Anda di halaman 1dari 36

PERENCANAAN ANGKUTAN PENGUMPAN ( FEEDER ) TRANSPADANG

BERBASIS ANGKUTAN KOTA


DI KOTA PADANG

Proposal Pengajuan Judul Skripsi

Diajukan Dalam Rangka Penyelesaian Program Studi Diploma IV

Guna Memperoleh Sebutan Sarjana Sains Terapan

OLEH :

ZHAFIRA RISCHKA NURALIA


NOTAR : 16.01.175

PROGRAM STUDI DIPLOMA IV TRANSPORTASI DARAT

SEKOLAH TINGGI TRANSPORTASI DARAT

BEKASI

2019
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................1
A. LATAR BELAKANG.......................................................................................1
B. IDENTIFIKASI MASALAH..............................................................................2
C. MAKSUD DAN TUJUAN PENELITIAN..............................................................2
D. RUANG LINGKUP.........................................................................................2
1.RUMUSAN MASALAH................................................................................2
2.BATASAN MASALAH.................................................................................3
E. SISTEMATIKA PENULISAN...........................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................5
A. ASPEK TEORITIS.........................................................................................5
B. ASPEK TEKNIS............................................................................................8
C. ASPEK LEGALITAS.....................................................................................21
BAB III GAMBARAN UMUM.......................................................................27
A. KONDISI GEOGRAFIS................................................................................27
B. DATA KEPENDUDUKAN..............................................................................29
C. KONDISI LOKASI PENELITIAN....................................................................29
D. KINERJA ANGKUTAN UMUM.......................................................................32
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN..........................................................34
A. DESAIN PROSES PENELITIAN.....................................................................34
B. BAGAN ALIR PENELITIAN...........................................................................35
1.Metode Pengumpulan Data.....................................................................37
2.Metode Analisis Data..............................................................................39

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR TABE
Tabel II.1 Penentuan Jenis Angkutan Berdasarkan Ukuran Kota dan Trayek.....9
Tabel II. 2 Daya Angkut Angkutan Umum yang Diizinkan...............................26
Y
Tabel III.1 Kepadatan Jumlah Penduduk Jiwa per Km2..................................29
Tabel III.2 Nama Sekolah dan Jumlah Siswa................................................30

DAFTAR GAMBAR

Gambar III.1 Peta Tutupan Lahan Kota Padang...........................................28


Gambar III.2 Peta Lokasi Sekolah................................................................31
Gambar III.3 Peta Jaringan Trayek Angkutan Umum di Kota Padang.............33

Gambar IV.1 Bagan Alir Penelitian...............................................................36


1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Transportasi diartikan sebagai usaha pemindahan atau pergerakan dari
suatu lokasi ke lokasi lainnya dengan menggunakan suatu alat tertentu.
Dengan demikian maka transportasi memiliki dimensi seperti lokasi (asal dan
tujuan), alat (teknologi) dan keperluan tertentu (Miro, 1997).
Transportasi tidak hanya dibutuhkan oleh kalangan masyarakat yang
menggunakan transportasi untuk bekerja, belanja, melakukan kegiatan
social dan lain-lain. Namun transportasi juga sangat dibutuhkan oleh
kalangan pelajar untuk memudahkan pelajar tersebut melakukan aktivitas
dan mobilitasnya ke sekolah.
Transportasi umum (dikenal pula sebagai transportasi publik atau
transportasi massal) adalah layanan angkutan penumpang oleh sistem
perjalanan kelompok yang tersedia untuk digunakan oleh masyarakat umum,
biasanya dikelola sesuai jadwal, dioperasikan pada rute yang ditetapkan, dan
dikenakan biaya untuk setiap perjalanan. Berdasarkan UU No. 22 Tahun
2009 angkutan umum diselenggarakan dalam upaya memenuhi kebutuhan
angkutan orang dan/ atau barang yang selamat, aman, nyaman, dan
terjangkau. Oleh karena itu, penyediaan angkutan umum idealnya mencakup
keselamatan, keamanan, kenyamanan, dan keterjangkauan dalam hal biaya.
Untuk memenuhi angkutan umum yang ideal tersebut maka diperlukan
suatu sistem angkutan umum. Berkaca pada pesatnya perkembangan Kota
Padang pada saat ini yang diikuti tingginya laju penggunaan kendaraan
pribadi, maka sudah selayaknya Kota Padang memiliki sistem angkutan
umum massal yang diwujudkan dengan penyediaan bus rapid transit.
Penyediaan bus rapid transit sebagai angkutan umum telah
diimplementasikan di Kota Padang. Untuk menciptakan sistem transportasi
perkotaan yang berkelanjutan, angkot dapat mengambil peran sebagai
angkutan pengumpan (feeder) yang diintegrasikan dengan bus rapid transit
sehingga keberadaannya tetap dapat dipertahankan. Nantinya, angkot
2

sebagai angkutan pengumpan (feeder) berperan mengangkut penumpang


yang berasal maupun yang menuju halte bus rapid transit.

B. IDENTIFIKASI MASALAH
Berdasarkan latar belakang permasalahan, maka permasalahan yang ada
dapat di identifikasikan sebagai berikut:
1. Ketidakterjangkauan masyarakat untuk mencapai ke TRANSPADANG;

2. Jika dilihat dari data kecelakaan lalu lintas di Kota Padang berdasarkan
usia padah tahun 2018, usia yang paling dominan terlibat kecelakaan
ialah usia antara 16-30 tahun, yaitu sebanyak 66%. Di karenakan pada
usia tersebut termasuk usia produktif, hal ini mengkhawatirkan bagi
para pelajar yang banyak menggunakan kendaraan bermotor (Hasil
Analisis Tim PKL Kota Padang, 2017).

3. Penggunaan angkutan umum di Kota Padang paling tinggi yaitu 49%


untuk keperluan sekolah.

C. MAKSUD DAN TUJUAN PENELITIAN


Penelitian ini dimaksudkan untuk menyelenggarakan angkutan umum bagi
pelajar yang komprehensif serta sesuai dengan aspek-aspek yang
mempengaruhi.
Tujuan dari pembuatan penelitian ini adalah :

1. Mengetahui jumlah permintaan kebutuhan pelayanan angkutan sekolah;

2. Menghitung jumlah kebutuhan armada angkutan sekolah;

3. Desain titik pengumpul anak sekolah;

4. Menghitung biaya operasional kendaraan dan tarif angkutan sekolah.


3

D. RUANG LINGKUP
1. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan pemaparan masalah yang ada, maka dapat dirumuskan
permasalahan utama yang akan dikaji dalam perencanaan angkutan
sekolah di Kota Padang sebagai berikut:
a. Jumlah siswa yang akan menggunakan angkutan sekolah;
b. Jumlah kebutuhan armada yang disediakan;
c. Rute untuk angkutan sekolah;
d. Biaya Operasional Kendaraan (BOK) serta tarif yang diperlukan pada
rencana pengoperasian angkutan sekolah tersebut.
e. Penilaian angkutan umum eksisting untuk melayani angkutan
sekolah;
f. Jadwal penyelenggaraan angkutan sekolah.

2. BATASAN MASALAH
Dalam rangka menjadikan pembahasan penelitian lebih terfokus dan
menghindari generalisasi maka perlu ditetapkan ruang lingkup penelitian
yaitu:
a. Penelitian dibatasi untuk pelajar SMP dan SMA;
b. Tidak melakukan kajian terhadap kondisi perparkiran di sekolah;
c. Tidak melakukan analisis kebutuhan halte.

E. SISTEMATIKA PENULISAN
Penulisan skripsi ini dibahas dalam 6 (enam) bab, dimana antara bab yang
satu dengan bab yang lain saling terkait dan berkesinambungan. Untuk lebih
memudahkan penulis dalam membuat suatu gambaran penulisan dan
memudahkan pembaca dalam memahami isinya, maka skripsi ini disusun
dalam sistematika penulisan sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Meliputi latar belakang, maksud dan tujuan, ruang lingkup
penulisan tugas akhir yang terdiri dari rumusan masalah,
batasan masalah, referensi, dan sistematika penulisan laporan.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Menjelaskan dasar teori mengenai analisis perencanaan
angkutan sekolah di wilayah studi.
4

BAB III : GAMBARAN UMUM


Berisikan tentang karakteristik wilayah studi, kondisi geografis
dan administrasi, kondisi demografi wilayah, kondisi pendidikan,
kondisi transportasi, kondisi wilayah studi, dan profil angkutan
sekolah.
BAB IV : METODOLOGI PENELITIAN
Menjelaskan prosedur dan urutan penulisan skripsi.
BAB V : ANALISIS DAN PEMECAHAN MASALAH
Menjelaskan tentang hasil penelitian dan pembahasannya dari
data-data yang telah dikumpulkan.
BAB VI : KESIMPULAN DAN SARAN
Berisi kesimpulan dan pembahasan yang telah dilakukan pada
bab-bab sebelumnya serta memberikan saran-saran guna
pemecahan masalah yang terbaik.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
5

Dalam melakukan suatu penelitian diperlukan beberapa kajian yang akan


digunakan sebagai landasan dalam membahas, menganalisis dan
memecahkan masalah yang ada. Kajian-kajian tersebut dapat dilihat dari
aspek teoritis, aspek teknis dan aspek legalitas. Berikut ini merupakan
aspek-aspek yang digunakan dalam penelitian:

A. ASPEK TEORITIS
Ada pun aspek teoritis yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai
berikut:

a. Definisi Angkutan Angkutan Sekolah


1) Angkutan Sekolah adalah angkutan penumpang yang khusus
disediakan untuk pelajar sekolah yang digunakan sebagai alat
angkutan penumpang khusus pelajar dengan dipungut tarif. (William’s
1998);
2) Angkutan Sekolah adalah angkutan yang khusus melayani angkutan
murid-murid sekolah. (Sumber : Kamus Besar Bahasa Indonesia);
3) Angkutan Kota/Pedesaan anak sekolah adalah angkutan dalam trayek
tetap dan teratur yang khusus melayani siswa sekolah. (SK. Dirjen No.
967 Tahun 2007).

b. Siswa
Siswa atau pelajar yaitu anak sekolah (terutama pada sekolah dasar dan
sekolah lanjutan). (Sumber : Kamus Besar Bahasa Indonesia)

c. Armada
Aset berupa kendaraan mobil angkutan/MPU yang merupakan tanggung
jawab perusahaan, baik yang dalam keadaan siap guna dalam konservasi.
(SK. Dirjen No. 687 Tahun 2002)

d. Kapasitas Angkut/Kapasitas Tersedia


Kapasitas maksimal yang tersedia adalah kapasitas maksimal yang
tersedia untuk penumpang (duduk dan berdiri) sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.
6

e. Faktor Muat Kendaraan (Load Factor)


Faktor muat (load factor) adalah rasio perbandingan antara jumlah
penumpang yang di angkut dengan kapasitas kendaraannya yang
biasanya dinyatakan dalam persen (%). Faktor muat rata-rata dalam
perencanaan suatu jaringan trayek adalah 70% diambil pada saat kondisi
dinamis. (SK. Dirjen No. 687 Tahun 2002)

f. Kawasan perkotaan
Kawasan perkotaan adalah kawasan untuk pelayanan Angkutan
merupakan kesatuan wilayah terbangun dengan kegiatan utama bukan
pertanian, memiliki kerapatan penduduk yang tinggi, fasilitas prasarana
jaringan transportasi jalan, dan interaksi kegiatan antar kawasan yang
menimbulkan mobilitas penduduk yang tinggi. (PP No. 74 Tahun 2014).
g. Kualitas Pelayanan Angkutan Sekolah
Menurut Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Darat Nomor:
SK.967/AJ.202/DRJD/2007, tentang Pedoman Teknis Penyelenggaraan
Angkutan Sekolah, bahwa kualitas pelayanan angkutan sekolah yang baik
harus memiliki ciri-ciri pelayanan sebagai berikut:
1) Pelayanan angkutan kota/pedesaan anak sekolah diselenggarakan
khusus mengangkut siswa sekolah, berhenti pada halte yang telah
ditentukan dan menggunakan mobil angkutan;
2) Kendaraan yang digunakan untuk angkutan kota/pedesaan anak
sekolah harus memenuhi persyaratan teknik dan laik jalan dan
dilengkapi dengan persyaratan:
a) Dapat dilengkapi fasilitas pengatur udara yang berfungsi dengan
baik;
b) Dilengkapi dengan lampu berwarna merah dibawah jendela
belakang yang berfungsi memberi tanda bahwa mobil angkutan
sekolah tersebut berhenti;
c) Pintu masuk dan/atau keluar mobil angkutan sekolah dilengkapi
dengan anak tangga dengan jarak anak tangga yang satu dengan
7

yang lain paling tinggi 200 milimeter dan jarak antara permukaan
tanah dengan anak tangga terbawah paling tinggi 300 milimeter;
d) Dilengkapi suatu tanda yang jelas kelihatan berupa tulisan
”BERHENTI” jika lampu merah menyala yang dipasang dibawah
jendela belakang;
e) Mencantumkan papan/kode trayek pada kendaraan yang
dioperasikan;
f) Kendaraan dengan warna dasar kuning dilengkapi dengan P3K, alat
pemadam kebakaran yang berfungsi dengan baik dan pintu
darurat;
g) Dilengkapi tanda berupa tulisan “ANGKUTAN SEKOLAH”;
h) Dilengkapi jati diri pengemudi yang ditempatkan pada dashboard
kendaraan, yang dikeluarkan oleh pengelola angkutan
kota/pedesaan anak sekolah.”
3) Penempatan halte disesuaikan dengan posisi bangunan sekolah
terhadap jalan yang dilewati angkutan kota/pedesaan anak sekolah;
4) Pelayanan dengan waktu tempuh paling lama 1,5 jam.
h. Kriteria Angkutan Umum Untuk Angkutan Sekolah
Masalah-masalah yang dihadapi layanan transportasi sekolah
penekanannya pada 4 (empat) kriteria, yaitu :
1) Keselamatan
Keselamatan ini sebagian merupakan masalah pendidikan dan
sebagiannya merupakan masalah kondisi angkutan-angkutan sekolah
yang mengangkut para siswa.
2) Ekonomi
Dapat dilakukan penghematan jika rute-rute angkutan dirubah,
mengatur daftar rencana perjalanan atau menganalisa secara
ekonomis.
3) Kecukupan
Pelayanan angkutan sekolah adalah cukup bila dihubungkan dengan
perbandingan murid-murid sekolah yang tinggal melebihi jarak satu
8

mil dari sekolah dimana transportasi disediakan. Ketentuan ini


berbeda-beda secara luas dalam suatu aturan wajib belajar.
4) Efisiensi
Efisiensi merupakan salah satu kriteria yang lain yang semestinya
diterapkan dalam mengevaluasi transportasi siswa.

B. ASPEK TEKNIS
Aspek teknis yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Karakteristik Perjalanan Siswa


Perjalanan siswa yang dimaksud adalah perjalanan dengan tujuan
sekolah. Pada umumnya perjalanan siswa bersifat home based dan
merupakan perjalanan simple chain. Perjalanan dengan tujuan sekolah
biasanya dimulai dan di akhiri pada waktu yang bersamaan atau dengan
kata lain, tarikan dan bangkitan suatu land use sekolah terjadi pada
waktu yang telah ditentukan.

b. Manajemen Operasi Angkutan Sekolah


1) Waktu Operasi Kendaraan
Waktu operasi kendaraan adalah waktu yang digunakan kendaraan
untuk beroperasi melayani penumpang dalam satu hari.

2) Kecepatan Operasi Kendaraan


Kecepatan operasi adalah kecepatan rata-rata yang digunakan untuk
menempuh perjalanan dalam satuan km/jam. Kecepatan rata-rata
yang direncanakan untuk suatu perencanaan jaringan trayek pada
kondisi normal biasanya adalah 40 km/jam.

3) Faktor Muat Kendaraan (Load Factor)


Faktor muat (load factor) adalah rasio perbandingan antara jumlah
penumpang yang di angkut dengan kapasitas kendaraannya yang
biasanya dinyatakan dalam persen (%).

4) Waktu Tempuh Kendaraan


9

Waktu tempuh adalah perbandingan jarak tempuh dengan kecepatan


operasi yang dibutuhkan oleh sebuah kendaraan untuk sampai ke
tujuannya. Perhitungan yang digunakan untuk mengukur waktu
perjalanan adalah sebagai berikut:

PR
WT = ×60
KR

Sumber : Bowerman et. Al. (1995)


Keterangan:
WT = Waktu tempuh (menit)
PR = Panjang rute (km)
KR = Kecepatan rencana (km/jam)

5) Waktu Antar Kendaraan (Headway)


Waktu antar kendaraan ditetapkan berdasarkan rumus berikut :

60.C . LF
H=
P

Sumber : SK DIRJENHUBDAT No: SK.687/AJ.206/DRJD/2002


Keterangan :
H = Waktu antara (menit)
P = Rata-rata jumlah penumpang per jam pada sesi terpadat
C = Kapasitas kendaraan (seat)
LF = Faktor muat (100%)
Catatan :
H ideal = 5-10 menit
H puncak = 2-5 menit

Angkutan sekolah memiliki karakteristik perjalanan berbeda dari


angkutan umum lainnya. Perbedaan angkutan sekolah dengan
angkutan umum lainnya adalah angkutan sekolah memiliki waktu
10

operasi yang relative singkat dan hanya beroperasi dua kali sehari
yaitu saat masuk dan pulang sekolah. Apabila dilihat dari segi yang
telah ditetapkan paling lama 1,5 jam tiap satu shift (SK Dirjen 967 th
2007). Sedangkan untuk lama waktu operasi angkutan sekolah
disesuaikan dengan karakteristik perjalanan siswa berupa lama waktu
tempuh menuju sekolah pada saat ini serta waktu maksimal yang
siswa inginkan untuk tiba di sekolah. Oleh karena itu, rumus untuk
waktu antar kendaraan (headway) perlu disesuaikan. Perhitungan
waktu antar kendaraan (headway) untuk shift pagi yang memiliki
waktu maksimal kendaraan terakhir untuk tiba di sekolah sebelum jam
masuk sekolah dapat menggunakan rumus berikut:

( WO−TAB ) .C . LF
H=
P

Keterangan :
TAB = Waktu perjalanan rata-rata dari A ke B (menit)

6) Frekuensi Kendaraan
Frekuensi kendaraan adalah jumlah kendaraan yang melewati suatu
ruas jalan yang menjadi rute trayek tersebut dalam kurun waktu
tertentu. Frekuensi kendaraan didapat dengan perhitungan sebagai
berikut :

60
F=
H

Sumber : SK DIRJENHUBDAT No: SK.687/AJ.206/DRJD/2002


Keterangan :
F = Frekuensi
H = Headway (menit)
11

Pada perencanaan pengoperasian angkutan sekolah, ketetapan pada


rumus frekuensi juga menyesuaikan dengan rumus waktu antar
kendaraan. Secara umum rumus frekuensi baru yang dapat digunakan
dalam rencana pengoperasian angkutan sekolah adalah sebagai
berikut:

WO
F=
H

Keterangan :
WO = Waktu operasi per shift (menit)

Sedangkan untuk perhitungan frekuensi pada shift pagi dengan waktu


tiba angkutan sekolah keberangkan terakhir sebelum jam masuk
sekolah dapat menggunakan rumus berikut:

WO−TAB
F=
H

Keterangan :
TAB = Waktu perjalanan rata-rata dari A ke B (menit)

7) Km-Tempuh/Rit
Km-tempuh/rit adalah jarak yang ditempuh suatu kendaraan dalam
satu kali rit atau dua kali perjalanan (perjalanan bolak-balik).
c. Jumlah Kebutuhan Armada
Dalam menganalisis permintaan angkutan sekolah baik pengguna
angkutan sekolah aktual dan potensial didapat berdasarkan indikator
kinerja pelayanan angkutan sekolah itu sendiri. Berikut ini merupakan
rumus untuk menghitung kebutuhan jumlah armada angkutan sekolah
berdasarkan jumlah permintaan yang ada:

WO−TAB
K=
H x fA
12

Keterangan:
WO = Waktu operasi
TAB = Waktu perjalanan rata-rata dari A ke B
H = Headway
fA = Ketersediaan kendaraan

d. Penjadwalan Angkutan
Penjadwalan angkutan adalah pekerjaan untuk memastikan bahwa
angkutan yang akan dioperasikan dibuat dengan cara paling efisien.
Persyaratan penjadwalan angkutan yang baik harus memperhatikan
(Departemen Perhubungan, 2002) :
1) Clock-face headway
2) Pengaturan waktu kedatangan baik dalam satu trayek maupun
kombinasi beberapa trayek yang melayani bagian wilayah atau rute
yang sama.
3) Penggunaan periode waktu yang standard, artinya jadwal kedatangan
dan keberangkatan untuk tiap pelayanan angkutan putaran waktu
mudah diingat dengan cara menggunakan angka standard, misalnya
tiap 10 menit ; 70.00, 70.10, dan seterusnya.

e. Biaya Operasional Kendaraan


Biaya operasional kendaraan terdiri dari 2 (dua) biaya, yaitu biaya
langsung dan biaya tidak langsung.

1) Komponen Biaya Langsung


a) Penyusutan Kendaraan;

Harga Kendaraan−Nilai Residu


Biaya Penyusutan per Tahun=
Masa Penyusutan

Sumber : SK DIRJENHUBDAT No: SK.687/AJ.206/DRJD/2002


13

Keterangan :
Nilai residu angkutan adalah 20% dari harga kendaraaan

b) Bunga Modal;

(n+1)/2 xNilai KreditxTingkat Bunga


Bunga Kredit =
Masa Penyusutan

Sumber : SK DIRJENHUBDAT No: SK.687/AJ.206/DRJD/2002


Keterangan :
n = Masa pengembalian pinjaman

c) Gaji dan Tunjangan Awak Kendaran;

d) Bahan Bakar Minyak (BBM);


Penggunaan BBM tergantung dari jenis kendaraan, untuk
menghitung BBM/seat-Km menggunakan rumus berikut :

Biaya BBM /kend /hari


Biaya BBM /seat−km=
km−tempuh /hari

Sumber : SK DIRJENHUBDAT No: SK.687/AJ.206/DRJD/2002

e) Ban;

Ban Jumlah BanxHarga Ban/buah


Biaya −km=
seat km−tempuh/hari

Sumber : SK DIRJENHUBDAT No: SK.687/AJ.206/DRJD/2002

f) Servis kecil;
g) Servis besar;
h) Overhaul mesin;
i) Cuci angkutan;
14

j) Retriangkutani terminal;
k) STNK/Pajak kendaraan;
l) Kir;
m)Asuransi kendaraan dan asuransi awak kendaraan;

2) Komponen Biaya Tidak Langsung


a) Biaya pengelolaan
Biaya pengelolaan antara lain:
(1) Biaya ijin usaha
(2) Biaya ijin trayek

f. Tarif
Tarif adalah besarnya biaya yang dikenakan kepada setiap penumpang
kendaraan angkutan penumpang umum yang dinyatakan dalam rupiah.
Tarif angkutan umum merupakan tarif yang ditetapkan pemerintah secara
politis dengan mempertimbangkan usulan dari operator angkutan umum
dan pengguna jasa angkutan umum. Berikut adalah perhitunfan tarif
jarak yang dapat digunakan :

(BOK + ( 10 X BOK ))
TARIF=
LF X C

Sumber : SK DIRJENHUBDAT No: SK.687/AJ.206/DRJD/2002


Keterangan :
BOK = Biaya operasi kendaraan
LF = Faktor muat
C = Kapasitas kendaraan

C. ASPEK LEGALITAS
Berikut ini merupakan beberapa aspek legalitas yang digunakan dalam
penelitian:

a. Undang-Undang No. 22 tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan


Jalan (BAB X Tentang Angkutan)
15

Pasal 138 ayat:


(1) “Angkutan umum diselenggarakan dalam upaya memenuhi
kebutuhan angkutan yang selamat, aman, nyaman dan terjangkau.”
(2) “Pemerintah bertanggung jawab atas penyelenggaraan angkutan
umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1).”

b. Peraturan pemerintah Nomor 74 Tahun 2014 Tentang Angkutan Jalan


1) Pasal 23:
Pelayanan Angkutan orang dengan Kendaraan Bermotor Umum dalam
Trayek sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 harus memenuhi
kriteria:
a) memiliki rute tetap dan teratur
b) terjadwal, berawal, berakhir dan menaikkan atau menurunkan
penumpang penumpang di terminal untuk angkutan antarkota dan
lintas batas negara; dan
c) menaikkan dan menurunkan penumpang pada tempat yang
ditentukan untuk angkutan perkotaan dan perdesaan.
2) Pasal 32:
Rencana umum jaringan trayek perkotaan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 30 memuat paling sedikit:
a) asal tujuan trayek perkotaan;
b) tempat persinggahan trayek perkotaan;
c) jaringan jalan yang dilalui dapat merupakan jaringan jalan nasional,
jaringan jalan provinsi, dan/atau jaringan jalan kabupaten/kota;
d) perkiraan permintaan jasa penumpang angkutan perkotaan; dan
e) jumlah kebutuhan kendaraan angkutan perkotaan.
c. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1993 Tentang Prasarana Dan Lalu
Lintas Jalan
Pasal 14 :
“Jaringan trayek ditetapkan dengan memperhatikan faktor-faktor
berikut :
16

1) Kebutuhan trayek angkutan, jumlah permintaan yang membutuhkan


kendaraan umum harus diperkirakan dengan teliti agar dapat dilayani
dengan jumlah kendaraan dan moda yang sesuai;
2) Kelas jalan yang sama dan/ atau lebih tinggi, pemahaman kelas jalan
pada jaringan jalan yang ada sangat diperlukan dalam menentukan
jenis pelayanan dan moda yang melayani;
3) Tipe terminal yang sama dan/ atau lebih, keterpaduan fasilitas
terminal sesuai dengan fungsinya harus di perhatikan dalam
penentuan lintasan trayek;
4) Tingkat pelayanan jalan, penentuan lintasan trayek harus
memperhatikan tingkat pelayanan jalan agar tidak terjadi penurunan
kinerja operasional dan pelayanan jaringan;
5) Jenis pelayanan angkutan, pelayanan angkutan berkaitan dengan
moda yang melayani pada lintasan tertentu;
6) Rencana umum tata ruang, perencanaan jaringan trayek harus
memperhatikan rencana tata ruang guna menciptakan tingkat
kemudahan pelayanan yang memadai sesuai dengan kondisi tata
ruang yang ada yang akan berkembang;
7) Kelestarian lingkungan, kebijakan dan rencana pengoperasian
kendaraan umum sedapat mungkin tidak mengakibatkan gangguan
terhadap lingkungan.”

d. Keputusan Direktorat Jenderal Perhubungan Darat No.


SK.687/AJ.206/DRJD/2002, Tentang Pedoman Teknis Penyelenggaraan
Angkutan Penumpang Umum Di Wilayah Perkotaan Dalam Trayek Tetap
Dan Teratur.
Pada Bab II mengenai penentuan jumlah armada angkutan penumpang
umum, dasar-dasar perhitungan yang dipakai yaitu:
1) Faktor muat (load factor) merupakan perbandingan antara kapasitas
terjual dan kapasaitas tersedia untuk satu perjalanan yang biasa
dinyatakan dalam persen (%)
17

2) Kapasitas kendaraan adalah daya muat penumpang pada setiap


kendaraan angkutan umum. Sedangkan daya angkut sesuai SPM yang
berlaku.

e. Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor 98 Tahun


2013 Tentang Standar Pelayanan Minimal Angkutan Orang dengan
Kendaraan Bermotor Umum dalam Trayek.
1) BAB I Ketentuan Umum Pasal 1:
Standar pelayanan minimal yang selanjutnya disingkat SPM adalah
ketentuan tentang jenis dan mutu pelayanan dasar yang merupakan
urusan wajib daerah yang berhak diperoleh setiap warga secara
minimal.
SPM sangat erat kaitannya dengan keamanan, keselamatan serta
kenyamanan penumpang. Salah satu faktor yang mempengaruhi
kenyamanan penumpang adalah jumlah penumpang yang dibawa tiap
kendaraan/daya angkut. Daya angkut untuk angkutan sesuai SPM
yang berlaku dapat dilihat pada tabel II. 2 berikut:

Tabel II. 1 Daya Angkut Angkutan Umum yang Diizinkan

Daya Angkut
Jenis Angkutan
Duduk Berdiri Total
Mobil penumpang umum 8 - 8
Angkutan kecil 19 - 19
Angkutan sedang 24 6 30
Angkutan besar 49 30 79
Angkutan tingkat Total 52 s.d. 118
Angkutan Maxi Total 32 s.d. 69
Sumber : PM No 98 Th 2013
18

BAB III

GAMBARAN UMUM

A. KONDISI GEOGRAFIS
Kota Padang merupakan kota terbesar di pantai barat pulau sumatera dan
termasuk ibukota dari Provinsi Sumatera Barat.

Secara geografis terletak 100º 05’ - 100º 34’ BT dan 0º 44’ - 01º 08’ LS
dengan luas wilayah 694,96 KM² atau setara dengan 1,65% dari luar
Provinsi Sumatera Barat. Dari keseluruhan luas Kota Padang, 43,39% berupa
hutan yang dilindungi oleh pemerintah. Kota Padang memiliki 11 kecamatan,
yang terdiri atas 104 kelurahan.

Batas administrasi dari Kota Padang berada pada:

a. Sebelah Utara : Kabupaten Padang Pariaman

b. Sebelah Selatan : Kabupaten Pesisir Selatan

c. Sebelah Barat : Samudera Hindia

d. Sebelah Timur : Kabupaten Solok


19

Gambar III. 1 : Peta Administrasi Kota Padang

B. DATA KEPENDUDUKAN
Kepadatan penduduk di Kota Ternate tahun 2016 mencapai 1.345 jiwa/km 2.
Kepadatan Penduduk di 7 kecamatan cukup timpang dengan kepadatan

Gambar III.1 Peta Tutupan Lahan Kota Ternate

penduduk tertinggi terletak di kecamatan Ternate Tengah dengan kepadatan


20

sebesar 5.699 jiwa/km2 dan terendah di Kecamatan Pulau Batang Dua


sebesar 97 jiwa/km2. Persebaran penduduk yang kurang merata, membuat
kepadatan penduduk terkonsentrasi di wilayah Kecamatan Ternate Tengah,
karena menjadi pusat pemerintahan, pendidikan, dan ekonomi. Kurang
merata nya persebaran penduduk menyebabkan ketimpangan pembangunan
antar kecamatan.

Tabel III.1 Kepadatan Jumlah Penduduk Jiwa per Km2

N Persentase Luas Wilayah Kepadatan


Kecamatan
o Penduduk (Km²) Penduduk
1 Pulau Ternate 7.75 37.23 453.73
2 Moti 2.29 24.80 201.67
3 Pulau Batang Dua 1.29 29.04 96.82
4 Pulau Hiri 1.43 6.70 466.24
5 Ternate Selatan 34.41 16.98 4418.06
6 Ternate Tengah 28.36 10.85 5699.46
7 Ternate Utara 24.47 14.48 3709.38
Ternate 100.00 162.03 1.345.60
Sumber : Kota Ternate Dalam Angka, Tahun 2017

C. KONDISI LOKASI PENELITIAN


Sarana pendidikan di Kota Ternate sudah cukup baik dan lengkap. Hal
tersebut dapat dilihat dari tersedianya sarana pendidikan dari tingkat pra
sekolah (TK) sampai universitas.
Kota Ternate memiliki kawasan pendidikan yang meyebar dengan jumlah
siswa yang cukup tinggi. Jenis sekolah yang terdapat di Kota Ternate yakni
terdiri dari Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK), Sekolah Menengah Atas (SMA). Daftar sekolah
yang akan digunakan sebagai objek penelitian dari skripsi ini dapat dilihat
pada tabel III. 2.
Tabel III.2 Nama Sekolah dan Jumlah Siswa

JUMLAH
NO NAMA SEKOLAH ALAMAT
SISWA
1 SMAN 5 Kota Ternate Jln. Batu Angus 553
2 SMKN 2 Kota Ternate Jln. Batu Angus 1.130
3 MAN Ternate Jln. Batu Angus 136
21

4 SMAN 4 Ternate Jln. Batu Angus 1.045


5 SMAN 8 Kota Ternate Jln. Jati Besar 470
6 SMP Islam I Ternate Jln. Rambutan 1.181
7 SMPN 1 Kota Ternate Jln. A.I. S Nasution 1.267
8 SMP Katolik Bintang Laut Jln. Salim Fabanyo 88
9 SMA Katolik Bintang Laut Jln. Stadion 83
10 SMAN 1 Kota Ternate Jln. KH Dewantara 1.043
11 SMAN 10 Kota Ternate Jln. KH Dewantara 515
12 SMKN 1 Kota Ternate Jln. KH Dewantara 302
13 SMKN 5 Kota Ternate Jln. KH Dewantara 369
14 SMPN 7 Kota Ternate Jln. Siswa 775
15 SMPN 4 Kota Ternate Jln. Raya Bastiong 729
Sumber: Dinas Pendidikan Kota Ternate Tahun 2017
31

Gambar III.2 Peta Lokasi Sekolah


32

D. KINERJA ANGKUTAN UMUM


Angkutan perkotaan di Kota Ternate terdapat 15 trayek dengan kode trayek
menggunakan angka di mulai dari angka 01 sampai dengan angka 15,
namun kode trayek untuk angkutan perkotaan ini sudah tidak terlihat bentuk
fisiknya. Jenis kendaraan yang digunakan yaitu mobil penumpang umum
dengan kapasitas 8 penumpang dengan warna kendaraan biru untuk semua
trayek. Tarif yang digunakan menggunakan tarif flat untuk setiap
penumpang.
33

Gambar III.3 Peta Jaringan Trayek Angkutan Umum di Kota Ternate


34

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

A. DESAIN PROSES PENELITIAN


Sugiono (2013) menjelaskan bahwa metode penelitian kuantitatif dapat
diartikan sebagai metode penelitian yang berlandasan pada filsafat
positiveme, digunakan untuk meneliti pada populasi dan sampel tertentu,
pengumpulan data menggunakan instrument penelitian, analisis data
bersifat kuantitatif/statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang
telah ditetapkan. Sesuai dengan pengertian tersebut maka dapat
disimpulkan bahwa penelitian ini secara umum menerapkan cara penelitian
atau bermetode kuantitatif. Secara khusus penelitian ini menggunakan
metode kuantitatif non eksperimen tepatnya metode survei.

Desain proses penelitian perlu dibuat untuk lebih mempermudah dalam


memahami proses-proses pengerjaan penelitian ini. Pada desain penelitian
ini akan dijelaskan proses-proses penelitian ini mulai dari meng- input sampai
dengan diperoleh outputnya :

1. Identifikasi Masalah
Tahapan proses pengidentifikasian masalah ini akan mendapatkan
berbagai masalah-masalah yang terdapat pada wilayah studi. Setelah
didapatkannya masalah-masalah yang ada kemudian diambil beberapa
permasalahan untuk dirumuskan.

2. Pengumpulan Data

Pengumpulan data ini meliputi pengumpulan data-data primer dan data


sekunder. Untuk data primer dilakukannya survei-survei yang terkait
dengan lokasi sekolah, komponen biaya operasional kendaraan dan survei
persepsi pelajar.
35

3. Pengolahan Data

Data yang telah dikumpulkan dilanjutkan untuk dilakukannya analisa


guna mendapatkan kondisi eksisting dari wilayah studi.

4. Keluaran (Output)

Tahapan ini merupakan tahapan yang menunjukkan hasil dari analisis


yang telah dilakukan.

B. BAGAN ALIR PENELITIAN


Pembuatan bagan alir penelitian dimaksudkan untuk mengetahui dan
mempermudah penelitian. Adapun bagan alir penelitian dapat dilihat pada
Gambar IV.I :
36

Mulai

Pengumpulan Data

Data Sekunder
Data Primer  Peta Tata Guna Lahan
Survei Wawancara Pelajar  Peta Jaringan Jalan
mengenai :  Peta Jaringan Trayek
 Asal Tujuan Perjalanan Angkutan Kota
 Moda yang digunakan  RTRW
 Penilaian terhadap
Angkutan Umum
 Persepsi pelajar mengenai
Angkutan Sekolah

Survei Komponen Biaya


Operasional Kendaraan

Pengolahan Data

Analisa Data  Potensi Demand

 Indikator Kinerja Pelayanan


Rekomendasi
 Jumlah Armada

Simpulan dan Saran  Biaya Operasi Kendaraan

Selesai
37

Gambar IV.1 Bagan Alir Penelitian

1. Metode Pengumpulan Data


Dalam melakukan penulisan skripsi ini penulis menggunakan suatu
metode pendekatan untuk memperoleh data-data pendukung sehingga
dapat dilakukan pengolahan serta penganalisaan terhadap data-data
tersebut. Adapun metode pendekatan yang dipergunakan adalah sebagai
berikut:

a. Pengumpulan data sekunder


Data sekunder didapat dari instansi – instansi terkait;
1) Peta tata guna lahan;

2) Peta jaringan jalan;

3) Peta jaringan trayek;

4) Data sekolah;

5) Data jumlah pelajar;

b. Pengumpulan data primer


Dalam pengumpulan data-data ini penulis melakukan observasi atau
turun langsung dengan melakukan survai pengamatan maupun
perhitungan di lapangan. Survei-survei yang dilakukan guna
mendapatkan data-data tersebut meliputi:

1) Survey wawancara persepsi pelajar;


a) Maksud dan tujuan
(1) Mendapatkan data lapangan yang sesuai dengan kebutuhan
angkutan sekolah;
38

(2) Mengetahui pola pergerakan dan karakteristik perjalanan


pelajar dalam keseharian yang dilakukan di daerah studi;
(3) Mengetahui moda yang digunakan dalam melakukan
perjalanan;

b) Target data
(1) Asal tujuan perjalanan siswa;
(2) Jenis moda atau kendaraan yang digunakan siswa dalam
melakukan perjalanan ke sekolah;
(3) Alasan terhadap pemilihan moda yang saat ini digunakan
siswa ke sekolah;
(4) Waktu perjalanan dan biaya perjalanan siswa ke sekolah;
(5) Harapan terhadap pengoperasian angkutan sekolah;
(6) Penilaian terhadap angkutan umum saat ini.

c) Persiapan Survei
Pelaksanaan survei wawancara pelajar terlebih dahulu dilakukan
persiapan-persiapan agar hasil dari survei yang dilakukan dapat
benar-benar sesuai dengan data yang diperlukan dan keadaan
yang sebenarnya di lapangan. Sehingga data yang diperoleh
dapat mewakili kondisi yang sebenarnya.

d) Pengambilan Sampel
Perjalanan siswa yang dimaksud adalah perjalanan dengan
tujuan sekolah. Pada umumnya perjalanan siswa bersifat home
based dan merupakan perjalanan simple chain. Perjalanan
dengan tujuan sekolah biasanya dimulai dan diakhiri pada waktu
yang bersamaan atau dengan kata lain, tarikan dan bangkitan
suatu land use sekolah terjadi pada waktu yang telah ditentukan.
Perjalanan siswa tersebut dapat dijadikan permintaan atau
demand untuk merencanakan rute aman selamat sekolah. Dalam
analisis permintaan ini, dapat digunakan metode sampel dengan
perhitungan sebagai berikut:

N
n=
1+ Ne2
39

Sumber : Slovin

2) Survei data komponen biaya operasional kendaraan.


2. Metode Analisis Data
Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif dan sifat
penelitian deskriptif. Langkah-langkah analisis kondisi eksisting dilakukan
menggunakan data primer maupun data sekunder dapat diuraikan
sebagai berikut :

a. Distribusi Perjalanan
Merupakan satu langkah dalam perencanaan transportasi empat
tahap yang berkaitan dengan distribusi jumlah perjalanan ( trip)
antara satu zona dengan zona lain.

b. Perhitungan Permintaan Penumpang


Perhitungan ini bertujuan untuk mengetahui prakiraan besaran
permintaan terhadap kebutuhan angkutan sekolah. Karakteristik
permintaan terhadap perencanaan angkutan sekolah yaitu demand
aktual dan demand potensial.
Perhitungan permintaan penumpang perlu diketahui untuk
menentukan jumlah penumpang yang akan menggunakan angkutan
sekolah yang akan direncanakan. Untuk demand potensial
dibutuhkan dalam perhitungan jumlah kebutuhan armada angkutan
sekolah yang akan dioperasikan.

c. Penentuan Rute Trayek


Dalam menentukan rute trayek angkutan sekolah ini menggunakan
rute trayek angkutan umum yang sudah ada.

d. Pola Pengaturan Pelayanan Angkutan Sekolah


Pola pengaturan pelayanan angkutan sekolah antara lain :
1) Manajemen Operasi Angkutan Sekolah
Merupakan tahapan dari segala yang dibutuhkan dalam kegiatan
pengoperasian kendaraan angkutan sekolah. Berikut ini adalah
manajemen operasi kendaraan angkutan sekolah :
a) Waktu operasi angkutan sekolah
b) Kecepatan rencana operasi angkutan sekolah
40

c) Faktor muat rencana


d) Waktu tempuh angkutan sekolah
e) Jumlah rit
f) Waktu antar kendaraan (headway)
g) Jumlah kebutuhan armada
h) Penjadwalan

2) Kebutuhan Halte
Pada analisis kebutuhan halte pendekatan yang digunakan
adalah berdasarkan Pedoman Teknis Perekayasaan Tempat
Perhentian Kendaraan Penumpang Umum Direktorat Jenderal
Perhubungan Darat No. 271 Tahun 1996.

e. Analisis Ekonomi
Analisis ekonomi meliputi perhitungan biaya operasional kendaraan
dan perhitungan sistem tarif dan subsidi angkutan sekolah.
1) Biaya Operasional Kendaraan (BOK)
Perhitungan besarnya tarif akan dihitung berdasarkan biaya yang
telah ditetapkan mengenai item-item yang berhubungan dengan
perhitungan tarif menggunakan formula baku perhitungan biaya
operasi kendaraan.
2) Sistem Pentarifan
Penetapan tarif angkutan sekolah tersebut didasarkan pada
beberapa hal. Terdapat beberapa jenis tarif yang ditawarkan
untuk perencanaan sekolah yaitu :
a) Tarif asli tersebut didapatkan dengan perhitungan dari
besarnya operasi kendaraan ditambahkan 10% keuntungan
pada factor muat 70%.
b) Tarif subsidi penuh merupakan perhitungan terhadap
besarnya biaya/subsidi yang perlu dianggarkan oleh
pemerintah apabila pengoperasian angkutan sekolah
tersebut menetapkan bebas tarif terhadap para pelajar yang
menggunakan layanan angkutan sekolah.
DAFTAR PUSTAKA

Irfan, Muhammad (2007) Rencana Pengoperasian Angkutan Sekolah Di Kota


Semarang.
Miro, Fidel (1997) Sistem Transportasi Kota, Bandung, Penerbit Tarsito.
Tamin, O.Z. (2008) Perencanaan, Permodelan, Dan Rekayasa Transportasi,
Bandung.
Kusmintardjo (1992) Pengelolaan Layanan Khusus Sekolah, Jilid II, Malang.
Kelompok PKL Kota Ternate (2017) Pola Umum Transportasi Darat Kota Ternate,
STTD, Bekasi.
Wulandari, Febria Suci (2015) Perencanaan Angkutan Sekolah Guna
Mewujudkan Konsep RASS di Provinsi Kalimantan Utara, Skripsi D IV Transdar,
STTD, Bekasi.
Akbar, Chandra Faisal (2016) Perencanaan Angkutan Sekolah Di Wilayah
Perkotaan FakFak Papua Barat, Skripsi D IV Transdar, STTD, Bekasi.
Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2011 Tentang
Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas.
Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Darat Nomor 967 Tahun 2007 Tentang
Pedoman Teknis Penyelenggaraan Angkutan Sekolah.
Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Darat Nomor 271 Tahun 1996
Tentang Pedoman Teknis Perekayasaan Tempat Pemberhentian Kendaraan
Penumpang Umum.

Anda mungkin juga menyukai