(%) 48 36 8 8 100
69
Dari tabel dan gambar diatas, dapat dilihat pula penduduk yang memilih
untuk menggunakan Pete-pete adalah 140 penduduk atau 36%. Yang memilih
menggunakan Becak yakni 8%, berjalan kaki 8% Dari hasil kuisioner ini juga,
Kenyamanan dan biaya murah menjadi alasan penduduk dalam memilih moda
transportasi angkutan Pete-pete. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel
berikut :
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa biaya yang murah menjadi
alasan yang paling banyak dijawab oleh penduduk, dimana 48% dari penduduk
faktor kenyamanan adalah 12% dari total penduduk. Adapun yang memilih
Karena waktu tempuh yan lebih cepat adalah 21%, karena keamanan 12%.
menempuhnya
dengan tempat mengambil moda transportasi. Dengan adanya data ini, dapat
transportasi yang akan digunakan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel
Jarak ke Tempat
No Jumlah (%)
Mengambil Moda
1 <200m 230 59
2 200-500 m 89 23
3 500 m-1000 m 45 12
4 > 1000 m 26 7
Jumlah 390 100
71
menempuh jarak terdekat yakni <200m untuk mengambil moda adalah 230
penduduk atau 59% dari 390 KK penduduk di Kecamatan Wajo dan Ujung
Pandang. Sedangkan penduduk yang menempuh jarak terjauh terjauh yakni >
23%, dan yang menempuh 500 m-1000 m adalah 45 penduduk atau 12%.
mengambil moda transportasi yang akan digunakan juga beragam. Dari hasil
memperoleh moda transportasi terdekat. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
tabel berikut :
72
pete, dan yang menggunakan kendaraan pribadi sebanyak 6%. Dari data ini
dengan berjalan kaki. Hal ini juga dipengaruhi oleh faktor jarak lokasi asal
menuju lokasi simpul yang relatif jauh sehingga penduduk lebih memilih
menggunakan becak/bentor.
6. Biaya Transportasi
oleh penduduk (beserta anggota keluarga)/ harinya dapat dilihat pada tabel
berikut:
73
>Rp. 100.000.
dikeluarkan tidak memberatkan atau relatif murah. Untuk lebih jelasnya dapat
13
22 Sangat Memberatkan
64
Memberatkan
Tidak Memberatkan
yang menyatakan tidak memberatkan adalah yang tertinggi, yakni 64% atau
tinggi yakni 13% dari penduduk. Dengan demikian dapat disimpulkan, rata-rata
lintas dan tempat mengambi moda yang ada di Kota Makassar, serta informasi
mengenai angkutan massal yang diinginkan. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat
massal
75
18%
46% Mau
36%
Tidak Mau
Ragu-ragu
penumpang terlalu lama, selain karena nyaman, juga waktu yang akan
Pendapat lain yang cukup banyak dipaparkan oleh penduduk adalah supir
angkutan massal harus lebih tertib dalam berlalu lintas. Selain memberi
sebanyak 37% dari penduduk. Hal ini juga diikuti dengan kurangnya
hal inilah yang menjadi salah satu penyebab kemacetan lalu lintas. Selain
itu, pertumbuhan kendaraan di Kota Makassar yang begitu pesat dari hari
yang diinginkan oleh penduduk. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada
Angkutan
NO Massal yang Jumlah (%)
Diinginkan
1 Bus 136 35
2 Monorail 65 17
3 Kereta Api 19 5
4 Busway 170 44
Jumlah 390 100
50
40 44
30 35
Lokasi simpul di Lokasi penelitian, terdiri dari sembilan titik simpul. Dimana
berada di jalan-jalan yang dilalui oleh rute angkutan umum dilokasi penelitian.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 29 dan peta lokasi simpul berikut:
Tabel 28
dilihat dari pola perjalanan penduduk di lokasi simpul dengan melihat bangkitan
dan tarikan perjalanan yang terjadi di lokasi simpul; karakteristik jenis kegiatan
80
pergerakan terjadi ketika orang bergerak dari asal menuju tujuan perjalanan
dari zona asal ke zona tujuan di dalam daerah tertentu dan dalam periode
kota sebagai pergerakan dari lokasi asal ke lokasi tujuan di simpul perpindahan
(dua) titik lokasi yaitu kecamatan Wajo dan Ujung Pandang dan sebagai tujuan
lokasi aktifitas atau guna lahan yang terdapat di luar kecamatan Wajo dan
berdasarkan lokasi simpul perpindahan moda angkutan dan guna lahan yang
2 kecamatan tersebut.
tujuan dapat dilihat pada lampiran tabel matriks asal tujuan. Dari tabel tersebut
banyak bergerak ke daerah Tamalanrea yaitu UNHAS dan STIMIK yaitu 7 dan
Tabel 29. Matriks Asal Tujuan yang Berasal dari Bangkitan Permukiman
Perbatas
Tuju Rumah Lokasi Perdagangan dan
an Kampus Perkantoran
an Sakit Pelabuhan Juml
Kecamatan Wilayah
ah
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3
Asal 1 2 3 4 5 6 7 8 9
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1
A 1 5 1 1 2 1 1 2 1 3 4 2 4 2 1 2 - 1 - 2 3 2 2 - 2 1 1 2 2 2 53
B 8 8 - - 1 4 - - 1 4 4 2 2 3 2 3 1 - 1 - - 1 - 2 - - 1 - - 1 - 49
Wajo
C 11 3 2 - - - 3 1 - 4 3 4 3 4 3 3 - 1 1 1 1 - 2 - 1 - - 2 - - 2 55
D 8 6 1 1 2 1 - 1 2 5 2 2 4 2 4 1 - - - - 2 - 2 - 1 2 - 1 3 - 53
E 11 3 1 - - 1 4 3 3 1 2 3 3 1 1 1 - - 2 - - - - 2 2 1 - 45
F 2 6 - 1 - 3 4 - 3 2 1 2 1 1 2 1 1 - 2 - - 1 - - 1 - - 1 - - 35
Ujung
G 5 2 2 - 2 - - - 6 2 2 2 3 3 3 2 1 - - - - - - - 2 - 1 - - 1 2 41
Pandang
H 0 3 2 - - - 1 3 4 3 1 1 2 1 1 - - - 3 - - 2 - 2 - - - 2 - - - 31
I 1 2 - 2 2 - - - 1 2 2 2 2 2 3 - - - 1 1 - - - 2 1 - - 1 1 - 28
1 1 1 2 2 1 2 2 1 2
Jumlah 47 38 7 5 8 6 5 4 5 7 5 7 7 6 7 4 4 7 7 9 6 390
1 0 4 6 6 9 1 2 8 2
Sumber : Hasil Kuesioner, 2013
Keterangan :
Kel.
Kel. Malimongan Kel. Pattunuang Kel. Kel.
Kel. Butung Kel.
dan Malimongan dan Melayu Pisang Kel. Bulogading Pisang Kel. Sawerigading
Tua Melayu dan Lajangiru
Baru Utara Selatan
Melayu
1 2 3 4 5 6 7 8 9
83
UIN Rs.
Pelamoni Rs. Panakku Pasar
Bandara Ke UNHAS Alauddin UNM STIMIK Bayang Pasar MARI MTos
a Wahidin kang Terong MTC
(Kecama Sunggum (Kecam Kampus I (Kecamat (Kecam kara Sentral (Kecamat (Kecamat
(Kecamat (Kecam (Kecamat (Kecam (Kecam
tan inasa atan (Kecamat an atan (Kecam (Kecam an an Ujung
an Ujung atan an atan atan
Biringka (Kab. Tamala an Rappocin Tamala atan atan Mamajan Pandang
Pandang Tamala Panakku Makass Wajo)
naya) Gowa) nrea) Tamalate i) nrea) Tamalat Wajo) g) )
) nrea) kang) ar)
) e)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Pelabuh Balaikot Kantor Gabung Tower Bank
Kantor JAMSOS TELKO PT.ASKE Graha BPS
an a Pengadil an Wisma Bosowa Bank Danam
Gubernur TEK M S Pena SUL-
Paotere (Kecam an Dinas Kalla (Kecam Panin on
Kantor (Kecamat (Kecamat (Kecam (Kecamat (Kecamat SEL
(Kecama atan (Kecamat (Kecam (Kecam atan (Kecamat (Kecam
PU KOTA an an atan an an (Kecam
tan Ujung an atan atan Ujung an atan
Panakuk Panakuk Rappoc Panakku Panakku atan
Ujung Pandan Panakuk Makass Mariso) Pandan Mariso) Mangga
kang) kang) ini) kang) kang) Mariso)
Tanah) g) kang) ar) g) la)
17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
84
disebabkan karena faktor jenis kegiatan atau penggunaan lahan yang ada di
sekitar lokasi simpul. Analisis ini digunakan untuk mengetahui apakah ada
penelitian.
Setiap sistem kegiatan atau tata guna lahan mempunyai jenis kegiatan
Dimana pola sebaran tata guna lahan sangat mempengaruhi pola perjalanan
penduduk. Tata guna lahan sangat terkait dengan jumlah bangkitan perjalanan,
mengetahui tataguna lahan daerah yang akan di teliti. Guna lahan menunjukan
Hampir semua jenis penggunaan lahan ada di kawasan ini. Mulai dari
penggunaan lahan di kawasan ini. Sebagai contoh pusat kegiatan wisata Pantai
dominan perdagangan dan jasa dengan fungsi rata-rata jasa dan kuliner.
lahan sebesar 70,94 ha dan menutupi 38,50% dari tutupan lahan di lokasi
85
yang besar di kawasan pusat kota ini. Ketiga pusat perbelanjaan itu adalah
Makassar Trade Centre (MTC) yang terletak di jalan Jend. Ahmad Yani. MTC,
pusat perbelanjaan kedua yaitu Pusat Grosir Butung yang berlokasi di jalan
penduduk di lokasi penelitian. Hal ini dapat dilihat dari hasil kuesioner diperoleh
28% dari jumlah penduduk, dan pulang sekolah/Bimbel sekitar 24% serta
relatif sama tiap minggunya, sedangkan untuk tujuan berbelanja akan tetap
Transportasi
dilihat dari pola perjalanan penduduk di lokasi simpul dengan melihat pemilihan
1. Pemilihan Moda
Dari data yang diperoleh, ada bermacam cara yang dilakukan oleh
dari tempat asal ke tujuan. Untuk lebih jelasnya mengenai pilihan moda yang
umum (pete-pete) paling banyak dilakukan oleh penduduk dan hamper semua
penduduk dating ke simpul untuk naik pete-pete atau angkutan umum. Dilihat
merencanakan sistem angkutan umum kota yang efektif dan efisien agar dapat
Angkutan massal sangat penting dengan proporsi 1 bus = 5-7 pete-pete, serta
feeder yang diharapkan yang non motorisasi seperti becak. Adapun angkutan
yang diinginkan oleh masyarakat yaitu busway yaitu 44% dari jumlah penduduk
2. Pemilihan Rute
moda utama yang digunakan sebagian besar para penduduk dalam melakukan
Dari hasil analisis yang telah dilakukan, semua pergerakan yang terjadi di
umum, seperti yang diketahui sekitar 76% pergerakan di sembilan lokasi/ zona
semua rute angkutan umum menjadikan pusat kota sebagai awal dan tujuan
akhir perjalanan, karena kawasan pusat kota merupakan pusat kegiatan baik
perkantoran maupun perdagangan dan jasa. Pola rute yang ada saat ini
menghubungkan zona pusat kota dengan zona pinggir kota. Sebagian besar
Rute angkutan umum yang baik adalah rute dimana pengguna angkutan
untuk menggunakan atau mencapai lintasan rute angkutan umum dari tempat
88
dari angkutan umum, dilakukan analisis dalam ukuran jarak tempuh menuju ke
lintasan rute angkutan umum. Untuk mengetahui jarak tempuh penduduk baik
angkutan umum berdasarkan zona tujuan di lokasi penelitian dapat dilihat pada
tabel berikut:
memiliki jarak tempuh kurang dari 200 meter dari tempat asal ke lintasan rute
angkutan umum yaitu menuju ke simpul, 89 responden atau 23% dari jumlah
dengan jarak tempuh 500 m-1000 m dan 30 responden atau sekitar 7% dari
penduduk yang memiliki jarak tempuh lebih dari 1000 m dari tempat asal ke
lintasan rute angkutan umum. Secara umum dapat dilihat bahwa 81% dari
sampel memiliki jarak tempuh kurang dari 500 meter dari tempat asal ke
lintasan rute angkutan umum. Jarak tersebut merupakan jarak yang masih
3. Waktu Perjalanan
dimana waktu yang dibutuhkan untuk bergerak dari asal ke tujuan beragam, hal
ini dipengaruhi oleh jarak dari lokasi asal ke lokasi tujuan serta jenis moda yang
berikut:
89
Tabel 30
30-60 menit yakni sekitar 20%. Dan waktu perjalanan penduduk yang
penduduk yang melakukan perjalanan 20-30 menit sekitar 34%, dan pada
Waktu perjalanan yang lama juga dipengaruhi oleh jenis moda yang
digunakan. Dimana jenis moda yang paling banyak digunakan oleh penduduk
pribadi. Berdasarkan dari hasil analisis yang telah dilakukan dapat diketahui
untuk merencanakan moda yang lebih efektif dan efisien agar dapat
90
bervariasi baik dari intensitas pergerakan yang terjadi dan tujuan pergerakan
dengan berbagai jenis aktivitas yang berbeda baik di waktu pagi hari, siang,
sore dan malam hari. Penelitian dilakukan pada pagi-siang hari. Berdasarkan
06.30 wita sampai dengan pukul 16.00 wita. Waktu puncak pergerakan di pagi
perkantoran dan tempat wisata juga akan menjadi penentu. Dengan adanya
berikut dapat dilihat pada peta lokasi feeder yang ada di Lokasi penelitian.
faktor yang menjadi alasan penduduk untuk memilih moda transportasi tertentu.
Untuk jarak dari simpul ke lokasi tujuan aktivitas yang > 500 meter,
ojek menjadi hal yang sangat urgen untuk mendukung pergerakan dan
Sistem Transit
umum menjadi faktor penentu. Ketersediaan fasilitas umum tersebut baik yang
simpul.
Dari hasil analisis skalogram diatas terlihat bahwa, yang menjadi pusat
sekitarnya.
penggunaan lahan lainnya, serta waktu tempuh berjalan kaki. Dalam hal ini
simpul-simpul saat ini dan simpul di jalan gunung merapi yaitu dibuatkan matrik
menjadi 2 konsep pengembangan yaitu Transit Simpul dan Transit Koridor yaitu
campuran disekitar kawasan, tidak jauh untuk mencapai feeder (<500 meter),
waktu berjalan kaki yang rendah (< 10 menit) dan cukup dekat dengan kawasan
Tabel 31
Keterangan:
1 = TK 4 = SMU/SMK 7 = Poliklinik 10 = Mall 13 = Hotel
2 = SD 5 = AKADEMI/PT 8 = Puskesmas 11 = Pasar Tradisional 14 = Bank
3 = SLTP 6 = Rumah Sakit 9 = BKIA 12 = Supermarket
95
Tabel 32
Transit
analisis spasial, yang perlu diperhatikan adalah letak simpul tersebut yang
(feeder) baik itu becak/bentor, ojek ataupun angkutan umum lainnya maksimal
0,5 km untuk memudahkan orang dalam berpindah moda lihat peta 10. Untuk
96
simpul lama ada 9 simpul dengan pasar butung tidak dianggap sebagai simpul
sifatnya pakaian dan dalam kebutuhan yang besar (kodi dan kuintal) dan tidak
barang. Sehingga tidak dapat menjadi simpul angkutan, namun wilayah sekitar
yang dekat dengan jalan kolektor dapat menjadi simpul secara Koridor disekitar
kawasan butung.
Untuk simpul baru di kawasan gunung merapi hal ini dipandang penting
karena berdekatan langsung penggunaan lahan lainnya yaitu rumah sakit serta
perdagangan dan jasa serta pendidikan. Sehingga perlu diadakan simpul baru
juga dapat dilihat dari letak simpul yang dilalui jalur angkutan umum kota. Rute
loop line sebagai jalur yang melayani pergerakan pada kawasan yang memiliki
potensi demand yang besar akan berdampak pada kebutuhan lokasi simpul
yang besar. Dari beberapa lokasi yang memiliki potensi ditemukan 10 simpul
yang tersebar di beberapa kelurahan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
Kecamatan Wajo
Simpul 2-Jln. - pasar butung, dan rumah sakit bersalin 50 Jaringan 100 10
Tentara Pelajar dan kawasan permukiman padat. Kolektor
(Kel.Melayu)
Simpul 5-Jln. - pusat bisnis/ perdagangan dan jasa, dan 300 Jaringan 100- 4
Jendral kawasan perkantoran. Arteri 500
Sudirman ( Kel.
Baru)
Simpul 6-Jln. - pusat bisnis/ perdagangan dan jasa, 5 Jaringan 50 5
Kajoalalido (Kel. Rumah Sakit dan kawasan perkantoran. Kolektor
Baru)
Simpul 7-Jln. - perdagangan dan jasa, kawasan cagar 200 Jaringan 100 5
Somba Opu budaya/kawasan wisata dan fasilitas meter Kolektor
(Kel. pendidikan serta fasilitas perkantoran.
Bulogading)
Simpul 8-Jln. - perdagangan dan jasa, dan kawasan - Jaringan 100 6
Penghibur (Kel. cagar budaya/kawasan wisata serta Kolektor
Maluko) fasilitas kesehatan (rumah sakit).
180
Simpul 9-Jln. - perdagangan dan jasa, dan pemukiman. 5 -300 Jaringan 100 5
Sungai Saddang Kolektor
(Kel.
Sawerigading)
Simpul 10-Jln. - perdagangan dan jasa, dan pemukiman 100 - Jaringan 100 5
Gunung Merapi serta berbagai fasilitas sosial lainnya. 200 Kolektor
(Kel. Pisang
Utara)
Sumber: Hasil Analisis, Tahun 2013
kegiatan di lokasi penelitian. Hal ini dilakukan agar perencaan simpul tersebut
98
K.Pasar Sentral
Hal ini memudahkan besar keputusan secara kualitatif didaerah simpul dan
berikut :
fasilitas kesehatan.
kondisi eksisting lokasi simpul yang terdapat tempat parkir. Dimana untuk
lokasi penelitian.
100
Simpul 7 (Jln. Somba Opu -Kel. Bulogading), simpul ini dapat melayani tiga
simpul 9 dan simpul 10. Simpul ini berfungsi untuk menaikkan dan
tujuan.
101
konversi angkutan umum yang baik untuk lokasi penelitian. Penggunaan jumlah
dapat menggati 5-7 pete-pete menjadi 1 bus atau busway, hal ini sesuai
berkurang dan daya angkut kendaraan terhadap penumpang akan jauh lebih
besar. Adanya sarana angkutan massal yang baik akan mendorong masyarakat
Adapun untuk feeder yang baik yaitu menggunakan becak sebagai moda
secara lingkungan.
104
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
kegiatan
kegiatan
kegiatan
B. Saran
penelitian.
106
DAFTAR PUSTAKA
Muley, Deepti, Bunker, Jonathan and Ferreira, Luis. 2009. Investigation into
Travel Modes of TOD Users: Impacts of Personal and Transit
Characteristics. International Journal of ITS Research, Vol. 7, No. 1.
School of Urban Development, Queensland University of Technology
Nasution, S, 2009, Metode Research, Bumi Aksara : Jakarta
Reinhold, Tom and Kearney , A.T.GmbH. 2008. More Passengers and Reduced
Costs—The Optimization of the Berlin Public Transport Network. The
Journal of Public Transportation. Volume 11, No. 3. ISSN 1077-291X.
University of South Florida
Renne, John L. 2008. Smart Growth and Transit- Oriented Development at the
State Level: Lessons from California, New Jersey, and Western
Australia. The Journal of Public Transportation. Volume 11, No. 3. ISSN
1077-291X. University of South Florida
Rencana Aglomerasi Mamminasata, 2007. Dinas Perhubungan Sulawesi
Selatan
Rencana Terminal Pembantu Makassar. 2007. Dinas Perhubungan Makassar
RTRW Kota Makassar.2006.Bappeda Kota Makassar.
109
Wunas, Shirly. 2011. Kota Humanis – Transportasi dan Guna Lahan di Sub
Urban. Brilian International. Yogyakarta.
POLA PERGERAKAN
Anggota Keluarga Bapak / Ibu / Anak I / Anak II/ Anak III
Usia
Pekerjaan
Jenis Aktivitas