PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN
"... فقال تعالى" يا أيها الرس ل كل وا من الطيب ات واعمل وا ص الحا.عن بما أمر بهالمر سلين
/ " البق ره... وقال هللا تعالى يا أيها الذين آمنوا كلوا من طيبات م ا رزقن اكم... 51/ المؤمنون
172
ومطعمه ح رام ومش ر,ثم ذكر رجل يطيل السفر أشعث أغبر يمد يده الى السماء يا رب يا رب
" به وملبسة حرام وغذي با لحرام أبي هريرة رضي هللا عنه ق ال رس ول هللا ص لى هلل وس لم
وان هللا أمر المؤمنين,إن هللا تعالى طيب ال يقبل إال طيبا
فانى يستجبله
Kata “thayyib (baik)” berkenaan dengan sifat Allah maksudnya ialah bersih dari segala
kekurangan. Hadits ini merupakan salah satu dasar dan landasan pembinaan hukum Islam.
Hadits ini berisi anjuran membelanjakan sebagian dari harta yang halal dan melarang
membelanjakan harta yang haram. Makanan, minuman, pakaian dan sebagainya hendaknya
benar-benar yang halal tanpa bercampur yang syubhat.
Orang yang ingin memohon kepada Allah hendaklah memperhatikan persyaratan yang
tersebut pada Hadits ini. Hadits ini juga menyatakan bahwa seseorang yang membelanjakan
hartanya dalam kebaikan berarti ia telah membersihkan dan menumbuhkan hartanya.makanan
yang enak tetapi tidak halal menjadi malapetaka bagi yang memakannya dan Allah tidak akan
menerima amal kebajikannya.
Termasuk di antara keluasan dan kemudahan dalam syari‟at Islam, Allah -Subhanahu wa
Ta‟ala- menghalalkan semua makanan yang mengandung maslahat dan manfaat, baik yang
kembalinya kepada ruh maupun jasad, baik kepada individu maupun masyarakat.
Demikian pula sebaliknya Allah mengharamkan semua makanan yang memudhorotkan atau
yang mudhorotnya lebih besar daripada manfaatnya.
Hal ini tidak lain untuk menjaga kesucian dan kebaikan hati, akal, ruh, dan jasad, yang
mana baik atau buruknya keempat perkara ini sangat ditentukan -setelah hidayah dari Allah-
dengan makanan yang masuk ke dalam tubuh manusia yang kemudian akan berubah menjadi
darah dan daging sebagai unsur penyusun hati dan jasadnya. Karenanya Nabi -Shallallahu
„alaihi wasallam- pernah ber sabda:
Artintinya: “Daging mana saja yang tumbuh dari sesuatu yang haram maka neraka lebih
pantas untuknya”.
a. Makna makanan yang najis adalah jelas, adapun makanan yang ternajisi, contohnya
adalah mentega yang kejatuhan tikus. Hukumnya sebagaimana yang disebutkan dalam
hadits Maimunah -radhiallahu „anha- bahwa Nabi -Shallallahu „alaihi wasallam- ditanya
tentang lemak yang kejatuhan tikus, maka beliau bersabda:
“Buanglah tikusnya dan buang juga lemak yang berada di sekitarnya lalu makanlah lemak
kalian”. (HR. Al-Bukhary)
Jadi jika yang kejatuhan najis adalah makanan padat, maka cara membersihkannya adalah
dengan membuang najisnya dan makanan yang ada di sekitarnya, adapun sisanya boleh
untuk dimakan. Akan tetapi jika yang kejatuhan najis adalah makanan yang berupa cairan,
maka hukumnya dirinci; jika najis ini merubah salah satu dari tiga sifatnya (bau, rasa, dan
warna) maka makanannya dihukumi najis sehingga tidak boleh dikonsumsi, demikian pula
sebaliknya.
b. Makanan yang jelek (arab: khobits) ada dua jenis; yang jelek karena dzatnya -seperti:
darah, bangkai, dan babi- dan yang jelek karena salah dalam memperolehnya -seperti:
hasil riba dan perjudian-. Lihat Majmu‟ Al-Fatawa (20/334).
c. Adapun ukuran kapan suatu makanan dianggap thoyyib (baik) atau khobits (jelek) ,
maka hal ini dikembalikan kepada syari‟at. Maka apa-apa yang dihalalkan oleh
syari‟at maka dia adalah thoyyib dan apa-apa yang diharamkan oleh syari‟at maka dia
adalah khabits, ini adalah madzhab Malikiyah dan yang dikuatkan oleh Syaikhul
Islam Ibnu Taimiyah.
C. KANDUNGAN HADITS
1. Yang baik dan diterima : Allah tidak akan menerima harta benda yang diinfakkan,
dishadaqahkan atau dizakatkan kecuali yang baik dan halal.
2. tata cara agar amal menjadi baik dan diterima.
3. Tidak diterimanya sebuah amalan
4. Membersihkan harta dari barang haram.
5. Sebab dikabulkannya doa.
6. Penghalang doa
7. Doa adalah inti dari ibadah.
8. mendorong untuk berinfaq dengan harta yang halal, dan melarang untuk berinfaq
dengan harta yang tidak halal.
9. Barangsiapa yang menghendaki doanya dikabulkan maka harus senantiasa
memperhatikan yang halal, baik makanan maupun pakaiannya.
10. Allah akan menerima dan memberkahi infak dari harta yang baik
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Sesungguhnya Allah maha Baik dan menyukai sesuatu yang baik maka makanlah
sesuatu yang baik. Makanan dan pakaian yang syubhat dapat menjadi penghalang
terkabulnya do‟a seorang hamba.
B. SARAN
Penulis menyarankan supaya pembaca dapat memahami atas segala sesuatu yang
telah kami sampaikan dalam makalah ini. Sehingga kita dapat mengamalkan dalam
kehidupan sehari – hari.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Ath‟imah wa Ahkamis Shoyd wadz Dzaba`ih, karya Syaikh Al-Fauzan, cet. I th. 1408 H/1988 M,
penerbit: Maktabah Al-Ma‟arif Ar-Riyadh.
Ibnu Daqiq. 2001. Edisi syarah hadits arba‟in imam nawawi. Media hidayah. Yogyakarta.