Anda di halaman 1dari 177

MODEL DINAMIS PENGELOLAAN SAMPAH KOTA YANG

BERSUMBER DARI RUMAH TANGGA DI KOTA MASAMBA


KABUPATEN LUWU UTARA

DYNAMIC MODEL ORIGINATING CITY WASTE MANAGEMENT


OF HOUSEHOLD IN MASAMBA LUWU UTARA

MUHAMMAD IDRIS YAHYA

SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018

i
MODEL DINAMIS PENGELOLAAN SAMPAH KOTA YANG BERSUMBER
DARI RUMAH TANGGA DI KOTA MASAMBA
KABUPATEN LUWU UTARA

Tesis
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar Magister

Program Studi
Ilmu Kesehatan Masyarakat

Disusun dan diajukan oleh

MUHAMMAD IDRIS YAHYA

Kepada

SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018

ii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN TESIS

Yang bertandatangan di bawah ini:

Nama : Muhammad Idris Yahya

NIM : P1801216004

Program Studi : Kesehatan Masyarakat/Kesehatan Lingkungan

Menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa tesis yang saya tulis ini benar-

benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilan

tulisan atau pemikiran orang lain. Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat

dibuktikan bahwa sebagian atau keseluruhan tesis ini hasil karya orang lain,

saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Demikian pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya, agar dimanfaatkan

sebagaimana mestinya.

Makassar, Mei 2018

Muhammad Idris Yahya

iii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN TESIS

Yang bertandatangan di bawah ini:

Nama : Muhammad Idris Yahya

NIM : P1801216004

Program Studi : Kesehatan Masyarakat/Kesehatan Lingkungan

Menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa tesis yang saya tulis ini benar-

benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilan

tulisan atau pemikiran orang lain. Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat

dibuktikan bahwa sebagian atau keseluruhan tesis ini hasil karya orang lain,

saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Demikian pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya, agar dimanfaatkan

sebagaimana mestinya.

Makassar, 15 Mei 2018

Muhammad Idris Yahya

iv
PRAKATA

Puji Syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan

hidayah-Nya sehingga semua proses belajar mengajar pada Program Studi

Ilmu Kesehatan Masyarakat Konsentrasi Kesehatan Lingkungan Sekolah

Pascasarjana Unhas sampai dengan penulisan tesis dengan judul “Model

Dinamis Pengelolaan Sampah Kota yang Bersumber Dari Rumah

Tangga di Kota Masamba Kabupaten Luwu Utara” dapat diselesaikan

dengan baik.

Upaya maksimal telah penulis tempuh dengan sebaik-baiknya untuk

menyempurnakan penyelesaian tesis ini, namun penulis menyadari

sepenuhnya bahwa tesis ini masih banyak memiliki kekurangan dan

kekeliruan, baik dari segi isi maupun dari segi penulisan. Oleh karena itu

dengan ikhlas dan terbuka penulis mengharapkan saran, masukan dan

kritikan yang bersifat membangun demi kesempurnaan tesis ini.

Keberhasilan penulis dalam menyelesaikan tesis ini tidak lepas dari

bantuan berbagai pihak, baik berupa dukungan, bimbingan, nasehat serta

motivasi selama proposal hingga penyelesaian tesis ini. Oleh karena itu,

penulis menyampaikan terima kasih yang sangat mendalam dan

penghargaan yang sebesar-besarnya kepada Dr. Anwar, SKM., M.Sc., Ph.D

selaku Ketua Komisi Penasehat dan Dr. dr. Syamsiar Russeng, MS selaku

anggota Komisi Penasehat atas kesediaan waktu, segala kesabaran,

v
bantuan, bimbingan, nasihat, arahan, dan juga saran yang diberikan selama

ini kepada penulis. Rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya

penulis sampaikan pula kepada Prof. Dr. Anwar Daud, SKM., M.Kes.,

Dr. Agus Bintara Birawida, S.Kel., M.Kes dan Dr. Hasnawati Amqam,

SKM., M.Sc selaku penguji yang telah memberikan arahan, saran dan

masukan untuk perbaikan tesis ini.

Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada:

1. Prof. Dr. drg. Andi Zulkifli, M.Kes selaku Dekan Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Hasanuddin, Wakil Dekan, Dosen pengajar dan

seluruh pegawai yang telah memberikan dukungan dan bantuan kepada

penulis selama mengikuti pendidikan di Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Hasanuddin.

2. Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia

Kesehatan (BPPSDMK) Kementerian Kesehatan RI.

3. Dr. Ridwan M. Thaha, M.Sc. selaku ketua Program Studi Ilmu Kesehatan

Masyarakat Sekolah Pascasarjana Universitas Hasanuddin.

4. Dr. Muhammad Hatta, MS dan istri serta keluarga yang telah menerima

dan membimbing penulis selama proses penyusunan tesis ini.

5. Para Dosen FKM Unhas, khususnya dosen Bagian Kesehatan

Lingkungan, yang telah memberikan ilmu pengetahuan yang sangat

berharga selama penulis mengikuti pendidikan.

vi
6. Rekan-rekan mahasiswa Pascasarjana konsentrasi Kesehatan

Lingkungan angkatan 2016 atas segala bantuan dan dukungannya

selama ini.

7. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang turut

membantu serta menyumbangkan pemikirannya kepada penulis dalam

menyelesaikan tesis ini.

Penghargaan yang setinggi-tingginya penulis persembahkan kepada

istri dan anak saya Husnaeni, SKM dan Muhammad Naufal Azzam yang

senantiasa mendampingi sampai saya menyelesaikan tesis ini. Penghargaan

yang sama saya haturkan kepada kedua orang tua tercinta, ibunda

ST. Sunniah dan Ayahanda Muhammad Yahya AK yang dengan ikhlas,

sabar dan penuh kasih sayang serta selalu mendoakan penulis hingga

sampai pada tahap ini.

Akhirnya, penulis paparkan bahwa dalam tesis ini masih jauh dari

kesempurnaan, untuk itu penulis sangat berterima kasih apabila terdapat

kritik dan saran demi penyempurnaan tesis ini. Semoga tesis ini dapat

memberikan manfaat bagi semua pihak yang membutuhkannya.

Makassar, 15 Mei 2018

Muhammad Idris Yahya

vii
viii
ix
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i
LEMBAR PENGAJUAN TESIS ii
LEMBAR PENGESAHAN TESIS iii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN TESIS iv
PRAKATA v
ABSTRAK viii
ABSTRACT ix
DAFTAR ISI x
DAFTAR TABEL xii
DAFTAR GAMBAR xiv
DAFTAR LAMPIRAN xvi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 9
C. Tujuan Penelitian 9
1. Tujuan Umum 9
2. Tujuan Khusus 10
D. Manfaat Penelitian 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Tentang Sampah 12
B. Tinjauan Umum Tentang Sampah Perkotaan 19
C. Tinjauan Umum Tentang Pengelolaan Sampah 22
Perkotaan
D. Tinjauan Umum Tentang Pengomposan 35
E. Tinjauan Umum Tentang Bank Sampah 38
F. Pengaruh Sampah Terhadap Lingkungan dan 41
Kesehatan

x
G. Pemodelan Sistem Dinamis 45
H. Tabel Sintesa 52
I. Kerangka Teori 59
J. Diagram Sebab Akibat (Causal Loop) 61
K. Diagram Input Output 62
L. Kerangka Konsep dan Definisi Operasional 64
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Disain Penelitian 68
B. Waktu dan Lokasi Penelitian 68
C. Populasi dan Sampel 69
D. Teknik Pengambilan Sampel 70
E. Metode Pengambilan Data 71
F. Analisis Data 72
G. Penyajian Data 74
H. Instrumen Penelitian 74
I. Stok Flow Diagram 74
J. Batasan Model 76
K. Alur Penelitian 77
L. Kontrol Kualitas 78
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian 79
B. Pembahasan 118
C. Keterbatasan Penelitian 133
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan 134
B. Saran 135
DAFTAR PUSTAKA 136
LAMPIRAN

xi
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Komposisi Sampah Beberapa Kota Besar di Dunia 21

Tabel 2.2 Penelitian Terkait Pengelolaan dan Pemodelan 52


Pengelolaan Sampah Perkotaan

Tabel 3.1 Jumlah Sampel Terpilih Menurut Lokasi 71

Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Rumah 81

Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan Kepala 82


Keluarga

Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Anggota 83


Keluarga

Tabel 4.4 Distribusi Responden Menurut Pendidikan Terakhir 84


Kepala Keluarga

Tabel 4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Pendapatan KK 84


perbulan

Tabel 4.6 Rata-rata Produksi Sampah dari Rumah Tangga di 86


Kota Masamba

Tabel 4.7 Komposisi Sampah dari Rumah Tangga Menurut 86


Sumbernya di Kota Masamba

Tabel 4.8 Kompisisi Sampah Rumah Tangga Menurut Jenisnya 88


Kota Masamba Tahun 2018

Tabel 4.9 Kompisisi Sampah Rumah Tangga yang Berpotensi 89


di Bank Sampahkan

Tabel 4.10 Hasil Simulasi Timbulan Sampah Rumah Tangga di 94


Kota Masamba pada Kondisi Eksisting Tahun 2018-
2043

Tabel 4.11 Hasil Simulasi Reduksi Sampah Rumah Tangga 97

xii
dengan Skenario Bank Sampah pada Kondisi
Pesimis Tahun 2018-2043

Tabel 4.12 Hasil Simulasi Reduksi Sampah Rumah Tangga 99


dengan Skenario Bank Sampah pada Kondisi
Moderat Tahun 2018-2043

Tabel 4.13 Hasil Simulasi Reduksi Sampah Rumah Tangga 101


dengan Skenario Bank Sampah pada Kondisi Optimis
Tahun 2018-2043

Tabel 4.14 Hasil Simulasi Reduksi Sampah Rumah Tangga 103


dengan Skenario Pengomposan pada Kondisi
Pesimis Tahun 2018-2043

Tabel 4.15 Hasil Simulasi Reduksi Sampah Rumah Tangga 105


dengan Skenario Pengomposan pada Kondisi
Moderat Tahun 2018-2043

Tabel 4.16 Hasil Simulasi Reduksi Sampah Rumah Tangga 107


dengan Skenario Pengomposan pada Kondisi
Optimis Tahun 2018-2043

Tabel 4.17 Hasil Simulasi Reduksi Sampah Rumah Tangga 109


dengan Skenario Gabungan pada Kondisi Pesimis
Tahun 2018-2043

Tabel 4.18 Hasil Simulasi Reduksi Sampah Rumah Tangga 111


dengan Skenario Gabungan pada Kondisi Moderat
Tahun 2018-2043

Tabel 4.19 Hasil Simulasi Reduksi Sampah Rumah Tangga 113


dengan Skenario Gabungan pada Kondisi Optimis
Tahun 2018-2043

Tabel 4.20 Kemampuan Reduksi Penerapan Model dalam 117


Mereduksi Timbulan Sampah Kota Masamba yang
Bersumber dari Rumah Tangga Tahun 2018-2043

xiii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kerangka Teori Pengelolaan Sampah Perkotaan, 59


sumber : Alex Abdi Chalik (2011) dan
Nurfatmala (2017) yang Telah Dimodifikasi

Gambar 2. Diagram Sebab Akibat (Causal Lop) 61

Gambar 3. Diagram Input-Output (Black Box) 63

Gambar 4. Kerangka Konsep Peneitian 64

Gambar 5. Stok Flow Diagram 75

Gambar 6. Bagan Alur Penelitian 77

Gambar 7. Komposisi Sampah Rumah Tangga Menurut 87


Sumbernya di Kota Masamba Tahun 2018

Gambar 8. Komposisi Sampah Rumah Tangga Menurut 89


Jenisnya di Kota Masamba Tahun 2018

Gambar 9. Hasil Uji Parameter Model 92

Gambar 10. Hasil Simulasi Timbulan dan Reduksi Sampah Kota 96


Masamba yang Bersumber dari Rumah Tangga
Selama 25 Tahun (tahun 2018-2043)

Gambar 11. Hasil Simulasi Skenario Bank Sampah Selama 25 98


Tahun pada Kondisi Pesimis

Gambar 12. Hasil Simulasi Skenario Bank Sampah Selama 25 100


Tahun pada Kondisi Moderat

Gambar 13. Hasil Simulasi Skenario Bank Sampah Selama 25 102


Tahun pada Kondisi Optimis

Gambar 14. Hasil Simulasi Skenario Pengomposan Selama 25 104


Tahun pada Kondisi Pesimis

Gambar 15. Hasil Simulasi Skenario Pengomposan Selama 25 106


Tahun pada Kondisi Moderat

xiv
Gambar 16. Hasil Simulasi Skenario III (Pengomposan) Selama 108
25 Tahun tahun (2018-2043) pada Kondisi Optimis

Gambar 17. Hasil Simulasi Skenario Gabungan Selama 25 Tahun 110


pada Kondisi Pesimis

Gambar 18. Hasil Simulasi Skenario Gabungan Selama 25 Tahun 112


pada Kondisi Moderat

Gambar 19. Hasil Simulasi Skenario Gabungan Selama 25 Tahun 114


pada Kondisi Optimis

Gambar 20. Kemampuan Reduksi Berdasarkan Hasil Skenario 115


Model dalam Mengurangi Timbulan Sampah Rumah
Tangga Selama 25 Tahun (tahun 2018-2043)

xv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian

Lampiran 2 Format Pengukuran Komposisi Sampah

Lampiran 3 Hasil Output SPSS

Lampiran 4 Definisi Variabel dan Formula Model

Lampiran 5 Surat Permohonan Izin Penelitian

Lampiran 6 Surat Izin Penelitian (Sulawesi Selatan)

Lampiran 7 Surat Izin Penelitian (Kab. Luwu Utara)

Lampiran 8 Dokumentasi Kegiatan

Lampiran 9 Biodata Penulis

xvi
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Persoalan sampah adalah persoalan yang pasti dihadapi oleh semua

manusia baik sebagai individu, keluarga maupun masyarakat. Persoalan

sampah juga menjadi permasalahan yang dihadapi suatu wilayah, mulai dari

skala kecil seperti pada tingkat dusun, desa, kecamatan, kabupaten/kota

bahkan pada sebuah negara. Saat ini, lebih dari 50 persen populasi dunia

tinggal di kota-kota, dan tingkat urbanisasi meningkat dengan cepat. Ini akan

menambah tantangan pengelolaan sampah (Hoornweg, 2012).

Pertumbuhan wilayah termasuk pada kabupaten/kota di beberapa

negara berkembang telah menimbulkan berbagai persoalan termasuk

persoalan terkait pengelolaan sampah. Saat ini daerah perkotaan di Kawasan

Asia mengeluarkan US$ 25 milyar per tahun untuk pengelolaan 760.000 ton

sampah per hari. Pengelolaan sampah diperkirakan akan terus meningkat

menjadi US$ 50 milyar pada tahun 2025 dengan proyeksi jumlah sampah

sebesar 1,8 juta ton per hari (Chalik, 2011).

Semakin maju suatu negara maka karakteristik dan jumlah sampah

yang dihasilkan tentu akan semakin berbeda dengan negara berkembang

ataupun negara yang masih terbelakang. Pengelolaan sampah di kota

berkembang dan kota besar telah menjadi masalah yang relatif sulit untuk
2

dipecahkan. Permasalahan sampah harus diselesaikan dengan pendekatan

manajemen pengelolaan yang baik (Akbarpour Shirazi et al, 2016).

Jika kita perhatikan bagaimana pengelolaan sampah di beberapa

negara maju, ternyata pengelolaan sampah sudah dimulai sejak dari tingkat

rumah tangga, yaitu dengan memisahkan sampah organik dan anorganik.

Kantong untuk penampungan sampah terbuat dari bahan yang dapat di daur

ulang. Warna juga dibedakan antara wadah untuk menampung sampah

organik dan sampah anorganik. Kantong sampah organik biasanya berwarna

hijau, sedangkan kantong untuk sampah anorganik berwarna coklat. Kantong

untuk menampung sampah beracun berwarna merah (Sudrajat, 2008).

Hal yang berbeda terjadi di Bulawayo City Council Zimbabwe,

berdasarkan hasil penelitian Mwanza Bupe pada tahun 2013 didapatkan

informasi bahwa pemisahan sampah pada sumbernya tidak dilakukan oleh

rumah tangga yang sampahnya dikumpulkan oleh pengumpul sampah

sekalipun. Kasus ini bahkan lebih buruk lagi bagi rumah tangga yang

sampahnya tidak dikumpulkan. Pembuangan sampah oleh masyarakat yang

sampahnya tidak dikumpulkan dilakukan setiap hari dan sebagian besar

akan membuang sampahnya ataupun melakukan pembakaran sampah di

ruang terbuka (Mwanza Bupe, 2013).

Semakin meningkatnya timbulan sampah dari waktu ke waktu

membuat persoalan ini perlu mendapat perhatian serius. Di Kota Castellon de

la Plana (Spanyol) misalnya, kota ini memproduksi 207 ton sampah/hari


3

sehingga memerlukan penanganan yang serius dengan memperhatikan

strategi manajemen lingkungan (Bovea et al, 2010). Kurangnya perencanaan,

sumber daya yang kurang memadai, dan inefisiensi administratif merupakan

hambatan serius untuk menerapkan pendekatan pengelolaan sampah yang

terintegrasi (Saikia, 2015).

Pada umumnya, pengelolaan sampah di Indonesia masih

menggunakan paradigma lama yaitu dengan metode kumpul-angkut-buang

atau yang dikenal dengan pendekatan akhir (end-of-pipe), dimana sampah

dikumpulkan, diangkut, dan dibuang ke tempat pemrosesan akhir sampah.

Berdasarkan data yang ada, sekitar 90% TPA dioperasikan dengan open

dumping dan hanya 10% yang dioperasikan dengan controlled landfill dan

sanitary landfill (Ernawati, 2012).

Pengelolaan sampah yang baik merupakan suatu rangkaian kegiatan

yang mencakup pengumpulan, pengangkutan, pengelolaan, dan

pembuangannya. Setiap kegiatan tersebut berkaitan antara satu dengan

lainnya dan saling berhubungan timbal balik (Rizal, 2011). Besarnya

timbulan sampah setiap hari terus mengalami peningkatan yang cukup

tajam, sehingga memerlukan pengelolaan yang harus dilakukan secara

efektif dan efisien. Permasalahan sampah bukan hanya menjadi masalah

jangka pendek, tetapi akan menjadi masalah jangka panjang, sehingga perlu

disentuh dengan kebijakan pemerintah daerah, dengan demikian


4

penanganannya akan lebih terintegrasi dengan hasil yang maksimal

(Yudistriani dkk, 2015).

Kabupaten Luwu Utara merupakan pemekaran dari Kabupaten Luwu.

Kabupaten ini terbentuk pada tanggal 20 April 1999 berdasarkan Undang-

Undang Republik Indonesia nomor 13 tahun 1999. Pada tahun 2018 ini

Kabupaten Luwu Utara dengan Masamba sebagai ibu kotanya, sudah

memiliki usia 19 tahun. Usia yang masih cukup muda, namun didalam

perjalanannya, tentunya wilayah ini memiliki berbagai persoalan yang perlu

dikelola dengan baik sehingga bisa diatasi. Salah satu persoalan yang

mendapat perhatian adalah persoalan pengelolaan sampah. Timbulan

sampah yang termasuk sampah rumah tangga yang semakin meningkat

setiap tahun dan akan dibuang ke TPA tentu akan mempengaruhi kapasitas

TPA termasuk potensi dampak terhadap lingkungan dan kesehatan

masyarakat disekitar lokasi TPA.

Jumlah penduduk di Kabupaten Luwu Utara tahun 2014 adalah

sebanyak 299.989 jiwa. Pada tahun 2017 total penduduk Kabupaten Luwu

Utara sebanyak 308.201 jiwa. Pada tahun 2013 jumlah penduduk di

Kecamatan Masamba berjumlah 33.614 jiwa, sedangkan pada tahun 2014

sebanyak 34.455 jiwa. Pada tahun 2015 meningkat menjadi 35.247 jiwa,

sedangkan pada tahun 2016 sebesar 36.051 jiwa dan pada tahun 2017

sebesar 42.206 jiwa (BPS Kab. Luwu Utara, 2018).


5

Pada wilayah pelayanan persampahan kota Masamba yang hanya

melayani 6 wilayah di Kecamatan masamba, adapun jumlah penduduk yang

terlayani program pengelolaan sampah Kota Masamba Kabupaten Luwu

Utara menunjukkan peningkatan selama periode 10 tahun terakhir. Jika

dilihat pada tahun 2008 jumlah penduduk sebanyak 15.865 jiwa dan pada

tahun 2009 sebayak 16.276 jiwa, pada tahun 2010 meningkat menjadi 21.026

jiwa, pada tahun 2011 penduduk pada wilayah ini sebanyak 18.087, pada

tahun 2012 sebanyak 19.444 jiwa, pada tahun 2013 sebanyak 20.871 jiwa

dan pada tahun 2014 meningkat menjadi 21.290 jiwa, pada tahun 2015

menjadi 22.630 jiwa dan pada tahun 2016 menjadi 23.222 jiwa serta pada

tahun 2017 sebanyak 25.868 Jiwa.

Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Lingkungan Hidup

Kabupaten Luwu Utara, timbulan sampah yang ada di Kecamatan Masamba

pada tahun 2015 sebanyak 27,44 ton/hari. Pada 2016, wilayah ini

menghasilkan sampah sebanyak 27,88 ton/hari. Pada tahun 2017, timbulan

sampah sebanyak 28,16 ton/hari. Sedangkan untuk jumlah sampah yang

terangkut ke TPA pada tahun 2016 sebanyak 12,13 ton/hari. Pada tahun

2016 sebanyak 15,1 ton/hari dan pada tahun 2017, sampah yang terangkut

ke TPA sebanyak 15,14 ton/hari (Dinas Lingkungan Hidup Kab. Luwu Utara,

2018).

Pelayanan persampahan di Kota Masamba mulai dari kegiatan

pengumpulan sampah, pengangkutan sampah dan pembuangan akhir


6

sampah. Pelayanan persampahan melayani rumah tangga dan non rumah

tangga (pasar, rumah sakit, hotel, toko, rumah makan, sekolah dan sapuan

jalan). Adapun sarana pengumpulan sampah terdiri dari kontainer sampah

dan tempat penampungan sementara berupa tong sampah plastik dengan

kapasitas 0,1 m3. Kontainer sampah digunakan untuk penampungan sampah

yang bersumber dari pasar, rumah sakit dan perkantoran. Tempat

penampungan sementara berupa tong sampah plastik dengan volume 0,1 m3

digunakan untuk kawasan pemukiman. Tempat sampah ini tersebar didepan

rumah warga sehingga akses masyarakat ke TPS tersebut cukup mudah.

Kegiatan pengumpulan sampah dilakukan oleh petugas pengumpul dan

pengangkut sampah dibawah kendali Dinas Lingkungan Hidup Kab. Luwu

Utara. Pengangkutan sampah dilakukan setiap hari dengan mobil sampah

yang untuk selanjutnya diangkut menuju Tempat Pembuangan Akhir (TPA)

yang berjarak 15 km dari Kota Masamba.

Makin meningkatnya timbulan sampah akan berdampak pada

kemampuan pengelolaan sampah yang bisa dilakukan. Pengelolaan sampah

didaerah dilakukan oleh pemerintah kabupaten/kota. Upaya reduksi sampah

merupakan alternatif terbaik untuk mengurangi jumlah sampah yang akan

dikelola di TPA. Upaya reduksi sampah dapat dilakukan melalui daur ulang

sampah misalnya melalui pengomposan ataupun melalui bank sampah.

Jika dilihat dari komposisi sampah yang sebagian besar terdiri dari

bahan organik, maka pengomposan merupakan salah satu alternatif dalam


7

pengelolaan sampah kota. Hasil penelitian di India menunjukkan bahwa

komposisi sampah organiknya sekitar 80-85% dimana pengomposan

merupakan pilihan terbaik dalam pengelolaan sampah (Narayana, 2009).

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Isti Surjandari, dkk yang

dilakukan di Jakarta (2009), pengelolaan sampah yang dilakukan dengan

cara pengomposan mampu mengurangi jumlah timbulan sampah penduduk

DKI Jakarta sebesar 62,5% dari total sampah yang dihasilkan. Senada

dengan itu, berdasarkan hasil penelitian di Surabaya Timur, tingkat reduksi

sampah dengan cara komposting adalah sebesar 50,74% dari timbulan

sampah yang ada (Addinsyah, 2017).

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Wildanurrizal, dkk

yang dilakukan di Cilegon (2014) menemukan bahwa perubahan parameter

jumlah bank sampah dengan menambahkan 100 unit bank sampah baru

yang mampu mereduksi sampah hingga 25,67%. Efektifitas bank sampah

dalam mereduksi sampah anorganik juga dibuktikan dari hasil penelitian

Radityaningrum dkk yang dilakukan pada Bank Sampah BJSC Surabaya.

Melalui penelitian ini diketahui bahwa tingkat reduksi sampah anorganik yang

masuk di bank sampah ini adalah sebesar 96,5% (Radityaningrum dkk,

2017).

Pemodelan dinamis merupakan salah satu instrumen untuk

mengestimasi timbulan sampah yang ada di kota yang makin meningkat

setiap tahun. Pemodelan dinamis digunakan untuk mengambarkan perilaku


8

sistem yang rumit dan kompleks. Pengelolaan dan manajemen persampahan

merupakan persoalan kompleks karena berhubungan secara keseluruhan.

Pemodelan dinamis juga bertujuan untuk mengeksplorasi, menilai, dan

meramalkan dampak secara terpadu secara holistik (Kollikkathara et al.,

2010).

Sistem pengelolaan sampah di Kota Masamba masih menggunakan

pola kumpul, angkut, buang. Hal ini akan menyebabkan tingginya timbulan

sampah yang akan berakhir di TPA, dan akan berpotensi mempengaruhi

kualitas lingkungan termasuk kesehatan masyarakat di sekitar lokasi TPA

karena TPA di Kabupaten Luwu Utara menggunakan sistem open dumping

dimana sampah hanya dibuang di Lokasi TPA secara terbuka.

Melalui pemodelan dinamis dapat diketahui potensi tingkat reduksi

sampah yang bisa dilakukan dengan skenario pengomposan dan bank

sampah. Dari hasil simulasi kita bisa mengestimasi jumlah sampah yang

akan diangkut dan dibuang ke TPA. Dengan mengetahui estimasi timbulan

sampah selama beberapa tahun kedepan, perencanaan pengelolaan sampah

akan lebih efektif. Perencanaan pengelolaan sampah diantaranya dalam hal

pengumpulan maupun pengangkutan sampah.

Apabila sampah organik di rumah tanggga dapat dikomposkan dan

sampah anorganik bisa dikelola di bank sampah, maka sampah yang

diangkut ke TPA menjadi berkurang dan umur pakai TPA bisa lebih lama.
9

Melalui pemodelan dinamis bisa dianalisis efektifitas pengomposan dan

bank sampah yang digunakan sebagai bentuk skenario model. Dengan

skenario model seperti ini bisa diestimasi tingkat reduksi sampah sehingga

akan diketahui kebutuhan TPS (tong sampah) maupun kebutuhan alat

pengangkut sampah pada beberapa tahun kedepan termasuk umur pakai

TPA.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang

diangkat adalah :

1. Berapa banyak timbulan sampah di Kota Masamba yang bersumber dari

rumah tangga dan bagaimana komposisinya?

2. Bagaimana pengelolaan sampah kota yang bersumber dari rumah tangga

di Kota Masamba dengan menggunakan pemodelan dinamis?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini terbagi atas 2 yaitu tujuan umum dan tujuan

khusus yang diuraikan sebagai berikut :

1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengestimasi timbulan, reduksi dan

pembuangan akhir sampah yang berasal dari rumah tangga di Kota

Masamba selama 25 Tahun kedepan (tahun 2018 – 2043).


10

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui timbulan dan komposisi sampah yang berasal dari rumah

tangga di Kota Masamba.

b. Mengestimasi timbulan dan reduksi sampah yang bersumber dari

rumah tangga di Kota Masamba selama 25 tahun (2018-2043) pada

kondisi eksisting (tanpa skenario).

c. Mengestimasi reduksi sampah yang bersumber dari rumah tangga di

Kota Masamba selama 25 tahun (2018-2043) dengan menggunakan

skenario I (skenario bank sampah).

d. Mengestimasi reduksi sampah yang bersumber dari rumah tangga di

Kota Masamba selama 25 tahun (2018-2043) dengan menggunakan

skenario II (skenario pengomposan).

e. Mengestimasi reduksi sampah yang bersumber dari rumah tangga di

Kota Masamba selama 25 tahun (2018-2043) dengan menggunakan

gabungan antara skenario II dan III.

f. Mengetahui persentase penurunan (tingkat reduksi) timbulan sampah

rumah tangga di Kota Masamba berdasarkan hasil simulasi skenario

model.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diperoleh dari penelitian yang akan

dilaksanakan ini adalah :


11

1. Bagi Pemerintah Daerah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu sumber

informasi sekaligus referensi yang dapat digunakan sebagai acuan

sekaligus bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan bagi

penyelenggara program khususnya terkait masalah pengelolaan sampah

di Kota Masamba Kabupaten Luwu Utara.

2. Bagi Institusi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi yang dapat

digunakan di lingkungan Universitas Hasanuddin dan sekaligus

menambah khasanah ilmu pengetahuan dalam bidang simulasi

menggunakan permodelan dinamis.

3. Bagi Mahasiswa

Hasil penelitian ini merupakan wahana untuk mengembangkan

ilmu dan pengetahuan serta mengabdikan pengalaman dan keterampilan

di lokasi penelitian.

4. Bagi Masyarakat

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber informasi dan

referensi terkait upaya pengelolaan sampah kota.


12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Sampah

Sampah tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia. Oleh karena

itu persoalan sampah perlu mendapat perhatian. Berbagai hal terkait sampah

perlu diketahui. Karena sangat erat keterkaitan antara sampah dengan

kehidupan manusia sehari-hari. Semua orang tidak bisa terlepas dari

masalah sampah karena manusia sebagai salah satu pihak yang

menimbulkan sampah.

1. Pengertian Sampah

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia nomor 18 tahun

2008, sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses

alam yang berbentuk padat. Didalam SNI 19-2454-2002 disebutkan

bahwa sampah adalah limbah yang padat yang terdiri dari zat organik

dan anorganik yang dianggap tidak berguna lagi dan harus dikelola agar

tidak membahayakan lingkungan dan melindungi investasi

pembangunan.

Sampah merupakan sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau

proses alam yang berbentuk padat yang terdiri atas sampah rumah

tangga maupun sampah sejenis sampah rumah tangga. Sampah rumah


13

tangga merupakan sampah yang bersumber dari kegiatan dan aktivitas

sehari-hari dalam rumah tangga yang sebagian besar terdiri dari sampah

organik, tidak termasuk tinja dan sampah spesifik (Permendagri No 33

Tahun 2010).

Menurut Soekidjo Notoatmodjo dalam Chalik (2010), sampah

adalah sesuatu bahan atau benda padat yang sudah tidak terpakai lagi

oleh manusia, atau benda padat yang sudah digunakan lagi dalam satu

kegiatan manusia dan dibuang.

Sampah adalah bahan buangan sebagai akibat kegiatan manusia

dan hewan, yang merupakan bahan buangan yang tidak digunakan lagi,

sehingga menjadi bahan buangan yang tidak berguna lagi (Suyono,

2011).

Sampah merupakan bahan padat buangan dari kegiatan rumah

tangga, pasar, perkantoran, rumah penginapan, hotel, rumah makan,

industri, puing-puing bangunan dan besi-besi tua bekas kendaraan

bermotor. Sampah merupakan hasil sampingan dari aktivitas manusia

yang sudah tidak terpakai (Cecep, 2012).

Sampah adalah segala sesuatu yang tidak berguna lagi dan tidak

diinginkan lagi pada saat dimana pemiliknya membuangnya, yang dapat

berasal dari hasil aktifitas manusia atau mahluk hidup lainnya namun

dapat bernilai pada saat pihak kedua memanfaatkannya (Mallongi, 2015).


14

Berdasarkan berbagai pengertian sampah diatas, maka secara

sederhana sampah diartikan sebagai segala sesuatu yang berasal dari

kegiatan atau aktifitas manusia atau hewan yang tidak diinginkan lagi

serta dianggap tidak berguna lagi dan dibuang ke lingkungan namun

dapat berguna pada waktu tertentu.

2. Sumber Sampah

Pada umumnya sumber sampah dihubungkan dengan aktivitas

manusia dan penggunaan (tata guna) lahan yaitu (Sudradjat, 2008) :

a. Sampah yang Berasal dari Pemukiman

Sampah pemukiman terdiri dari bahan-bahan padat yang

merupakan sisa dari kegiatan rumah tangga yang sudah dipakai dan

dibuang, seperti sisa-sisa makanan baik yang sudah dimasak atau

belum, sisa bahan pembungkus baik berupa kertas, plastik, daun,

pakaian-pakaian bekas, bahan-bahan bacaan, perabot rumah

tangga, daun-daunan dari kebun atau sampah dari taman.

b. Sampah yang Berasal dari Tempat-tempat Umum

Merupakan sampah yang bersumber dari lokasi tempat-tempat

umum seperti stasiun, bandara, terminal, stasiun kereta api, pusat

perbelanjaan dan sebagainya. Sampah ini berupa kertas, plastik,

botol dan sebagainya.


15

c. Sampah yang Berasal dari Perkantoran

Sampah yang berasal dari perkantoran baik perkantoran

pendidikan, perdagangan, departemen, perusahaan dan sebagainya.

Umumnya sampah ini bersifat kering dan mudah terbakar.

d. Sampah yang Berasal dari Industri (Industrial)

Sampah yang bersumber dari kawasan industri, termasuk

sampah yang berasal dari pembangunan industri dan semua jenis

sampah yang berasal dari proses produksi.

e. Sampah yang Berasal dari Jalan Raya

Sampah ini berasal dari pembersihan jalan yang umumnya

terdiri dari kertas-kertas, kardus, debu, batu-batuan, pasir, sobekan

ban, onderdil kendaraan yang jatuh, plastik dan sebagainya.

f. Sampah yang Berasal dari Pertambangan

Sampah ini berasal dari daerah pertambangan dan jenisnya

bergantung dari jenis usaha pertambangan itu sendiri, misalnya batu-

batuan, tanah pasir, sisa-sisa pembakaran (arang) dan sebagainya.

g. Sampah yang Berasal dari Pertanian

Sampah ini sebagai hasil dari perkebunan atau pertanian,

misalnya jerami, sisa-sisa sayur, batang padi, batang jagung, ranting

kayu yang patah dan sebagainya.


16

h. Sampah yang Berasal dari Perikanan dan Peternakan

Merupakan sampah yang dihasilkan dari berbagai kegiatan

dibidang perikanan dan kegiatan peternakan yang berupa sisa-sisa

makanan, kotoran-kotoran ternak, dan bangkai binatang dan

sebagainya.

3. Jenis-Jenis Sampah

Menurut jenis bahan asalnya, sampah dibagi menjadi dua jenis

yaitu sampah organik dan sampah non organik. Pada Negara-negara

yang sudah menerapkan pengelolaan sampah secara terpadu, tiap jenis

sampah ditempatkan sesuai dengan jenisnya. Hal ini dilakukan untuk

mempermudah pengangkutan sampah ke TPA (Tempat Pembuangan

Akhir). Sampah dipilah berdasarkan klasifikasinya. Kegiatan pemilahan

sampah harus dilaksanakan pada tingkat penghasil sampah pertama,

yaitu perumahan maupun non perumahan (Cecep, 2012).

Sampah dibagi menjadi 3 yaitu : sampah organik, non organik dan

sampah B3. Masing-masing golongan sampah ini mempunyai tempat

masing-masing. Sebagai contoh, tempat sampah berwarna hijau untuk

sampah organik, merah untuk sampah anorganik dan biru untuk limbah

B3. Jika proses klasifikasi ini diterapkan, diharapkan akan memudahkan

proses pengolahan sampai pada tahap selanjutnya (Cecep, 2012).


17

a. Sampah Organik

Sampah organik berasal dari makhluk hidup, baik manusia,

hewan maupun tumbuhan. Sampah organik dibedakan atas jenisnya

yaitu sampah organik basah dan sampah organik kering. Sampah

organik basah adalah sampah yang mempunyai kandungan air cukup

tinggi, misalnya kulit buah dan sisa sayuran. Sedangkan bahan yang

termasuk sampah organik kering adalah sampah dari bahan organik

lain yang kandungan airnya kecil. Sampah organik kering misalnya

kertas, kayu, atau ranting pohon dan dedaunan kering.

b. Sampah Anorganik

Sampah anorganik bukan berasal dari makhluk hidup. Jenis

yang termasuk kedalam kategori ini bisa didaur ulang (recycle),

misalnya bahan yang terbuat dari plastik dan logam (Chalik, 2011).

c. Sampah B3 (Bahan Berbahaya Beracun)

Sampah B3 merupakan jenis sampah yang dikategorikan

beracun dan berbahaya bagi manusia. Umumnya, sampah jenis ini

mengandung merkuri seperti kaleng bekas cat semprot atau minyak

wangi. Namun, tidak menutup kemungkinan sampah yang

mengandung jenis racun lain berbahaya (Yudistriani dkk, 2015).

Berdasarkan karakteristiknya (Mukono, 2006) sampah dibedakan

menjadi delapan, yaitu :


18

a. Garbage, adalah sampah yang berasal dari hasil pengolahan atau

pembuatan makanan, yang umumnya mudah membusuk, dan

berasal dari rumah tangga, restoran, hotel dan sebagainya.

b. Rubbish, merupakan sampah yang bersumber dari perkantoran,

pertokoan, baik yang mudah terbakar misalnya kertas, karton, plastik

dan sebagainya maupun yang tidak mudah terbakar seperti kaleng

bekas, logam, pecahan kaca, gelas dan sebagainya.

c. Ashes (abu), merupakan sisa pembakaran yang mudah terbakar

termasuk abu rokok.

d. Street sweeping (sampah jalanan), berasal dari pembersihan jalan

dan trotoar, terdiri dari kertas-kertas, kotoran, daun-daunan dan lain-

lain.

e. Sampah industri, yang berasal dari industri atau pabrik-pabrik.

f. Bangkai binatang (dead animal), yaitu bangkai binatang yang mati

karena bencana alam, penyakit atau kecelakaan.

g. Bangkai kendaraan (abandoned vehicles), yang termasuk jenis

sampah ini adalah bangkai mobil, truk, kereta api, kapal laut dan alat

transportasi lainnya.

h. Sampah dari kegiatan pembangunan (construction waste),

merupakan sampah yang bersumber dari proses pembangunan

gedung, rumah dan sebagainya. Sampah berupa puing-puing

bangunan, kayu, besi beton, dan sebagainya.


19

Berdasarkan dapat tidaknya membusuk, sampah dibedakan

menjadi dua yaitu (Alfiandra, 2009) :

1. Sampah yang mudah membusuk, seperti sisa makanan, daun,

potong-potongan daging, buah-buahan dan sebagainya.

2. Sampah yang sukar membusuk, seperti plastik, gelas, logam dan

lainnya.

B. Tinjauan Umum Tentang Sampah Perkotaan

Dalam Standar Nasional Indonesia disebutkan bahwa sampah

perkotaan adalah sampah yang timbul di kota. Sampah merupakan limbah

padat yang terdiri dari bahan organik dan bahan anorganik yang dianggap

tidak berguna lagi dan harus dikelola agar tidak membahayakan lingkungan

dan melindungi investasi pembangunan (SNI 19-2454-2002).

Persoalan sampah perkotaan adalah persoalan yang dihadapi oleh

hampir sebagian besar kota yang ada di Indonesia bahkan di dunia. Sampah

perkotaan yang tidak tertangani dengan baik merupakan hal yang tidak hanya

akan menimbulkan dampak baik dari aspek estetika, sosial, ekonomi maupun

kesehatan.

Makin meningkatnya produksi sampah yang tidak diimbangi dengan

pengelolaan sampah yang ramah lingkungan akan menyebabkan terjadinya

kerusakan maupun pencemaran lingkungan. Lebih jauh lagi, penanganan


20

sampah yang tidak komprehensif akan memicu terjadinya tidak hanya pada

masalah estetika tetapi juga akan menimbulkan masalah sosial maupun

masalah kesehatan.

Saat ini, sebagian besar pengelolaan sampah berakhir di TPA

sehingga akan menyebabkan beban TPA menjadi semakin berat, selain

dibutuhkan lahan yang luas, juga akan diperlukan fasilitas perlindungan

lingkungan yang sangat mahal. Makin meningkatnya jumlah sampah yang

dibuang ke TPA dari waktu ke waktu disebabkan karena belum adanya upaya

reduksi sampah secara sungguh-sungguh sejak dari rumah tangga sebagai

sumber sampah.

1. Sumber Sampah Perkotaan

Berdaraskan UU No. 18 Tahun 2008 tentang pengelolaan sampah,

sampah dapat bersumber dari :

a. Sampah Rumah Tangga

Merupakan sampah yang dihasilkan dari berbagai kegiatan yang

dilakukan sehari-hari dalam rumah tangga, dan tidak termasuk tinja

dan sampah spesifik.

b. Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga

Sampah sejenis sampah rumah tangga merupakan sampah yang

dihasilkan dari kawasan komersial, kawasan industri, kawasan

khusus, fasilitas sosial, fasilitas umum dan/atau fasilitas lainnya.


21

c. Sampah Spesifik

Sampah yang memiliki karakter khusus seperti sampah yang

mengandung bahan berbahaya dan beracun, sampah yang timbul

akibat terjadinya bencana, maupun sampah yang berasal dari sisa

bongkaran bangunan.

2. Komposisi Sampah Perkotaan

Komposisi sampah yang ada pada suatu wilayah/kota dipengaruhi

oleh pola hidup masyarakat pada wilayah tersebut. Berdasarkan hasil

penelitian sampah rumah tangga di Kota Stuttgart Jerman menunjukkan

adanya kecenderungan perubahan komposisi sampah sejalan dengan

pola hidup masyarakat (Mallongi, 2015).

Tabel 2.1
Komposisi Sampah Beberapa Kota Besar di Dunia

Komponen London Singapura Hongkong Jerman USA Jakarta Bandung

Organik 28 4.6 9.4 31.6 33 74 73.4

Kertas 37 43.2 32.5 24 45 8 9.7

Logam 9 3 3.2 5.6 9 2 0.5

Kaca 9 1.3 9.7 8 9 2 0.4

Tekstil 3 9.3 9.6 0 0 0 1.3

Plastik/Karet 3 6 6.2 8.8 1 6 8.6

Lainnya 11 32.6 29.4 22 3 8 6.1

Sumber : Mallongi, 2015


22

3. Faktor yang Mempengaruhi Jumlah Sampah

Jumlah sampah yang dihasilkan akan sangat dipengaruhi oleh

berbagai kegiatan dan taraf hidup oleh karena itu sampah yang

ditimbulkan pada suatu wilayah/kota akan sangat dipengaruhi oleh :

a. Jumlah Penduduk.

Jumlah penduduk akan berpengaruh terhadap jumlah sampah yang

dihasilkan. Semakin banyak penduduk pada suatu wilayah/kota,

maka potensi sampah yang dihasilkan akan semakin banyak.

b. Keadaan Sosial Ekonomi.

Semakin tinggi keadaan sosial ekonomi masyarakat pada suatu

wilayah/kota, semakin banyak pula jumlah per kapita sampah yang

dibuang tiap harinya. Kuantitas sampah yang bersifat anorganik yang

dihasilkan akan semakin banyak.

c. Kemajuan Teknologi

Kemajuan teknologi akan mempengaruhi jumlah dan jenis sampah

yang dihasilkan. Semakin maju teknologi maka jumlah dan komposisi

sampah yang dihasilkan akan semakin beragam.

C. Tinjauan Umum Tentang Pengelolaan Sampah Perkotaan

Menurut G.Tchobanaglous dalam Mallongi, 2015, persoalan

manajemen persampahan yang dihadapi kota-kota besar maupun kota-kota


23

metropolitan dengan jumlah penduduk dan aktifitas yang tinggi terjadi mulai

dari timbulan sampah (waste generation), pewadahan (on site storage),

pengumpulan (collection) pemindahan dan pengangkutan (transfer and

transport), pemanfaatan kembali (processing and recovery) sampai pada

tempat penampungan akhir (final disposal site). Dari seluruh proses tersebut,

masing-masing memiliki persoalan yang membutuhkan penanganan spesifik.

Penanganan sampah adalah serangkaian kegiatan pengendalian

sampah yang dimulai dari tempat penyimpanan sementara, pengumpulan,

pengangkutan, pengolahan, sampai pembuangan akhir dengan

menggunakan teknik sesuai prinsip-prinsip kesehatan masyarakat/kesehatan

lingkungan (Suyono, 2011). Pengelolaan sampah terdiri dari kegiatan

pengumpulan sampai dengan pemusnahan/pembuangannya. Pengelolaan

sampah harus senantiasa memperhatikan karakteristik dan kandungan

sampah. Tantangan utama yang dihadapi dalam pengelolaan sampah ada

pada optimalisasi sumber daya untuk mencapai sistem manajemen yang

efisien (Faccio, 2011).

Pengelolaan sampah adalah kegiatan yang sistematis, menyeluruh,

dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah

(UU No. 18 tahun 2008). Jika didefinisikan secara harfiah, pengelolaan

sampah adalah pengumpulan, pengangkutan dan pembuangan sampah.

Definisi yang lebih luas dari pengelolaan sampah juga mencakup upaya

pengurangan sumber yang membatasi produksi sampah langsung dari


24

sumbernya. Pengelolaan sampah sebagai suatu bidang yang berhubungan

dengan pengaturan terhadap timbulan sampah, penyimpanan sementara,

pengumpulan, pemindahan dan pengangkutan, pemrosesan, dan

pembuangan sampah melalui cara-cara yang sesuai dengan prinsip

kesehatan masyarakat, ekonomi, teknik (engineering), perlindungan alam

(conservation), keindahan (estetika) dan lingkungan hidup, serta

mempertimbangkan sikap masyarakat.

Pengelolaan sampah disuatu wilayah adalah serangkaian proses mulai

dari pengurangan timbulan sampah sampai pada penanganan sampah itu

sendiri sehingga tidak berdampak terhadap lingkungan ataupun kesehatan.

Pengelolaan sampah perkotaan merupakan bagian terintegrasi dari

perencanaan lingkungan perkotaan. Karakteristik dan kuantitas timbulan

sampah domestik, komersial dan aktivitas industri pada suatu negara

dipengaruhi oleh pertumbuhan penduduk, naiknya standart hidup dan

perkembangan teknologi. Pengumpulan, pengangkutan, pengolahan dan

penimbunan sampah perkotaan menengah dan kota besar telah menjadi

masalah yang relatif sulit untuk dipecahkan (Zhang et al, 2010).

Pengelolaan sampah terdiri dari kegiatan pengurangan dan

penanganan sampah. Kegiatan pengurangan sampah dapat dilakukan

dengan melakukan pengomposan dan 4R (reduce, reuse, recycle, replace).

Kegiatan penanganan sampah meliputi pemilahan, pengumpulan,


25

pengangkutan, pengolahan dan pemrosesan akhir sampah (Kementerian

Pekerjaan Umum, 2013).

Pengelolaan sampah kota merupakan pelayanan publik dan harus

ditangani dengan kerja sama berbagai disiplin ilmu. Pengelolaan sampah

dilakukan minimal 3 tahap yaitu pengumpulan, transportasi dan pengolahan.

Proses pengelolaan sampah dapat membantu melestarikan sumber daya dan

menjaga kelestarian lingkungan. Di sisi lain, pengelolaan sampah yang

kurang baik dapat menyebabkan dampak buruk yang tidak hanya terhadap

lingkungan yang tetapi juga bagi kesehatan. Untuk itu, strategi pengelolaan

sampah yang akan diterapkan harus didasarkan dari data timbulan sampah

yang ada dan jumlah sampah yang yang dihasilkan dari sumber sampah

serta upaya yang bisa dilakukan dalam penanganan dan pengangkutan

sampah. Ini merupakan segmen yang saling terkait dalam upaya

menghasilkan sistem pengelolaan sampah terpadu.

Menurut SNI 19-2454-2002 disebutkan bahwa timbulan sampah

adalah banyaknya sampah yang timbul dari masyarakat dalam satuan

volume atau berat per kapita perhari, atau perluasan bangunan, atau

perpanjangan jalan. Metode yang digunakan untuk menentukan jumlah

timbulan sampah adalah pengukuran berat dan volume. Volume merupakan

ukuran yang penting dalam penentuan kendaraan pengangkut sampah,

karena jumlah muatan yang dapat dimuat oleh satu kendaraan dibatasi oleh

volume.
26

Standar atau spesifikasi timbulan sampah adalah standar hasil

timbulan yang diproduksi oleh sumber sampah. Standar ini disusun, oleh

Badan Standar Nasional dengan maksud untuk memberikan kriteria

perencanaan persampahan di Indonesia. Masing-masing wilayah kota (kecil,

sedang, besar) diharuskan melakukan pengukuran serta pengambilan contoh

timbulan sampah. Adapun yang dimaksud dengan kota kecil, kota sedang

dan kota besar adalah :

 Kota kecil yaitu kota yang memiliki jumlah penduduk kurang dari 100.000

jiwa.

 Kota sedang adalah kota yang memiliki jumlah penduduk berkisaran

100.000 dan 500.000 jiwa.

 Kota besar yaitu kota yang memiliki jumlah penduduk lebih dari 500.000

jiwa.

Pengelolaan sampah dilakukan mulai dari pengurangan sampah,

penanganan sampah sampai pada pengolahan akhir sampah.

1. Pengurangan Sampah

Program pengurangan sampah harus diinisiasi dan dipromosikan

karena merupakan salah satu cara untuk mengatasi masalah

persampahan. Pengurangan merupakan pengalihan sampah dari aliran

material sampah yang masuk ke TPA sehingga dapat berkontribusi untuk


27

pengelolaan sampah berkelanjutan. Pengurangan sampah dapat

dilakukan melalui kegiatan penomposan dan 4R.

a. Pengomposan

Kegiatan pengomposan merupakan salah satu metode

pengelolaan sampah yang bertujuan untuk mengurangi volume

sampah dengan cara merubah komposisi dan bentuk sampah

menjadi produk yang bisa dimanfaatkan. Cara pengomposan

merupakan cara sederhana dan dapat menghasilkan pupuk yang

mempunyai nilai ekonomi. Kegiatan pengomposan dapat mengurangi

sampah organik yang ada di perumahan. Pengomposan dapat

dilakukan pada setiap rumah maupun secara komunal. Kegiatan

pengomposan pada skala rumah tangga dapat juga menggunakan

takakura home method (metode pengolahan sampah skala rumah

tangga). Setiap rumah tangga dapat secara mandiri mengelola

sampah yang dihasilkan setiap harinya dengan tidak mengeluarkan

biaya yang cukup besar.

b. Kegiatan 4R (Reduce, Reuse, Recycle dan Replace)


Pengurangan jumlah timbulan sampah dari sumbernya dapat

dilakukan dengan peningkatan implementasi prinsip 4R. Upaya 4R

diarahkan terutama kepada masyarakat sebagai sumber sampah,

agar kesadaran, kepedulian, dan peran serta masyarakat dalam


28

pengelolaan sampah lebih meningkat. Prinsip 4R sebagai upaya

pengurangan sampah pada sumbernya meliputi:

i. Reduksi (Reduce), yaitu upaya untuk mengurangi timbulan

sampah di lingkungan sumber dan dapat dilakukan sejak

sebelum sampah dihasilkan. Rumah tangga sebagai sumber

sampah dapat melakukan upaya reduksi sampah dengan cara

mengubah pola hidup konsumtif. Perubahan dapat dilakukan

dengan mengubah kebiasaan boros dan menghasilkan banyak

sampah menjadi hemat/efisien dan sedikit sampah.

ii. Penggunaan kembali (Reuse) yang berarti menggunakan kembali

bahan atau material agar tidak menjadi sampah (tanpa melalui

proses pengolahan). Implementasi kegiatan dapat menggunakan

kertas bolak balik dan menggunakan kembali botol bekas

minuman untuk tempat air. Dengan demikian reuse akan

memperpanjang usia penggunaan barang melalui perawatan dan

pemanfaatan kembali barang secara langsung.

iii. Daur Ulang (Recycle) berarti mendaur ulang suatu bahan yang

sudah tidak berguna (sampah) menjadi bahan lain atau barang

baru setelah melalui proses pengolahan. Barang-barang seperti

besi, kaca, ban dan bahan lainnya memerlukan teknologi yang

canggih, peralatan yang modern dan campur tangan pihak lain

untuk didaur ulang. Tetapi, beberapa jenis sampah dapat didaur


29

ulang secara langsung oleh masyarakat dengan menggunakan

teknologi dan alat yang sederhana. Masyarakat dapat mengolah

sisa kain perca menjadi selimut, kain lap, dan keset kaki.

Pemilahan sampah rumah tangga dan kegiatan daur ulang dapat

dianggap sebagai bentuk lain dari praktek informal yang bisa

menghasilkan pendapatan tambahan bagi masyarakat golongan

ekonomi kurang mampu.

iv. Mengganti (replace) merupakan cara untuk mengurangi timbulan

sampah yang dilakukan dengan cara mengganti barang-barang

yang hanya bisa dipakai sekali menjadi barang yang lebih tahan

lama. Misalnya mengganti kantong plastik kresek dengan

dengan keranjang belanja.

Pengepul berperan aktif dalam mendaur ulang sampah

meskipun bantuan dari sektor informal tidak terasa nyata. Pemerintah

Kota menganggap bahwa kegiatan pemulungan/pengepulan barang

lapak merupakan hal yang sudah semestinya terjadi (Damanhuri,

2010). Pengepul termasuk dalam sektor informal yang

mengumpulkan bahan yang dapat didaur ulang. Pengumpulan dapat

melalui perantara, jaringan dealer utama, industri daur ulang atau

pihak lain yang bergerak di sektor formal swasta/privat. Bahan

direcovery di TPS oleh penarik gerobak yang mengangkut sampah

dari rumah-rumah ke TPS. Sampah yang dapat dijual, dipilah dari


30

gerobak sendiri maupun dipilah oleh pemulung lain. Pemulung TPA

(Waste picking from dump) limbah diambil pemulung sebelum

ditimbun di tempat pembuangan akhir. Kegiatan ini banyak terjadi di

TPA open dumping. Hal ini sering dilakukan oleh masyarakat yang

tinggal di atau dekat tempat pembuangan sampah.

Variasi kategori pengepul tergantung pada jenis sistem dan

tingkat kontrol oleh penyedia layanan resmi. Misalnya, jika sampah

diangkut untuk dibuang melalui stasiun transfer, maka hal ini dapat

memberikan kesempatan tambahan untuk pemulungan sampah.

Sebagaimana dikemukakan di atas, sektor informal di negara

berkembang memainkan peran utama dalam meningkatkan sektor

pengelolaan sampah. Kegiatan pemilahan sampah kadang-kadang

satu-satunya pilihan untuk bertahan hidup. Di negara berkembang,

aktivitas sektor informal tidak didukung dengan data kemampuan

daur ulang yang spesifik untuk bahan-bahan tertentu.

2. Penanganan Sampah

Seperti yang tercantum dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

nomor 03/PRT/M/2013 tentang Penyelenggaraan Prasarana dan Sarana

Persampahan Dalam Penanganan Sampah Rumah Tangga dan Sampah

Sejenis Sampah Rumah Tangga bahwa kegiatan penanganan sampah


31

meliputi pemilahan, pengumpulan, pengangkutan, pengolahan dan

pemrosesan akhir sampah.

a. Pemilahan Sampah
Sistem pengelolaan sampah yang modern ditandai dengan

tingginya tingkat daur ulang sampah yang telah dibersihkan dan telah

terpisah di sumber. Kegiatan pemilahan sampah dapat dilakukan

dengan mengelompokkan sampah menjadi beberapa jenis sampah.

Pengelompokkan sampah antara lain sampah mudah terurai, sampah

dapat digunakan kembali, sampah dapat didaur ulang dan sampah

lainnya. Pemilahan sampah dilakukan sebagai bagian dari penerapan

4R akan mempermudah teknik pengolahan sampah selanjutnya.

Pemilahan sampah skala kawasan dilakukan di TPS.

Upaya 4R dengan berbagai kegiatan pengelolaan yaitu

pengumpulan, pemilahan, penggunaan ulang, dan pendauran ulang

sampah. Pemilahan sampah juga harus didukung dengan

pewadahan sampah yang baik dengan memberi label/tanda dan

tutup serta membedakan bentuk, bahan dan warna wadah

(Kementrian Pekerjaan Umum, 2013).

b. Pengumpulan Sampah

Pengumpulan sampah dari sumber ke TPS dilakukan oleh

masyarakat. Pengangkutan sampah dari TPS ke TPA menjadi

tanggung jawab pemerintah kota. Sampah dari rumah ditampung


32

dengan menggunakan bak sampah sementara maupun permanen

kemudian sampah ditransfer menuju TPS yang telah ditentukan.

Pengumpulan sampah biasanya dikoordinasikan oleh RT/RW

maupun karang taruna. TPS yang disediakan pemerintah merupakan

tempat pembuangan sampah yang dalam sehari akan diangkut oleh

truk sampah menuju lokasi TPA.

Pola pengumpulan sampah dapat dilakukan secara individual

langsung, individual tidak langsung, komunal langsung, komunal tidak

langsung, dan penyapuan jalan. Pengumpulan sampah secara

individu dapat menggunakan bak sampah dan secara komunal dapat

berupa TPS. Jenis sarana pengumpulan sampah yang digunakan

yaitu motor sampah, gerobak sampah, dan sepeda sampah.

Pengumpulan sampah yang telah dipilah dilakukan dengan

pengaturan jadwal pengumpulan sesuai dengan jenis sampah

terpilah dan sumber sampah yang didukung dengan penyediaan

sarana pengumpul sampah terpilah (Kementrian Pekerjaan Umum,

2013).

c. Pengangkutan Sampah

Pengangkutan sampah adalah subsistem yang bertujuan untuk

membawa sampah dari lokasi transfer/sumber sampah secara

langsung menuju TPA. Pengangkutan sampah merupakan tahap


33

intensif dalam manajemen pengelolaan sampah. Sekitar 50-60%

anggaran pengelolaan sampah digunakan pada sektor

pengangkutan sampah. Pengangkutan sampah adalah layanan kota

yang membutuhkan pengeluaran besar dan masalah operasional

yang sulit. Pengangkutan sampah terkait biaya investasi operasi

(kendaraan armada), biaya operasional (bahan bakar, pemeliharaan)

dan biaya lingkungan (emisi, kebisingan dan kemacetan lalu lintas).

Kesulitan yang paling umum ditemui dalam pengelolaan

pengangkutan sampah adalah optimalisasi sumber daya untuk sistem

manajemen yang efisien.

Pengangkutan sampah perkotaan dapat memakan lebih dari

60% dari total anggaran pengelolaan sampah yang sebagian besar

biaya digunakan untuk biaya bahan bakar. Oleh karena itu penting

untuk mengoptimalkan jaringan rute pengangkutan. Angka tersebut

bisa mencapai lebih dari 70%, tergantung pada lokasi geografis dan

harga bahan bakar.

Pengangkutan sampah memiliki 2 jenis sistem pengangkutan

yang berdasarkan pada pola pengambilan dan tersedianya jenis

kontainer pada TPS. Sistem yang banyak digunakan adalah sistem

kontainer angkat (Hauled Container System) dan sistem kontainer

tetap (Stationary Container System). Sarana pengangkutan sampah

dapat berupa dump truck/tipper truck, armroll truck, compactor truck,


34

street sweeper vehicle, dan trailer (Kementrian Pekerjaan Umum,

2013).

d. Pengolahan Sampah

Pengolahan sampah yang dapat dilakukan meliputi kegiatan

pemadatan, pengomposan, daur ulang dan mengubah sampah

menjadi sumber energi. Teknologi pengolahan yang diterapkan dapat

berupa teknologi pengolahan secara fisik, kimia, biologis, termal

maupun teknologi lainnya.

Teknologi fisik berupa pengurangan ukuran sampah

(pencacahan), pemadatan, pemisahan secara magnetis, massa-jenis

dan optik. Teknologi pengolahan secara kimia berupa pembubuhan

bahan kimia atau bahan lain agar memudahkan proses pengolahan

selanjutnya. Teknologi pengolahan secara biologi berupa pengolahan

secara aerobik dan/atau secara anaerobik seperti proses

pengomposan dan biogasifikasi. Teknologi pengolahan secara termal

berupa insenerasi, pirolisis dan gasifikasi. Pengolahan sampah dapat

pula dilakukan dengan menggunakan teknologi lain sehingga

dihasilkan bahan bakar.

e. Pemrosesan Akhir Sampah

Sampah yang tidak dapat diproses, residu dan bahan lainnya

yang dibuang setelah pengolahan akan ditimbun di landfill.


35

Pemrosesan akhir sampah dapat dilakukan dengan menerapkan

metode lahan urug terkendali (control landfill), metode lahan urug

saniter (sanitary landfill). Pemrosesan akhir sampah yang dilakukan

di TPA meliputi kegiatan penimbunan/pemadatan sampah,

penutupan sampah dengan tanah penutup, pengolahan lindi dan

penanganan gas. Beberapa sarana teknologi yang ada untuk

mengalihkan sampah yang menuju TPA yaitu insinerasi dengan

produksi energi, kompos dari sampah organik, dan pemulihan bahan

melalui daur ulang.

Penimbunan sampah merupakan pilihan terakhir untuk

pengelolaan sampah (Zhang et al., 2010). Sanitary landfill bertindak

sebagai bioreaktor dengan ukuran besar dan terjadi biodegradasi

bahan organik dalam kondisi anaerobik.

D. Tinjauan Umum Tentang Pengomposan

Pengomposan adalah proses dekomposisi terkendali dari bahan

biodegradable yang dikelola pada kondisi aerobic. Pengomposan sering

digunakan di negara berkembang untuk mengurangi sampah yang masuk ke

TPA karena investasi fasilitas pengelolaan yang lebih murah dari pada

pengolahan sampah lainnya. Pengomposan dapat membantu menyelesaikan

masalah penting yaitu dapat mengeliminasi produksi metana pada proses


36

pengolahan sampah. Kompos juga dapat digunakan sebagai kondisioner

tanah dan mengurangi beban sampah organik TPA.

Kompos merupakan bahan partikel padat, yang telah disterilkan dan

distabilkan sebagai hasil dari pengomposan. Kompos adalah hasil

penguraian parsial/tidak lengkap dari campuran bahan-bahan organik yang

dapat dipercepat secara artifisial oleh populasi berbagai macam mikroba

dalam kondisi lingkungan yang hangat, lembab, dan aerobik atau anaerobik.

Kompos merupakan bentuk akhir dari bahan-bahan organik sampah domestik

setelah mengalami dekomposisi (SNI 19-7030-2004).

Proses pengomposan adalah proses dimana bahan organik

mengalami penguraian secara biologis, khususnya oleh mikroba-mikroba

yang memanfaatkan bahan organik sebagai sumber energi. Pengomposan

dapat dilakukan dengan cara mengatur dan mengontrol proses alami tersebut

sehingga kompos dapat terbentuk lebih cepat. Proses ini meliputi membuat

campuran bahan yang seimbang, pemberian air yang cukup, pengaturan

aerasi, dan penambahan aktivator pengomposan.

Pengomposan merupakan proses dekomposisi bahan organik

(sampah organik) secara biologis dalam kondisi aerobik dan termofilik

terkendali menjadi produk stabil seperti humus, yaitu kompos. Pengomposan

sampah rumah tangga dalam kerangka pengelolaan sampah secara makro

sangat penting, karena rumah tangga berperan sebagai sumber sampah

(Sahwan, 2012).
37

1. Manfaat Kompos

Kompos akan meningkatkan kesuburan tanah dan merangsang

sistem perakaran yang sehat. Kompos dapat memperbaiki struktur tanah

dengan meningkatkan kandungan bahan organik tanah yang akan

meningkatkan kemampuan tanah untuk mempertahankan kandungan air

tanah. Aktivitas mikroba yang ada dalam tanah yang sangat bermanfaat

bagi tanaman akan meningkat dengan penambahan kompos. Dengan

adanya aktivitas mikroba, akan membantu tanaman untuk menyerap

unsur hara dari tanah dan menghasilkan senyawa yang dapat

merangsang pertumbuhan tanaman. Selain itu juga diketahui bahwa

aktivitas mikroba tanah dapat membantu tanaman menghadapi serangan

penyakit.

2. Proses Pengomposan

Proses pengomposan secara sederhana terdiri dari dua tahap,

yaitu tahap aktif dan tahap pematangan. Pada tahap awal proses,

oksigen maupun senyawa-senyawa yang mudah terurai akan segera

dimanfaatkan oleh mikroba mesofilik. Suhu tumpukan kompos akan

meningkat dengan cepat. Demikian pula akan diikuti dengan peningkatan

Ph kompos. Suhu akan meningkat hingga di atas 50o-70oC. Suhu

akan tetap tinggi selama waktu tertentu.

Mikroba yang aktif pada suhu diatas 50o-70oC merupakan mikroba

Termofilik. Mikroba termofilik merupakan mikroba yang aktif pada suhu


38

tinggi, dimana pada saat itu akan terjadi penguraian bahan organik yang

sangat aktif. Selama proses pengomposan berlangsung, mikroba akan

menggunakan oksigen untuk menguraikan bahan organik menjadi CO2,

uap air dan panas. Setelah sebagian besar bahan telah terurai, maka

suhu akan berangsur-angsur mengalami penurunan. Pada saat seperti ini

akan terjadi pematangan kompos yang dilanjutkan dengan terjadinya

proses pembentukan humus. Proses pengomposan akan mengakibatkan

penyusutan volume maupun massa dari bahan yang dapat mencapai 30-

40% dari volume/bobot awal bahan.

Proses pengomposan dapat dilakukan secara aerobik (dengan

bantuan oksigen) atau anaerobik (tanpa oksigen). Proses yang paparkan

diatas merupakan proses secara aerobik, dimana mikroba tanah

menggunakan oksigen dalam proses dekomposisi bahan organik. Proses

dekomposisi dapat juga terjadi tanpa bantuan oksigen yang disebut

proses anaerobik. Proses pengomposan akan tergantung pada

karakteristik bahan yang akan dikomposkan, aktivator pengomposan

yang digunakan ataupun metode pengomposan yang digunakan baik

secara aerobik maupun anaerobik.

E. Tinjauan Umum Tentang Bank Sampah

Dalam Peraturan Walikota Makassar nomor 126 tahun 2016 tentang

pembentukan, kedudukan, susunan organisasi, uraian tugas dan tata cara


39

kerja unit pelaksana teknis bank sampah pada dinas lingkungan hidup

disebutkan bahwa bank sampah adalah tempat pemilahan dan pengumpulan

sampah yang dapat didaur ulang dan/atau diguna ulang yang memiliki nilai

ekonomi. Bank sampah merupakan tempat menabung sampah yang telah

terpilah menurut jenis sampah, sampah yang ditabung pada bank sampah

adalah sampah yang mempunyai nilai ekonomis. Cara kerja bank sampah

pada umumnya hampir sama dengan bank lainnya, ada nasabah, pencatatan

pembukuan dan manajemen pengelolaannya, apabila dalam bank yang biasa

kita kenal yang disetorkan nasabah adalah uang akan tetapi dalam bank

sampah yang disetorkan adalah sampah yang mempunyai nilai ekonomis.

Bank sampah menjadi metode alternatif pengelolaan sampah yang

efektif, aman, sehat dan ramah lingkungan. Hal ini dikarenakan pada bank

sampah, masyarakat menabung dalam bentuk sampah yang sudah

dikelompokkan sesuai jenisnya sehingga dapat memudahkan pengelolaan

bank sampah dalam melakukan pengelolaan sampah seperti pemilahan dan

pemisahan sampah berdasarkan jenisnya sehingga tidak terjadi

pencampuran antara sampah yang berbeda jenisnya. Pelaksanaan bank

sampah pada prinsipnya adalah salah satu rekayasa sosial untuk mengajak

masyarakat memilah sampah (Saputro, 2015).

Konsep bank sampah ini tidak jauh berbeda dengan konsep 3R

(Reduse, Reuse, Recycle). Jika dalam konsep 3R ditekankan bagaimana

agar mengurangi jumlah sampah yang ditimbulkan dengan menggunakan


40

kembali atau mendaur ulangnya. Dalam konsep bank sampah yang paling

ditekankan adalah bagaimana agar sampah yang sudah dianggap tidak

berguna dan tidak memiliki manfaat dapat memberikan manfaat tersendiri

dalam bentuk uang, sehingga masyarakat termotivasi untuk memilah sampah

yang mereka hasilkan. Proses pemilahan sampah inilah yang akan

mengurangi jumlah timbunan sampah yang dihasilkan dari rumah tangga

sebagai penghasil sampah terbesar di perkotaan.

Konsep bank sampah membuat masyarakat sadar bahwa sampah

pada dasarnya memiliki nilai jual yang dapat menghasilkan uang, sehingga

masyarakat akan memiliki kepedulian untuk mengelolanya, mulai dari

pemilahan, hingga menjadikan sampah sebagai barang yang bisa digunakan

kembali dan bernilai ekonomis. Kehadiran bank sampah telah mendorong

adanya capacity building bagi warga dengan mengupayakan terbentuknya

kemandirian dan keswadayaan warga melalui terbentuknya kesadaran,

pengetahuan, dan kemampuan yang mendorong partisipasi mengelola

lingkungan di komunitasnya (Asteria, 2016).

Konsep bank sampah ini menjadi salah satu solusi bagi pengelolaan

sampah di Indonesia yang masih bertumpu pada pendekatan akhir. Dengan

program ini, sampah mulai dikelola dari awal sumber timbunan sampah, yaitu

rumah tangga. Pemilahan yang dilakukan oleh masyarakat sejak awal

membuat timbunan sampah yang dihasilkan dan dibawa ke tempat

pembuangan akhir (TPA) menjadi berkurang.


41

Keberadaan bank sampah mampu memberikan nilai ekonomis bagi

warga masyarakat. Sampah yang awalnya dipandang sebagai sesuatu yang

tidak berguna lagi ternyata memiliki potensi nilai ekonomi. Bank sampah

merupakan sentra pengumpulan sampah anorganik yang mempunyai nilai

ekonomi dari jenis kertas, plastik, besi, aluminium, tembaga, dan kuningan.

Jenis sampah anorganik ini mempunyai harga yang berbeda berdasarkan

jenisnya.

F. Pengaruh Sampah Terhadap Lingkungan dan Kesehatan

Sampah jika tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan berbagai

persoalan. Persoalan yang ditimbulkan akan berdampak baik terhadap

lingkungan maupun terhadap kesehatan masyarakat. Oleh karena itu menjadi

penting untuk melakukan penanganan terhadap sampah yang ada.

1. Pengaruh Sampah Terhadap Lingkungan

Pengaruh yang ditimbulkan oleh sampah ditentukan oleh jumlah

dan karakteristik serta daya dukung lingkungannya (Mukono, 2006),

pengaruh ini sangat bervariasi yaitu :

a. Sampah yang sulit terurai jika dibuang pada suatu lahan maka akan

merusak struktur komposisi tanah serta fungsi tanah sebagai bidang

resapan air. Struktur tanah yang terganggu seperti itu tidak sesuai

untuk budidaya tanaman. Sampah yang tergolong ragam jenis ini


42

misalnya plastik, kaca, logam besi dan non besi, keramik dan lain-

lain.

b. Sampah yang terbuang badan air akan dapat menyebabkan banjir,

menghalangi penetrasi sinar matahari ke badan air, mengganggu

kehidupan flora dan fauna air, bahkan akan mengurangi kepadatan

populasi atau pemunahan flora dan fauna tertentu sehingga dapat

menurunkan daya dukung badan air tersebut dan tidak sesuai

dengan peruntukan semula.

c. Sampah yang mudah membusuk dan mudah terurai jika terbuang

pada suatu lahan atau badan air, akan terurai menjadi unsur-unsur

hara dan asam-asaman, alkohol dan gas. Proses penguraian ini bisa

terjadi pada kondisi aerobik maupun anaerobik. Pada tanah akan

terbentuk lindi yang banyak mengandung senyawa organik nitrogen

meresap dalam air tanah, mengganggu sumber air bersih dan

berbahaya bagi kesehatan. Bila berlangsung terus-menerus dapat

terjadi eutrofikasi, migrasi fauna air, mengurangi keragaman jenis,

pendangkalan dan banjir. Proses dekomposisi juga memaksimalkan

gas yang mudah terbakar (CH4/gas methan).

d. Sampah beracun/berbahaya akan berdampak hampir serupa dengan

diatas, utamanya akan menyebabkan kematian flora dan fauna kalau

terus-menerus terjadi akan menyebabkan kepunahan populasi.


43

e. Sampah yang terbakar (dilokasi pembuangan akhir) dan dibakar

bukan pada incinerator akan menimbulkan pencemaran udara.

f. Sampah yang tertumpuk dipinggir jalan/sudut-sudut persimpangan

jalan dapat menimbulkan kemacetan lalu lintas dan bahkan mungkin

terjadinya kecelakaan.

2. Pengaruh Sampah Terhadap Kesehatan

Sampah bukanlah penyebab (agent) penyakit, tetapi sebagai suatu

kondisi atau media terjadinya sakit (Mallongi, 2015):

a. Sampah sebagai benda “Mater in The Wrong Place” mampu

menimbulkan kondisi yang kurang/tidak nyaman dan mengurangi

keindahan karena wujud fisiknya juga berserakan tidak pada

tempatnya dan timbulnya bau pada proses pembusukan. Kondisi

demikian mampu menimbulkan stress, dan bila berlarut-larut dapat

menimbulkan penyakit yang lebih berat.

b. Sampah merupakan media tumbuh kembangnya bakteri/parasit

penyebab penyakit maupun vektor beberapa penyakit misalnya lalat,

kecoa, nyamuk dan tikus. Sebagai media tumbuh dan

berkembangnya bakteri, parasit dan jamur bisa terjadi karena

sampah itu sendiri misalnya sampah medis dari pelayanan

kesehatan, sampah dari usaha-usaha peternakan juga bisa terjadi

karena vektor membawanya dari suatu tempat bukan dari sampah.


44

Diketahui pada pengumpulan dan pembuangan sampah beberapa

kali lipat lebih tinggi dibanding industri.

c. Proses dekomposisi sampah akan menguraikan senyawa organik

kompleks menjadi unsur-unsur antara lain unsur dari senyawa

organik nitrogen (NH3, NO2 dan NO3). Dalam air tanah dan air

permukaan unsur-unsur tersebut sebagai ion (anion). Pada kadar

yang melebihi baku mutu untuk air minum berbahaya bagi kesehatan

terutama jika dikonsumsi ibu hamil dan anak balita. Sebab afinitas ion

tersebut (NO3) jauh lebih besar dari oksigen, sehingga jika ion

tersebut masuk dalam peredaran darah akan menggantikan ikatan

oksigen dengan hemoglobin. Akhirnya darah kekurangan oksigen.

Penyakit yang khas timbul dalam kondisi ini adalah syanosis atau

lebih dikenal “Blue Babys”.

Menggunakan air yang tercemar oleh sampah untuk mandi, untuk

irigasi dan sebagai sumber air minum juga dapat mempengaruhi individu

terhadap organisme penyakit dan kontaminan lainnya. Vektor serangga

dan tikus akan tertarik dengan sampah akan berpotensi menyebarkan

penyakit seperti diare, kolera dan demam berdarah. Pekerja sampah di

negara-negara berkembang yang jarang menggunakan alat kontak

langsung dari sampah, dan pembuangan sampah berbahaya dan

sampah medis dengan sampah kota akan menimbulkan ancaman

kesehatan yang serius. Asap knalpot dari kendaraan pengumpul sampah,


45

debu berasal dari praktik pembuangan dan pembakaran sampah juga

berkontribusi terhadap masalah kesehatan secara keseluruhan (Alam,

2013).

Potensi bahaya kesehatan yang dapat ditimbulkan dari sampah

sebagai berikut (Ernawati, 2012) :

1. Diare dan tifus dapat menyebar dengan cepat karena bakteri dan

virus yang berasal dari sampah dapat mencemari air minum.

2. Penyakit demam berdarah.

3. Penyakit jamur dapat juga menyebar (misalnya jamur kulit).

4. Penyakit yang disebabkan oleh cacing pita (taenia).

G. Pemodelan Sistem Dinamis

Pemodelan sistem dinamik tidak hanya sederhana tetapi juga kuat

karena ide sederhana dapat dikombinasikan menjadi model sistem yang

kompleks dan proses. Selain itu, pemodelan berguna membuat integrasi

pemodelan menjadi sederhana. Dan bersifat alami karena ide-ide sederhana

di balik model sistem dinamik sesuai dengan bentuk dasar pemikiran

manusia. Permodelan sistem dinamik dapat membantu manusia untuk

melihat sistem secara keseluruhan. Pemodelan dapat diterapkan dalam

prototipe aplikasi kehidupan nyata yang kompleks dari ilmu pengetahuan dan

rekayasa.
46

Sebuah model dibangun untuk perkiraan dan perancangan

kebijaksanaan. Pendekatan model dinamik bersifat deduktif dan mampu

menghilangkan kelemahan-kelemahan dalam asumsi-asumsi yang dibuat,

dapat diperoleh kesepakatan atas asumsi-asumsi tersebut. Proses

perubahan dari satu kondisi ke kondisi lainnya merupakan hal utama yang

ditekankan dalam sebuah model dinamik (Bohari, 2014).

Keterlibatan dinamika sistem dalam sistem pengelolaan sistem harus

lebih sering digunakan untuk mempermudah proses pengelolaan. Hal ini

dilakukan dengan mempertimbangkan variabel yang digunakan dalam

pemodelan (Popli, 2017). Ada beberapa software yang bisa digunakan dalam

pemodelan sistem dinamis dintaranya : Vensim, Stella dan Powersim. Ini

dapat membantu dalam memahami praktik pengelolaan limbah padat dengan

menggunakan dinamika sistem.

Pembahasan tentang pemodelan dinamis secara lebih terperinci

adalah sebagai berikut :

1. Pengertian Model

Model merupakan motode sederhana untuk memandang suatu

masalah. Model sebagai sebuah representasi (penggambaran) atau

formulasi dalam bahasa tertentu (yang disepakati) dari suatu sistem

nyata. Sistem nyata merupakan suatu sistem yang terjadi saat ini dalam

kehidupan, sistem nyata merupakan titik yang menjadi fokus perhatian


47

atau apa yang sedang dipermasalahkan. Model merupakan sistem atau

kejadian yang sesungguhnya ataupun tiruan dari suatu benda, model

hanya berisi informasi-informasi yang dianggap penting untuk ditelaah.

Sebuah model akan menghasilkan gambaran proses secara keseluruhan

dengan menggunakan perumusan matematika dari proses-proses

fisika/kimia/biologi suatu fenomena alam, sehingga jika dimasukkan data-

data penunjang, kemudian dihitung dengan metode perhitungan tertentu.

Pemodelan dapat diartikan sebagai ilustrasi penggambaran,

penyederhanaan, miniatur, visualising atau kreasi prediksi inovatif

(Mallongi, 2012). Pemodelan merupakan proses membangun dan

membentuk sebuah model dari suatu system nyata dalam bahasa formal

tertentu.

Prinsip-Prinsip Pemodelan :

a. Elaborasi adalah pengembangan model dilakukan secara bertahap

dimulai dari model sederhana hingga diperoleh model yang lebih

representatif.

b. Sinektik adalah pengembangan model yang dilakukan secara

analogis (kesamaan-kesamaan).

c. Iteratif adalah pengembangan model yang dilakukan secara

berulang-ulang dan peninjauan kembali.


48

2. Syarat Menyusun Model

Hal-hal yang harus diperhatikan sebelum menyusun model, antara

lain :

a. Jika teori yang digunakan benar maka model juga seharusnya

menghasilkan keluaran yang benar, sebab model merupakan

representasi dari sebuah teori.

b. Ketika menyusun model, asumsi dan penyederhanaan yang dibuat

harus mengikuti aturan/teori yang berlaku, dokumentasi dan

pencatatan yang baik harus dilakukan dalam setiap asumsi yang

dibuat.

c. Menggunakan pendekatan metode numerik untuk menghitung model

matematika, sehingga harus didefinisikan dengan baik kemungkinan

kesalahan perhitungan dari metode numerik yang digunakan.

3. Tahapan Pemodelan

Tahapan pemodelan antara lain sebagai berikut :

a. Konseptualisasi dan Identifikasi

- Penyusunan hipotesis dasar teori yang terlibat dalam proses.

- Mengevaluasi dasar teori.

- Melakukan identifikasi struktur model.

b. Representasi Matematika

- Biasanya dalam bentuk diferensial atau persamaan aljabar.


49

- Dapat menggunakan aturan bahasa (Linguistic rules) untuk

sistem pakar.

c. Implementasi Numerik

- Melakukan penyusunan alogaritma solusi numerik.

- Melakukan perhitungan dengan menggunakan komputer.

d. Estimasi Parameter dan Kalibrasi

- Melakukan pengaturan pada parameter model berdasarkan data

pengukuran.

- Agar seluruh data pengukuran dan parameter model sesuai,

maka dilakukan kalibrasi.

e. Pengujian Hipotesis

Pengujian keluaran model terhadap kondisi uji yang telah

ditentukan untuk hipotesis tertentu.

f. Validasi

Melakukan perbandingan antara hasil suatu model dengan

data pengukuran untuk memastikan kualitas model.

4. Tahapan-tahapan Proses Pembuatan dan Pengembangan Model Sistem

Dinamik

Proses pembuatan dan pengembangan model menggunakan

metodologi sistem dinamik melibatkan tahapan-tahapan berikut (Sterman,

2000 dalam Bohari, 2014) :


50

a. Artikulasi Permasalahan (Identifikasi dan Defenisi Permasalahan)

Artikulasi permasalahan merupakan tahapan yang paling

penting dalam pemodelan sistem dinamik. Artikulasi permasalahan

merupakan tahap untuk mengetahui apa isu atau permasalahan yang

ingin diketahui dan diamati. Bagaimana mengartikulasi permasalahan

umpan balik dinamik (pemilihan batas). Permasalahan dinamik

dinyatakan dengan pola-pola perilaku yang mungkin dapat

diobservasi dari data yang diplot atau pola perilaku tersebut diperoleh

dengan metode deduksi dari informasi kualitatif yang tersedia.

b. Memformulasikan Hipotesis Dinamik dan Konseptualisasi Model

Model konseptual adalah abstraksi dari berbagai proses bahan

fisik, kimia dan biologis yang mempengaruhi perilaku kontaminan

dalam sistem. Tujuan dari tahapan ini adalah untuk membangun

suatu hipotesis, suatu teori kerja yang menjelaskan sebab dibalik

permasalahan dinamik. Berdasar atas umpan balik dan interaksi

antara berbagai komponen yang berbeda, teori ini seharusnya

menjelaskan dinamika perilaku sistem serta menggambarkan cara

pandang pengambil keputusan yang terlibat, yang dapat

mempengaruhi permasalahan dalam sistem, membangun hipotesis

untuk menjelaskan permasalahan.


51

c. Pembuatan Model Dinamik (Model Simulasi)

Tahap selanjutnya melibatkan pembuatan model formal yang

lengkap dengan berbagai formula matematis yang menjelaskan

hubungan sebab akibat semua variabel, mengestimasi nilai awal

stock dan nilai-nilai parameter numerik yang merepresentasikan

sistem serta menguji konsistensi model secara internal terhadap

hipotesis-hipotesis dinamik.

d. Pengujian dan Validasi Model

Validasi model dirancang untuk membandingkan apakah

perilaku model yang dibangun untuk variabel-variabel kunci dapat

mewakili dan merepresentasikan kondisi nyatanya. Hal ini penting

agar model yang dirancang merupakan model yang valid atau

merupakan model yang merupakan representasi dari kondisi sistem

nyata yang dimodelkan.

e. Analisis Model

Analisis dilakukan dengan percobaan simulasi. Serangkaian

logika yang berkaitan dengan simulasi dapat memberikan hasil yang

cukup, informasi yang reliable (meskipun tidak tepat) tentang sifat-

sifat model. Tahapan simulasi ini dikenal dengan uji sensitivitas,

untuk menilai seberapa besar perilaku output berubah sebagai hasil

perubahan dari parameter, input dan kondisi awal, bentuk fungsi,

atau perubahan struktur lainnya.


52

f. Perancangan untuk Perbaikan

Untuk melihat seberapa besar kemungkinan model dapat

memperbaiki dinamika model maka tahap akhir yang dilakukan

adalah menguji alternatif-alternatif kebijakan yang baru. Dalam tahap

ini, alternatif kebijakan dirancang dan kemudian diuji dengan

menjalankan simulasi.

g. Implementasi

Pembuatan model sistem dinamik umumnya dilakukan dengan

menggunakan software yang memang dirancang khusus untuk

menjalankan aplikasi pemodelan. Salah satu software yang bisa

digunakan adalah Stella yang dibuat secara grafis dengan simbol-

simbol atas variabel dan hubungannya.

H. Tabel Sintesa

Tabel 2.2
Penelitian Terkait Pengelolaan dan Pemodelan Pengelolaan Sampah
Perkotaan

Judul Penelitian, Karakteristik


No Peneliti dan Tahun
Penelitian Aplikasi
Metode Hasil
Model

1 A Simulation System Model Power- Perlu perbaikan


for Waste Manage- Sistem sim struktur model,
ment From System Dinamis sensitivitas parametrik,
Dynamics Modelling serta perlunya uji
53

Judul Penelitian, Karakteristik


No Peneliti dan Tahun Aplikasi
Penelitian Metode Hasil
Model
to Decision Support. validasi dan uji
(P.A. Wäger and ketahanan. Terkait
L.M. Hilty. 2002) penggunaannya dalam
pengambilan
keputusan, modifikasi
dan pengembangan di
masa depan EcoSolver
IP-SSK akan berfokus
pada kemampuannya
untuk mendukung
pembelajaran
eksploratif tentang
sistem sosial budaya.

2 Model Dinamis Model Power- Proyeksi sampah yang


Pengelolaan Sam- Sistem sim timbul dan akan
pah Untuk Dinamis dibuang ke TPA Bantar
Mengurangi Beban Gebang hingga tahun
Penumpukan. Isti 2025 sebesar 807.412
Surjandari, dkk ton. Dengan analisis
(2009) sistem hingga tahun
2025 sebesar 807.412
ton. Dengan analisis
sistem dinamis maupun
dengan Analisis Hirarki
Proses serta dengan
analisis Benefit-Cost
54

Judul Penelitian, Karakteristik


No Peneliti dan Tahun Aplikasi
Penelitian Metode Hasil
Model
Ratio (B/C), maka
diperoleh hasil bahwa
sebaiknya pengelolaan
sampah dilakukan
bertahap dari
pengomposan
kemudian dilakukan
dengan insinerator.

3 Modeling of urban Model Stella Peningkatan alokasi


solid waste manage Sistem anggaran untuk
ment system: The Dinamis pengumpulan dan
case of haka city penanganan sampah
M.A. Sufian, B.K. sangat penting untuk
Bala. (2007) meningkatkan kualitas
lingkungan kota Dhaka.
Pengelolaan sampah
saling berhubungan
sebagai kesatuan
sistem sehingga model
yang ditawarkan ini
dapat digunakan
sebagai alat atau
sumber daya untuk
mendukung kebijakan
analisis dan
55

Judul Penelitian, Karakteristik


No Peneliti dan Tahun Aplikasi
Penelitian Metode Hasil
Model

pengelolaan sampah.

4 Pengelolaan Sam- Survey Sampah yang dihasil-


pah Rumah Tangga Analitik kan sebesar 1, 46
di Kecamatan Daha Liter/orang/hari atau
Selatan. (Riswan. 0,38 kg/orang/hari.
2011) Terdiri dari 47%
sampah organik, 15%
kertas, 22% plastik,
serta 16% logam dan
sebagainya. pendidikan,
perilaku terhadap
kebersihan lingkungan,
pendapatan, pengeta-
huan terhadap Perda
persampahan memiliki
korelasi positif terhadap
pengelolaan sampah
tingkat rumah tangga.

5 Municipal Solid Survey Analisis berdasarkan


Waste Management analitik status ekonomi makro
in Small Towns: An menunjukkan bahwa
Economic Analysis produksi sampah per
Conducted in Yun- kapita paling sedikit 0,3-
nan, China. (Hua 0,4 kilogram per hari
56

Judul Penelitian, Karakteristik


No Peneliti dan Tahun Aplikasi
Penelitian Metode Hasil
Model

Wang et al, 2011) bahkan pada mereka


yang paling miskin
sekalipun. Peningkatan
1% penduduk akan
terjadi peningkatan
0,1% produksi sampah,
dan kenaikan 1 persen
pendapatan per kapita
akan meningkatkan tim
bulan sampah sebesar
0,34 %.

6 Model Sistem Model Stella Skenario dengan


Dinamik pada Sistem 5.0 reduksi sampah
Pengembangan Dinamis terbesar adalah
Pengelolaan Sampah skenario Daur Ulang.
Kecamatan Gubeng, Reduksi sampah
Kota Surabaya. (Yevi skenario Daur Ulang
Putri Agustia. 2014) tahun 2013 sebesar
6,22% dan sebesar
5,50% pada tahun 2020
(1,31%; 1,14% reduksi
di rumah kompos,
1,90%; 1,72% reduksi di
komposter, 0,16%;
0,18% reduksi di bank
57

Judul Penelitian, Karakteristik


No Peneliti dan Tahun
Penelitian Aplikasi
Metode Hasil
Model
sampah dan 2,85%;
2,47% reduksi
pemulung di TPS
7 Integrated Solid Analisis Kurangnya perenca-
Waste Management Spatial naan merupakan
Model for Develo- kendala utama penera-
ping Country with pan pengelolaan
Special Reference to sampah terpadu ISWM.
Tezpur Municipal Sistem pengelolaan
Area, India. (Dipam sampah masih bersifat
Saikia &Manash tradisional dan mem-
Jyoti Nath. 2015) butuhkan peningkatan
dalam pengelolaan
dalam hal pewadahan
sampah, pengumpulan,
pengangkutan sampah
hingga pengolahan
akhir sampah.

8 Modeling of Muni- Model Powersim Timbulan sampah


cipal Solid Waste Sistem meningkat dari
Management Sys- Dinamis 8,124.86 ton selama
tem Using Power- tahun 2001 menjadi
sim Studio A Case 1.0328.65 ton selama
Study. (Shamshad 2007 dan Tingkat
Alam dan Kafeel timbulan per kapita
Ahmad. 2015) sekitar 0,06 ton / kapita
58

Judul Penelitian, Karakteristik


No Peneliti dan Tahun Aplikasi
Penelitian Metode Hasil
Model
selama 2001 dan
meningkat menjadi
0,07 ton / kapita
selama tahun 2007

9. Mathematical mode- Model Lingo Dari analisa model


ling in municipal Sistem 13.0 diperoleh bahwa
solid Matematis stasiun transfer dan
waste management: unit pengolahan
case study of masing-masing
Tehran. (Mohsen menurun menjadi 10
Akbarpour Shirazi et dan 6 unit.dapat
al. 2016) meningkatkan
pengelolaan sampah.

10 A Review of Solid Deskriptif Keterlibatan sistem


Waste Management analitik dinamis dalam
using System Dyna pengelolaan sistem
mics Modeling. pengelolaan sampah
(Kanchan Popli. harus lebih sering
2017) digunakan untuk mem-
permudah proses
pengelolaan dengan
mempertimbangkan
parameter yang
digunakan.
59

I. Kerangka Teori

Kerangka teori disajikan dalam bentuk bagan alur seperti yang

digambarkan pada gambar 1.

Penduduk

Aktivitas Penduduk

Rumah Tangga Non Rumah tangga

Timbulan Sampah

Pengelolaan sampah

Dampak

Lingkungan Kesehatan Reduksi sampah Penanganan sampah

Pencemaran Status  Komposting  Pemilahan


Lingkungan kesehatan  4R  Pengumpulan
 Pengangkutan
 Pengolahan
Menurunnya Akhir
derajat
kesehatan &
kualitas
lingkungan TPA
hidup

Gambar 1. Kerangka Teori Pengelolaan Sampah Perkotaan, sumber : Alex


Abdi Chalik (2011) dan Nurfatmala (2017) yang telah dimodifikasi.
60

Meningkatnya jumlah penduduk yang terjadi setiap tahun merupakan

sumber utama meningkatnya timbulan sampah. Hal ini terlihat dari berbagai

sektor yang secara umum kita bagi menjadi dua yaitu sampah yang berasal

dari rumah tangga dan non rumah tangga. Sampah rumah tangga berasal

dari kegiatan yang dilakukan sehari-hari didalam rumah, sedangkan sampah

non rumah tangga berasal dari aktivitas manusia dari sektor perdagangan

(pasar, toko, hotel dan bank), pendidikan (sekolah), dan sampah yang

berasal dari jalanan (penyapuan jalan).

Tentunya timbulan sampah yang ada akan berdampak baik terhadap

lingkungan ataupun kesehatan. Karena alasan inilah maka perlu dilakukan

upaya pengelolaan sampah agar potensi dampak bisa dikurangi ataupun

dihilangkan. Dampak yang bisa ditimbulkan yaitu terjadinya pencemaran

lingkungan dan berpengaruh pada kesehatan masyarakat. Penurunan

kualitas lingkungan dan penurunan status kesehatan masyarakat adalah

akibat dari sampah yang tidak terkelola dengan baik.

Pengelolaan sampah dilakukan untuk meminimalisir terjadinya

dampak dari timbulan sampah disuatu wilayah. Pengelolaan dilakukan

melalui dua cara yaitu pengurangan dan penanganan (UU - 18/2008).

Pengurangan sampah dilakukan dengan komposting dan 4 R. Sedangkan

penanganan sampah mulai dari pengumpulan, pengangkutan sampai proses

akhir di TPA.
61

J. Diagram Sebab Akibat (Causal Loop)

Variabel yang berhubungan dengan pengelolaan sampah yang

bersumber dari rumah tangga di Kota Masamba digambarkan pada

gambar 2.

Anggota Kapasitas TPA


Penduduk
Keluarga

+
+ Rumah tangga Infrastrukt
+ ur TPA
+
Luas lahan
+

Sampah Rumah +
tangga + sampah untuk Jumlah
komposting pemulung
+
sampah ke Sampah di TPA
+ +
Bank sampah
- +
+ Reduksi
sampah +
diibuang sampah RT +
Sampah diambil
pemulung

+ pengangkutan ke
Sampah di TPS TPA
+ -
+
+
+ + sampah dipulung
petugas

JUmlah
Mobil
Kapasitas Ritasi
Mobil

Gambar 2. Diagram Sebab Akibat (Causal Loop)

Pada gambar 2 terlihat bahwa jumlah penduduk akan mempengaruhi

jumlah rumah tangga yang selanjutnya akan menentukan jumlah sampah

rumah tangga. Rumah tangga terdiri dari anggota keluarga. Sampah rumah

tangga akan dipilah menjadi 3 bagian yaitu sampah untuk komposting,


62

sampah untuk bank sampah dan sampah yang akan dibuang ke TPS.

Sampah di TPS akan mengalami pengangkutan ke TPA yang dipegaruhi oleh

kapasitas mobil, jumlah mobil dan ritasi. Sampah yang diangkut ke TPA juga

akan dipulung oleh petugas kebersihan diatas mobil selama dalam perjalanan

ke TPA. Sampah di TPA akan dipulung oleh pemulung di lokasi TPA yang

dipengaruhi oleh jumlah pemulung yang ada di TPA. Sampah di TPA

dipengaruhi oleh luas lahan TPA yang langsung dipengaruhi oleh kapasitas

TPA dan infrastruktur yang ada di TPA.

K. Diagram Input Output

Identifikasi sistem bertujuan untuk memberikan gambaran terhadap

sistem yang dikaji yang tergambar dalam diagram masukan-keluaran (black

box). Konsep identifikasi sistem merupakan suatu rantai hubungan antara

pernyataan dari kebutuhan-kebutuhan dengan pernyataan khusus dari

masalah yang akan diselesaikan untuk mencukupi kebutuhan tersebut.

Secara garis besar ada lima variabel yang akan mempengaruhi kinerja

suatu sistem yaitu output yang diinginkan, output yang tidak diinginkan, input

terkontrol dan input tidak terkontrol serta ligkungan. Identifikasi sistem

pengelolaan sampah di Kota Masamba dapat dilihat dalam diagram input-

output pada gambar 3.


63

Lingkungan
 UU no 18 Tahun
2008 tentang
pengelolaan
sampah
 Perda Kab. Luwu
Utara No 2 Tahun
2010 tentang
kebersihan
Input Tidak
Terkontrol Output yang diinginkan
 Pertumbuhan
 Timbulan sampah
Penduduk
 Reduksi sampah
 Volume dan
 Lingkungan bersih,
Komposisi sampah
indah dan nyaman
 Sarana/prasarana
 Partisipasi
Masyarakat/Ruma
h tangga Pengelolaan
Sampah (Reduksi
&Penanganan)

Output yang tidak


diinginkan
 Menumpuknya sampah
 Pencemaran Lingkungan
Imput Terkontrol  Gangguan Kesehatan
 Pengomposan Masyarakat
 Bank Sampah

Umpan
Balik

Gambar 3. Diagram Input-Output (Black Box)


64

L. Kerangka Konsep dan Definisi Operasional

1. Kerangka Konsep
Penduduk

Rumah Tangga Non Rumah Tangga


 Jumlah Anggota  Jumlah Sarana
 Status Ekonomi  Jenis Sarana

Sampah Rumah Tangga Sampah Non Rumah tangga


 Organik  Organik
 Anorganik  Anorganik

Sampah Kota bersumber


dari rumah tangga

Penanganan
Reduksi Sampah Sampah
 Pengomposan Pengelolaan  Pengumpulan dan
 Bank Sampah Sampah Pengangkutan
 Pembuangan Akhir

Model Dinamis Pengelolaan Sampah Kota yang bersumber dari rumah


tangga melalui simulasi:
Gambar 5. Eksisting
 Kondisi Kerangka(Tanpa
Konsep Penelitian
Skenario)
 Skenario Pengomposan
 Skenario Bank Sampah
 Gabungan skenario Komposting dan Bank Sampah

= Variabel yang diteliti = Variabel yang tidak diteliti

Gambar 4. Kerangka Konsep Penelitian


65

2. Definisi Operasional

a. Jumlah penduduk merupakan jumlah orang yang tinggal/berdomisili

di kelurahan/desa di Kota Masamba serta tercatat secara sah di

kantor kelurahan/kantor desa dan dihitung dalam satuan jiwa.

b. Rumah tangga adalah rumah tangga yang terdapat di kota Masamba.

c. Jumlah anggota rumah tangga adalah banyaknya orang yang tinggal

dalam sebuah rumah tangga yang dinyatakan dengan satuan jiwa.

d. Status ekonomi rumah tangga adalah status atau kedudukan sebuah

rumah tangga di masyarakat yang diperoleh berdasarkan

penggolongan menurut harta kekayaan yang dimiliki, diukur dari

penghasilan kepala keluarga perbulan. Dibedakan menjadi tiga

tingkatan yaitu :

i. Tinggi jika penghasilan rata-rata perbulan lebih dari

Rp. 2.500.000 perbulan

ii. Sedang jika penghasilan rata rata antara Rp. 1.500.000 sampai

Rp. 2.500.000

iii. Rendah jika penghasilan rata rata perbulan kurang dari

Rp. 1.500.000

e. Sampah rumah tangga adalah sampah yang dihasilkan dari kegiatan

sehari-hari pada rumah tangga, yang dinyatakan dalam satuan

volume atau berat (m3 atau kg).


66

f. Sampah organik adalah sampah berupa sisa makanan ataupun

sampah dari kebun dan taman yang dimiliki oleh rumah tangga.

g. Sampah anorganik ialah sampah yang tidak dapat diuraikan oleh

alam. Contohnya: plastik, kaleng, logam, kaca, karet, kulit, dan kain.

h. Sampah kota bersumber dari adalah keseluruhan sampah yang

dihasilkan pada sebuah wilayah kota yang diperoleh dari jumlah

seluruh sampah rumah tangga.

i. Pengelolaan sampah adalah kegiatan yang dilakukan pemerintah

Kabupaten Luwu Utara terhadap sampah baik berupa pengurangan

(reduksi) maupun penanganan sampah.

j. Reduksi sampah adalah upaya yang dilakukan pemerintah

Kabupaten Luwu Utara untuk mengurangi timbulan sampah yang

terdiri dari :

1. Pengomposan adalah proses pembuatan kompos dari sampah

organik yang dikelola oleh pemerintah Kabupaten Luwu Utara.

2. Bank sampah adalah adanya tempat yang digunakan untuk

mengumpulkan sampah anorganik yang sudah dipilah-pilah

sesuai jenisnya dan akan dijual ke tempat pengepul sampah di

tingkat Kota Masamba.

k. Penanganan sampah adalah kegiatan yang dilakukan pemerintah

daerah terhadap sampah rumah tangga yang terdiri dari :


67

1. Pengumpulan dan pengangkutan sampah adalah adanya

pengambilan sampah rumah tangga oleh truk untuk dibawa ke

TPA, menurut hasil pernyataan responden.

2. Pembuangan akhir adalah luas lahan untuk membuang/

menyimpan sampah yang telah diangkut ke lokasi TPA yang

diambil datanya pada Kantor Dinas Lingkungan Hidup Kab. Luwu

Utara.
68

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian

Jenis penelitian adalah Observasional anaitik dengan desain

Crosssectional menggunakan model sistem dinamis yakni melakukan

pengamatan dan pengukuran dilapangan untuk mendesain model yang

bertujuan untuk melakukan simulasi bagaimana pengelolaan sampah yang

difokuskan pada timbulan sampah, reduksi sampah, dan pembuangan akhir

ke TPA di Kota Masamba.

B. Waktu dan Lokasi Penelitian

1. Waktu Penelitian

Penelitian akan dilakukan pada bulan Februari-bulan Maret 2018.

2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kota Masamba Kabupaten Luwu

Utara yang mendapatkan pelayanan persampahan dari Dinas

Lingkungan Hidup Kabupaten Luwu Utara yang meliputi 6 wilayah

kelurahan/desa di Kecamatan Masamba. Adapun wilayah tersebut adalah

sebagai berikut :

a. Kelurahan Kappuna
69

b. Kelurahan Bone

c. Kelurahan Baliase

d. Kelurahan Bone Tua

e. Desa Baloli

f. Desa Kamiri

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi yang diteliti adalah seluruh rumah tangga yang ada di

Kota Masamba yang tersebar pada 6 wilayah kelurahan/desa yang

dilayani Dinas Lingkungan Hidup dalam pengelolaan sampah kota.

2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian rumah tangga di

Kota Masamba sebagai sumber sampah kota dari rumah tangga. Dengan

mengacu ke rumus penentuan jumlah sampel, maka jumlah sampel

adalah sebagai berikut :

dimana n = Jumlah sampel

N = Jumlah Populasi (jumlah Rumah Tangga = 5507)

e = 0,1 (derajat kesalahan)


70

maka diperoleh

= 98,22

= 99 Rumah Tangga

Berdasarkan hasil perhitungan diatas, maka jumlah sampel rumah tangga

yang akan dilakukan pengukuran produksi dan komposisi sampahnya adalah

sebanyak 99 rumah tangga.

D. Teknik Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan cara

Proporsional random sampling. Dimana semua rumah tangga yang

merupakan sumber timbulan sampah Kota Masamba memiliki peluang yang

sama untuk menjadi titik pengukuran timbulan sampah. Jumlah sampel pada

masing-masing wilayah ditentukan secara proporsional dengan mengacu

pada jumlah rumah tangga yang ada. Semakin banyak jumlah rumah tangga

yang ada pada wilayah penelitian maka proporsi jumlah sampel yang diambil

juga akan semakin besar. Sedangkan penentuan lokasi rumah tangga

dilakukan secara proporsional pada tiap dusun/lingkungan yang ada pada

desa/kelurahan. Titik pengambilan sampel rumah tangga dilakukan secara

random dengan jarak masing-masing rumah tangga yang dijadikan sampel

memiliki interval 5 rumah tangga.


71

Adapun rincian jumlah sampel pada masing-masing wilayah penelitian

setelah dilakukan perhitungan dengan melihat proporsi jumlah tangga yang

ada, yaitu :

Tabel 3.1
Jumlah Sampel Terpilih Menurut Lokasi

Jumlah Jumlah
No Desa/Kelurahan Perhitungan
Rumah Sampel

1 Kappuna 1485 (1485 / 5507) x 99 27


2 Bone 1438 (1438 / 5507) x 99 26
3 Baloli 281 (281 / 5507) x 99 5
4 Kamiri 263 (263 / 5507) x 99 5
5 Bone Tua 1044 (1044 / 5507) x 99 18
6 Baliase 996 (996 / 5507) x 99 18
Jumlah 5507 99

E. Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas data primer dan

data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh dari pengamatan

langsung di lokasi penelitian yang terdiri dari data jumlah (berat dan volume)

timbulan dan komposisi sampah yang berasal dari rumah tangga.

Berat total sampah diperoleh dengan cara menimbang sampah

dengan menggunakan timbangan gantung, sedangkan untuk mengukur berat

berdasarkan komposisi sampah digunakan timbangan kue. Berat sampah

dinyatakan dalam satuan kilogram sedangkan volume sampah dinyatakan


72

dalam satuan m3. Volume sampah diukur dengan cara memasukkan sampah

kedalam kotak pengukur volume yang berdimensi 30 cm x 40 cm x 50 cm (60

liter) dan telah diberi tanda (batas) ketinggian sehingga bisa diketahui volume

sampah yang diukur.

Selain data berat dan volume sampah dari rumah tangga, juga diambil

data jumlah anggota keluarga masing-masing rumah yang dijadikan sampel

serta data penghasilan rata-rata kepala keluarga perbulannya. Data

pengelolaan sampah yang dilakukan pihak rumah tangga juga diambil

berdasarkan kuesioner yang di jalankan sehari sebelum pengambilan sampel

sampah rumah tangga.

Komposisi sampah dibedakan menjadi sampah organik yang terdiri

dari sampah dapur dan sampah kebun/taman. Sedangkan sampah anorganik

terdiri dari sampah plastik, kertas, karet, kain, logam, kaca dan sampah

lainnya.

Data sekunder berupa data jumlah penduduk 5-10 tahun terakhir

diperoleh dari kantor Badan Pusat Statistik dan Dinas Kependukan dan

Catatan Sipil Kabupaten Luwu Utara. Data jumlah timbulan sampah beberapa

tahun terakhir diperoleh dari Dinas Lingkungan Hidup Kab. Luwu Utara.

F. Analisis Data

Penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahapan kegiatan, baik dalam

bentuk penelitian pustaka, pengambilan dan pengolahan data maupun


73

kegiatan analisis model dengan menggunakan STELLA 5.0. Waktu dan

jumlah simulasi yang dilakukan adalah selama 25 tahun (2018-2043) dengan

jumlah simulasi sebanyak 4 (empat) jenis simulasi yaitu sebagai berikut :

a) Simulasi I merupakan simulasi kondisi eksisting yang dilakukan untuk

mengestimasi timbulan dan reduksi sampah yang bersumber dari rumah

tangga di Kota Masamba selama 25 tahun (2018-2043) dengan

pendekatan model dinamis tanpa skenario.

b) Simulasi II merupakan simulasi yang dilakukan untuk mengestimasi

reduksi sampah yang bersumber dari rumah tangga di Kota Masamba

selama 25 tahun (2018-2043) dengan skenario bank sampah. Skenario

bank sampah berhubungan dengan sampah anorganik yang bisa didaur

ulang ataupun dijual ke pengepul sehingga memiliki nilai ekonomi.

c) Simulasi III merupakan simulasi yang dilakukan untuk mengestimasi

reduksi sampah yang bersumber dari rumah tangga di Kota Masamba

selama 25 tahun (2018-2043) dengan skenario pengomposan. Skenario

pengomposan berhubungan dengan sampah organik yang memiliki

potensi untuk digunakan sebagai bahan baku pembuatan kompos.

d) Simulasi IV merupakan simulasi yang dilakukan untuk mengestimasi

reduksi sampah yang bersumber dari rumah tangga di Kota Masamba

selama 25 tahun (2018-2043) dengan gabungan skenario II dan

skenario III.
74

G. Penyajian Data

Data yang telah dianalisis dengan model dinamis akan disajikan dalam

bentuk tabel, grafik dan narasi. Penyajian dalam bentuk grafik untuk

menampilkan dinamika pengelolaan sampah Kota Masamba dari aspek

jumlah timbulan dan reduksi serta penanganan sampah setiap tahunnya baik

dengan kondisi eksisting maupun dengan menggunakan skenario

komposting, bank sampah, skenario gabungan antara komposting dan bank

sampah. Data disajikan selama periode simulasi yaitu 25 tahun kedepan.

H. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini antara lain komputer

beserta perangkat lunaknya (Stella 5.0, Microsoft Word, Microsoft Excel dan

SPSS), alat tulis, timbangan dan kotak pengukur volume sampah.

I. Stock Flow Diagram

Diagram alur model merupakan suatu mata rantai yang saling

berhubungan dan menggambarkan identifikasi masalah dalam pendekatan

sistem yang menghubungkan berbagai variabel dan permasalahan yang

dihadapi.
75

Gambar 5. Stok Flow Diagram

Berdasarkan gambar 5 diketahui bahwa sampah rumah tangga

akan dipengaruhi oleh jumlah rumah tangga dan jumlah penduduk.

Sampah rumah tangga akan terbagi menjadi 3 komponen yaitu fraksi

sampah ke bank sampah, fraksi sampah ke pengomposan dan sampah

rumah tangga yang akan dibuang ke TPS. Sampah yang dibuang ke TPS

akan diangkut ke TPA. Pengangkutan ke TPA dipengaruhi oleh jumlah

kendaraan pengangkut, kapasitas angkut dan jumlah ritasi. Sampah yang

akan dibawa ke TPA akan dipulung oleh petugas mobil sampah sebelum

dibuang ke TPA. Sampah yang dibuang di TPA juga masih akan dipulung
76

oleh pemulung yang ada di TPA sehingga akan mengurangi jumlah

sampah di TPA. Jumlah sampah di TPA akan mempengaruhi luas lahan

yang terpakai serta ditentukan juga oleh infratruktur yang ada di TPA.

Secara rinci defenisi variabel pada stok flow diagram disajikan dalam

lampiran.

J. Batasan Model

Dalam penelitian ini, model yang dibangun adalah model dinamis

pengelolaan sampah kota yang bersumber dari rumah tangga. Model hanya

menyajikan timbulan sampah dari rumah tangga serta pengelolaan yang

dilakukan terhadap sampah tersebut dengan mengacu pada kerangka

konsep. Batasan model yang dibangun meliputi :

1. Diagram alur model pengelolaan sampah terdiri dari produksi dan reduksi

sampah rumah tangga serta pembuangan sampah ke TPA.

2. Skenario yang digunakan adalah bank sampah dan pengomposan serta

gabungan skenario pengomposan dan bank sampah.


77

K. Alur Penelitian

Tahapan penelitian dijelaskan sesuai bagan pada gambar 6.

Mulai

Seleksi data dan informasi


pengelolaan sampah di Kota
Masamba

Observasi variabel penelitian


serta melakukan pengkuran
timbulan dan komposisi sampah
dari rumah tangga di Kota
Masamba

Akuisisi dan analisisis Data

Ya
Tidak
Cukup

Membangun Diagram Alir Model

Ya Tidak

Sesuai

Validasi model

Ya Tidak

Valid

Selesai

Gambar 6. Bagan Alur Penelitian


78

L. Kontrol Kualitas

Kontrol kualitas dilakukan untuk mengontrol semua aspek operasional

dalam proses penelitian mulai dari persiapan sampai pengolahan data.

1. Standarisasi Alat Ukur

Uji coba alat ukur untuk melihat apakah alat ukur yang digunakan

benar-benar berfungsi baik dan mampu untuk memberikan hasil

pengukuran yang diharapkan. Untuk menjamin alat ukur maka digunakan

alat ukur yang standar yang dapat berfungsi dengan baik maka alat ukur

yang digunakan dikalibrasi terlebih dahulu untuk memastikan apakah

timbangan tersebut berfungsi dengan baik.

2. Standarisasi Tenaga Pelaksana.

Untuk menjamin kualitas data yang diperoleh, peneliti yang akan

melaksanakan sendiri pengukuran baik berat maupun volume serta

komposisi dari masing-masing sampel sampah yang berasal dari sumber

rumah tangga. Pengukuran dilakukan di ruang laboratorium kesehatan

Kabupaten Luwu Utara dimana sebelumnya sampel dikumpulkan dan di

bawa ke laboratorium untuk diukur berat maupun volume serta mengukur

komposisinya.
79

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL PENELITIAN

1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

a. Letak dan Kondisi Geografis

Secara geografis, Kota Masamba yang merupakan Ibu kota

Kabupaten Luwu Utara terletak di Kecamatan Masamba. Wilayah ini

terletak dibagian selatan garis khatulistiwa di antara 2 0 13’ 41’’ - 20

39” 16’’ Lintang Selatan dan di antara 1200 3’ 7’’ - 1200 31’ 48’’ Bujur

Timur.

Berdasarkan letak geografis, Kecamatan Masamba memiliki

batas-batas sebagai berikut :

- Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Rampi.

- Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Mappedeceng.

- Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Baebunta.

- Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Baebunta.

Luas wilayah Kota Masamba 131,14 km2. Kota Masamba

sebagai ibu kota Kabupaten Luwu Utara sekaligus sebagai pusat

pemerintahan, terdiri dari 4 kelurahan. Namun dalam hal pengelolaan

sampah kota, Dinas Lingkungan Hidup juga melayani 2 desa yang


80

berbatasan langsung dengan Kota Masamba. Adapun luas masing-

masing wilayah kelurahan dan desa yang dimaksud adalah sebagai

berikut :

1. Kappuna 21,25 km2

2. Bone 3,50 km2

3. Baliase 21,40 km2

4. Bone Tua 16,00 km2

5. Baloli 38,25 km2

6. Kamiri 30,74 km2

Kondisi topografi daerah Kota Masamba pada umumnya

memiliki permukaan yang datar dan sebagian bergelombang dan

berbukit. Wilayah yang terbentang berupa gunung dan bukit-bukit

serta terbentang daratan yang merupakan wilayah yang sangat

potensial untuk pengembangan sektor pertanian.

b. Kependudukan

Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik

dan Dinas Kependudukan dan Catatatan Sipil Kabupaten Luwu

Utara, pada tahun 2017 penduduk pada wilayah pelayanan sampah

Kota Masamba sebanyak 25.868 jiwa. Jika dibandingkan dengan

jumlah penduduk tahun 2016 sebesar 23.222 mengalami

pertumbuhan sebesar 1,11 %.


81

Kepadatan penduduk di Kota Masamba tahun 2017 mencapai

197 jiwa/km2. Kepadatan penduduk di 6 wilayah kelurahan/desa

cukup beragam dengan kepadatan penduduk tertinggi terletak di

Kelurahan Bone dengan kepadatan sebesar 1.914 jiwa/km2 dan

terendah di Desa Baloli sebesar 36 jiwa/km2.

2. Karakteristik Rumah tangga

Analisis dilakukan terhadap karakteristik rumah tangga yang

menjadi sampel sebagai sumber timbulan sampah Kota Masamba.

a. Jenis Rumah

Distribusi responden berdasarkan jenis rumah ditunjukkan

pada tabel 4.1.

Tabel 4.1
Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Rumah

No Jenis Rumah N %

1 Permanen 70 70,70
2 Semipermanen 24 24,24
3 Nonpermanen 5 5,06
Jumlah 99 100
Sumber : Data Primer 2018

Tabel 4.1 menunjukkan bahwa dari 99 responden diketahui

responden dengan yang memiliki rumah permanen sebanyak 70 unit

(70,70%) dan merupakan responden terbanyak, sedangkan yang


82

terendah sebanyak 5 unit (5,06%) merupakan responden dengan

jenis rumah nonpermanen.

b. Pekerjaan Kepala Keluarga

Distribusi responden berdasarkan jenis pekerjaan kepala

keluarga dilihat pada tabel 4.2.

Tabel 4.2
Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan Kepala Keluarga

No Pekerjaan N %

1 PNS/TNI/Polri 34 34,30
2 Pegawai swasta 8 8,10
3 Wiraswasta 41 41,40
4 Petani 12 12,10
5 Buruh bangunan 4 4,10
Jumlah 99 100
Sumber : Data Primer 2018

Tabel 4.2 menunjukkan bahwa dari 99 responden diketahui

bahwa jenis pekerjaan kepala keluarganya terbanyak adalah

wiraswasta sebanyak 41 orang (41,40%) sedangkan yang terendah

adalah buruh bangunan dan pegawai swasta masing-masing

sebanyak 4 orang (4,10%) dan 8 orang (8, 10%).

c. Jumlah Anggota Keluarga

Distribusi rumah tangga berdasarkan jumlah anggota keluarga

dapat dilihat dari tabel 4.3.


83

Tabel 4.3
Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga

No Jumlah Anggota Keluarga N %

1 1 orang 4 4.0
2 2 orang 11 11.1
3 3 orang 22 22.2
4 4 orang 22 22.2
5 5 orang 23 23.2
6 6 orang 7 7.1
7 7 orang 5 5.1
8 8 orang 2 2.0
9 10 orang 2 2.0
10 11 orang 1 1.0
Jumlah 99 100
Sumber : Data Primer 2018

Tabel 4.3 menunjukkan bahwa dari 99 responden diketahui

bahwa jumlah anggota keluarga bervariasi mulai dari 1 orang sampai

11 orang. Jumlah anggota keluarga 3-5 orang merupakan frekwensi

paling besar yaitu sebanyak 22-23 keluarga. Jumlah anggota

keluarga 8-11 orang hanya dimiliki oleh 1-2 keluarga saja.

d. Pendidikan Terakhir Kepala Keluarga.

Distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan terakhir

kepala keluarga dapat dilihat dari tabel 4.4.


84

Tabel 4.4
Distribusi Responden Menurut Pendidikan Terahir Kepala Keluarga

No Pendidikan terakhir n %

1 Tidak tamat SD 1 1.00


2 SD 12 12,10
3 SMP 12 12,10
4 SMA 45 45,50
5 Perguruan tinggi 29 29,30
Jumlah 99 100
Sumber : Data Primer 2018

Tabel 4.4 menunjukkan bahwa dari 99 responden diketahui

paling banyak responden yang memiliki kepala keluarga dengan

pendidikan terakhir tamat SMA yakni 45 orang (45,50%) dan paling

sedikit tidak tamat SD yakni hanya 1 orang (1,00%).

e. Pendapatan Kepala Keluarga per Bulan

Distribusi responden berdasarkan pendapatan kepala keluarga

perbulan dapat dilihat pada tabel 4.5.

Tabel 4.5
Distribusi Responden Berdasarkan Pendapatan KK perbulan

No Pendapatan N %

1 < 1,5 juta 31 31,3


2 1,5 juta – 2,5 juta 28 28,3
3 > 2,5 juta 40 40,4
Jumlah 99 100
Sumber : Data Primer 2018
85

Tabel 4.5 menunjukkan bahwa dari 99 responden diketahui

paling banyak responden dengan penghasilan kepala keluarga > 2,5

juta perbulan sebanyak 40 responden (40,4%), sedangkan

penghasilan 1,5 juta-2,5 juta perbulan sebanyak 20 responden

(28,3%).

f. Pengelolaan Sampah

Berdasarkan hasil survey yang dilakukan terhadap responden

menunjukkan bahwa dari 99 responden diketahui bahwa seluruh

responden tidak melakukan pemilahan terhadap sampah yang

dibuang ke tong sampah (TPS).

g. Pengangkutan Sampah.

Berdasarkan hasil survey yang dilakukan terhadap responden

menunjukkan bahwa dari 99 responden diketahui bahwa seluruh

sampah responden diangkut oleh petugas setiap hari.

3. Produksi dan Komposisi Sampah Rumah Tangga

a. Produksi Sampah Rumah Tangga

Berdasarkan hasil pengukuran di lokasi penelitian, tingkat

produksi sampah rumah tangga di Kota Masamba dapat dilihat pada

tabel 4.6.
86

Tabel 4.6
Rata-rata Produksi Sampah dari Rumah Tangga di Kota
Masamba

No Produksi Sampah kg/hari m3/hari

1 Total Produksi sampah 205,37 0,82


2 Per Rumah Tangga 2,07 0,0083
3 Per Jiwa 0,49 0,002
Sumber : Data Primer 2018

Tabel 4.6 menunjukkan bahwa rata-rata produksi sampah

rumah tangga di Kota Masamba sebesar 2,07 kg/hari atau sebesar

0,0083 m3/hari (8,3 liter/hari). Produksi sampah per jiwa sebesar

0,49 kg/orang/hari atau sebesar 0,002 m3/orang/hari

(2 liter/orang/hari).

b. Komposisi Sampah Rumah Tangga

Berdasarkan hasil pengukuran dilapangan diketahui komposisi

sampah rumah tangga yang dapat dilihat pada tabel 4.7.

Tabel 4.7
Komposisi Sampah dari Rumah Tangga Berdasarkan
Sumbernya di Kota Masamba

No Komposisi Sampah Kg m3

1 Organik 1,67 0,0067


2 Anorganik 0,40 0,0016
Total 2,07 0,0083
Sumber : Data Primer 2018
87

Berdasarkan tabel 4.7 diketahui bahwa rata-rata produksi

sampah yang bersumber dari rumah tangga sebesar 2,07 kg

(0,0082 m3). Komposisi sampah organik sebanyak 1,67 kg

(0,0067 m3) sedangkan sampah anorganik sebanyak 0,40 kg

(0,0016 m3). Proposi komposisi sampah organik dan sampah

anorganik yang bersumber dari rumah tangga disajikan dalam

gambar 7.

19,29

Sampah Organik
Sampah Anorganik

80,71

Gambar 7. Komposisi Sampah Rumah Tangga Menurut Sumber di


Kota Masamba Tahun 2018

Secara rinci komposisi sampah rumah tangga Kota Masamba

disajikan pada tabel 4.8.


88

Tabel 4.8
Komposisi Sampah Rumah Tangga Menurut Jenisnya
Di Kota Masamba Tahun 2018

No Komposisi Sampah kg m3

1 Sampah basah 78,92 0,32


2 Sampah kebun/taman 86,83 0,34
3 Kertas 6,56 0,03
4 Plastik 14,48 0,06
5 Logam 0,91 0,004
6 Kaca 2,10 0,008
7 Kain 1,06 0,004
8 Karet 0,37 0,001
9 Lainnya 14,14 0,057
Total 205,37 0,82
Sumber : Data Primer 2018

Tabel 4.8 menunjukkan bahwa komposisi sampah rumah tangga

Kota Masamba didominasi oleh sampah basah dan sampah kebun

(sampah organik) yaitu masing-masing sebanyak 78,92 kg (0,32 m3)

untuk sampah basah dan 86,83 kg (0,34 m3) sampah kebun/taman.

Untuk sampah anorganik, sampah didominasi oleh sampah plastik

sebesar 14,48 kg (0,06 m3)). Sedangkan sampah yang proporsinya paling

sedikit adalah sampah karet 0,37 kg (0,001 m3) dan sampah logam

sebanyak 0,91 kg (0,04 m3). Proporsi komposisi sampah Kota Masamba

yang bersumber dari rumah tangga disajikan pada gambar 8.


89

0.52 0.18 6.88


1.02 Sampah basah
0.44 Sampah kebun/taman
7.05
3.19 38.43 Kertas
Plastik
Logam
42.28 Kaca
Kain
Karet
Sampah lainnya

Gambar 8. Komposisi Sampah Rumah Tangga Menurut Jenisnya di


Kota Masamba Tahun 2018

Jumlah sampah anorganik yang berpotensi dikelola di bank

sampah disajikan pada tabel 4.9.

Tabel 4.9
Komposisi Sampah Rumah Tangga yang Berpotensi
di Bank Sampahkan

No Komposisi Sampah kg m3

1 Plastik 6,036 0,0241


2 Kertas 6,01 0,0240
3 Botol Kaca 0,75 0,003
4 Logam 0,91 0,0036

Total 13,706 0,055


Sumber: Data Primer 2018

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa sampah anorganik yang

bisa di daur ulang dan memiliki nilai ekonomis atau berpotensi di bank
90

sampahkan sebanyak 13,71 kg (0,055 m3). Jika dilihat dari total sampah

anorganik (39,62 kg/0,16 m3), maka proporsi yang bisa di bank

sampahkan dari sampah anorganik rumah tangga sebesar 35 %.

4. Analisis Model

Sebelum melakukan analisis model terlebih dahulu dilakukan

validasi model. Validasi dilakukan dengan mengevaluasi proses model

simulasi untuk menentukan apakah hasil simulasi dapat diterima dan

mewakili sistem nyata atau tidak. Validasi model dilakukan untuk

meyakinkan bahwa model telah memenuhi tujuan pembuatan model

secara menyeluruh dan dapat merepresentasikan sistem nyata. Menurut

Barlas, 1996 dalam Agustia (2014), proses validasi dalam model dapat

dilakukan dengan menggunakan melalui metode white box. Metode white

box dilakukan dengan melihat struktur model serta melihat keterkaitan

antar variabel di dalam model yang didapatkan dari literatur dan pendapat

ahli. Adapun proses validasi dengan metode white box yang dilakukan

yaitu :

1. Uji Struktur Model (Model Structure Test)

Uji struktur model dilakukan untuk melihat apakah struktur

model sudah sesuai dengan sistem nyata. Setiap faktor penting

dalam sistem nyata harus dapat direpresentasikan dalam model.

Pengujian struktur model pada penelitian ini dilakukan dengan studi


91

literatur untuk memahami konsep maupun kondisi aktual dari sistem

pengelolaan sampah secara umum. Peneliti melakukan penelitian

langsung ke lapangan untuk membandingkan kondisi lapangan

dengan sistem ideal. Model pengelolaan sampah untuk melihat

tingkat reduksi sampah sudah sesuai dengan kondisi yang ada di

lokasi penelitian. Variabel jumlah penduduk merupakan variabel yang

diperoleh di lokasi penelitian. Selain itu tingkat produksi sampah per

rumah tangga merupakan variabel yang diukur langsung dilapangan

untuk digunakan dalam analisa model. Oleh karena itu model sudah

valid secara kualitatif.

2. Uji Parameter Model (Model Parameter Test)

Uji parameter model dilakukan dengan melihat dua variabel

yang saling berhubungan, serta membandingkan hasil logika aktual

dengan hasil simulasi. Pada model pengelolaan sampah kota yang

bersumber dari rumah tangga di Kota Masamba ini, digunakan

variabel jumlah penduduk dan variabel timbulan sampah rumah

tangga yang memiliki hubungan causal loops positif. Jumlah

penduduk akan berpengaruh terhadap jumlah timbulan sampah yang

dihasilkan. Logika ini kemudian dibandingkan dengan hasil simulasi.

Hasil simulasi disajikan dalam bentuk grafik hasil simulasi model.


92

Adapun hasil perbandingan antara jumlah penduduk dan

timbulan sampah rumah tangga di Kota Masamba selama periode

simulasi disajikan pada gambar 9.


2. Timbulan sampah RT ( m3)
1. Jumlah penduduk (Jiwa)

Gambar 9. Hasil Uji Parameter Model

Hasil uji parameter menunjukkan pola grafik yang identik yaitu

semakin meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini berarti jumlah

sampah akan meningkat jika jumlah penduduk meningkat.

Berdasarkan hasil uji parameter simulasi model sudah berjalan

sesuai dengan logika aktual, yaitu ketika jumlah penduduk naik, maka

jumlah timbulan sampah juga semakin naik, dan berlaku sebaliknya.

Apabila simulasi model sudah berjalan sesuai dengan logika aktual

maka model dinyatakan valid.


93

Setelah model dinyatakan valid maka selanjutnya dilakukan

analisis model dengan menggunakan skenario yang telah ditentukan.

Analisis dilakukan untuk melihat bagaimana timbulan dan reduksi

sampah yang bersumber dari rumah tangga baik sebelum perlakuan

maupun setelah perlakuan beberapa skenario sehingga diketahui

efektifitas skenario dalam mengurangi timbulan sampah rumah tangga di

Kota Masamba.

Analisis model menggunakan 4 simulasi skenario yaitu simulasi

kondisi eksisting (tanpa skenario), simulasi skenario bank sampah,

simulasi skenario pengomposan serta simulasi skenario gabungan antara

pengomposan dan bank sampah. Simulasi model menggunakan tiga

tingkatan simulasi yaitu pesimis, moderat dan optimis. Skenario pesimis

adalah hasil intervensi dengan skala rendah, skenario moderat adalah

hasil intervensi dengan skala menengah atau sedang dan skenario

optimis adalah hasil intervensi yang sangat maksimal.

Jangka waktu skenario yang digunakan adalah 25 tahun yakni

tahun 2018-2043. Adapun estimasi timbulan sampah rumah tangga pada

25 tahun (2018-2043) yang akan datang berdasarkan beberapa hasil

analisis model sebagai berikut :


94

1. Simulasi I

Data hasil simulasi timbulan sampah rumah tangga yang

diperoleh sampai 25 tahun yang akan datang (2018-2043) seperti

yang ditunjukkan pada tabel 4.10.

Tabel 4.10
Hasil Simulasi Timbulan Sampah Rumah Tangga di Kota
Masamba pada Kondisi Eksisting Tahun 2018 – 2043

Produksi Produksi Peningkatan Timbulan


Jumlah Timbulan
Tahun Sampah Sampah RT Timbulan Sampah
penduduk Sampah RT
Ke RT Organik Anorganik Sampah RT TPA dari RT
(jiwa) (m³/hari)
(m³/hari) (m³/hari) (%) (m³/tahun)

1 26,915 38.44 9.18 47.63 4.06 16,385.62


2 27,962 39.95 9.54 49.48 3.88 17,048.17
3 29,009 41.44 9.90 51.34 3.76 17,182.27
4 30,056 42.93 10.25 53.19 3.60 17,182.27
5 31,103 44.43 10.61 55.04 3.48 20,045.98
6 32,150 45.93 10.97 56.90 3.38 20,045.98
7 33,197 47.42 11.32 58.75 3.25 20,045.98
8 34,244 48.92 11.68 60.60 3.15 20,045.98
9 35,291 50.41 12.04 62.45 3.05 22,909.69
10 36,338 51.90 12.40 64.30 2.96 20,045.98
11 37,385 53.41 12.75 66.16 2.89 25,773.40
12 38,432 54.9 13.11 68.01 2.80 22,909.69
13 39,479 56.39 13.47 69.86 2.72 22,909.69
14 40,526 57.89 13.82 71.71 2.65 25,773.40
15 41,573 59.39 14.18 73.57 2.59 25,773.40
16 42,620 60.88 14.54 75.42 2.51 25,773.40
17 43,667 62.38 14.90 77.27 2.45 28,637.11
18 44,714 63.87 15.25 79.12 2.39 25,773.40
19 45,761 65.37 15.61 80.98 2.35 28,637.11
20 46,808 66.87 15.97 82.83 2.28 28,637.11
21 47,855 68.36 16.32 84.68 2.23 31,500.82
22 48,902 69.85 16.68 86.54 2.20 28,637.11
23 49,949 71.36 17.04 88.40 2.15 31,500.82
24 50,996 72.85 17.40 90.25 2.09 31,500.82
25 52,043 74.34 17.75 92.10 2.05 31,500.82
Rata-rata 56.40 13.47 69.86 2.84 24,247.04
Sumber : Data Terolah 2018
95

Berdasarkan tabel 4.10 diketahui bahwa timbulan sampah

rumah tangga per hari pada tahun pertama simulasi sebesar 38,44

m3 (organik) dan 9,18 m3 (anorganik). Pada kondisi eksisting, reduksi

sampah belum ada pada tingkat rumah tangga sehingga semua

timbulan sampah dari rumah tangga seluruhnya akan dibuang ke

TPS untuk selanjutnya diangkut dan dibuang ke TPA. Timbulan

sampah pada tahun ke 10 sebanyak 51,90 m3 (organik) dan

12,40 m3 (anorganik), sedangkan pada akhir simulasi, timbulan

sampah rumah tangga sebanyak 74,34 m3 (organik) dan 17,75 m3

(anorganik). Kondisi yang sama terjadi sampai akhir simulasi bahwa

semua timbulan sampah dari rumah tangga belum mengalami

reduksi dari tingkat rumah tangga.

Sedangkan timbulan sampah di TPA pada tahun pertama

simulasi sebanyak 16.385,62 m3 dan sebesar 31.500,82 m3 pada

akhir tahun simulasi. Sampah akan terakumulasi dan dibuang pada

lahan TPA.

Adapun hasil simulasi model selama 25 tahun ke depan pada

kondisi eksisting disajikan pada gambar 10.


96

1. Sampah Organik. 2 Sampah Anorganik 3 Reduksi sampah RT 4.Jumlah penduduk. 5 Timbulan sampah Rumah Tangga
Redukasi sampah di Rumah Tangga (m3)
Timbulan sampah anorganik (m3)
Timbulan sampah organik (m3)

Timbulan sampah RT (m3)


Jumlah pendudk (Jiwa)

Berdasarkan hasil survey yang dilakukan terhadap responden


1.
2.
3.
4.
5.

Gambar 10. Hasil Simulasi Timbulan dan Reduksi Sampah Kota Masamba yang
Bersumber dari Rumah Tangga Selama 25 tahun (tahun 2018-2043)

2. Simulasi II

Simulasi II merupakan simulasi untuk mengestimasi timbulan

sampah rumah tangga pada 25 tahun yang akan datang (2018-2043)

dengan menggunakan skenario bank sampah.

a. Simulasi Kondisi Pesimis

Hasil simulasi model dengan menggunakan skenario bank

sampah pada kondisi pesimis dapat dilihat pada tabel 4.11.


97

Tabel 4.11
Hasil Simulasi Reduksi Sampah Rumah Tangga di
Kota Masamba dengan Skenario Bank Sampah pada Kondisi
Pesimis Tahun 2018-2043

Timbulan Reduksi Timbulan Sampah Tingkat Timbulan Sampah


Tahun ke Sampah RT Sampah RT RT Setelah Reduksi TPA dari RT
(m³/hari) (m³/hari) Reduksi (m³/hari) (%) (m³/tahun)

1 47.63 0.20 47.42 0.42 16,356.63


2 49.48 0.74 48.74 1.50 16,982.31
3 51.34 0.51 50.83 0.99 17,203.86
4 53.19 0.59 52.59 1.11 17,196.49
5 55.04 0.32 54.72 0.58 20,064.49
6 56.90 0.16 56.74 0.28 17,190.43
7 58.75 0.81 57.94 1.38 20,051.06
8 60.60 0.83 59.77 1.37 22,933.52
9 62.45 1.13 61.32 1.81 20,068.86
10 64.30 0.55 63.75 0.86 22,943.84
11 66.16 0.72 65.44 1.09 22,926.72
12 68.01 1.11 66.90 1.63 22,930.41
13 69.86 0.18 69.68 0.26 22,940.44
14 71.71 0.20 71.51 0.28 25,781.35
15 73.57 0.82 72.75 1.11 25,779.58
16 75.42 1.02 74.40 1.35 25,796.34
17 77.27 0.16 77.11 0.21 25,802.22
18 79.12 0.68 78.45 0.86 28,644.26
19 80.98 0.25 80.73 0.31 28,656.84
20 82.83 0.76 82.07 0.92 28,644.80
21 84.68 1.17 83.51 1.38 28,658.37
22 86.54 1.05 85.48 1.21 31,536.42
23 88.4 1.60 86.80 1.81 28,666.13
24 90.25 1.50 88.75 1.66 31,547.44
25 92.10 1.02 91.08 1.11 31,544.77
Rata-rata 69.86 0.72 69.14 1.02 24,033.90

Sumber : Data Terolah 2018

Berdasarkan tabel 4.11 diketahui bahwa pada awal tahun

simulasi, timbulan sampah yang awalnya sebesar 47,63 m3

menurun menjadi 47,42 m3 atau tereduksi sebesar 0,20 m3. Pada


98

akhir tahun simulasi, tingkat reduksi sampah rumah tangga

sebesar 1,11 %.

Hasil simulasi skenario bank sampah pada kondisi pesimis

juga disajikan pada gambar 11.

Keterangan
Volume sampah (m )
3

Tahun simulasi

Gambar 11. Hasil Simulasi Skenario Bank Sampah Selama 25 tahun


pada Kondisi Pesimis
.

b. Simulasi Kondisi Moderat

Hasil simulasi model dengan menggunakan skenario bank

sampah pada kondisi moderat seperti pada tabel 4.12.


99

Tabel 4.12
Hasil Simulasi Reduksi Sampah Rumah Tangga
di Kota Masamba dengan Skenario Bank Sampah Kondisi Moderat
Tahun 2018 – 2043

Timbulan Reduksi Timbulan Sampah Tingkat Timbulan Sampah


Tahun ke Sampah RT Sampah RT RT Setelah Reduksi Reduksi TPA dari RT
(m³/hari) (m³/hari) (m³/hari) (%) (m³/tahun)

1 47.63 1.18 46.45 2.48 16,066.76


2 49.48 2.06 47.43 4.16 16,660.89
3 51.34 1.72 49.61 3.35 17,037.51
4 53.19 1.89 51.29 3.55 17,231.41
5 55.04 1.49 53.55 2.71 17,234.35
6 56.90 1.28 55.62 2.25 20,093.20
7 58.75 2.32 56.43 3.95 20,084.30
8 60.60 2.40 58.20 3.96 20,112.83
9 62.45 2.90 59.55 4.64 20,113.85
10 64.30 2.03 62.27 3.16 23,000.46
11 66.16 2.33 63.83 3.52 20,099.84
12 68.01 2.97 65.04 4.37 22,977.86
13 69.86 1.55 68.31 2.22 22,994.13
14 71.71 1.62 70.09 2.26 25,826.01
15 73.57 2.61 70.96 3.55 25,822.73
16 75.42 2.97 72.46 3.94 25,850.77
17 77.27 1.65 75.62 2.14 25,860.12
18 79.12 2.50 76.63 3.16 25,820.45
19 80.98 1.86 79.12 2.30 28,712.45
20 82.83 2.69 80.14 3.25 28,692.98
21 84.68 3.37 81.32 3.98 28,716.05
22 86.54 3.21 83.33 3.71 28,734.49
23 88.40 4.09 84.30 4.63 28,728.08
24 90.25 3.97 86.27 4.40 31,625.19
25 92.10 3.26 88.83 3.54 28,745.79
Rata-rata 69.86 2.40 67.47 3.41 23,473.70
Sumber : Data Terolah 2018

Berdasarkan tabel 4.12 diperoleh gambaran bahwa

reduksi sampah dengan menggunakan skenario bank sampah

pada kondisi moderat di awal tahun simulasi, timbulan sampah


100

yang tereduksi sebesar 1,18 m3. Pada akhir tahun simulasi,

tingkat reduksi sampah rumah tangga sebesar 3,54%.

Sedangkan timbulan sampah di TPA sebesar 16.066,76 m3 pada

tahun pertama, sedangkan pada tahun ke 25 simulasi sebesar

28.745,79 m3.

Hasil simulasi reduksi sampah rumah tangga melalui

skenario bank sampah pada kondisi moderat juga disajikan pada

gambar 12.

Keterangan
Volume sampah (m )
3

Tahun simulasi

Gambar 12. Hasil Simulasi Skenario Bank Sampah Selama 25 tahun


pada Kondisi Moderat
.

c. Simulasi Kondisi Optimis

Hasil simulasi model dengan menggunakan skenario bank

sampah pada kondisi optimis seperti pada tabel 4.13.


101

Tabel 4.13
Hasil Simulasi Reduksi Sampah Rumah Tangga di Kota Masamba
dengan Skenario Bank Sampah Kondisi Optimis Tahun 2018 – 2043

Timbulan Reduksi Timbulan Sampah Tingkat Timbulan


Tahun ke Sampah Sampah RT RT Setelah Reduksi Sampah TPA dari
RT (m³/hari) (m³/hari) Reduksi (m³/hari) (%) RT (m³/tahun)

1 47.63 2.50 45.13 5.25 15,631.96


2 49.48 3.13 46.36 6.33 16,228.34
3 51.34 2.98 48.35 5.80 16,685.85
4 53.19 3.16 50.03 5.94 17,269.47
5 55.04 2.97 52.07 5.40 17,271.51
6 56.90 2.90 54.00 5.10 17,263.25
7 58.75 3.64 55.11 6.20 20,135.16
8 60.60 3.75 56.85 6.19 20,153.37
9 62.45 4.14 58.31 6.63 20,154.77
10 64.30 3.65 60.65 5.68 20,162.61
11 66.16 3.91 62.25 5.91 23,025.16
12 68.01 4.39 63.62 6.45 23,028.04
13 69.86 3.54 66.32 5.07 23,039.49
14 71.71 3.66 68.05 5.10 23,010.97
15 73.57 4.36 69.21 5.93 23,011.12
16 75.42 4.66 70.76 6.18 25,905.21
17 77.27 3.88 73.39 5.02 25,912.55
18 79.12 4.49 74.63 5.67 25,886.90
19 80.98 4.15 76.83 5.12 25,900.20
20 82.83 4.75 78.08 5.73 28,765.73
21 84.68 5.25 79.43 6.20 28,779.75
22 86.54 5.22 81.31 6.03 28,792.60
23 88.40 5.86 82.54 6.63 28,788.56
24 90.25 5.85 84.40 6.48 28,803.78
25 92.10 5.46 86.64 5.93 31,680.71
Rata-rata 69.86 4.09 65.77 5.84 23,011.48

Sumber : Data Terolah 2018

Berdasarkan tabel 4.13 diketahui bahwa rata-rata tingkat

reduksi sampah pada skenario bank sampah dengan kondisi

optimis adalah sebesar 5,84%. Pada awal tahun simulasi,


102

timbulan sampah tereduksi sebesar 2,50 m3. Pada akhir tahun

simulasi, tingkat reduksi sampah pada tingkat rumah tangga

sebesar 5,93 %. Timbulan sampah di TPA sebesar 15.631,96 m3

pada tahun pertama, meningkat menjadi 31.680,71 m3 pada

tahun ke 25. Hasil simulasi skenario bank sampah pada kondisi

optimis juga disajikan pada gambar 13.

Keterangan
Volume sampah (m )
3

Tahun simulasi

Gambar 13. Hasil Simulasi Skenario Bank Sampah Selama 25 tahun


pada Kondisi Optimis
.

3. Simulasi III

Simulasi III merupakan simulasi untuk mengestimasi timbulan

sampah rumah tangga dengan skenario pengomposan.

a. Simulasi Kondisi Pesimis

Hasil simulasi model pada skenario pengomposan pada

kondisi pesimis disajikan pada tabel 4.14.


103

Tabel 4.14
Hasil Simulasi Reduksi Sampah Rumah Tangga di Kota
Masamba dengan Skenario Pengomposan Kondisi Pesimis
Tahun 2018 – 2043

Timbulan Reduksi Timbulan Sampah Tingkat Timbulan


Tahun ke Sampah RT Sampah RT RT Setelah Reduksi Reduksi Sampah TPA dari
(m³/hari) (m³/hari) (m³/hari) (%) RT (m³/tahun)

1 47.63 5.11 42.52 10.73 15,036.90


2 49.48 11.54 37.94 23.32 15,183.50
3 51.34 8.90 42.44 17.34 13,501.50
4 53.19 10.01 43.17 18.82 15,129.39
5 55.04 6.87 48.16 12.48 15,384.51
6 56.90 5.13 51.76 9.02 17,134.06
7 58.75 12.79 45.96 21.77 17,148.73
8 60.60 13.20 47.40 21.78 17,093.03
9 62.45 16.82 45.63 26.93 17,088.40
10 64.3 10.17 54.13 15.82 16,671.46
11 66.16 12.28 53.88 18.56 17,118.83
12 68.01 16.89 51.12 24.83 19,957.82
13 69.86 6.13 63.73 8.77 17,073.26
14 71.71 6.56 65.15 9.15 22,856.13
15 73.57 13.80 59.77 18.76 25,721.49
16 75.42 16.30 59.12 21.61 19,954.99
17 77.27 6.36 70.92 8.23 19,938.38
18 79.12 12.51 66.61 15.81 25,719.74
19 80.98 7.63 73.35 9.42 25,681.59
20 82.83 13.67 69.17 16.50 25,720.48
21 84.68 18.57 66.11 21.93 22,821.77
22 86.54 17.27 69.26 19.96 25,635.21
23 88.4 23.73 64.66 26.84 22,797.24
24 90.25 22.70 67.55 25.15 22,749.12
25 92.10 17.23 74.87 18.71 25,602.21
Rata rata 69.86 12.49 57.38 17.69 19,948.79
Sumber : Data Terolah 2018

Berdasarkan tabel 4.14 diketahui bahwa rata-rata tingkat

reduksi reduksi sampah pada skenario pengomposan dengan

kondisi pesimis adalah sebesar 17,69%. Pada awal tahun


104

simulasi, sampah rumah tangga yang tereduksi sebesar 5,11 m3.

Pada akhir tahun simulasi, tingkat reduksi sampah pada skenario

ini sebesar 18,71%. Timbulan sampah yang bersumber dari

rumah tangga di TPA pada tahun ke 25 sebesar 25.602,21 m3 .

Hasil simulasi skenario pengomposan pada kondisi

pesimis juga disajikan pada gambar 14.

Keterangan
Volume sampah (m )
3

Tahun simulasi

Gambar 14. Hasil Simulasi Skenario Pengomposan Selama 25 tahun


pada Kondisi Pesimis
.

b. Simulasi Kondisi Moderat

Hasil simulasi model dengan menggunakan skenario

pengomposan pada kondisi moderat dapat dilihat pada

tabel 4.15.
105

Tabel 4.15
Hasil Simulasi Reduksi Sampah Rumah Tangga di Kota
Masamba dengan Skenario Pengomposan Kondisi Moderat
Tahun 2018 – 2043

Timbulan
Timbulan Reduksi Tingkat Timbulan Sampah
Sampah RT
Tahun ke Sampah RT Sampah RT Reduksi TPA dari RT
Setelah Reduksi
(m³/hari) (m³/hari) (%) (m³/tahun)
(m³/hari)
1 47.63 15.05 32.57 31.60 11,530.30
2 49.48 21.62 27.86 43.69 11,553.57
3 51.34 19.48 31.86 37.94 9,820.85
4 53.19 20.95 32.24 39.39 11,266.16
5 55.04 18.33 36.71 33.30 11,393.61
6 56.90 17.05 39.84 29.96 13,011.40
7 58.75 24.80 33.95 42.21 14,142.61
8 60.60 25.58 35.01 42.21 11,977.96
9 62.45 29.46 32.99 47.17 12,353.49
10 64.30 23.46 40.84 36.49 11,602.99
11 66.16 25.88 40.28 39.12 14,453.07
12 68.01 30.71 37.30 45.16 14,235.12
13 69.86 20.77 49.09 29.73 13,135.06
14 71.71 21.58 50.13 30.09 17,039.38
15 73.57 28.93 44.64 39.32 17,036.91
16 75.42 31.72 43.70 42.06 16,919.63
17 77.27 22.57 54.70 29.21 15,418.90
18 79.12 28.87 50.25 36.49 17,042.91
19 80.98 24.58 56.40 30.35 19,827.11
20 82.83 30.77 52.06 37.15 19,873.45
21 84.68 35.88 48.81 42.37 16,983.96
22 86.54 35.02 51.51 40.47 16,939.00
23 88.40 41.62 46.77 47.08 19,776.38
24 90.25 41.02 49.23 45.45 16,884.22
25 92.10 36.17 55.93 39.27 16,900.66
Rata rata 69.86 26.87 42.99 38.29 14,844.75
Sumber : Data Terolah 2018

Berdasarkan tabel 4.15 diperoleh gambaran bahwa reduksi

sampah pada skenario pengomposan dengan kondisi moderat pada


106

awal tahun simulasi, sampah rumah tangga tereduksi sebesar

15,05 m3. Pada akhir tahun simulasi, tingkat reduksi sampah rumah

tangga sebesar 39,27%. Sedangkan timbulan sampah di TPA yang

bersumber dari rumah tangga pada awal tahun simulasi sebanyak

11.530,30 m3. Pada tahun ke 25. timbulan sampah di TPA menjadi

16.900,66 m3 . Hasil simulasi skenario pengomposan pada kondisi

moderat disajikan pada gambar 15.

Keterangan
Volume sampah (m )
3

Tahun simulasi

Gambar 15. Hasil Simulasi Skenario Pengomposan Selama 25 tahun


pada Kondisi Moderat
.

c. Simulasi Kondisi Optimis

Hasil simulasi model dengan menggunakan skenario

pengomposan pada kondisi optimis seperti digambarkan pada

tabel 4.16
107

Tabel 4.16
Hasil Simulasi Reduksi Sampah Rumah Tangga di Kota Masamba
dengan Skenario Pengomposan Kondisi Optimis
Tahun 2018 – 2043

Timbulan Timbulan
Timbulan Reduksi Tingkat
Sampah RT Sampah TPA
Tahun ke Sampah RT Sampah RT Reduksi
Setelah Reduksi dari RT
(m³/hari) (m³/hari) (%)
(m³/hari) (m³/tahun)
1 47.63 27.92 19.70 58.62 6,944.74
2 49.48 34.00 15.49 68.71 6,856.42
3 51.34 32.81 18.53 63.91 5,304.29
4 53.19 34.63 18.56 65.11 6,401.01
5 55.04 33.04 21.99 60.03 6,399.50
6 56.9 32.58 24.31 57.26 7,639.95
7 58.75 39.63 19.11 67.46 8,474.43
8 60.60 40.89 19.71 67.48 6,562.84
9 62.45 44.71 17.74 71.59 6,768.07
10 64.30 40.31 23.99 62.69 6,034.94
11 66.16 42.93 23.23 64.89 8,302.30
12 68.01 47.55 20.46 69.92 8,012.48
13 69.86 39.87 30.00 57.07 6,988.05
14 71.71 41.14 30.57 57.37 10,456.78
15 73.57 47.86 25.71 65.05 10,654.00
16 75.42 50.79 24.63 67.34 8,865.54
17 77.27 43.76 33.51 56.63 8,459.91
18 79.12 49.61 29.52 62.70 11,688.56
19 80.98 46.63 34.35 57.58 10,216.72
20 82.83 52.39 30.44 63.25 11,967.52
21 84.68 57.24 27.44 67.60 10,529.47
22 86.54 57.13 29.41 66.02 9,420.93
23 88.40 63.23 25.17 71.53 10,125.54
24 90.25 63.32 26.92 70.16 8,564.45
25 92.10 59.87 32.22 65.01 9,191.92
Rata rata 69.86 44.95 24.91 64.20 8,433.21
Sumber : Data Terolah 2018

Berdasarkan tabel 4.16 diketahui bahwa rata-rata tingkat

reduksi sampah pada skenario pengomposan dengan kondisi


108

optimis adalah sebesar 64,20%. Pada awal tahun simulasi,

sampah yang tereduksi sebesar 27,92 m3. Pada akhir tahun

simulasi, tingkat reduksi sampah pada skenario ini sebesar

59,87 m3.

Timbulan sampah di TPA pada tahun ke 10 sebesar

6.034,94 m3 . sedangkan pada akhir tahun simulasi (tahun ke 25)

timbulan sampah sebesar 9.191,92 m3 . Hasil simulasi skenario

pengomposan pada kondisi optimis disajikan pada gambar 16.

Keterangan
Volume sampah (m )
3

Tahun simulasi
Gambar 16. Hasil Simulasi Skenario Pengomposan Selama 25 tahun
pada Kondisi Optimis
.

4. Simulasi IV (gabungan skenario II dan III)

a. Simulasi Kondisi Pesimis

Hasil simulasi model dengan menggunakan skenario

gabungan pada kondisi pesimis seperti pada tabel 4.17


109

Tabel 4.17
Hasil Simulasi Reduksi Sampah Rumah Tangga di Kota Masamba
dengan Skenario Gabungan pada Kondisi Pesimis
Tahun 2018 – 2043

Timbulan Timbulan
Timbulan Reduksi Tingkat
Sampah RT Sampah TPA
Tahun ke Sampah RT Sampah RT Reduksi
Setelah Reduksi dari RT
(m³/hari) (m³/hari) (%)
(m³/hari) (m³/tahun)
1 47.63 5.31 42.32 11.15 15,007.91
2 49.48 12.28 37.20 24.82 15,117.64
3 51.34 9.40 41.93 18.31 13,257.06
4 53.19 10.61 42.58 19.95 14,962.70
5 55.04 7.19 47.85 13.06 15,189.34
6 56.90 5.29 51.61 9.30 17,088.55
7 58.75 13.60 45.15 23.15 17,152.95
8 60.60 14.03 46.57 23.15 17,114.85
9 62.45 17.95 44.50 28.74 16,872.03
10 64.30 10.72 53.58 16.67 15,842.77
11 66.16 13.00 53.16 19.65 17,132.74
12 68.01 18.01 50.00 26.48 19,978.47
13 69.86 6.30 63.56 9.02 17,100.88
14 71.71 6.77 64.94 9.44 22,866.63
15 73.57 14.62 58.95 19.87 22,869.91
16 75.42 17.33 58.09 22.98 22,833.64
17 77.27 6.52 70.76 8.44 19,964.52
18 79.12 13.19 65.94 16.67 25,730.64
19 80.98 7.88 73.10 9.73 22,844.11
20 82.83 14.43 68.41 17.42 25,726.68
21 84.68 19.75 64.94 23.32 25,697.50
22 86.54 18.32 68.21 21.17 22,815.14
23 88.40 25.33 63.06 28.65 22,824.53
24 90.25 24.19 66.05 26.80 22,790.98
25 92.10 18.25 73.85 19.82 22,797.30
Rata rata 69.86 13.21 56.65 18.71 19,663.18
Sumber : Data Terolah 2018
110

Berdasarkan tabel 4.17 diketahui bahwa reduksi sampah

pada skenario gabungan rata-rata sebesar 18,71%. Timbulan

sampah pada akhir tahun simulasi berkurang dari 92,10 m3

menjadi 73,85 m3. Timbulan sampah yang berasal dari rumah

tangga di TPA pada awal tahun simulasi sebanyak 15.007,91 m3,

sedangkan pada akhir tahun simulasi menjadi 22.797,30 m3.

Hasil simulasi skenario gabungan pada kondisi pesimis juga

disajikan pada gambar 17.

Keterangan
Volume sampah (m )
3

Tahun simulasi

Gambar 17. Hasil Simulasi Skenario Gabungan Selama 25 tahun pada


Kondisi Pesimis.
.

b. Simulasi Kondisi Moderat

Hasil simulasi model dengan menggunakan skenario

gabungan pada kondisi moderat seperti pada tabel 4.18.


111

Tabel 4.18
Hasil Simulasi Reduksi Sampah Rumah Tangga di Kota
Masamba dengan Skenario Gabungan pada Kondisi Moderat
Tahun 2018 – 2043

Timbulan
Timbulan Reduksi Tingkat Timbulan
Sampah RT
Tahun ke Sampah RT Sampah RT Reduksi Sampah TPA dari
Setelah Reduksi
(m³/hari) (m³/hari) (%) RT (m³/tahun)
(m³/hari)
1 47.63 16.23 31.39 34.08 11,211.44
2 49.48 23.68 25.80 47.86 11,166.28
3 51.34 21.20 30.13 41.29 9,144.66
4 53.19 22.84 30.35 42.94 10,699.83
5 55.04 19.82 35.22 36.01 10,771.91
6 56.90 18.33 38.56 32.21 12,521.19
7 58.75 27.12 31.63 46.16 13,722.55
8 60.60 27.98 32.62 46.17 11,215.17
9 62.45 32.36 30.09 51.82 11,566.43
10 64.30 25.49 38.81 39.64 10,650.49
11 66.16 28.21 37.95 42.64 13,786.56
12 68.01 33.68 34.33 49.52 13,469.61
13 69.86 22.32 47.54 31.95 12,160.29
14 71.71 23.21 48.51 32.37 16,918.75
15 73.57 31.54 42.03 42.87 17,079.34
16 75.42 34.69 40.73 46.00 15,098.28
17 77.27 24.23 53.05 31.36 14,444.76
18 79.12 31.37 47.76 39.65 17,082.68
19 80.98 26.45 54.54 32.66 17,054.95
20 82.83 33.46 49.37 40.40 19,922.53
21 84.68 39.24 45.44 46.34 17,050.57
22 86.54 38.23 48.30 44.18 17,023.20
23 88.40 45.72 42.68 51.72 17,031.04
24 90.25 44.99 45.25 49.85 15,978.14
25 92.10 39.43 52.67 42.81 16,026.88
Rata rata 69.86 29.27 40.59 41.70 14,111.90
Sumber : Data Terolah 2018

Dari tabel 4.18 diketahui bahwa pada skenario gabungan

dengan kondisi moderat, kemampuan reduksi sampah rata-rata


112

sebesar 41,70%. Timbulan sampah pada akhir tahun simulasi

berkurang dari 92,10 m3 menjadi 52,67 m3. Timbulan sampah di

TPA pada awal tahun simulasi sebanyak 11.211.44 m3 dan pada

akhir tahun simulasi sebesar 16.026.88 m3. Hasil simulasi

skenario gabungan pada kondisi moderat digambarkan pada

gambar 18.

Keterangan
Volume sampah (m )
3

Tahun simulasi

Gambar 18. Hasil Simulasi Skenario Gabungan Selama 25 tahun pada


Kondisi Moderat

c. Simulasi Kondisi Optimis


Hasil simulasi model dengan menggunakan skenario

gabungan antara bank sampah dengan pengomposan pada

kondisi optimis seperti pada tabel 4.19.


113

Tabel 4.19
Hasil Simulasi Reduksi Sampah Rumah Tangga di Kota
Masamba dengan Skenario Gabungan pada Kondisi Optimis
Tahun 2018 – 2043

Timbulan Timbulan
Timbulan Reduksi Tingkat
Sampah RT Sampah TPA
Tahun ke Sampah RT Sampah RT Reduksi
Setelah Reduksi dari RT
(m³/hari) (m³/hari) (%)
(m³/hari) (m³/tahun)
1 47.63 30.42 17.21 63.87 6,191.08
2 49.48 37.13 12.36 75.04 6,036.59
3 51.34 35.79 15.55 69.71 4,276.45
4 53.19 37.79 15.40 71.05 5,421.60
5 55.04 36.01 19.02 65.43 5,362.31
6 56.9 35.48 21.42 62.36 6,665.11
7 58.75 43.27 15.48 73.65 7,522.40
8 60.6 44.64 15.96 73.66 5,368.30
9 62.45 48.85 13.60 78.22 5,535.74
10 64.3 43.97 20.33 68.38 4,674.07
11 66.16 46.84 19.32 70.80 7,103.08
12 68.01 51.94 16.07 76.37 6,727.34
13 69.86 43.41 26.45 62.14 5,546.20
14 71.71 44.80 26.91 62.47 9,292.78
15 73.57 52.23 21.34 70.99 9,451.44
16 75.42 55.45 19.97 73.52 7,432.12
17 77.27 47.64 29.63 61.65 6,929.63
18 79.12 54.10 25.02 68.38 10,412.91
19 80.98 50.79 30.20 62.72 8,741.08
20 82.83 57.14 25.69 68.98 10,603.32
21 84.68 62.50 22.19 73.81 8,968.56
22 86.54 62.35 24.19 72.05 7,695.17
23 88.4 69.08 19.31 78.14 8,410.28
24 90.25 69.17 21.08 76.64 6,640.32
25 92.10 65.33 26.76 70.93 7,270.85
Rata rata 69.86 49.04 20.82 70.04 7,131.15
Sumber : Data Terolah 2018.
114

Berdasarkan tabel 4.19 diperoleh gambaran bahwa

reduksi sampah pada skenario gabungan dengan kondisi optimis

pada awal tahun simulasi, timbulan sampah yang awalnya

sebesar 47,63 m3 menjadi 17,21 m3 atau tereduksi sebesar

30,42 m3. Pada akhir tahun simulasi, tingkat reduksi sampah

sebesar 70,93% dari timbulan sampah rumah tangga. Sedangkan

timbulan sampah di TPA akan terus meningkat sejak tahun

pertama simulasi. Timbulan sampah TPA pada akhir tahun

simuasi sebesar 7.270,85 m3.

Hasil simulasi skenario gabungan pada kondisi optimis

juga disajikan pada gambar 19.

Keterangan
Volume sampah (m )
3

Tahun simulasi

Gambar 19. Hasil Simulasi Skenario Gabungan Selama 25 tahun pada


Kondisi Optimis
.
115

5. Kemampuan Reduksi Berdasarkan Skenario Model

Berdasarkan hasil simulasi skenario model selama 25 tahun

(tahun 2018-2043) diketahui jumlah sampah yang direduksi baik pada

skenario bank sampah maupun skenario pengomposan serta

skenario gabungan antara bank sampah dan pengomposan. Sisa

timbulan sampah yang diperoleh merupakan timbulan sampah kota

yang bersumber dari rumah tangga yang akan dikumpulkan dan

diangkut ke TPA.

Tingkat reduksi (kemampuan reduksi) skenario model

digambarkan pada gambar 20.

Keterangan
Volume sampah (m )
3

Tahun Simulasi

Gambar 20. Kemampuan Reduksi Berdasarkan Skenario Model dalam


Mengurangi Timbulan Sampah Rumah Tangga Selama 25
Tahun (tahun 2018-2043)
116

Pada gambar 20 ditampilkan jumlah timbulan sampah rumah

tangga baik pada kondisi eksisting, maupun timbulan setelah

penerapan skenario model (bank sampah, pengomposan serta

gabungan bank sampah dan pengomposan). Terlihat bagaimana

penurunan timbulan sampah rumah tangga yang terjadi apabila

skenario bisa berjalan dengan baik (kondisi optimis). Hasil simulasi

skenario bank sampah memiliki kemampuan reduksi sampah yang

jumlahnya paling kecil jika dibandingkan dengan reduksi dari simulasi

skenario pengomposan dan simulasi skenario gabungan antara

skenario bank sampah dan skenario pengomposan. Hal ini karena

proporsi sampah anorganik yang berasal dari rumah tangga memiliki

proporsi yang lebih sedikit jika dibandingkan dengan sampah organik.

Selain itu, tidak semua sampah anorganik bisa dikelola di bank

sampah.

Kemampuan reduksi timbulan sampah rumah tangga di Kota

Masamba berdasarkan hasil simulasi skenario model pada kondisi

optimis baik pada skenario bank sampah, skenario pengomposan

maupun skenario gabungan antara skenario bank sampah dan

skenario pengomposan diuraikan pada tabel 4.20.


117

Tabel 4.20
Kemampuan Reduksi Penerapan Model dalam Mereduksi
Timbulan Sampah Kota Masamba yang Bersumber dari Rumah Tangga
Tahun 2018-2043

TINGKAT REDUKSI SAMPAH RUMAH TANGGA


Timbulan
Sampah Skenario bank sampah Skenario pengomposan Skenario gabungan
Tahun ke
RT Sisa Sisa Sisa
Reduksi Reduksi Reduksi
(m³/hari) timbulan % timbulan % timbulan %
(m³/hari) (m³/hari) (m³/hari)
(m³/hari) (m³/hari) (m³/hari)
1 47.63 2.50 45.13 5.25 27.92 19.70 58.62 30.42 17.21 63.87
2 49.48 3.13 46.36 6.33 34.00 15.49 68.71 37.13 12.36 75.04
3 51.34 2.98 48.35 5.80 32.81 18.53 63.91 35.79 15.55 69.71
4 53.19 3.16 50.03 5.94 34.63 18.56 65.11 37.79 15.40 71.05
5 55.04 2.97 52.07 5.40 33.04 21.99 60.03 36.01 19.02 65.43
6 56.90 2.90 54.00 5.10 32.58 24.31 57.26 35.48 21.42 62.36
7 58.75 3.64 55.11 6.20 39.63 19.11 67.46 43.27 15.48 73.65
8 60.60 3.75 56.85 6.19 40.89 19.71 67.48 44.64 15.96 73.66
9 62.45 4.14 58.31 6.63 44.71 17.74 71.59 48.85 13.60 78.22
10 64.30 3.65 60.65 5.68 40.31 23.99 62.69 43.97 20.33 68.38
11 66.16 3.91 62.25 5.91 42.93 23.23 64.89 46.84 19.32 70.80
12 68.01 4.39 63.62 6.45 47.55 20.46 69.92 51.94 16.07 76.37
13 69.86 3.54 66.32 5.07 39.87 30.00 57.07 43.41 26.45 62.14
14 71.71 3.66 68.05 5.10 41.14 30.57 57.37 44.80 26.91 62.47
15 73.57 4.36 69.21 5.93 47.86 25.71 65.05 52.23 21.34 70.99
16 75.42 4.66 70.76 6.18 50.79 24.63 67.34 55.45 19.97 73.52
17 77.27 3.88 73.39 5.02 43.76 33.51 56.63 47.64 29.63 61.65
18 79.12 4.49 74.63 5.67 49.61 29.52 62.70 54.10 25.02 68.38
19 80.98 4.15 76.83 5.12 46.63 34.35 57.58 50.79 30.20 62.72
20 82.83 4.75 78.08 5.73 52.39 30.44 63.25 57.14 25.69 68.98
21 84.68 5.25 79.43 6.20 57.24 27.44 67.60 62.50 22.19 73.81
22 86.54 5.22 81.31 6.03 57.13 29.41 66.02 62.35 24.19 72.05
23 88.40 5.86 82.54 6.63 63.23 25.17 71.53 69.08 19.31 78.14
24 90.25 5.85 84.40 6.48 63.32 26.92 70.16 69.17 21.08 76.64
25 92.10 5.46 86.64 5.93 59.87 32.22 65.01 65.33 26.76 70.93
Rata- rata 69.86 4.09 65.77 5.84 44.95 24.91 64.20 49.04 20.82 70.04
Sumber : Data Terolah 2018
118

Berdasarkan tabel 4.20 kita mendapatkan gambaran bahwa

dari skenario model yang telah disimulasikan selama 25 tahun

diketahui bahwa skenario bank sampah pada awal tahun simulasi

mampu mereduksi sampah sebesar 2,50 m3 sampah perhari atau

sekitar 5,25 % dari total timbulan sampah. Pada akhir tahun simulasi,

kemampuan reduksi sampah melalui bank sampah sebanyak 5,46 m3

per hari atau sebesar 5,93%. Pada skenario pengomposan,

kemampuan reduksi sampah pada awal tahun simulasi sebanyak

27,92 m3 (58,62%) dari total sampah. Pada tahun ke 25 simulasi,

tingkat reduksi sampah pada skenario ini sebesar 59,87 m3 (65,01%).

Sedangkan pada skenario gabungan antara skenario bank sampah

dan skenario pengomposan, kemampuan reduksi sebesar 30,42 m3

(63,87%) pada awal tahun simulasi. Sedangkan pada akhir tahun

simulasi, kemampuan reduksi sampah pada skenario ini sebesar

65,33 m3 sampah (70,93%). Kemampuan reduksi sampah secara

rata-rata diketahui sebesar 5,84% per tahun (skenario bank sampah),

64,20% (skenario pengomposan), dan 70,04% (skenario gabungan).

B. PEMBAHASAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui timbulan dan komposisi

sampah, reduksi dan penanganan sampah yang bersumber dari rumah

tangga di Kota Masamba selama 25 tahun mendatang (tahun 2018-2043)


119

sehingga ditemukan strategi yang sesuai dalam menekan laju peningkatan

timbulan sampah rumah tangga tersebut yang akan dibuang ke TPA

berdasarkan skenario yang telah dilakukan.

1. Timbulan dan Komposisi Sampah Rumah Tangga Kota Masamba

Persoalan sampah merupakan persoalan yang dihadapi oleh

semua wilayah baik perkotaan maupun pedesaan bahkan pada wilayah

yang penduduknya miskin (Wang, 2011). Hal ini perlu mendapatkan

perhatian yang serius agar bisa ditangani dengan baik. Peningkatan

timbulan sampah akan semakin meningkat seiring dengan peningkatan

jumlah penduduk. Pengelolaan sampah merupakan suatu keharusan

yang dilakukan oleh pemerintah agar sampah tidak menjadi persoalan

yang bisa menimbulkan berbagai dampak baik secara ekonomi, sosial

apalagi kesehatan.

Timbulan sampah merupakan salah satu faktor penting dalam

pengelolaan sampah. Semakin meningkatnya timbulan sampah pada

suatu wilayah tentu akan berpengaruh pada pengelolaan sampah yang

akan dilakukan. Semakin banyak timbulan sampah maka akan

meningkatkan kebutuhan terhadap biaya untuk pengelolaan sampah

(Sufian, 2007). Oleh karena itu reduksi sampah menjadi hal yang sangat

penting agar pengelolaan sampah tidak berpotensi menimbulkan


120

persoalan dalam pelaksanaannya sehingga timbulnya berbagai dampak

negatif dari sampah bisa dicegah.

Timbulan sampah kota kecil sebagaimana disebutkan dalam SNI

19-3983-1995 adalah 0,625 kg/orang/hari atau setara dengan 2,5

liter/orang/hari. Jika mengacu pada timbulan sampah diatas maka

diketahui bahwa densitas sampah untuk kota kategori kecil adalah 0,25

kg/m3.

Keberadaan sampah tidak mungkin bisa dipisahkan dari kehidupan

manusia. Jumlah penduduk akan menentukan jumlah timbulan sampah

setiap hari serta sampah yang harus dikumpulkan dan diangkut oleh

Dinas Kebersihan. Rata-rata setiap rumah tangga di Kota Masamba

menghasilkan sampah sebanyak 2,07 kg/hari atau 0,0083 m 3/hari dengan

perbandingan sampah organik sebanyak 80,71% dan sampah anorganik

19,29%. Timbulan sampah perjiwa sebesar 0,49 kg/orang/hari atau

sebesar 0,002 m3/orang/hari (2 liter).

Jika kita perhatikan komposisi sampah anorganik di Kota

Masamba maka dapat kita ketahui bahwa sampah plastik merupakan

komponen terbesar disusul oleh sampah lainnya yang terdiri dari diapers,

stereoform, papan dan batu. Sedangkan sampah organik masih

didominasi oleh sampah kebun dan halaman berupa daun, kulit buah,

rumput dan tanaman lainnya. Dari semua komposisi sampah di Kota


121

Masamba, sampah organik merupakan komponen yang proporsinya

paling banyak.

Komposisi sampah organik di Kota Masamba merupakan

komponen sampah yang dominan jika dibandingkan dengan sampah

anorganik. Proporsi sampah organik sebesar 80,71%. Jika dibandingkan

dengan komposisi sampah organik pada berbagai wilayah, komposisi

sampah organik juga merupakan komponen sampah yang dominan. Hasil

penelitian di Tezpur india menunjukkan bahwa komposisi sampah organik

mendominasi timbulan sampah di wilayah tersebut dengan komposisi

sebanyak 72% (Saikia, 2015). Hasil penelitian ini senada dengan

penelitian Palanivel yang dilakukan di Oman, hasil penelitian

menunjukkan komposisi sampah organik sebesar 71,20% dan

merekomendasikan kegiatan pengomposan sebagai alternative dalam

pengelolaan sampah. Penelitian yang dilakukan di Tanah Datar juga

menemukan bahwa sampah organik mendominasi timbulan sampah

yakni sekitar 75,5%. Penelitian yang dilakukan di Kota Semarang juga

membuktikan bahwa sampah organik merupakan komposisi terbanyak

pada sampah kota yaitu sekitar 66,2% (Windraswara, 2017).

Berdasarkan kondisi seperti ini, pengomposan merupakan alternative

terbaik dalam upaya mereduksi timbulan sampah (Atalia, 2015).

Selain melalui pengomposan sebagai upaya mereduksi sampah,

penerapan bank sampah juga merupakan pilihan terbaik dalam


122

mereduksi sampah anorganik karena disamping mendorong kemandirian

masyarakat untuk memilah sampahnya, hasil dari bank sampah juga

memiliki nilai ekonomi yang sangat berguna bagi masyarakat. Dengan

menerapkan reduksi sampah melalui pengomposan dan bank sampah

yang merupakan cara pengelolaan sampah yang terintegrasi antara

sampah organik dan sampah anorganik. Pengelolaan sampah

terintegrasi dapat menstimulasi kreativitas dan inovasi dari masyarakat

sehingga meningkatkan kesejahteraan warga (Asteria, 2016).

Saat ini penanganan sampah di Kota Masamba merupakan

tanggung jawab Dinas Lingkungan Hidup. Belum ada upaya reduksi yang

dilakukan masyarakat sebagai produsen utama sampah dari tingkat

rumah tangga, mengakibatkan sampah akan semakin banyak yang akan

berakhir di TPA yang luasnya 9,8 ha. Selain itu pemilahan sampah

menurut jenisnya (organik dan anorganik) juga belum dilakukan pada

tingkat rumah tangga sebagai penghasil sampah. Timbulan sampah yang

dihasilkan dari rumah tangga setiap hari akan diangkut ke TPA oleh

petugas kebersihan dengan menggunakan truk sampah yang berjumlah 6

unit.

Masyarakat pada tingkat rumah tangga sebagai penghasil sampah

dapat berpartisipasi dalam mengurangi jumlah sampah, memilah sampah

dan mengolah kembali sampah menjadi barang yang berguna dan

bernilai ekonomis. Partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah


123

dapat membantu pemerintah daerah dalam mewujudkan kota yang

bersih dan sehat.

2. Penerapan Skenario Model

Berdasarkan hasil temuan, kondisi yang ada di Kota Masamba

maka disusun skenario dan melakukan simulasi berdasarkan skenario

yang dipilih berdasarkan berbagai kondisi sehingga bisa diketahui

efektifitas skenario dalam mereduksi timbulan sampah yang ada.

a. Skenario I

Skenario I merupakan skenario pada kondisi eksisting. Kondisi

berjalan sesuai dengan apa yang terjadi pada masyarakat di Kota

Masamba. Pada tingkat rumah tangga, belum ada reduksi sampah

sehingga semua sampah yang dihasilkan akan dibuang ke tempat

sampah untuk diangkut ke TPA oleh petugas kebersihan dari Dinas

Lingkungan Hidup Kabupaten Luwu Utara.

Berdasarkan hasil simulasi menunjukkan bahwa pada 25

tahun yang akan datang (tahun 2043) timbulan sampah rumah

tangga di Kota Masamba terus mengalami peningkatan dari 47,63 m 3

pada awal simuasi menjadi 92,10 m3 pada tahun ke 25. Timbulan

sampah secara terus menerus akan terakumulasi dan terkumpul di

TPA sehingga luas lahan TPA yang luasnya sebesar 9,8 ha. Semakin

meningkatnya jumlah timbulan sampah dari tahun ke tahun akan


124

berpengaruh terhadap umur pakai TPA dan dampak yang ditimbulkan

dari keberadaan TPA ini baik dampak terhadap lingkungan maupun

kesehatan.

b. Skenario II

Skenario II (bank sampah) terkait dengan ketersediaan dan

pemanfaatan bank sampah. Melalui bank sampah, masyarakat

dibiasakan untuk memilah sampah, menumbuhkan kesadaran

masyarakat mengelola sampah secara bijak agar dapat mengurangi

sampah yang diangkut ke TPA. Selain itu warga yang menyerahkan

sampah anorganiknya akan memperoleh tambahan penghasilan

karena sampah yang dikelola dibank sampah memiliki nilai secara

ekonomi.

Pada skenario bank sampah, Dinas Lingkungan Hidup

membuat bank sampah baru pada masing-masing lokasi kelurahan

dan desa pada wilayah layanan pengelolaan sampah kota. Hal ini

akan mendorong kemandirian masyarakat untuk mengumpulkan

sampah anorganiknya yang potensi dikelola di bank sampah

sehingga akan mengurangi jumlah sampah yang akan dibuang ke

TPS. Perubahan cara berpikir masyarakat mengenai pengelolaan

sampah rumah tangga untuk mengurangi sampah di sumber melalui

partisipasi warga harus di integrasikan ke dalam program bank

sampah yang berbasis masyarakat.


125

Skenario bank sampah disimulasikan pada 3 kondisi yaitu

kondisi yang mengacu pada proporsi sampah anorganik yang dibank

sampahkan. Kondisi pesimis (0-10% sampah anorganik), kondisi

moderat (11%-25% sampah anorganik) serta kondisi optimis (26%-

35% sampah anorganik). Berdasarkan hasil simulasi yang dijalankan,

kemampuan reduksi sampah melalui bank sampah (optimis) sebesar

5,84% dari total timbulan sampah yang bersumber dari rumah

tangga. Hal ini disebabkan karena tidak semua sampah anorganik

bisa dikelola di bank sampah.

Kehadiran bank sampah dapat mengurangi timbulan sampah

di Kota Masamba sebelum diangkut ke TPA (Tempat Pembuangan

Akhir). Melalui bank sampah, jumlah sampah anorganik yang dibuang

ke TPA akan semakin menurun. Selain itu, sampah anorganik yang

masih memiliki nilai jual yang sebelum skenario model dijalankan

jumlahnya masih ada, setela skenario model dilakukan maka jumlah

sampah anorganik yang masih memiliki nilai jual tentu semakin

berkurang sehingga pemulung sampah di TPA tidak mendapat lagi

sampah anorganik yang akan dijual ke pengepul. Hal ini akan

berimplikasi terhadap jumlah pemulung di TPA yang akan semakin

berkurang bahkan bisa dihilangkan. Hal lain yang terjadi akibat

skenario bank sampah yang dijalankan adalah beban TPA dari


126

sampah anorganik yang sulit terurai tentu bisa dikurangi sehingga

dampak sampah terhadap lingkungan bisa diminimalisir.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Kota Cilegon

menunjukkan bahwa pengelolaan sampah yang dilakukan dengan

bank sampah dengan simulasi skenario menambahkan jumlah bank

sampah dapat mengurangi timbulan sampah di Kota Cilegon

sebanyak 25,67 % (Wildanurrizal, 2014).

Dalam Undang-Undang No. 18 Tahun 2008 tentang

pengelolaan sampah disebutkan bahwa saat ini perlu perubahan cara

pandang masyarakat mengenai sampah dan cara memperlakukan

atau mengelola sampah. Cara pandang masyarakat pada sampah

seharusnya tidak lagi memandang sampah sebagai hasil buangan

yang tidak berguna. Sampah seharusnya dipandang sebagai suatu

yang mempunyai nilai guna dan manfaat.

Sebagai implementasi peraturan pemerintah No. 81 tahun

2012 tentang pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah

sejenis sampah rumah tangga, praktek mengolah dan manfaatkan

sampah harus menjadi langkah nyata dan mengelola sampah. Hal ini

khususnya dalam pengelolaan sampah rumah tangga berbasis

komunitas dikarenakan sumber sampah domestik perlu dikelola

secara mandiri (Mardikato, 2012).


127

Masyarakat harus meninggalkan cara lama yang hanya

membuang sampah, dengan mendidik dan membiasakan masyarakat

memilah, memilih dan menghargai sampah sekaligus

mengembangkan ekonomi kerakyatan melalui pengembangan bank

sampah (Asteria, 2016). Adaptasi bank sampah pada setiap

komunitas sangat ditentukan partisipasi warga yang juga akan

menentukan keberlanjutan bank sampah sehingga pengelolaan

berbasis komunitas menjadi perlu diperhatikan (Cecep, 2012).

Inovasi pengolahan sampah dengan program bank sampah menjadi

inovasi ditingkat akar rumput yang dapat meningkatkan pendapatan

masyarakat perkotaan.

Efektifitas bank sampah dalam mereduksi sampah anorganik

juga dibuktikan dari hasil penelitian Radityaningrum dkk yang

dilakukan pada Bank Sampah BJSC Surabaya. Melalui penelitian ini

diketahui bahwa tingkat reduksi sampah anorganik yang masuk di

bank sampah ini adalah sbesar 96,5% (Radityaningrum dkk, 2017).

c. Skenario III

Skenario III (pengomposan) yang disimulasikan dengan

adanya satu unit sarana pengomposan skala Kota Masamba. Pihak

pengompos akan mengambil sampah organik dari tiap rumah tangga

yang ada di Kota Masamba. Berdasarkan simulasi pada model

diperoleh hasil bahwa pengomposan merupakan strategi untuk


128

mengurangi timbulan sampah yang bersumber dari rumah tangga.

Jika kita melihat komposisi sampah Kota Masamba yang sebagian

besar merupakan sampah organik. Pengomposan merupakan solusi

paling efektif dalam mengurangi timbulan sampah kota apabila

komposisi sampah organiknya cukup besar (Narayana, 2009).

Berdasarkan hasil simulasi skenario pengomposan selama 25

tahun diperoleh rata-rata kemampuan reduksi sampah yang

mencapai 64,20 % pertahun, ini membuktikan bahwa pengomposan

merupakan alternatif yang bisa dilakukan untuk mengurangi timbulan

sampah rumah tangga yang diangkut ke TPA. Hal ini akan

mengurangi jumlah biaya dalam pengumpulan dan pengangkutan

sampah serta memperpanjang umur pakai TPA.

Hasil simulasi skenario pengomposan melalui tiga kondisi yaitu

kondisi pesimis, moderat dan kondisi optimis. Kondisi pesimis

merupakan tingkatan paling rendah yaitu estimasi 0-35 % sampah

organik yang dikomposkan. Simulasi kondisi moderat sebesar 36%-

70% sampah organik yang dikomposkan serta simulasi kondisi

optimis 71% -90 % sampah organik yang dikomposkan.

Berdasarkan simulasi skenario pengomposan pada kondisi

optimis yang dilakukan diperoleh hasil bahwa pada tahun pertama

simulasi, kemampuan reduksi sampah sebesar 58,62% sedangkan

pada tahun ke 25 simulasi menunjukkan kemampuan reduksi


129

sampah yang mencapai 65,01%. Rata-rata tingkat reduksi sampah

melalui pengomposan adalah 64,20%. Hal ini menunjukkan bahwa

skenario pengomposan cukup efektif dalam mereduksi timbulan

sampah yang ada. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan di

DKI Jakarta tahun 2009. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

pengelolaan sampah yang dilakukan dengan pengomposan mampu

mengurangi timbulan sampah penduduk DKI Jakarta sebesar 62.5 %

(Surjandari Isti (2009). Hasil dari pengomposan disamping untuk

memenuhi kebutuhan pupuk lahan pertanian di Kabupaten Luwu

Utara, juga bisa dijual ke tempat lain.

Upaya yang bisa dilakukan untuk mengurangi permasalahan

sampah kota adalah melakukan upaya daur ulang sampah melalui

proses pengomposan. Proses pengomposan menjadi penting karena

50-80% sampah rumah tangga merupakan bahan organik yang dapat

dijadikan kompos (Wied, 2004). Berdasarkan hasil simulasi model

melalui skenario pengomposan diketahui bahwa kemampuan reduksi

sampah rata rata sebesar 64,20%. Hal ini akan berimpilikasi terhadap

jumlah sampah yang dibuang di TPA. Jumlah sampah yang berahir di

TPA akan mengalami penurunan sehingga umur pakai TPA bisa lebih

lama. Selain itu sampah organic yang tadinya cukup banyak yang

berakhir di TPA, melalui skenario pengomposan bisa diturunkan


130

sehingga dampak sampah organik terhadap lingkungan juga bisa

dikurangi

Sampah seharusnya diperlakukan bukan sebagai barang yang

tak berguna, melainkan sebuah komoditas yang masih memiliki

manfaat jika ingin dimanfaatkan. Sampah harus dapat dimanfaatkan

sebagai bahan baku atau bahan yang berguna lainnya. Pengelolaan

sampah harus dilakukan dengan efisien dan efektif yaitu mulai pada

tingkat rumah tangga atau sedekat mungkin dengan sumbernya

sehingga jumlah timbulan sampah dapat dikurangi.

Pengomposan merupakan proses daur ulang alamiah,

sehingga mengembalikan bahan organik ke dalam siklus biologisnya.

Selain itu dengan adanya pengomposan maka tumpukkan sampah

organik akan berkurang, sehingga lingkungan menjadi bersih, sehat

dan mengurangi pencemaran. Dari aspek sosial, membuka lapangan

pekerjaan dan menjadi objek pembelajaran bagi masyarakat.

Sampah jika semakin menumpuk dan mengalami

pembusukkan menghasilkan gas metana (gas rumah kaca). Metana

(CH4) adalah gas rumah kaca yang memicu terjadinya pemanasan

global. Oleh karena itu dengan pembuatan kompos melalui

pemanfaatan sampah maka pelepasan gas metana dari sampah

organik yang membusuk akibat bakteri metanogen di tempat

pembuangan sampah bisa diatasi dan pemanasan global pun dapat


131

dicegah (Chalik, 2011). Selain itu melalui pengomposan, usaha

reklamasi lahan bekas galian tambang mengalami degradasi dapat

dilakukan. Karena pemberian pupuk kompos sedikit demi sedikit

dapat memperbaiki lahan kritis yang ada. Lahan yang tanahnya rusak

karena penggunaan bahan kimia seperti pupuk kompos dan

mengembalikan unsur hara yang ada sebelumnya serta memperbaiki

struktur tanah (Cecep, 2012).

Pupuk kompos akan menyediakan bahan organik bagi tanah.

Peran bahan organik terhadap sifat fisik tanah diantaranya

merangsang kemampuan menahan air. Peran bahan organik

terhadap sifat biologi tanah adalah meningkatkan aktivitas

mikroorganisme yang berperan pada fiksasi nitrogen dan transfer

hara. Peran bahan organik terhadap sifat kimia tanah adalah

meningkatkan kapasitas tukar kation sehingga mempengaruhi

serapan unsur hara oleh tanaman (Damanhuri, 2010).

d. Skenario IV.

Skenario IV merupakan skenario gabungan antara skenario II

dan III yaitu skenario bank sampah dan skenario pengomposan. Hasil

simulasi menunjukan bahwa timbulan sampah mengalami penurunan

ketika skenario gabungan ini dijalankan. Pada tahun ke 10 timbulan

sampah rumah tangga mengalami penurunan sebanyak 68,38%

yang awalnya sebesar 64,30 m3/hari menjadi 20,33 m3/hari.


132

Sedangkan pada tahun ke 25 mengalami penurunan timbulan

sampah rumah tangga sebanyak 70,93% yang awalnya timbulan

sampah sebesar 92,10 m3/hari setelah diterapkan skenario

gabungan menjadi 26,76 m3/hari.

Jika skenario gabungan antara skenario bank sampah dan

skenario pengomposan dijalankan secara bersamaan, maka jumlah

sampah yang diangkut ke TPA menjadi berkurang setiap hari

sehingga akan mengurangi biaya pengelolaan sampah kota serta

akan memperpanjang usia TPA di Kota Masamba, serta potensi

dampak sampah baik terhadap lingkungan maupun kesehatan bisa

dikurangi.

Sampah bila tidak dikelola dengan baik akan memberikan efek

terhadap kesehatan maupun lingkungan. Pengelolaan sampah yang

buruk di negara-negara berkembang merupakan ancaman besar

terhadap kesehatan masyarakat dan kualitas lingkungan, dan akan

mengurangi kualitas hidup, terutama pada penduduk miskin di daerah

perkotaan (Wang, 2011). Dari aspek kesehatan, lokasi dan

pengelolaan sampah yang kurang memadai (pembuangan sampah

yang tidak terkontrol) merupakan tempat yang cocok bagi beberapa

organisme dan menarik bagi hewan seperti lalat yang dapat

menimbulkan penyakit. Potensi penyakit yang dapat ditimbulkan


133

adalah diare, kolera, tifus dan penyakit demam berdarah (Kenzie,

2006).

Sampah juga akan memberi dampak terhadap lingkungan

yaitu jika cairan rembesan sampah yang masuk ke dalam drainase

atau sungai akan mencemari badan air. Berbagai organisme

termasuk ikan akan mati sehingga beberapa spesies akan lenyap, hal

ini mengakibatkan berubahnya ekosistem perairan biologis.

Penguraian sampah yang dibuang ke dalam air akan menghasilkan

asam organik dan gas cair organik, seperti metana. Selain berbau

kurang sedap, gas ini dalam konsentrasi tinggi dapat meledak

(Sejati, 2009).

C. Keterbatasan Penelitian

Berdasarkan pengamatan peneliti, bahwa penelitian ini memiliki

beberapa keterbatasan, yaitu sebagai berikut :

1. Data series timbulan sampah yang diperoleh dari instansi terkait

merupakan data estimasi / data prediksi sehingga data tersebut tidak bisa

digunakan untuk memvalidasi hasil model secara kuantitatif.

2. Timbulan sampah non rumah tangga belum dimasukkan dalam struktur

model karena peneliti tidak dilakukan pengukuran pada komponen

tersebut.
134

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

1. Timbulan sampah yang berasal dari rumah tangga di Kota Masamba

adalah 2,07 kg/rumah/hari atau setara dengan 0,0083 m3/rumah/hari

dengan komposisi 1,67 kg (0,0067 m3) sampah organik dan 0,40 kg

(0,0016 m3) sampah anorganik.

2. Estimasi timbulan sampah rumah tangga di Kota Masamba pada tahun

2018-2043 berdasarkan kondisi eksisting adalah sebesar 47,63 m3/hari

pada tahun pertama simulasi dan terus meningkat menjadi 92,10 m3/hari

pada tahun ke 25 simulasi serta belum ada reduksi sampah pada tingkat

rumah tangga.

3. Estimasi rata-rata reduksi sampah rumah tangga di Kota Masamba

berdasarkan hasil simulasi model dinamis selama 25 tahun (2018-2043)

dengan skenario bank sampah adalah 0,72 m3/hari pada simulasi kondisi

pesimis, 2,40 m3/hari pada kondisi moderat dan 4,09 m3/hari pada

simulasi kondisi optimis.

4. Estimasi rata-rata reduksi sampah rumah tangga di Kota Masamba

berdasarkan hasil simulasi model dinamis selama 25 tahun (2018-2043)

dengan skenario pengomposan adalah sebesar 12,49 m3/hari pada


135

simulasi kondisi pesimis, 26,87 m3/hari pada kondisi moderat dan 44,95

m3/hari pada simulasi kondisi optimis.

5. Estimasi reduksi sampah rumah tangga di Kota Masamba berdasarkan

hasil simulasi model dinamis selama 25 tahun (2018-2043) dengan

skenario gabungan adalah sebesar 13,21 m3/hari pada simulasi kondisi

pesimis, 29,27 m3/hari pada kondisi moderat dan 49,04 m3/hari pada

simulasi kondisi optimis.

6. Rata-rata tingkat reduksi sampah rumah tangga berdasarkan hasil

simulasi skenario model (kondisi optimis) adalah sebesar 5,84% per

tahun (skenario bank sampah), 64,20% (skenario pengomposan), dan

70,04% (skenario gabungan).

B. SARAN

Beberapa saran yang direkomendasikan untuk penelitian ini adalah

1. Bagi Pemerintah Daerah atau instansi terkait melakukan upaya

pengendalian untuk menekan laju peningkatan timbulan sampah rumah

tangga di Kota Masamba.

2. Masyarakat diharapkan bisa berpartisipasi aktif dalam mereduksi sampah

mulai dari tingkat rumah tangga.

3. Penelitian selanjutnya agar meneliti timbulan sampah dari non rumah

tangga sehingga bisa diketahui total timbulan sampah Kota Masamba

secara riil.
136

DAFTAR PUSTAKA

Addinsyah Amar & Herumurti Welly. 2017. Studi Timbulan dan Reduksi
Sampah Rumah Kompos Serta Perhitungan Emisi Gas Rumah Kaca di
Surabaya Timur. Jurnal Teknik ITS Volume 6 No. 1 (online)
http://ejurnal.its.ac.id/index.php/teknik/article/view/22973/3625 diakses
tanggal 9 Februari 2018.

Agustia, Yevi Putri. 2014. Model Sistem Dinamik Pada Pengelolaan Sampah
Kecamatan Gubeng, Kota Surabaya. Tesis. Institut Teknologi Sepuluh
November. Surabaya. (online). http://repository.its.ac.id/41311/, diakses
tanggal 2 Januari 2018.

Akbarpour Shirazi, Mohsen et al 2016. Mathematical modeling in municipal


solid waste management: case study of Tehran. Journal of
Environmental Health Science & Engineering,14:8. (online).
https://pdfs.semanticscholar.org/b77f/b077d5c50d7e541e948994d2e26
41deddaec.pdf, diakses tanggal 27 Desember 2017.

Alam, Perve & Kafael Ahmade. 2013. Impact of Solid Waste on Health and
Environment. Journal of Sustainable Development and Green
Economics (IJSDGE),V-2,I-1,2 :165-168. (online).
http://nswaienvis.nic.in/pdf_HE/Impact%20of%20Solid%20Waste%20on
%20Health%20and%20the%20environment.PDF. Diakses tanggal 2
Januari 2018.

Alam, Shamshad & Kafeel Ahmad. 2015. Modeling of Municipal Solid Waste
Management System Using Powersim Studio–A Case Study. Journal of
Energy Research and Environmental Technology (JERET)Volume 2,
Number 2; January-March, 2015; pp. 117-122. (online).
https://www.researchgate.net/publication/305153221_Modeling_of_Muni
cipal_Solid_Waste_Management_System_Using_Powersim_Studio-
A_Case_Study, diakses 3 Januari 2018.

Alfiandra. 2009. Kajian Partisipasi Masyarakat yang Melakukan Pengelolaan


Persampahan 3 R di Kelurahan Ngaliyan dan Kalipancur Kota
Semarang. Tesis. Universitas Diponegoro. (Online).
http://eprints.undip.ac.id/24266/ALFIANDRA.pdf, Diakses 27 Desember
2017.
137

Asteria, Donna. 2016. Bank Sampah Sebagai Alternatif Strategi Pengelolaan


Sampah Berbasis Masyarakat di Tasikmalaya. Jurnal Manusia dan
Lingkungan Volume 23 No 1. 136-141. (online)
https://jurnal.ugm.ac.id/JML/article/view/18783/12114 Diakses tanggal
11 Februari 2018.

Atalia K.R, et al. 2015. A Review on Composting of Municipal Solid Waste.


IOSR Journal of Environmental Science, Toxicology and Food
Technology Volume 9, Issue 5.(Online)
https://pdfs.semanticscholar.org/69d3/625bf8871f0cd7b7f6c4de8650bca
b8a9b2a.pdf diakses 6 April 2018.

Badan Pusat Statistik Kabupaten Luwu Utara 2017. Kecamatan Masamba


Dalam Angka Tahun 2017.

Bohari. 2014. Pendekatan Model Dinamik Dalam Mengestimasi Kejadian


Diabetes Mellitus Tipe 2 di Sulawesi Selatan. Tesis. Sekolah
Pascasarjana Universitas Hasanuddin Makassar.

Bovea, M.D et al. 2010. Environmental assessment of alternative municipal


solid waste management strategies. A Spanish case study. Waste
Management 30(11): 2383–2395. (Online)
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/20381331, diakses 28 Desember
2017.

Cecep. 2012. Teknologi Pengelolaan Daur Ulang Sampah. Gosyen


Publishing : Yogyakarta.

Chalik, A. A. 2011. Formulasi Kebijakan Siatem Pengelolaan Sampah


Perkotaan Berkelanjutan (Studi Kasus di DKI Jakarta). (Online).
https://core.ac.uk.download/pdf/32378171.pdf, diakses 27 Desember
2017.

Dinas Lingkungan Hidup Kab. Luwu Utara tahun 2016. Status Lingkungan
Hidup Daerah Kab. Luwu Utara Tahun 2015.

Dityaningrum, Arlini Dyah dkk. 2017. Potensi Reduse, Reuse, Recycle(3R)


Sampah Pada Bank Sampah “Bank Junk For Surabaya Clean”. Jukung
Jurnal Teknik Lingkungan Volume 3 (1) Halaman 1 -11. (online)
http://ppjp.unlam.ac.id. Diankses tanggal 11 Februari 2018.
138

Ernawati Dyah dkk. 2012. Analisis Komposisi, Jumlah dan Pengembangan


Strategi Pengelolaan Sampah di Wilayah Pemerintah Kota Semarang
Berbasis Analisis SWOT. Jurnal EKOSAINS Volume IV No 2 Halaman
13-22. (online)
http://jurnal.pasca.uns.ac.id/index.php/ekosains/article/view/266/251,
diakses tanggal 7 Januari 2018.

Faccio, M., Persona, A., Zanin, G. 2011. Waste collection multi objective
model with real time traceability data. Waste Management 31, 2391-
2405.(online). https://sci-hub.tw/10.1016/j.wasman.2011.07.005, diakses
tanggal 2 Januari 2018.

Hoornweg, Daniel & Bhada-Tata Perinaz. 2012. What a Waste, A Global


Review of Solid Waste Management. World Bank. (online)
https://siteresources.worldbank.org/INTURBANDEVELOPMENT/Resour
ces/336387-1334852610766/What_a_Waste2012_Final.pdf, diakses
tanggal 30 Desember 2017.

Kollikkathara, Naushad & Huan Feng Danlin Yu . 2010. A system dynamic


modeling approach for evaluating municipal solid waste generation,
landfill capacity and related cost management issues. Waste
management Volume 30, Issue 11 Pages 2194-2203 (online)
http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0956053X10002977?vi
a%3Dihub, diakses tanggal 11 Januari 2018.

Kelompok Kerja PPSP Kab. Luwu Utara. 2013. Buku Putih Sanitasi
Kabupaten Luwu Utara Tahun 2013.

Mallongi, Anwar. 2012. Modul Pemodelan Kesehatan : Pemodelan Dinamik


Kesehatan Masyarakat dengan Menggunakan Software Stella.

Mallongi, Anwar. 2015. Pengelolaan Limbah Padat Perkotaan. Writing


Revolution : Yogyakarta.

Mardikato, 2012. Pemberdayaan Masyarakat Dalam Perspektif Kebijakan


Publik. Bandung : Alfabeta

Miezah, Kodwo et al. 2015. Municipal solid waste characterization and


quantification as a measure towards effective waste management in
Ghana. Elsevier. Waste Management 46 (2015) 15–27 (online).
(https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0956053X15301185,
diakses tanggal 24 10 Januari 2018.
139

Muhammadi, dkk. 2001. Analisis Sistem Dinamis Lingkungan Hidup, Sosial,


Ekonomi, Manajemen. UMJ Press.: Jakarta.

Mukono. 2006. Prinsip Dasar Kesehatan Lingkungan. Edisi II. Airlangga


University Press : Surabaya.

Mwanza Bupe & Phiri Anthony. 2013. Design of a waste management model
using integrated solid waste management: A case of Bulawayo City
Council International Journal of Water Resources and Environmental
Engineering Vol. 5(2), pp. 110-118 (online)
http://www.academicjournals.org/IJWREE, diakses tanggal 28
Desember 2017.

Narayana, Tapan. 2009. Municipal Solid Waste Management in India : From


Waste Disposal to Recovery of Resources?. Waste Management 29 (1).
163-166. (online) https://sci-
hub.tw/https://doi.org/10.1016/j.wasman.2008.06.038 Diakses tanggal
11 Februari 2018.

Nurfatmala. 2017. Model Dinamis Dalam Memprediksi Timbulan Sampah


Rumah Tangga di Kota Bau-Bau. Tesis. Sekolah Pascasarjana
Universitas Hasanuddin Makassar.

Pemerintah Republik Indonesia. 2008. Undang-Undang Republik Indonesia


Nomor 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah

Pemerintah Republik Indonesia. 2008. Peraturan Menteri Dalam Negeri


Nomor 33 Tahun 2010 tentang Pedoman Pengelolaan Sampah.

Pemerintah Republik Indonesia. 2013. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum


Republik Indonesia Nomor 03/PRT/M/2013 tentang Penyelenggaraan
Prasarana dan Sarana Persampahan Dalam Penanganan Sampah
Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga.

Pemerintah Republik Indonesia 2010. Peraturan Menteri Dalam Negeri


Nomor 33 Tahun 2010 tentang Pedoman pengelolaan sampah.

Peraturan Walikota Makassar Nomor 126 Tahun 2016 tentang Pembentukan,


Kedudukan, Susunan Organisasi, Uraian Tugas dan Tata Kerja Unit
Pelaksana Teknis Bank Sampah Pada Dinas Lingkungan Hidup.

Popli, Kanchan et al. 2017. A Review of Solid Waste Management using


System Dynamics Modeling. Journal of Environmental Science
140

International. 26(10); 1185-1200 (online).


https://www.researchgate.net/publication/321269752_A_Review_of_Soli
d_Waste_Management_using_System_Dynamics_Modeling, diakses
tanggal 13 Januari 2018.

Raharjo, Slamet dkk. 2015. Studi Timbulan, Komposisi, Karakteristik, dan


Potensi Daur Ulang Sampah non Domestik Kabupaten Tanah Datar.
Jurnal Teknik Lingkungan UNAND 12 (1) : 27-37. (online).
http://jurnaldampak.ft.unand.ac.id/index.php/Dampak/article/view/44,
diakses tanggal 2 Januari 2018.

Riswan. 2011. Pengelolaan Sampah Rumah Tangga di Kecamatan Daha


Selatan. Jurnal Ilmu Lingkungan Volume 9 No. 1 :31-38. (Online)
https://ejournal.undip.ac.id/index.php/ilmulingkungan/article/view/2085/1
834 diakses tanggal 27 Desember 2017.

Rizal, Muhammad. 2011. Analisis Pengelolaan Persampahan Perkotaan


(Studi Kasus pada Kelurahan Boya Kecamatan Banawa Kabupaten
Donggala). Jurnal SMARTek, Vol. 9 No. 2. Mei 2011: 155 – 172.(Online)
http://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/SMARTEK/article/viewFile/614/
532, diakses tanggal 7 Januari 2018.

Sahwan, Firman L. Potensi Komposting Sampah Skala Rumah Tangga Untuk


Mereduksi Timbulan Sampah (Pilot Proyek di Perumahan Puspitek
Serpong). Jurnal Teknik Lingkungan Volume 14 no1 : 25-34. (online)
http://www.kelair.bppt.go.id/Jtl/2013/vol14-1/04serpong.pdf Diakses
tanggal 11 Februari 2018.

Saikia, Dipam & Manash Jyoti Nath. 2015. Integrated Solid Waste
Management Model for Developing Country with Special Reference to
Tezpur Municipal Area, India. International Journal of Innovative
Research Development Vol 4 Issue 2 page 241-249 (online)
http://www.ijird.com/index.php/ijird/article/view/60819, diakses tanggal
28 Desember 2017.

Saputro, Yusa Eko dkk. 2015. Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat


Melalui Bank Sampah. Indonesian Journal of Conservation Volume 4
Nomor 1 : 83-94 (online)
https://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/ijc/article/view/5162/4194
Diakses tanggal 11 Februari 2018

Sejati, 2009. Pengolahan Sampah Terpadu, Yogyakarta : Kanisius.


141

SNI 19-2454-2002. Tata Cara Teknik Operasional Sampah Perkotaan.

SNI 19-7030-2004.. Spesifikasi Kompos Dari Sampah Organik Domestik.

Soemirat. 2011. Kesehatan Lingkungan. Gajah Mada University Press :


Yogyakarta.

Surjandari, Isti dkk. 2009. Model Dinamis Pengelolaan Sampah Untuk


Mengurangi Beban Penumpukan. Jurnal Teknik Industri, Vol. 11, No. 2,
halaman 134-147. Fakultas Teknik, Departemen Teknik Industri,
Universitas Indonesia: Jakarta.(online)
(http://himasper.lk.ipb.ac.id/files/2010/06/17594.pdf, diakses 24
Desember 2017).

Sufian M.A & Bala B.K.2007. Modeling of urban solid waste management
system: The case of Dhaka city. Waste Management 27 : 858–868
(Online) https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/16781136 diakses
tanggal 29 Desember 2017.

Suyono. 2011. Ilmu Kesehatan Masyarakat Dalam Konteks Kesehatan


Lingkungan. EGC : Jakarta.

Tucker et al. 1998. Predicting recycling sceme Performance: a process


simulation Aproach. Environmental Management. 53: 31-48 (online).
http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0301479798901852,
diakses tanggal 5 Januari 2018.

Wager,P, Hilty, L.M. 2002. Simulation System for Waste Management – From
System Dynamics Modelling to Decision Support. Integrated Assesment
and Deecision Support, Lugano 174 – 179. (online)
https://scholarsarchive.byu.edu/cgi/viewcontent.cgi?article=3699&contex
t=iemssconference diakses tanggal 27 Desember 2017.

Wang Hua et al. 2011. Municipal Solid Waste Management in Small Towns:
An Economic Analysis Conducted in Yunnan, China. The World Bank
Development Research Group Environment and Energy Team.(Online)
https://papers.ssrn.com/sol3/papers.cfm?abstract_id=1914978, diakses
tanggal 27 Desember 2017.

Wildanurrizal dkk. 2014. Perancangan Model simulasi pengelolaan sampah di


Kota Cilegon dengan Pendekatan Sistem Dinamis. Jurnal Teknik
Industri Volume 2 Nomor 3. (online)
142

http://jurnal.untirta.ac.id/index.php/jti/article/view/2313, diakses tanggal


11 Desember 2018.

Windraswara Rudatin & Dyah A.B. Prihastuti. 2017. Analisis Potensi Reduksi
Sampah Rumah Tangga Untuk Peningkatan Kualitas Kesehatan
Lingkungan. Unnes Journal of Public Health 6 (2). (online)
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujph diakses tanggal 6 April
2018.

Yudistriani. Sri Anastasia dkk. 2015. Desain Sistem Pengelolaan Sampah


Melalui Pemilahan Sampah Organik dan Anorganik Berdasarkan
Persepsi Ibu-Ibu Rumah Tangga. KONVERSI Volume 4 No 2, halaman
29-42. (online)
https://jurnal.umj.ac.id/index.php/konversi/article/view/894/818, diakses
tanggal 7 Januari 2018.

Zhang, Dong Qing et al. 2010. Municipal solid waste management in China:
Status, problems and challenge. Journal of Environmental Management
Volume 91, Issue 8. Pages 1623-1633. (online).
http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0301479710000848,
diakses tanggal 11 Januari 2018.
143

Kuesioner Penelitian

Model Dinamis Pengelolaan Sampah Kota yang Bersumber


dari Rumah Tangga di Kota Masamba Kabupaten Luwu Utara

Jenis Rumah : P / SP / NP Nomor Sampel: ……..


Tanggal Survey : ……………..2018 Lokasi :……………

No Pertanyaan Pilihan Jawaban

1 Nama Responden …………………………


 PNS/TNI/Polri
 Pegawai swasta
 Wiraswasta
 Petani
2 Pekerjaan KK …………………………
 Nelayan
 Buruh Bangunan
 Tidak bekerja

3 Jumlah Anggota Keluarga ……………… Orang


 Tidak Tamat SD
 SD.
 SMP.
4 Pendidikan Terakhir KK …………………………
 SMA
 Perguruan Tinggi

 < 1,5 Jt
Pendapatan keluarga rata-  1,5.Jt- 2,5.Jt
5 …………………………
rata perbulan  > 2,5.Jt

1. YA
Sampah diangkut setiap hari
6 2. TIDAK …………………………
Oleh petugas sampah

……………Kg
Berat & Volume
7 Timbulan sampah
……………m3
144

8 Besarnya iuran sampah Rp………………./Bulan

 Dipilah dan
dibuang ke TPS
 Tidak dipilah dan
9 Pengelolaan sampah
dibuang ke TPS
 Dibakar sendiri

Catatan tambahan :

…………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………..

………………………………………………………………………………………..

……………………………………………………………………………………….
145

Format Pengukuran Komposisi Sampah Kota Masamba


Jenis sampah Berat Satuan Volume satuan Keterangan

Sampah Organik Kg M kubik

Sampah basah Kompos

Sampah kebun/taman Kompos

Sampah Anorganik Kg M kubik

Kertas
Koran Bank Sampah
HVS Bank Sampah
Karton/kardus Bank Sampah
Tissu
Kertas Lainnya
Plastik Kg M kubik

Botol platik bening Bank Sampah

Botol plastik berwarna Bank Sampah

Plastik keras Bank Sampah

Gelas air mineral Bank Sampah

Kemasan bungkus plastik


Kantongan plastik
Karung plastik
Plastik lainnya
Logam Kg M kubik

Kaleng biasa Bank Sampah


Besi Bank Sampah
Tembaga Bank Sampah
Aluminium Bank Sampah
Kuningan Bank Sampah
Logam Lainnya
Kaca Kg M kubik

Botol kaca Bank Sampah

Botol kaca lainnya


Beling
Kain
Karet
Sampah lainnya
Total Sampah Kg M kubik
146

Hasil Output SPSS

Jenis Rumah

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

Permanen 70 70.7 70.7 70.7

Semi Permanen 24 24.2 24.2 94.9


Valid
Non Permanen 5 5.1 5.1 100.0

Total 99 100.0 100.0

Pekerjaan KK

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

PNS/TNI/Polri 34 34.3 34.3 34.3

Pegawai Swasta 8 8.1 8.1 42.4

Wiraswasta 41 41.4 41.4 83.8


Valid
Petani 12 12.1 12.1 96.0

Buruh Bangunan 4 4.0 4.0 100.0

Total 99 100.0 100.0

Pendapatan KK per Bulan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

< 1,5 Juta 31 31.3 31.3 31.3

1,5 Juta - 2,5 Juta 28 28.3 28.3 59.6


Valid
> 2,5 Juta 40 40.4 40.4 100.0

Total 99 100.0 100.0


147

Jumlah Anggoota Keluarga

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

1 4 4.0 4.0 4.0

2 11 11.1 11.1 15.2

3 22 22.2 22.2 37.4

4 22 22.2 22.2 59.6

5 23 23.2 23.2 82.8

Valid 6 7 7.1 7.1 89.9

7 5 5.1 5.1 94.9

8 2 2.0 2.0 97.0

10 2 2.0 2.0 99.0

11 1 1.0 1.0 100.0

Total 99 100.0 100.0

Pendidikan Terakhir KK

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

Tidak Tamat SD 1 1.0 1.0 1.0

SD 12 12.1 12.1 13.1

SMP 12 12.1 12.1 25.3


Valid
SMA 45 45.5 45.5 70.7

Perguruan Tinggi 29 29.3 29.3 100.0

Total 99 100.0 100.0

Sampah Diangkut

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

Valid Ya 99 100.0 100.0 100.0


148

Iuran Sampah

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

Valid 5000 99 100.0 100.0 100.0

Pengelolaan Sampah

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

Tidak Dipilah dan


Valid 99 100.0 100.0 100.0
Dibuang ke TPS

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Sum Mean Std. Deviation

Berat Sampah 99 .1500 7.2750 205.3700 2.074444 1.3695776


Volume Sampah 99 .0006 .0291 .8218 .008301 .0054880
Berat Sampah Organik 99 .000 4.640 165.753 1.67427 1.190593
Berat sampah anorganik 99 .000 6.620 39.617 .40017 .807336
Vol sampah Organik 99 .000000 .018600 .663100 .00669798 .004763475
Vol Sampah anorganik 99 .000000 .026500 .158468 .00160069 .003231814
Valid N (listwise) 99

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Sum Mean Std. Deviation

Berat sampah basah 99 .00000 4.64000 78.92300 .7972020 .80000085


Berat sampah kebun 99 .00000 3.67000 86.83200 .8770909 .89767958
Berat sampah kertas 99 .00000 .56500 6.56000 .0662626 .13294994
Berat sampah plastic 99 .00000 1.12000 14.48200 .1462828 .16003080
Berat sampah logam 99 .00000 .30000 .91000 .0091919 .03541811
Berat sampah kain 99 .00000 .99000 1.06000 .0107071 .09957309
Berat sampah karet 99 .00000 .25000 .37000 .0037374 .02701420
Berat sampah kaca 99 .00000 .45000 2.10000 .0212121 .08020729
Berat sampah lainnya 99 .00000 5.90000 14.13500 .1427778 .72237640
Valid N (listwise) 99
149

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Sum Mean Std. Deviation

Volume sampah basah 99 .00000 .01860 .31550 .0031869 .00320072


Volume sampah kebun 99 .00000 .01470 .34750 .0035101 .00359397
Volume sampah kertas 99 .00000 .00226 .02632 .0002659 .00053346
Volume sampah plastic 99 .00000 .00448 .06187 .0006249 .00075042
Volume sampah logam 99 .00000 .00120 .00364 .0000368 .00014167
Volume sampah kaca 99 .00000 .00180 .00840 .0000848 .00032083
Volume sampah kain 99 .00000 .00400 .00428 .0000432 .00040231
Volume sampah karet 99 .00000 .00100 .00148 .0000149 .00010806
Volume sampah lainnya 99 .00000 .02360 .05652 .0005709 .00288947
Valid N (listwise) 99

Descriptive Statistics

N Minimu Maximum Sum Mean Std. Deviation


m

Berat Bisa di bank sampahkan (kg) 99 .000 1.400 13.706 .13844 .229434
Berat kertas bisa ke bank sampah 99 .00 .57 6.01 .0607 .12912
Berat plastik bisa ke bank sampah 99 .00 .90 6.04 .0610 .11848
Berat logam bis ake bank sampah 99 .00 .30 .91 .0092 .03542
Berat kaca bisa ke bank sampah 99 .00 .35 .75 .0076 .04538
Volume bisa di bank sampah 99 .00000 .00560 .05475 .0005530 .00091815
Volume kertas bisa ke bank sampah 99 .00000 .00226 .02404 .0002428 .00051646
Volumeplastik bisa ke bank sampah 99 .00000 .00360 .02414 .0002439 .00047391
Volume logam bisa ke bank sampah 99 .00000 .00120 .00364 .0000368 .00014167
Colume kaca bisa ke bank sampah 99 .00000 .00140 .00300 .0000303 .00018152
Valid N (listwise) 99
150

DEFENISI VARIABEL DAN FORMULA MODEL

Jumlah_awal_Penduduk adalah jumlah penduduk pada saat awal tahun


simulasi (jiwa) = 25868
Jumlah_Penduduk adalah jumlah penduduk dari tahun ketahun selama
periode simulasi model = Jumlah_awal_Penduduk+(Perumbuhan_Penduduk*
TIME)
Pertumbuhan_Penduduk rata rata peningkatan penduduk setiap tahun =
1047
Jml_RT = Jumlah Rumah Tangga adalah jumlah rumah tangga di lokasi
penelitian = INT(Jumlah_Penduduk/JRAK_per_RT)
Ang_keluarga = Jumlah Rata rata Anggota Keluarga adalah rata rata
banyaknya orang yang tinggal dalam sebuah rumah tangga (jiwa) = 4.69
Sampah_RT[Organik] adalah sampah organic yang dihasilkan pada sebuah
rumah tangga (m3)= Produksi_Sampah_per_RT[Organik]*JRT

Sampah_RT[Non_Organik] adalah sampah anorganik yang dihasilkan pada


sebuah rumah tangga tangga (m3) = Produksi_Sampah_per_RT
[Non_Organik]*JRT

Produksi_Sampah_per_RT[Organik] adalah rata rata produksi sampah


organic pada rumah tangga (m3)= 0.0067

Produksi_Sampah_per_RT[Non_Organik] adalah rata rata produksi sampah


anorganik pada sebuah rumah tangga (m3)= 0.0016

Timbulan_Sampah_RT adalah jumlah sampah dari sebuah rumah tangga


perhari = Sampah_RT[Organik]+Sampah_RT[Non_Organik]

Timbulan_sampah_setelah_reduksi adalah jumlah sampah rumah tangga


yang dibuang setelah dikurangi dengan pengompoan dan bank sampah =
Fraksi_Sampah_RT_Ke_TPS[Organik]+Fraksi_Sampah_RT_Ke_TPS[Non_
Organik]

Reduksi_Sampah_RT adalah jumlah sampah rumah tangga yang tereduksi


pada tigkat rumah tangga (m3)= Fraksi_Sampah_RT_Ke_Bank_Sampah+
Fraksi_Sampah_RT_Untuk_Kompos

Fraksi_Sampah_RT_Ke_Bank_Sampah adalah jumlah sampah rumah


tangga yang dibank sampahkan (m3) = IF(Skenario_Bank_Sampah=2) THEN
((RANDOM(0.11,0.25,0.2))* Sampah_RT[Non_Organik]) ELSE
151

IF(Skenario_Bank_Sampah =3) THEN ((RANDOM(0.26,0.35,0.3))*


Sampah_RT[Non_Organik]) ELSE IF(Skenario_Bank_Sampah=1) THEN
((RANDOM(0.01,0.10,0.05))* Sampah_RT[Non_Organik]) ELSE 0

Fraksi_Sampah_RT_Ke_TPS[Organik] adalah jumlah sampah organic yang


akan dibuang ke TPS (m3) = IF((Sampah_RT[Organik]- Fraksi_Sampah_
RT_Untuk_Kompos)>=0) THEN (Sampah_RT[Organik]- Fraksi_Sampah_RT_
Untuk_Kompos)-((Sampah_RT[Non_Organik]-Fraksi_Sampah_RT_Ke_Bank
_Sampah)*0) ELSE 0

Fraksi_Sampah_RT_Ke_TPS[Non_Organik] adalah jumlah sampah


3
anorganik yang akan dibuang ke TPS (m )= IF((Sampah_RT[Non_Organik]-
Fraksi_Sampah_RT_Ke_Bank_Sampah)>=0)THEN(Sampah_RT[Non_Organ
ik]-Fraksi_Sampah_RT_Ke_Bank_Sampah)-((Sampah_RT[Organik]-Fraksi_
Sampah_RT_Untuk_Kompos)*0) ELSE 0

Fraksi_Sampah_RT_Untuk_Kompos adalah jumlah sampah rumah tangga


yang akan dikomposkan (m3)= IF(Skenario_Pengomposan=2) THEN
((RANDOM(0.36,0.6,0.5))*Sampah_RT[Organik])ELSE IF(Skenario_
Pengomposan=3) THEN ((RANDOM(0.7,0.9,0.8))*Sampah_RT [Organik])
ELSE IF(Skenario_Pengomposan=1) THEN ((RANDOM(0.1,0.35,0.2))*
Sampah_RT[Organik]) ELSE 0

Sampah_Dari_RT[Organik] adalah jumlah sampah rumah tangga organic


yang dibuang ke TPS (m3)= Fraksi_Sampah_RT_Ke_TPS[Organik]

Sampah_Dari_RT[Non_Organik]adalah jumlah sampah rumah tangga


anorganik yang dibuang ke TPS (m3) = Fraksi_Sampah_RT_
Ke_TPS[Non_Organik]

SAMPAH_TPS[Organik](t) adalah jumlah sampah organic di TPS (m 3)


=SAMPAH_TPS[Organik](t-dt)+(Sampah_Dari_RT [Organik] - Diangkut_ke_
TPA[Organik]) * dt

INIT SAMPAH_TPS[Organik] = 0

SAMPAH_TPS[Non_Organik](t) adalah jumlah sampah anorganik di TPS


(m3) = SAMPAH_TPS[Non_Organik](t - dt) + (Sampah_ Dari_RT
[Non_Organik]- Diangkut_ke_TPA[Non_Organik]) * dt

INIT SAMPAH_TPS[Non_Organik] = 0
152

Diangkut_ke_TPA[Organik] adalah jumlah sampah organic yang diangkut ke


TPA (m3)= IF((SAMPAH_TPS[Organik]+SAMPAH_TPS[Non_Organik])
>(Jumlah_Mobil*Kapasitas_Angkut*Ritasi_Harian)) THEN (Jumlah_Mobil*
Kapasitas_ Angkut*Ritasi_Harian)* (SAMPAH_TPS[Organik]/ (SAMPAH_TPS
[Organik]+ SAMPAH_TPS[Non_Organik])) ELSE (SAMPAH_TPS[Organik])

Diangkut_ke_TPA[Non_Organik] adalah jumlah sampah anorganik yang


diangkut ke TPA (m3) = IF((SAMPAH_ TPS[Organik] +SAMPAH_ TPS
[Non_Organik])>(Jumlah_ Mobil*Kapasitas_Angkut*Ritasi_Harian)) THEN
(Jumlah_Mobil*Kapasitas_Angkut*Ritasi_Harian)*(SAMPAH_TPS [Non_
Organik]/SAMPAH_TPS [Organik]+SAMPAH_ TPS[Non_Organik])) ELSE
(SAMPAH_TPS[Non_Organik])

Jumlah_Awal_Mobil adalah jumlah mobil pada saat simulasi (unit) = 6

Jumlah_Mobil adalah jumlah mobil yang digunakan mengakut sampah ke


TPA (unit) = IF(Tambahan_Unit_Mobil < Jumlah_Awal_Mobil) THEN
(Jumlah_Awal_Mobil) ELSE Tambahan_Unit_Mobil

Kapasitas_Angkut adalah kemampuan angkut sebuah mobil pengangkut


sampah (m3) = 4

Pengumpulan_Sampah_Petugas adalah jumlah sampah yang dipulung


petugas diatas mobil sampah sampah saat sampah dibawa ke TPA (m 3) =
Diangkut_ke_TPA [Non_Organik]*0.1

Timbulan_Sampah_TPA_dari_RT adalah jumlah sampah rumah tangga ke


TPA (m3)= ((Diangkut_ke_TPA[Organik]+Diangkut_ke_TPA[Non_Organik])-
Pengumpulan _Sampah_Petugas)*365

Ritasi_Harian adalah frekwensi pengangkutan sampah oleh mobil sampah ke


TPA perhari = 2

SAMPAH_DAN_LAHAN_TERPAKAI_TPA[Timbulan_Sampah_TPA](t) adalah
jumlah sampah di TPA (m3) =
SAMPAH_DAN_LAHAN_TERPAKAI_TPA[Timbulan_Sampah_TPA](t - dt) +
(Tambahan_Sampah_&_Lahan_Terpakai_TPA[Timbulan_Sampah_TPA] +
Lahan_Infrastruktur_TPA[Timbulan_ Sampah_TPA]-Sampah_Diambil_
Pemulung [Timbulan_ Sampah_ TPA])* dt

SAMPAH_DAN_LAHAN_TERPAKAI_TPA[Lahan_Terpakai](t) adalah luas


lahan TPA yang terpakai untuk menampung sampah (ha)= SAMPAH_
DAN_LAHAN_TERPAKAI_TPA[Lahan_Terpakai](t-dt) + (Tambahan_Sampah
153

_&_Lahan_Terpakai_TPA[Lahan_Terpakai] + Lahan_Infrastruktur_TPA
[Lahan_Terpakai] - Sampah_Diambil_Pemulung[Lahan_Terpakai]) * dt

INIT SAMPAH_DAN_LAHAN_TERPAKAI_TPA[Lahan_Terpakai] (ha) = 1.8

Tambahan_Sampah_&_Lahan_Terpakai_TPA[Timbulan_Sampah_TPA] =
Timbulan_Sampah_TPA_dari_RT + (Kebutuhan_lahan_per_unit_Sampah*
SAMPAH_DAN_LAHAN_TERPAKAI_TPA[Timbulan_Sampah_TPA]* Luas_
Lahan_TPA*0)

Tambahan_Sampah_&_Lahan_Terpakai_TPA[Lahan_Terpakai] = IF((Luas_
Lahan_TPA-SAMPAH_DAN_LAHAN_TERPAKAI_TPA[Lahan_ Terpakai])>
(Kebutuhan_lahan_per_unit_Sampah*Timbulan_Sampah_TPA_ dari_RT))
THENKebutuhan_lahan_per_unit_Sampah*Timbulan_Sampah_TPA_dari_RT
ELSE (Luas_Lahan_ TPA-SAMPAH_DAN_LAHAN_TERPAKAI_ TPA[Lahan_
Terpakai])

Sampah_Diambil_Pemulung[Timbulan_Sampah_TPA] = (Jumlah_Pemulung*
Fraksi _termanfaatkan_pemulung*Tambahan_Sampah_&_ Lahan_Terpakai
_TPA[Timbulan_Sampah_TPA]) + (Tambahan_Sampah_&_Lahan_Terpakai_
TPA [Lahan_Terpakai]*0)

Sampah_Diambil_Pemulung[Lahan_Terpakai] = (Jumlah_Pemulung*Fraksi_
termanfaatkan_pemulung * Tambahan_Sampah_ & _Lahan_Terpakai_TPA
[Timbulan_Sampah_TPA] * Tambahan_Sampah_ & _Lahan_Terpakai_TPA
[Lahan_Terpakai]*0)

Jumlah_Pemulung adalah jumlah pemulung yang melakukan pemulungan


sampah di lokasi TPA = 8

Luas_Awal_Infrastruktur_TPA adalah luas lahan yang digunakan untuk


imfrastrutur TPA (ha) = 1

Luas_Lahan_TPA keseluruhan luas areal TPA (ha) = 9.8


154
155
156
157

Dokumentasi Penelitian

Wawancara dengan responden


158

Tong sampah yang tersedia

Mobil pengangkut sampah


159

Pengumpulan sampah
160

Penimbangan/pengukuran sampel
161

BIODATA PENULIS

A. DATA DIRI

1. Nama : Muhammad Idris Yahya

2. Tempat/Tanggal Lahir : Gowa/17 Maret 1982

3. Agama : Islam

4. Nama Orang Tua : Ayah : Muhammad Yahya AK


Ibu : St. Sunniah

5. Alamat : Perumahan Safana Graha Blok D

No 12 Desa Radda Kec. Baebunta

Kab. Luwu Utara

6. No Hp : 082 1972 23 3 779

7. Email : idrisdinkes@gmail.com

B. RIWAYAT PENDIDIKAN

1. SD Inpres Malakaya, Kab. Gowa (tahun 1990-1995)

2. SMP Negeri 1 Galesong Utara, Kab. Takalar (Tahun 1995-1997)

3. SMU Negeri Kendari, Kota Kendari (Tahun 1998-2001)

4. S1 Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin, Kota Makassar

(Tahun 2001-2005).

5. S2 Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin, Kota Makassar

(Tahun 2016-2018).

Anda mungkin juga menyukai