Anda di halaman 1dari 11

KELOMPOK 5

01 02
BIDO FEBRIAN RAHMAT
ADIT MAULANA KHAIRUL SURIJAT
2210631070001 2210631070011

03 04
HAIKAL HILQIM FAIQ FAUZAN RUSPENDI
2210631070024
2210631070020
PANCASILA SEBAGAI SISTEM ETIKA
A. PANCASILA SEBAGAI SISTEM ETIKA

Pancasila sebagai sistem etika di samping merupakan way of life bangsa


Indonesia, juga merupakan struktur pemikiran yang disusun untuk memberikan
tuntunan atau panduan kepada setiap warga negara Indonesia dalam bersikap dan
bertingkah laku. Pancasila sebagai sistem etika, dimaksudkan untuk mengembangkan
dimensi moralitas dalam diri setiap individu sehingga memiliki kemampuan
menampilkan sikap spiritualitas dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara. Pancasila sebagai sistem etika merupakan moral guidance yang dapat
diaktualisasikan ke dalam tindakan konkrit, yang melibatkan berbagai aspek kehidupan.
Oleh karena itu, sila-sila Pancasila perlu diaktualisasikan lebih lanjut ke dalam putusan
tindakan sehingga mampu mencerminkan pribadi yang saleh, utuh, dan berwawasan
moral-akademis.
B. ETIKA
Etika dalam bahasa Yunani adalah Ethos yang merupakan istilah untuk perasaan,
kebiasaan, adat istiadat, watak, serta cara berpikir untuk melakukan suatu perbuatan atau
tindakan yang baik atau buruk, sedangkan dalam pengertian etimologisnya etika merupakan
ilmu yang membahas tentang segala kebiasaan atau adat istiadat. Sementara itu, dalam
bahasa prancis yakni Etiquete yang memiliki arti sebuah peraturan yang mengatur dan
menetapkan segala tingkah laku dalam kehidupan sosial atau kehidupan dengan orang lain
(Hudiarini, 2017). Masyarakat Indonesia lebih mengenal etika sebagai tatakrama yang
mengacu kepada sebuah kajian mengenai segala perilaku yang sifatnya baik dan bersifat
dapat diterima oleh masyarakat. Masyarakat umumnya bependapat bahwa prinsip-prinsip
etika diantaranya:
1. Kejujuran
2. Integritas
3. Komitmen
4. Adil
5. Peduli
6. Bertanggung jawab
7. Menaati apa yang telah disepakati
C. SISTEM ETIKA
Sistem berasal dari kata systema dalam bahasa latin dan sustema dalam bahasa
Yunani yang memiliki arti beberapa elemen yang bersatu dan dihubungkan untuk
mempermudah mengalirnya informasi atau energi (M. Putri, 2005). Sementara itu, Murdik
berpendapat bahwa sistem adalah kegiatan yang dibentuk oleh elemen-elemen dengan
melewati suatu prosedur tertentu sehingga dapat menghasilkan informasi, energi, atau
barang (Kadir, 2003).

Maka dapat disimpulkan bahwa sistem merupakan sebuah satu kesatuan dari
beberapa elemen atau komponen yang saling berinteraksi dengan fungsi mencapai tujuan
tertentu. Dalam sistem, setiap elemen memiliki fungsi dan perannya masing-masing.
Namun, setiap elemen tersebut tidak akan berbenturan sebab semua elemen dalam sistem
tersebut saling membutuhkan dan saling melengkapi satu sama lain.

Karakteristik sistem diantaranya (1) memiliki komponen terntentu; (2) memiliki batas;
(3) terdapat dalam suatu lingkungan tertentu; (4) memiliki hubungan dengan komponen
lain; (5) memiliki input, proses, dan output; (6) memiliki sasaran serta tujuan; dan (7)
terdapat feedback.
D. URGENSI PANCASILA SEBAGAI SISTEM ETIKA DALAM
KEHIDUPAN
Pentingnya Pancasila sebagai sistem etika terkait dengan permaslahan yang
dihadapi oleh bangsa Indonesia diantaranya:

1. Masih terdapat kasus korupsi yang melemahkan sendi kehidupan negara.


2. Masih terdapat kasus terorisme yang mengatasnamakan agama sehingga
menurunkan sikap toleransi dan menghambat integrase nasional.
3. Masih terjadinya pelanggaran atas arti HAM dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara.
4. Terdapat kesenjangan antara kelompok miskin dan kaya serta masih terdapatnya
kaum marginal di beberapa wilayah yang merasa terasingkan.
5. Masih adanya ketidakadilan hukum dalam sistem peradilan di Indonesia.
6. Banyak terjadi pengingkaran dalam pembayaran pajak, dan sebagainya.
E. MACAM-MACAM ETIKA
A. Etika Deskriptif
Etika deskriptif Merupakan usaha menilai tindakan atau prilaku berdasarkan
pada ketentuan atau norma baik buruk yang tumbuh dalam kehidupan bersama
di dalam masyarakat. Kerangka etika ini pada hakikatnya menempatkan
kebiasaan yang sudah ada di dalam masyarakat sebagai acuan etis. Suatu
tindakan seseorang disebut etis atau tidak. Tergantung pada kesesuaiannya
dengan yang dilakukan kebanyakan orang. Etika deskriptif mempunyai dua
bagian yang sangat penting. Yang pertama ialah sejarah kesusilaan. Bagian ini
timbul apabila orang menerapkan metode historik dalam etika deskriptif. Dalam
hal ini yang di selidiki adalah pendirian- pendirian mengenai baik dan buruk,
norma-norma kesusilaan yang pernah berlaku, dan cita-cita kesusilaan yang
dianut oleh bangsa-bangsa tertentu apakah terjadi penerimaan dan bagaimana
pengolahannya.
B. Etika Normatif

Kelompok ini mendasarkan diri pada sifat hakiki kesusilaan bahwa di


dalam perilaku serta tanggapan- tanggapan kesusilaannya, manusia
menjadikan norma- norma kesusilaan sebagai panutannya. Etika menetapkan
bahwa manusia memakai norma-norma sebagai panutannya, tetapi tidak
memberikan tanggapan mengenai kelayakan ukuran-ukuran kesusilaan. Sah
atau tidaknya norma- norma tetap tidak dipersoalkan yang di perhatikan
hanya berlakunya.

C. Etika Deontologi

Etika Deontologi adalah suatu tindakan dinilai baik buruk berdasarkan


apakah tindakan itu sesuai atau tidak dengan kewajiban. Dengan kata lain,
suatu tindakan dianggap baik karena tindakan itu memang baik pada dirinya
sendiri, sehingga merupakan kewajiban yang harus kita lakukan.
D. Etika Teleologi

Etika Teleologi menilai baik buruk suatu tindakan berdasarkan tujuan atau akibat
dari tindakan tersebut. suatu tindakan dinilai baik kalau bertujuan baik dan
mendatangkan akibat baik. Jadi, terhadap pertanyaan, bagaimana harus bertindak
dalam situasi kongkret tertentu, jawaban teleologi adalah pilihlah tindakan yang
membawa akibat baik.

E. Etika Keutamaan

Etika keutamaan tidak mempersoalkan akibat suatu tindakan. Juga, tidak


mendasarkan penilaian moral pada kewajiban terhadap hukum moral universal. Etika
keutamaan lebih mengutamakan pengembangan karakter moral pada diri setiap orang.
Dalam kaitan dengan itu, sebagaimana dikatakan Aristoteles, nilai moral ditemukan dan
muncul dari pengalaman hidup dalam masyarakat, dari teladan dan contoh hidup yang
diperlihatkan oleh tokoh-tokoh besar dalam suatu masyarakat dalam menghadapi dan
menyikapi persoalan- persoalan hidup ini.
KESIMPULAN
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
a. Pancasila dan etika adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan karena merupakan
suatu sistem yang membentuk satu kesatuan yang utuh, saling berkaitan satu dengan
yang lain yang dijadikan pedoman dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara.
b. Implementasi Pancasila sebagai sistem etika dapat terwujud apabila pemerintah dan
masyarakat dapat menerapkan nilai-nilai yang ada dalam pancasila dengan
mengedepankan prinsip keseimbangan antara hak dan kewajiban.

Pancasila sebagai sistem etika adalah cabang filsafat yang dijabarkan dari sila-sila
Pancasila untuk mengatur perilaku kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara di
Indonesia. Oleh karena itu, di dalam etika Pancasila terkandung nilai-nilai ketuhanan,
kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan. Kelima nilai tersebut membentuk
perilaku manusia Indonesia dalam semua aspek kehidupannya. Pentingnya pancasia
sebagai sistem etika bagi bangsa Indonesia ialah menjadi rambu normatif untuk mengatur
perilaku kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara di Indonesia. Dengan
demikian, pelanggaran dalam kehidupan bernegara, seperti korupsi (penyalahgunaan
kekuasaan) dapat diminimalkan.
Thanks
1. Do you have any question ?

Anda mungkin juga menyukai